Jumat, 28 Januari 2022

Ummi Kena Cacar (bagian 5)

Hari ini kembali mual muntah, telinga kiri terasa berdengung juga berdenyut sakit sekali. Pengen nangis tapi alih-alih nangis malah ngajak Kakang buat ke Ciseupan menjenguk Emak. Saya pikir tidak akan terlalu masalah selama saya memakai masker dan menjaga jarak, saya juga butuh suasana baru agar tak melulu berkutat dalam rasa sakit.

Kakang mengiyakan dan kami langsung berangkat kesana. Ah ya tidak langsung berangkat karena ke bank dulu untuk suatu keperluan (saya tuliskan dalam postingan terpisah tentang cerita ke bank pagi tadi). Setelah dari Bank kami membeli Ayam goreng krispi 2 karena Kakang sedang ingin sarapan di rumah Emak. 

Sesampai di rumah Emak, Emak sedang mencuci piring. Saya cukup khawatir Kakang protes lagi, Kakang tidak suka melihat Emak melakukan pekerjaan rumah di usia beliau sekarang.. Yaa, saya pikir ini hal yang wajar dan memang harus dirasakan seorang anak untuk ibunya.

Saat bersiap pulang, saya sisipkan beberapa lembar uang yang tadi kami terima dari tunjangan fungsional guru honorer suami dari bank tadi ke dalam genggaman tangan emak, kali ini emak tidak menolak dan menerima. Biasanya emak selalu menolak sampai akhirnya kami memaksa (ini bukan bentuk kekerasan yaa ..hee).

Memang tidak seberapa, namun kami merasa emak sedang sangat membutuhkannya. Memang tak seberapa karena ini pun dari tufung honorer yang .. para guru honorer di kampung kami pasti tahu nominalnya berapa.

Berlanjut ke acara pulang, telinga masih terasa berdengung.. namun hari ini saya harus membereskan segala keperluan yang akan dibawa kakang ke Bogor jadi sakit itu pun kembali tak terasa sebagai beban. Yang ada hanya rasa senang karena membayangkan wajah ceria putri kami saat nanti mendapati Abi nya menjenguknya. Ah ingatan akan kebahagiaannya membuat hati saya berbunga .. namun ada sudut hati yang basah, saya juga merindukannya.

Saat membereskan pakaian yang akan dipakai kakang tetiba saya ingat bahwa saya belum makan, jam sudah menunjukkan angka 10.24 .. waktu sarapan sudah lama berlalu, makan pagi pun sudah bukan waktunya. Pantas saja asam lambung terasa naik, saya memang sering lupa waktu makan. Akhirnya saya memutuskan menunda pekerjaan untuk menunaikan hak tubuh mendapatkan makanan, obat sudah tidak lagi di konsumsi karena penerimaan lambung yang langsung muntah-muntah.

Tekanan darah sepertiinya kembali menurun, saya bisa merasakannya dari tubuh yang limbung. Tapi karena saya merasa senang dengan bayangan putri kami yang tersenyum mendapati ayahnya didepan matanya, limbung itu tak terlalu dirasa.

Euceu bertanya perkembangan kondisi saya, "Dede kumaha ayeuna?" 
Saya jawab Kalau sekarang sudah jauh lebih baik insyaAllah.

Ya, saya sudah jauh lebih baik dan insyaAllah menuju sehat.

Balananjeur, Jum'at, 28 Januari 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh