Dan inilah kemudian yang saya tafakkuri hari ini; kami benar-benar tidak berpikir panjang di hari itu.
Setelah menikah, haruslah belajar hidup terpisah dari orang tua, baik orang tua suami ataupun orang tua saya. Namun kami memilih tinggal kesana kemari.
Kali ini saya akan menceritakan pekerjaan kakang sebagai guru honorer di sebuah madrasah ibtidaiyah di Pagerageung.
Kakang mulai bekerja 3 hari setelah menikah. Sebelumnya kakang memang belum memiliki pekerjaan tetap dan baru selesai wisuda. Dua hari setelah menikah mendaftar jadi guru honorer dan langsung diterima, padahal pendidikannya tidak linear ðŸ¤
Saya mengenalnya saat saya berusia 15 tahun, sepanjang mengenalnya dia adalah tipe yang tidak pilih-pilih pekerjaan. Apapun akan dijalaninya selama itu halal apalagi sejak dia memiliki tanggungan.
"Honornya 60 rb. Apakah tidak apa-apa?" Tanyanya saat itu.
Saya sudah berazzam untuk menerima apapun, meski sedikit sekalipun akan saya terima dengan kesyukuran. Saya mengangguk senang, benar-benar senang karena melihat wajahnya berbinar mendapat pekerjaan. Ia berharap membahagiakan dan saya bahagia untuk itu.
Bulan pertama dengan honor 60 ribu, MasyaAllah Allah cukupkan dengan caraNya yang liar biasa. Sebagai suami, ia suami yang sangat baik dan sebagai guru ia pun guru yang baik. Ini penilaian yang tidak pernah berubah sampai hari ini. Jika orang mengatakan versi istri atau suami yang baik hanya karena masih dalam bulan pertama pernikahan naka saya mengatakannya setelah hampir 20 tahun menjadi istrinya.
Ya, ia suami dan guru yang baik.
Saya ingin membantunya namun tidak memiliki keahlian kecuali menulis. Kami pun berdiskusi dan memutuskan untuk menjual gorengan dengan cara menitipkannya di warung sekolah. Ada gehu, bala-bala dan gorengan tempe.
Setiap pagi kakang membuat adonan dan saya yang menggorengnya. Menjelang berangkat ke sekolah, Salah seorang murid kakang, Malik, membawakan gorengan itu ke sekolah dan menyimpannya di warung bi Hasanah. Oh no, jangan tanyakan harganya karena saya lupa lagi. Buku diary tempat saya menuliskan rasa di hari itu pun hilang entah kemana jadi tidak ada yang mengingat kecuali memori sekedarnya.
Bulan kedua Alhamdulillah honornya ditambah jadi 75 ribu.
Hey, untuk waktu itu mah mungkin memang cukup? Kalau bukan Allah yang cukupkan maka tidak akan ada kata cukup. Pengeluarannya tetap tidak sebanding dengan pemasukan jika kami menghitungnya namun tentu saja matematika Allah tidak pernah bisa kita terka. Begitu juga dengan kami yang mencoba menerka dan menebak serta menghitungnya, sungguh semua itu tak pernah sama.
Balananjeur, Senin, 28 Maret 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar