Jumat, 11 Februari 2022

Minyak Goreng dan Empati

Kabar minyak goreng dengan harga murah bagi saya itu masih sekedar katanya; kata berita namun saya belum tahu kebenarannya.. yaa sekali lagi masih sekedar katanya, katanya pernah ada yang beli minyak dengan harga murah. 

Murah teh berapa? Hmm jadi gini yaaa, di warung harga minyakteh kisaran 40-42 rb per 2 liter dan kata berita sekarang tersedia minyak dengan harga 14 rb perliter alias 28 rb per 2 liter. Entah itu benar atau tidak karena sekali lagi saya baru denger atau baca di media online..

Nyatanya? Minyak di pasaran sulit di cari. Kalaupun dapat yaa harus berani dengan harga yang tinggi. 

Pernah beberapa kali nyoba nyari ke toko yang ada akhiran mart nya biar kabar minyak murah itu tak lagi sekedar katanya.. eh tahunya semua rak minyak kosong melompong. MasyaAllah segitu tinggi kebutuhan kita akan minyak sampai tiap hari rak minyak habis diserbu.. ya kata pekerja di toko itu sih gitu, katanya yang paling banyak diserbu dan langsung ludes itu yaa minyak.

"apa kita bikin minyak saja dari kelapa?" Tepatnya bukan pertanyaan inimah, hanya menimbang mana yang kira-kira lebih aman di saku 🤭

But ternyata bikin minyak sendiri butuh dana yang lumayan, maksudnya untuk membuat 1 liter minyak butuh modal yang jauh lebih besar dibanding beli minyak dengan harga tinggi di pasaran.

Tiba-tiba terdengar kabar kurang menyenangkan tentang tingginya harga minyak di pasar sekaligus selalu ludesnya minyak harga murah di toko-toko ritel ... Ah kalau benar rumor itu saya kok jadi sedih, alangkah sulit ternyata membangun empati. Entah karena isi perut atau hal lainnya, apalagi untuk kalimat 'mendahulukan saudara kita dibandingkan kita sendiri' bahkan untuk kalimat, 'mereka juga membutuhkannya, sama seperti kita jadi belilah seperlunya dan sewajarnya agar saudara kita juga kebagian' seolah hilang dari pikiran .

Ini kemudian menjadi bahan obrolan kami, saya dan anak-anak. Mencoba mengorek isi hati dan pikiran mereka, opini mereka dan mencoba membangun empati di hati mereka.

Ah ya, jika itu untuk diri saya sendiri saya tidak pernah khawatir harga minyak berapapun. Saya tidak senang menyibukkan diri dengan berpikir saya butuh banget minyak.. prinsipnya tetap sama, kalau bisa beli tinggal beli kalau nggak bisa yaa nggak usah, but ini untuk saya sendiri.

Namun persoalan minyak ini bukan hanya bahasan tentang diri saya sendiri, tapi tentang saudara-saudara kita.. haruskah abai? Ah bahkan suara kecil ini pun entah akan sampai atau tidak.

Sampai pada siapa? Sampai pada hati yang mungkin sedang berpikir untuk memborong minyak dan membiarkan saudara-saudaranya kebingungan karena harapan membeli minyak dengan harga murah harus kandas karena orang-orang seperti anda.

Bagi anda yang 40 ribu itu receh namun ada orang yang akan berlari mencari barang kebutuhan pokok demi perbedaan harga 50 rupiah sekalipun.

Setidaknya, sisakan sedikit empati di hati anda untuk mereka yang mengantri di belakang anda. Untuk mereka yang antri demi usaha gorengannya, untuk mereka yang antri karena boleh jadi minyak di rumahnya sudah benar-benar habis dan ia berharap bisa berhemat sekian rupiah dari uangnya yang bisa ia gunakan untuk biaya sekolah anaknya, atau... Kalau empati tidak bisa anda dekap, kenapa anda tak coba tanyakan pada diri anda, "bagaimana jika saya jadi mereka?"

Jika benar rumor itu, untuk hati anda, semoga Allah lembutkan dan lindungi anda dari berlebihan atas sesuatu yang fana.

Percayalah, mati tidak akan didampingi minyak yang anda borong. Dengarlah di luar sana ada tangisan rintihan!

Balananjeur, Jum'at, 11 Februari 2022

(Gara-gara baca banyak postingan di FB yang mempertanyakan minyak murah)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh