Sabtu, 26 Februari 2022

Ngomongin Poligami?

Ada yang nanya, "teh De, bagaimana pendapatnya tentang poligami?"

Saya jawab,"lho kok nanya pendapat saya sih? Poligami itu sudah ada aturannya dalam Islam, kenapa harus menanyakan hal seperti itu. Jadi gini, sebelum Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di utus itu, umum di masyarakat laki-laki menikahi baanyak wanita, nah Islam datang membatasi jumlah itu jadi 4.

"nggak adil ya poligami teh."

"Sebentar-sebentar, maksudnya gimana ini teh? Gini ya teh, adil itu ada aturannya. Bukan sama rata alias suami punya istri dua, tiga atau empat trs istri juga harus sama. Adil itu sesuai kebutuhan. Poligami nggak adil? Atau mau bilang Allah nggak adil? Allah nggak nyuruh poligami kok, Allah justru membatasi. Lihat deh teks Nash nya! Mastna, wa tsulatsa wa ruba'a. Eits tapi bukan Allah nyuruh para suami buat mentang-mentang ada pilihan itu harus milih itu, ada kriteria lain yang kadang emang sering dilupakan, kata Allah teh kalau nggak sanggup berbuat adil mah satu aja. 
Eh tapi, tetehteh sebenarnya mau ngomongin apa?"

Saya kadang over nya 🤭😅

"Serius pengen nanya pendapat teteh tentang poligami."

Saya mengimani Al Qur'an tanpa tapi, insyaAllah. Tentang poligami, saya meyakini itu suatu kebaikan karena apapun dari Allah pastilah yang terbaik.

Tapi kalau saya sendiri nggak suka ngomongin poligami, kenapa? Pertama, kenapa harus ngomongin poligami. Saya tidak memiliki alasan untuk ngomongin bab poligami kecuali sekarang karena ditanya, saya juga tidak tahu untuk apa saya harus ngomongin poligami saat kami (saya dan suami) memilih untuk tidak menjadikan itu sebagai konten bahasan kami. Yang kedua, kami bukan pelaku poligami, saya malah memberi syarat pada lelaki yang jadi suami saya ini untuk tidak menikah lagi selagi saya masih menjadi istrinya (hidup sebagai istrinya). Trus kenapa saya harus membahas sesuatu yang tidak saya. Lakukan? Kaburot nafsan dong?

Yang ketiga, suami saya bukan tipe yang seneng ngomongin poligami. Waktu saya tanya kemungkinan beliau menyukai wanita lain selain istrinya saja langsung nggak suka, beliau meyakini bahwa bahasan itu akan menyakiti hati saya dan menurut beliau salah satu yang akan ia jaga dalam pernikahan kami adalah perasaan saya. Dan saya tidak membahas hal apapun yang suami saya tidak akan menyukai jika saya membahasnya. 

Wait, ini tidak sama dengan tidak mengikuti syariat yaa.. poligami itu pilihan bukan kewajiban


Bahasan bab ini pun berlanjut ..

1.
Kalau laki-laki yang sudah nikah trus ngomongin rasa suka ke wanita lain, gimana hukumnya?

Saya lagi-lagi nanya balik, "saya tidak memiliki kapasitas untuk membahas hukum, tanyakan itu pada ahlinya!"

"Kalau pendapat teteh sendiri bagaimana? Apakah itu berarti tidak menjaga perasaan istrinya seperti yang teteh bilang tadi?"

"Wait, saya tidak mengatakan bahwa membahas rasa suka itu menyakiti perempuan, saya hanya mengatakan bahwa suami saya tidak mau membahas hal ini karena beliau berpikir hal ini sensitif bagi saya, beliau tidak mau membahas apapun yang mungkin bisa menyakiti perasaan saya. Jadi, ya kembali lagi ke orangnya sih, mungkin saja di luar sana ada orang yang baik-baik saja saat pasangannya (suami atau istrinya) bilang kalau dia suka sama yang lain. Atau mungkin saja ada perempuan yang biasa saja saat suaminya menyampaikan keinginannya untuk menikah lagi, misal. Eh malah ada lho seorang suami yang memaafkan istrinya yang na'udzubillahi berzina dengan lelaki lain sampai melahirkan anak. Eh ini keluar dari bahasan kita ya? Maaf tapi saya bukan orang yang tepat untuk diajak ngomongin masalah ini."


2.
"Dua kakak teteh kan berpoligami, bagaimana pendapat teteh tentang itu?"

"Pendapat saya? Memang apa hubungannya, mereka yang berpoligami kenapa saya yang ditanya pendapat? Mereka kakak saya, saya menyayangi mereka dan itu cukup bagi saya. Saya tidak suka orang lain mengintervensi hidup saya dan bukan tidak mungkin saudara-saudara saya pun seperti itu, apa hak saya untuk merasa perlu berbagi pendapat tentang mereka? Jika diantara mereka ada yang berpoligami, itu amal mereka kenapa saya merasa harus berpendapat tentang poligami nya.
Oh tunggu, ada kisah lucu. Karena dua kakak laki-laki saya berpoligami, sedangkan menantu laki-laki dari ibu saya orangnya kayak lurus gitu aja nggak pernah nyerempet ngomongin poligami. Ada lho orang yang dengan entengnya menyalahkan ibu saya seolah anak laki-laki mah diberi akses alias dibenarkan buat nikah lagi kalau menantu laki-laki nya mah harus menjaga anak perempuannya. See, nggak nyambung banget kaan? Yang poligami anaknya, yang disalahkan ibunya, yang ditanyai pendapat saudari nya.. jangan gitu yaa! Itu tidak pada tempatnya. Kalau mau nanya, nanya langsung ke orangnya atau ke istri-istrinya. Bukan sama saya!"


3.
"Teteh kan bilang sama suami nggak mau diduakan, hmm suami teteh nggak protes lihat dua kakak teteh aja bisa nikah lagi? teteh nggak khawatir suami teteh tetiba minta nikah lagi?"

"Jujur saja, saya agak aneh dengan pertanyaan seperti ini. Tapi ini pertanyaan yang sering saya dengar juga siih.. 

Gini ya teh, saya pernah nanya sama suami, 'Abi pernah mikir nggak, kakaknya aja nikah lagi, kok adiknya nggak mau dipoligami. Nggak adil banget?' soalnya pernah ada yang bilang gitu. Suami saya hanya tersenyum dan jawab kalau, 'apa alasan Abi merasa harus berpikir seperti itu? Kakak ummi siap berpoligami, kenapa Abi yang panas seolah harus menduakan adiknya? Tidak sayang, menikah itu ibadah bukan sarana untuk saling oh kakaknya aja poligami jadi adiknya juga harus tahu rasanya punya suami yang berpoligami.' 
Jadi, jawaban saya adalah.. kenapa saya harus khawatir suami saya melakukan sesuatu yang dilakukan kakak saya? Trus apa salah kakak saya sampai harus dijadikan contoh seolah itu salah? Sekali lagi, saya menyayangi kakak-kakak dan itu cukup bagi saya. Saya tidak tepat untuk membahas hal apapun terkait rumah tangga mereka."


4.
"Nggak apa-apa Kitu ngshare ini disini?"

"Setiap hati hanya akan melihat sesuai isi yang ada dihatinya."

"Maksudnya?"

"Sebaik apapun kita berkisah, sekeras apapun kita berusaha untuk berniat berbagi kisah yang kita rasa bisa diambil hikmahnya, kalau hatinya burammah tetap aja dipandang bukan hal yang harus dishare. Kalau hati yang mau menerima maka yang dilihat mungkin ibrahnya, saripati hikmah dari kisah apapun yang dibacanya."

Balananjeur, Ahad, 27 February 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh