Sabtu, 08 Januari 2022

Terbangun

03.08

Saya terbangun karena lambung yang kembali terasa teriris sembilu, mual mendera namun saya tidak memiliki tenaga untuk memuntahkan isi perut guna mengurangi mual yang ada. Menuliskannya pun membutuhkan energi yang luar biasa namun alih-alih lari ke kamar mandi untuk muntah, saya justru memilih menuliskannya disini.

Apakah menuliskan bisa mengurangi? Bagi saya iya, entah mengurangi atau menghentikan.. ah ya bukan menghentikan tapi mengalihkan, mengalihkan fikiran dari rasa mual dan sakit menjadi mikir kata apa yang mau ditulis. Selain itu, menulis memang mengurangi rasa sakit. 

Waktu semakin beranjak, sekarang sudah jam 3.35 cukup lama saya terbangun dan diam seperti ini, harusnya saya memang lari ke KM seperti biasa namun sekali lagi saya katakan disini bahwa tenaga saya sedang tidak cukup kuat bahkan untuk sekedar berjalan kesana.

Ini menjadi peringatan dini agar saya kembali menjaga pola makan dan pikiran. Pikiran memang sangat berpengaruh dan akhir-akhir ini pikiran sedang tidak bisa dikendalikan agar tidak memikirkan hal-hal yang harusnya diabaikan.

Pikiran apa? Hidup itu tak melulu tentang lurus-lurus saja ataupun terbebas dari luka apapun. Ada saat dimana kita terluka karena suatu sebab lalu kita berdiam diri karena berharap kebaikan dari Allah, ada saat ngoceak karena tak sanggup menyimpan dan mengolah luka menjadi energi positif. Dan saya, saya memilih melepaskannya dengan cara saya sendiri.

"Saya butuh waktu untuk menyembuhkan luka karena hal itu. Beri saya waktu, nanti saya akan katakan saat saya sudah keluar dari kemelut rasa seperti itu." 

Lambung mulai berangsur pulih, segelas madu hangat atau menulis mungkin memang cukup baik untuk mengurangi sakit lambung atau sakit lainnya. Saya mulai bisa beranjak untuk menunaikan tugas kehambaan saya di sepertiga malam terakhir.

Rabbanaa..

Balananjeur, Ahad, 9 Januari 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh