Jadi yang bertepuk sebelah tangan teh bukan cuma perihal bucin-bucin an ala anak muda yaa, tapi juga terjadi dalam persahabatan bahkan persaudaraan.
Nggak percaya? Nggak apa-apa sih nggak percaya juga. Yang pasti itu memang ada dan nggak lihat usia atau jenis kelamin.
Bagaimana cara detected nya? Dengan bertambah waktu, kebiasaan dan nggak ada salahnya untuk bertanya pada hati.
Sebutlah namanya Nadia, dia seorang ibu muda berusia sekitar 28 tahun an. Dia tidak pernah berprasangka buruk, pikirannya seolah luruuuus saja, nggak ada belok-beloknya. Sikapnya yang suka mengalah seringkali dimanfaatkan orang lain untuk kepentingan mereka sendiri tapi Nadia tidak terlalu peduli, baginya selama dia berbuat baik maka dia tidak berpikir bahwa orang lain pun harus bersikap baik padanya. Dia hanya berbuat baik tanpa peduli apakah orang lain akan memperlakukan dia seperti dia memperlakukan orang lain.
Sampai suatu hari dia mulai merasa ada yang tidak biasa, hal yang sudah berlangsung lama namun baru dia sadari saat itu yang membuatnya berpikir , "ternyata selama ini aku tidak berarti apa-apa." Hingga terpikir bahwa yang dia lakukan selama ini seolah tak ada artinya.
Nadia tidak pernah berpikir mendapatkan balasan kebaikan atas kebaikan yang coba dia usahakan, ah dia bahkan tak pernah berpikir bahwa dia berbuat baik namun hanya sekedar berusaha melakukan kebaikan.
Tapi hari itu dia mulai merasa bahwa dirinya tak pernah melakukan kebaikan apapun, bahwa dia tak pernah berhak ada. Sebuah pemikiran yang menyakitkan dirinya sendiri.
Ada apa sebabnya? Sebabnya adalah saat suatu hari dia mendapati dirinya di ghibah oleh orang-orang yang disayanginya dan berusaha dia jaga. Bukan hanya di ghibah namun di fitnah..
Dia mulai mengingat waktu yang tlah berlalu sampai pikiran itu muncul, "Aku terlalu Ge er berpikir mereka menyayangiku seperti aku menyayangi mereka.
Nadia tidak suka terpuruk dalam perasaan tidak menyenangkan karena itu dia memilih untuk, "kenapa saya harus peduli pada orang yang saat ingat saya justru malah bikin dia sebel."
"Kenapa saya harus merasa berhak memberi perhatian pada orang yang tidak pernah menyimpan nama saya dalam list orang yang dia sayang."
"Kenapa saya merasa harus bertanya kabar pada orang yang tidak pernah sekalipun bertanya kabar saya."
Nadia memilih untuk tak lagi peduli.
"Aku merasa jauh lebih bebas." Jawabnya saat saya tanyakan kabarnya setelah kejadian denger kabar ghibah hari itu.
Balananjeur, Senin, 28 Februari 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar