Hmm memang tidak utuh seperti itu karena ada faktor lain yang kelak membentuk anak-anak kita diantaranya pola asuh dan lingkungan sekitar tapi kebiasaan ibu selama hamil dan menyusui juga memiliki peranan penting.
Empat kali Allah izinkan untuk menikmati kehamilan, persalinan lalu proses mengASIhi, empat kali juga melalui proses yang tak sama.
Kali pertama dilalui dengan sensitif, ini itu serba salah. Well, itu pengalaman pertama. Tapi saya tetap diri saya yang masih berusaha tenang dan berpikir, "kalau saya seperti ini, bagaimana dengan bayi saya nanti?" Lalu mencoba mengarahkan kesensitifan itu agar menjadi langkah kebaikan (harapan saya). Caranya, lebih aktif interaksi dengan Al Qur'an agar bapernya bukan karena hal-hal yang tidak perlu dibaperi.
Masa itu saya masih lah Dede si suka mendebat, kalau mikir teh keras, keras juga pada diri sendiri dalam menunaikan aturan yang dibuat sendiri, merencanakan agenda harian dan termasuk tipe yang tidak suka ada aturan yang terabaikan atau rencana harian yang tidak terlaksana dengan baik. Segala sesuatu harus berjalan teratur dan tertata.. saya si otak kiri yang juga tidak mudah memberi permakluman untuk sesuatu yang menurut saya, "itu bisa dilakukan kalau benar punya niat."
Pokoknya Dede hari itu idealis pisan Weh. Tapi insyaAllah ngemong ke anak kecil terutama ponakan yang banyak 🤭Kehamilan kedua, lebih fleksibel. Tetiba suka banget menggambar denah.. hmm mungkin karena sudah mulai ada keinginan punya rumah sendiri jadi senengnya bikin denah. Setiap kali lihat kertas sama patlot teh bawaannya pengen gambar denah dan bangunan rumah. Seneeeeng banget kalau gambar itu teh. Kalau kehamilan pertama mah ketemu kertas teh auto nulis artikel, cerpen, opini atau apapun yang serba tulisan Weh. Nah kalau dikehamilan kedua ini justru bikin desain rumah sama buat RAB nya yang masih ala-ala.
Kalau ke toko buku yang dilihat teh buku yang ada desain rumahnya selain buku bertemakan sejarah yang teteeeeep jadi incaran 🤭
Kondisi emosi lumayan stabil, belajar dari pengalaman pertama agar sensitif nya ditujukan buat yang kita tadabburi di Al Qur'an dan Hadits saja. 'alaa kulli haal baik kehamilan pertama dan kedua saya masih si introvert yang kurang seneng baur ngariung sama orang lain. Senengnya di rumah ngurus anak sama baca buku.
Jangan bayangkan rumah beres dan rapi karena saya di rumah terus! Justru sebaliknya, rumah kami adalah rumah yang tidak pernah beres 😁
Saya senang beberes tapi karena mudah tumbang karena sakit jadi kadang pas beberes teh cepat-cepat rehat karena muncul gejala. Naaah waktu hamil anak kedua ini saya si tipe yang jarang beberes karena alasan itu. Berbeda dengan kehamilan pertama yang senengnya beberes kamar.
Hamil anak ketiga, saya si tipe kalem dan senangnya husnudzon. Saat sakit datang bersyukur, yakin saja kalau ini yang terbaik dari Allah. Saat ada yang ghibahin Oge nggak kesel, bawaannya biasa aja dan yakin bahwa Allah maha tahu cara menjaga kami. Kali itu saat keyakinan begitu besar... Meski saya tipe yang agak rudetan. Kalau rudet karena sesuatu teh tidak lagi protes tapi langsung diam tidak banyak bicara, tapi itu tidak berlangsung lama hanya sebentar langsung lupa Weh. Merasa tidak nyaman karena sesuatu langsung diam sampai akhirnya muncul lagi keyakinan,"oh Allah teh memang menghendaki seperti ini." Setelah itu sudah, happy lagi.
Hari itu saya kembali menjadi Dede yang hidupnya terjadwal alias punya jadwal yang runut tapi tidak lagi keras pada diri alias tetap lebih fleksibel saat menjalankan semua list agenda itu.
Saya mulai belajar memahami dan meyakini taqdir Allah dengan usaha yang benar (harapannya sih sesuai syariat). Semakin senang baca shirah dan menghafal Al Qur'an. Hobinya baca Riyadush shalihin dan Bulughul maraam..
Kalau nulis, fokusnya nulis jurnal harian. Nggak suka mikir yang berat-berat padahal waktu hamil anak pertama mah saya yang senangnya mikir hal-hal yang kata kang Wawan mah berat, begitupun hamil anak kedua mikirnya masih berat tapi dengan tema yang berbeda 🤭
Kehamilan terakhir mah senangnya nulis dan baca buku. Hmm kayaknya inimah tiap episode kehamilan juga gitu 🤭 oh iya, inimah memang bukan hanya waktu hamil, makanya kalau diberi pilihan, "masak atau baca?" Saya pasti milih baca. Atau, "nyuci atau nulis?" Pilihannya pastilah nulis.. see, ibu ini enggak banget ya 🤭
Well, it is khotimul hmmm hamilnya. Waktu hamil terakhir mah bawaannya mager karena kondisi kesehatan semakin menurun. 4 bulan pertama hanya bisa rebahan, kalau berdiri teh langsung banyak bintang. Padahal punya 3 anak yang satu diantaranya masih balita. MasyaAllah Alhamdulilah saat itu sulung dan nomor 2 bantuin Umminya yang sedang tidak bisa melakukan apa-apa ini.
Sebelum dan setelah berangkat kerja Abinya handle pekerjaan, Aa Quthb sering membuatkan nasi goreng sepulang sekolah (padahal waktu itu masih kelas 1 SD). Jagain adik-adiknya... MasyaAllah ngemong banget. Kalau Abi sudah berangkat kerja dan Aa berangkat sekolah, Umar yang jagain Aufa dan Umminya. MasyaAllah.
Saya waktu itu si mager yang disamping bantal harus selalu ada buku. Tidak nyaman kalau sampai tidak baca buku atau nulis teh... Kali ini nulisnya lebih ke mengkritisi masalah-masalah sosial. Kritis pisan padahal sedang lemah-lemahnya bin lemas tapi otak teh harus terus mikir.
Saya juga senang menyembunyikan airmata. Jadi kalau sakit trus pengen nangis teh ditahan sebisa mungkin.
Dikemudian hari tepatnya hari ini, saya melihat itu dalam diri anak-anak. Ada yang seperti ini dan seperti itu, gambaran saya saat hamil dulu hingga akhirnya saya mulai meyakini; kita saat hamil adalah gambaran anak-anak yang akan kita lahirkan. Sekali lagi memang tidak utuh persis semuanya seperti itu karena ada faktor lain yang membentuk mereka terutama saat mereka mulai bisa berpikir sendiri dan menentukan kepribadiannya melalui hasil proses berpikir dan pengamatannya sendiri. Namun, ada baiknya kita sebagai ibu menjaga kesehatan ruhiyah dan amaliyah kita selama kehamilan.
Balananjeur, Ahad, 7 Agustus 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar