Sabtu, 24 September 2022

Day 269

Ba'da Dzuhur nunggu vcall teteh, karena belum tahu jadwal pasti jadi nungguin aja dengan on data biar pas teteh nlp bisa langsung diangkat. Hmm sering merasa khawatir saja kalau membuat dia nunggu..

Bukan hanya saya, ibunya, tapi kang Wawan dan adik Umar juga de Olin pun melakukan hal yang sama. Kami menunggu telpon dari teteh dengan penuh rindu

Tepat jam 15 lebih 22 menit panggilan vcall dari nomor asrama berdering di ponsel Kakang. Saya sedang membalas pesan WA dari teh Ina saat mengangkat vcall teteh.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ummi, ummi damang?" MasyaAllah sapa itu selalu terasa hangat dan menentramkan. 

"Ummi nggak bisa lihat your face, Nak." Kalau ada riak di netranya, pastilah dia menyembunyikan wajahnya agar kami tidak melihatnya. Tapi saya, ibu yang akan memaksanya bercerita 🤭

"Are you cry, my dear?" Hhh, lebih dari mendung yang saya lihat di ujung netranya, hati ini menderas dengan duka. Harusnya tak boleh ada duka apalagi ia yang Ridha akan taqdir atas dirinya.

"Enggak Mi, teteh nggak nangis." Jawabnya

Bagaimana ibu bisa tidak tahu sedang ia bersama selama sekian bulan di rahim ini? Saya tahu matanya basah. Bahkan meski ia tersembunyi di balik layar, saya tahu ia menangis.

Apa yang membuatmu menangis, Nak? 

"Are you ok, dear?" Saya bertanya tentang kondisi kesehatannya. Agak khawatir mengingat kondisi yang terjadi pastilah naik turun.

Lalu saya tahu bahwa sendi kakinya pernah dalam kondisi tidak bisa digerakkan dan kesakitan, pandangannya memburam dan kepalanya sakit. Duhai, saya faham sakit seperti itu..

"Robbanaa, kuatkan ia." 

Balananjeur, Sabtu, 24 September 2022 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh