Jumat, 14 Januari 2022

Day 14

Marah paling nggak enak itu saat kita marah sama pasangan tapi pasangan kita nggak ngerti dan nggak tahu atau nggak mau tahu kalau kita sedang marah sama dia.

Wait, emang ada ya marah yang enak? 😅

Sahabat Fillah rahimakumullah, yang namanya hidup berdampingan itu pasti ada saling senggol nya, dalam istilah bahasa Sunda mah ada paketroknya. Hmm, pernah dengar suara piring kalau berdekatan? Treeeng, seperti itu suaranya. Nah, pasangan suami isteri juga sama, nggak selamanya adem ayem. Ada saat dimana mereka berbeda faham, saling adu argumen, dan bukan mustahil diantara mereka juga saling menyakiti dengan argumen yang terkesan tendensius. Hmm, tendensius naonna, nya? Sudah abaikan bab tendensius, ini lagi ngomongin bab 'Pertengkaran' pasangan suami istri yang sangat mungkin terjadi.

Dua isi kepala, dua kepribadian, dua latarbelakang, dan banyak perbedaan lainnya termasuk dua ekspektasi dalam pernikahan yang tak sama pastilah memunculkan gejolak pemicu pertengkaran diantara keduanya.

Wanita yang perasa seringkali menganggap besar hal yang sebenarnya masih bisa ditolerir misal suami makan buburnya diaduk sedang dia enggak, eh inimah nggak pas buat contoh nya karena terlalu remeh 🤭

Ok, kita buat permisalan yang lain, misal suami kalau ngomong kayak nggak dipikirkan alias asal ceplak sedangkan bagi istri ngomong sesuatu itu harus dipikirkan dulu matang-matang; tata bahasanya bagaimana, kalimat ini kalau dikatakan berpotensi menyakiti atau tidak, cocoknya pakai kata baku atau sehari-hari, dll .. wuiiiih, ribet amat ya 😅 ini gambaran saya 🤭 yaa kan saya nggak pernah ngambil contoh yang jauh-jauh, jadi keribetan pun pakai contohnya diri sendiri 😅 biar nggak jadi ghibahin orang, eh bukan itu sih alasannya tapi karena saya hanya sedang menulis dengan menelisik diri saya sendiri. Mengobservasi dari diri sendiri atau dari sekitar yang benar-benar saya lihat dan rasakan.

UPS gagal fokus deh ...

Well, kembali ke masalah pertengkaran dalam rumah tangga.

Wanita sebagai sosok yang dominan mengikuti perasaan atau apa-apa dihubungkan dengan perasaan dan laki-laki yang cenderung berpikir, "apaan sih, itu aja dipermasalahkan." Atas sesuatu yang membuat istrinya tidak tidur semalaman atau bahkan nangis seharian sampai menghabiskan berkarung-karung tisue (lain kali nangisnya lebih ramah lingkungan yaaa, nggak usah pakai tisue! )

Kalau diturutkan bisa marahan tiap hari itumah, suami yang kesal menghadapi istrinya dikit-dikit nangis, dikit-dikit cemberut, dikit-dikit curhat sama suami yang tidak peka dengan perasaan istri. Tiap hari seperti itu, tiap hari marahan nya.. waah bisa rame dunia persilatan kalau masing-masing tak mau melepas egonya masing-masing.

But, tidak semua kisah pertengkaran terjadi karena keunikan yang dimiliki dua makhluk itu; wanita dengan perasaan, laki-laki dengan logika. Ada saatnya pertengkaran terjadi karena kondisi dan situasi nya mendukung untuk terjadinya pertengkaran. Misal, hormon pra menstruasi perempuan yang tak jarang bikin uring-uringan dan pengennya marah-marah. Saat seperti ini alangkah baiknya jika suami siap menerima kondisi itu dengan lapang dada, istrinya tidak benar-benar sedang ingin marah tapi dia butuh melepaskan rasa tidak nyamannya.

Sebagai perempuan, saya menulis ini dengan kacamata saya yaaa.. jadi untuk anda sesama perempuan, don't worry, saya memahami masa itu dan membela anda 🤭

Kondisi lainnya saat... Hmm saat apa ya, sebentar saya mikir dulu 🤔🤔

Oh iya, saat ekonomi sulit. Pas ketemu kebutuhan eh ternyata fulusnya nggak ada ( saya sih lebih setuju nulis belum ada bukan nggak ada), apa yang akan terjadi? Dalam drama tv ku menangis pernah lihat kondisi seperti itu dimana suami atau istri yang tidak siap dengan kondisi kekurangan akhirnya tidak bisa menahan diri untuk marah dan terjadilah pertengkaran. 

Secara pribadi saya faham banget kondisi itu karena saya juga pernah di posisi itu. Eh bukan posisi seperti yang ada di drama ku menangis yaa karena Alhamdulillah sejauh ini kami tidak bertengkar untuk masalah ekonomi. Sekurang apapun kami memilih untuk saling mensupport dan saling mengingatkan dalam kesabaran. Tapi saya faham bagaimana rasanya. Pengen marah? Saya tidak merasa marah bisa membuat saya lebih baik atau menjadi solusi jadi seringnya yaa nikmati saja.

Bingung mah iya, tapi nggak mau sampai marah-marah. Hanya akan buang-buang energi tapi tidak ada solusi.

Pertengkaran juga bisa terjadi karena pihak ketiga yang bikin suami istri saling salah faham. Banyak contoh kasus dimana suami istri sampai bertengkar hebat dan berpisah gara-gara pihak ketiga ini. 

Pihak ketiga ini ada macamnya, bisa karena ortu atau saudara atau yang lainnya. Saya nggak mau nulis adanya orang lain yang membuat pasangan nyaman buat curhat sama wanita atau laki-laki lain alias si layangan putus tea karena nggak tertarik buat membahas hal itu jadi contohnya saya cukupkan sampai karena salah faham saja.

Ini nulisteh masih sesuai alur atau tidak? Abaikan saja dulu, efek nulis sambil ngantuk yaa begini 😅

Sampai disini bisa difahami kah atau justru pabaliut? Kalau merasa pabaliut mohon dimaafkan yaa karena saya menulis sambil menahan kantuk.

Solusinya apa ini teh? Komunikasi. Jaga komunikasi dengan pasangan kita. Tak perlu banyak mikir tapi action lah, segera jalin komunikasi dengan pasangan . Sampaikan apapun yang ada di benak, jangan khawatir kalau sampai paketrok, ambil hikmahnya saja! Apa hikmahnya? Kalau pasangan kita sedang nyerocos itu berarti kita bisa tahu apa sih yang selama ini disembunyikan di dasar hati nya, trus setelah itu pasangan pun akan jauh lebih happy karena beban hatinya berkurang.

Sebenarnya masih banyak alasan lain yang memungkinkan menjadi pemicu pertengkaran diantara suami istri. Tapi untuk saat ini saya cukupkan dulu sampai disini karena mata sudah sangat mengantuk. insyaAllah di lain kesempatan di bahas lagi 😁

Balananjeur, Jum'at, 14 Januari 2022 pukul 19.30 tepat saat adzan dari musholla Al Azhar dengan mang Dadan sebagai muazzin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh