Hari ini Mamah berangkat ke Lembang bersama rombongan dari RA Nurul Aulad. Sejak rencana itu sudah kebayang gimana Ara tanpa mamah, ingat saat mamah Umrah setiap hari nungguin mamah di depan rumah Ceu Mumuy dengan wajah murungnya, kata orang Sunda mah Matak baluas lihatnya. And then seperti itu jugalah Ara kami hari ini.
Ara menunggu mamah pulang tepat ditempatnya setiap menunggu mamah.
Saat saya ajak pulang atau menunggu di rumah saya atau di teras biar nggak kepanasan, dia tidak mau dan tetap mengatakan, "Dedeee, mamah uwwwiiiih!" Maksudnya dia sedang menunggu mamah pulang.
Saya ajak Ara untuk vcall mamah, dia terlihat sangat senang. Namun qodarullah nomor yang kami hubungi semuanya tidak aktif jadi saya ajak dia untuk melihat rekaman video mamah saat mamah mau masuk ke mobil. Ara memutarnya berulangkali namun ada satu bagian menarik yang akan selalu membuat Ara tertawa sambil memeluk saya, itu adalah sesi saat mamah mencari saya padahal saya tepat di depan mamah, sedang merekam mamah.
Ara pasti faham karena itu dia tertawa.
So, apa yang sebenarnya ingin saya ceritakan hari ini? It's about 'Anak untuk Ibunya.'
What, anak untuk ibunya? Apa sih maksudnya?
Seperti saat mamah mencari saya seolah saya masih gadis kecil mamah, mungkin akan selalu seperti itu anak bagi orang tuanya terutama disini dalam pandangan ibunya. Sebesar apapun anak itu tlah tumbuh, bagi ibu anaknya itu tetaplah anak-anak yang butuh perlindungannya. Ibu tetap mencari dan melindungi meski anak itu tlah tumbuh dengan beban tanggung jawab bahkan bisa menjaga dirinya sendiri biidznillah. Anak akan tetap menjadi anak (kecil) dalam pandangan ibunya.
Anak untuk ibunya bukan berarti bahwa anak tercinta bagi ibunya saja atau seolah dilahirkan hanya untuk melengkapi fitrah keibuan seorang wanita. No, bukan itu maksud saya. Ini hanya perumpamaan bagi ingatan ibu yang seolah berhenti hanya tentang anak-anak nya.
Aish nulisteh belibet gini nya 🙏🤭
Well, tadi siang saya berkirim pesan pada anak sulung kami bahwa ternyata yang paling kuat menyimpan kenangan anak-anak itu hanyalah ibu, itupun semua hal yang berkaitan dengan masa kecil anak-anak. Itulah sebabnya ibu senantiasa menganggap anaknya masih kecil karena ingatan ibu seolah terhenti pada kata , "anakku masih kecil."
Anakku biasanya begini dan begitu, suka ini atau itu dan lain-lain yang seringnya justru gambaran saat anak-anak masih kecil dan sekarang saya mulai memahaminya karena saya pun mengalaminya.
Bukan tidak menerima kalau anak-anak sudah besar, ini hanya masalah ingatan, kenangan dan kebiasaan yang berkesan dan kesan terbesar seorang ibu ialah saat mendampingi tumbuh kembang buah hatinya, that is saat anak-anak masih kecil. Jadi jangan heran kalau ibu tetap memperlakukan anaknya seperti anak kecil, ibu senantiasa membahas masa kecil anak dan tidak jarang sambil menahan tangis saat menceritakannya.
Well, itulah ibu. Anak untuk ibunya adalah ingatan paling besar, kenangan paling berkesan dan cinta yang tidak mengenal ujung.
Balananjeur, Kamis, 13 Januari 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar