Jumat, 01 April 2022

Saat


Setiap berada di ujung gelisah, saya ingat bahwa saya memiliki Allah tempat saya mengadu. Cukup dengan mengadu maka semua itu sudah cukup, saya senang saat bercucuran airmata dalam aduan padaNya, "Robbanaa, Robbanaa, ini hambaMu mengadu padaMu. Sesak menyapaku karena..."

Ah, manusia sejatinya memang suka mengeluh, bukan? Lalu saya mendapati bahwa mengeluh pada manusia hanya akan melahirkan luka kembali. Pada siapapun bukan cara yang tepat. Jadi saat kita bercerita pada orang lain, bukan untuk melepas gelisah atau mengurai duka namun hanya sebagai sharing saja. 

Tak perlu dengan menyertakan harapan, cukup cerita saja. Ya, cukup dengan bercerita. 

Saat saya berada di ujung gelisah, saya ingat Mamah yang tak pernah menyerah merawat kami hingga keriput kulitnya, memutih rambutnya namun tangannya masih menadah pinta untuk kami.

Saya juga teringat suami yang akan berduka melihat saya terluka, ia yang tak rela melihat derai airmata istrinya.

Saya juga teringat anak-anak yang kelak akan semakin besar. Saya katakan pada mereka, "Nak, kelak kalian yang mengambil alih estafeta perjuangan. Menjadilah Aghnia yang shalih dan membawa bobot laa ilaaha illallah. Ummi yakin bisa mengandalkan kalian di usia ummi, insyaAllah.

Lalu saya kembali mereguk asa memupus nafas terakhir gelisah yang menyapa. 

Balananjeur, Sabtu, 1 April 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh