Jumat, 04 Maret 2022

H-97

Kang Wawan, lelaki ini adalah teman diskusi terbaikku. Ia menjadi pendengar setia, mendukung pendapat sekaligus mematahkan pendapatku. 

How can? Mendukung sekaligus mematahkan? 

Kang Wawan itu teman yang sangat baik buatku, jauh sebelum Allah satukan kami menjadi suami istri bahkan sampai kami menjadi suami istri beliau tetap menjadi teman yang sangat baik. Beliau pendengar yang baik, teman debat yang asyik karena frekuensi obrolan dan passion kami sama (sama-sama suka ngomongin buku, pendidikan, sosial, politik dan hiking). 

Beliau laki-laki yang saat kuberikan beberapa pertanyaan (waktu itu padahal lagi nyeleksi calon suami cuma nggak ada yang tahu) beliau satu-satunya yang memberikan jawaban yang tidak mengawang atau ideal atau ikhwani (faham kan yang dimaksad Ikhwani hee) namun jawabannya justru membuatku merasa yakin dengan orang ini.

Beliau ngasih support yang menurutku MasyaAllah enggak banget buat laki-laki yang sedang suka sama perempuan. Pokoknya sampai nggak ada yang tahu kalau beliau suka sama bahkan aku sendiripun tidak tahu kecuali setelah nikah.

Cool banget, cuek, kalau ngomong dikit tapi nyelekit soalnya bener. Menyatakan perbedaan pendapatnya saat berbeda pendapat denganku (padahal biasanya orang yang lagi suka mah ngomongnya diatur, trus kayak membenarkan saja apapun yang dilakukan atau dipikirkan dll orang yang disukai tapi laki-laki ini tidak  seperti itu).

Pernah ada satu moment perbedaan pendapat, waktu itu lagi ngomongin apaaa gitu. Dengan santainya beliau bilang, "hidup itu tidak sesempit yang Dede pikirkan." 

Well, that so Amazing i think (aslinya ngeselin 😁). Harusnya aku kesal dan memang aku sangat kesal, beliau sering sekali memberi kritikan namun akhirnya aku banyak belajar dari kritikan-kritikannya.. 

Aku mulai belajar tapi tidak untuk membuktikan bahwa aku tidak pantas di kritik namun justru merasa harus memperbaiki kualitas diri. Just it..

Dan hampir semua ingatan tentang beliau waktu itu justru menjadi titik alasanku untuk bilang, "Kang, mau nggak nikah sama saya?" 

Aku merasa yakin bahwa lelaki yang  ditanya itu akan membantuku untuk menjadi sebaik-baik diriku sendiri, membantu memaksimalkan potensi diri selain bisa menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang akan menyakitiku (kesetiaan).

MasyaAllah aku masih 18 tahun kurang saat bertanya .. sekarang aku merasa bahwa hari itu aku terlalu cepat membuat keputusan namun jika aku kembali ke masa itu aku akan tetap memilih lelaki ini.

And now, how? Masih. Beliau pendengar yang baik, teman diskusi yang asyik, tak jarang bilang, "Ummi benar." Saat pendapatku dirasanya benar namun sering juga bilang, "Pendapat Ummi ada benarnya namun...." Titik-titik itu diisi dengan argumen yang benar-benar mematahkan pendapatku.

Harusnya aku kesal, dan aku memang kesal namun entah kenapa aku menyukainya. Aku ingin selalu menjadi pihak yang akan selalu membuatnya mengatakan, "Ummi benar." Tapi entah kenapa hatiku kesal sekaligus senang setiap kali beliau mengatakan, "Pendapat ummi ada benarnya, namun..." 

Ah, cinta memang unik. Kenapa aku mencintai lelaki yang lebih sering mematahkan pendapatku sendiri?! 😅

Namun, aku akan tetap memilih untuk mencintainya.

Balananjeur, Jum'at, 4 Maret 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku dan Buku