Padahal cuaca sedang panas, tapi keceriaan mereka disertai sepoi angin Cisayong membuatku merasa hangat dengan kesejukan. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi..
Hari ini aku sedang merasa lelah yang sangat, aku meyakini bahwa merelease hal-hal yang membuat tak nyaman bisa membantu menguraikan rasa tak nyaman itu sendiri namun ada hal yang membutuhkan waktu untuk membuatnya terurai dan membaik terutama saat tamu bulanan datang dimana hal kecil bisa menjadi tampak besar dalam pandangan.
Bingung nya ini cerita apa? Jangan dipikirkan, ini hanya muqoddimah saja sekaligus kabar untukku atau anak-anakku dimasa depan bahwa suasana hati itu tak selalu mulus namun ada kalanya berjumpa kesal, resah seperti juga tenang, senang dan lain sebagainya. Hal yang perlu dilakukan saat kondisi seperti itu adalah akui saja bahwa hati kita sedang tidak baik-baik saja, lalu release dan cari tahu kira-kira penyebabnya apa dan tentu saja jangan berhenti mendekat padaNya memohon bimbingan dan maghfirah Nya.
Saking lelahnya sampai-sampai Akang merayuku untuk jalan-jalan mencari angin, "Ummi sedang butuh waktu untuk mencari udara segar dan pendengar untuk hati ummi, ceritakan pada Abi apapun itu! Abi akan mendengarnya." Namun aku memilih diam tak bercerita sebab letih yang kurasakan, aku hanya katakan padanya bahwa aku sedang kena syndrome haidh dan mungkin resah menghadapi de Olin yang sedang sakit, aku butuh waktu untuk menormalkan kembali kerja emosiku ðŸ¤
Katanya menjadi ibu itu rentan stress, benarkah? Aku rasa bukan hanya ibu tapi juga pada siapapun. Eh terutama wanita sih, kebayang kan saat-saat haidh, ujiannya luar biasa. Wasta'iinu bishshobri washsholaat, shalat itu penolong yang MasyaAllah sangat dahsyat. Saat sedih trus shalat, hilang duka. Tapi tetap yaa niat shalat nya karena Allah bukan untuk mengusir duka, karena innamal a'maalu binniyaat, kalau niat kita shalat buat melepas gundah mah sayang atuh dapatnya cuma sampai pada yang diniatkan itu. Kalau niatnya karena Allah mah , Allah janjikan kebaikan yang menaungi kita di Padang Mahsyar kelak.
Wanita rentan stress, terutama Ibu, katanya. Kok bisa? Kerjanya diam terus, bisa main gadget seharian sambil nonton, bisa melakukan banyak hal tanpa khawatir tekanan ataupun omelan pak Bos, kok malah rentan stress?
Eit, kita bahas dulu anggapan sebagian orang yang bilang jadi ibu rumah tangga itu mudah bin ringan, kerjanya cuma nonton atau scrolling media sosial..
Itu anggapan yang sangat mengada-ada bahkan jatuhnya terkesan 'menganggap ringan'. Emang sih punya banyak waktu me time, tapi itu juga saat pekerjaan rumah beres atau saat mengabaikan tugas rumah yang artinya pekerjaan rumah yang tiada habisnya itu masih ada tapi dia memilih istirahat dulu dan tetap mengerjakan tugasnya.
Hmm.. emang apa sih kegiatan ibu rumah tangga? Apa saja sih kerja ibu rumah tangga?
"Pekerjaan ibu itu pekerjaan yang tidak pernah selesai, tidak ada habisnya. Hasilnya seolah nggak kelihatan, sunyi dari apresiasi tapi karena niatnya karena Allah maka semua lelah menjadi hal mudah dan tak berubah resah." Suatu hari seorang teman bercerita tentang sunyinya jalan yang ditempuh para Ibu rumah tangga. "Ia seperti jantung. Sangat dibutuhkan namun tersembunyi dari pandangan, sakitnya ia seolah musibah bagi anggota tubuh lainnya, seperti itu juga ibu. Denyutnya adalah kebaikan bagi seluruh anggota keluarga." Lanjutnya. Aku diam menyimak sambil mengiyakan, kata iya yang kusimpan dalam hati dan kutuliskan disini.
Ya, seperti itulah ibu..
Suatu hari aku pernah bertanya pada seorang anak, salah satu murid saat mengajar dulu. Aku tanyakan tentang ibunya sesuai tema pelajaran tentang pekerjaan orang tua saat itu, ku pancing dia untuk bercerita apa saja yang biasa dilakukan ibu di rumah.
"Pekerjaan ibuku adalah marah-marah, nonton sinetron, nyuruh ke warung." Jawaban yang luar biasa dan membuatku berpikir kalau saja anak-anakku ditanya tentang aku mungkin saja penanya akan mendapatkan jawaban yang kurang lebih sama atau bahkan lebih dari itu, misal, "Ummi main hp." atau mungkin, "hanya tahu hp, buku dan laptop." Jawaban yang boleh jadi membuatku tersimpul malu..
Oh No, aku tidak malu untuk jawaban jujur anak-anak meskipun kalimat seperti itu seolah menjadi cerminan kurang baik tentang aku. Seperti halnya Ibu dari anak yang ku tanya, sangat mungkin jika Ibu itu mendengar jawaban anandanya beliau akan merasa tak nyaman... Namun bagiku itu bukan jawaban yang lantas tepat untuk membuat ibu merasa malu.
Why? Lupakan sejenak konsep ideal pengasuhan yang mengatakan bahwa anak belajar dari ingatannya atau apa yang dilihatnya dari ibunya. Izinkan aku bercerita dengan kacamataku sebagai ibu dan juga sebagai anak ...
Benarkah ibu hanya diam menonton sinetron? Main gadget? Marah-marah? Minta uang sama ayah?
Sebagai ibu, aku jelas tidak menerima pandangan seperti itu dan sebagai anak (pun saat dulu aku masih menjadi gadis kecil mamah) aku sangat tidak setuju dengan pandangan seperti itu.
Saat aku akan berangkat ke sekolah, aku melihat dengan jelas bagaimana makanan itu bisa terhidang di meja makan dan itu bukan aku atau saudaraku yang menyiapkannya, ibu yang menyiapkannya untuk kami tanpa mengeluh. Kami makan dengan lahap padahal ibu yang memasak saja belum makan sesuap nasi pun.
Benarkah pekerjaan ibu hanya diam saja? Tidak, ibu menyiapkan makanan kami.
Kudapati baju seragam dan baju yang biasa kupakai sehari-hari selalu wangi dan bersih padahal kupakai dan ku simpan di tempat cucian saat kotor, tak pernah ku cuci... Bagaimana bisa menjadi bersih kembali padahal bukan aku yang mencucinya? Ibu yang mencucinya untuk kami, memastikan pakaian yang kami pakai selalu bersih dan wangi.
Benarkah pekerjaan Ibu hanya duduk menonton sinetron? Tidak, kalaupun ibu mu menonton sinetron, bajumu tetap dibersihkannya.
Rumah yang kita tempati selalu bersih dan rapi, adakah tangan kita yang membuatnya seperti itu?
"Iya, saya kan sering bantuin mama ngpel."
"Bantuan seperti apa? Sering? Setiap hari? Sehari berapa kali?" Karena bantuan kecil ku aku tak berani mengatakan bahwa aku membantu Mamah, terlalu kerdil saat kukatakan atau sekedar terngiang di benakku saja. Na'udzubillah...
Ibu membereskan dan membersihkan rumah setiap hari, melakukannya tanpa meminta pamrih ingatan kebaikan ada di benakmu.
Ibu tak pernah berhenti memikirkan anak-anaknya, bahkan saat netra tertuju pada layar televisi, saat lisan berteriak dalam amarahnya, saat menyuruhmu beli garam di warung,saat sakitnya... Ibu tak pernah berhenti berjuang dan berprasangka baik untukmu, memastikan bahwa engkau akan baik-baik saja.
Ibu..
Memiliki rutinitas yang itu-itu saja setiap harinya namun dalam aktivitasnya ada cinta yang besar yang menjadi pemantiknya.
Balananjeur, Selasa, 4 Januari 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar