Inilah yang biasa terjadi di pagi hari, saya tidak ingin menuliskan biasa tapi memang seperti inilah kenyataannya. Mual muntah disertai lemas yang sangat menjadi episode pagi yang seringnya membuat jantung ratug, tak ada yang suka ujian sakit karena itulah Allah hadirkan pilihan kesabaran dengan pahala yang besar. Why? Karena sakit itu memang bukan hal yang menyenangkan.
Do you know what mean of tidak menyenangkan? Oh ok saya tidak perlu menjelaskan karena setiap orang memahami arti tidak menyenangkan dan memiliki kondisi tertentu dimana hatinya merasakan hal itu.
Saya tidak ingin terjebak dalam perasaan tidak menyenangkan itu jadi saya memilih untuk menikmati sakit sebagai bagian dari hal yang disyukuri. Yaah mau bagaimana lagi, ikhtiar sudah dan akan terus dilakukan sekemampuan saya, artinya segala usaha agar sehat sudah dan terus dilakukan jadi saat kondisi kesehatan belum membaik atau belum sesuai harapan mah ya udah syukuri saja, bukankah tidak ada satu hal pun dalam hidup kecuali terjadi atas kehendak Allah? Dan Allah maha baik dalam setiap keadaan kita, khoirihii wa syarrihii akan kita terima dengan lapang dada dan penuh kesyukuran sebagai bagian taqdir yang kita imani.
Well, sudahkah bersyukur? Atau, bersyukurkah kita? La a'rif, tidak tahu, kita hanya berusaha dan berprasangka. Karena Allah sesuai prasangka kita maka adalah hal yang baik saat kita memilih berprasangka baik termasuk pada diri kita sendiri. Semoga prasangka itu di Ridhai Allah..
Pagi ini kembali mual dan muntah, saat berdiri shalat shubuh pun terasa ngalanggeong saking lemesnya. Dan saya tidak mau membuat perbandingan dengan orang lain yang mungkin di uji dengan ujian yang sama atau lebih, saya hanya ingin meneguhkan hati saya sendiri, "kalau ikhlas balasannya Syurga!" Saya ingin ikhlas, menuliskan atau menceritakan bukan bagian dari letak ikhlasan kan nya?!
Ragam..
Sore kemarin sekitar jam 4 saya dan Umar silaturahim ke rumah Emak. Umar yang sedang banyak tugas sekolah Alhamdulilah bersedia diajak silaturahim sebentar kesana, sampai disana jam 4 dan pulang jam 5 karena khawatir kehujanan.
Emak sedang membaca Al Qur'an ketika saya kesana, televisi tidak menyala seperti biasanya. Saya cium punggung tangan beliau dan tanyakan kabar, "emak damang?"
Emak terlihat sehat, itulah yang saya lihat dan dengar. Lalu saya dan adik Umar duduk di dekat emak, bertanya ini dan itu, mendengar beliau bercerita dan saya pun bercerita panjang kali lebar kali tinggi pada beliau. Saya ceritakan kabar anak bungsu dan cucu-cucu beliau mulai dari Aa Quthb, adik Umar, teteh Aufa dan De Olin. Semua yang tidak pernah emak saksikan dan pastinya tidak diketahui emak.
Emak menyimak dan saya terus membuka obrolan, tentang kajian Riyadush shalihin dan insight materi kajian serta khutbah Jum'at yang saya simak beberapa hari yang lalu. Saya ceritakan tentang pengalaman sendal yang tertukar di kota Tasik dan di Cihaurbeuti serta banyak cerita lain, emak suka bingung harus ngobrol apa jadi saya pancing diri saya sendiri untuk cerita apapun agar emak tidak merasa kagok dan bisa nyaman bercerita.
Ragam..
Sepulang dari emak ternyata Aa Quthb menelpon mengabarkan kepulangannya. Umar bersiap menjemput di Sukamantri, jarak yang jauh saat cuaca hujan tapi adik ini bersemangat menjemput kakak yang hampir sebulan ini tidak dijumpai..
Mereka pulang dengan baju basah karena kehujanan. Saya berikan mereka handuk dan minta mereka untuk segera mengganti pakaian lalu berikan jeruk panas.
Mereka terlihat senang..
MasyaAllah bukankah itu cukup sebagai kabar baik agar hati bertambah dalam syukur? Hey Defa, sudahkah bersyukur atas semua?
Ragam ..
Malamnya ke rumah Mamah, memijit kaki mamah yang letih. Mamah bercerita banyak hal, bernostalgia dengan kisahnya di masa lalu, saya pun bercerita ini dan itu, berbagi cerita dengan mamah sambil tetap memijit kakinya yang letih.
Hingga malam menjelang dan lampu tetiba mati..
Balananjeur, Selasa, 31 Mei 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar