Saya mencintai apapun yang sedang saya kerjakan, menuliskah, membaca, mencuci, ngpel, nyetrika, masak, nyapu pekarangan, mencabut rumput, ngobrol dengan suami dan anak-anak, apapun terkait yang dilakukan semua menyenangkan bagi saya.
Tapi..... Saya pemalas yang baik, hanya akan melakukan apapun saat saya ingin melakukannya. Saya tidak bisa ngobrol saat saya tidak ingin ngobrol, tubuh saya akan sangat letih jika memaksakan diri untuk ngobrol atau bertemu orang lain saat saya merasa tidak sedang dalam kondisi bisa melakukannya.
Tapi.... Meski menjadi pemalas yang baik, semua itu hanya berlaku untuk sesi ngobrol atau ketrmu orang lain karena untuk mengerjakan pekerjaan rumah mah tidak boleh ada kata, "saya sedang tidak ingin mengerjakan ini." Kalaupun memaksakan diri mengikuti kalimat itu, misal, "hari ini saya nggak mau nyuci." Atau, "saya lagi nggak mau beres-beres." Maka bisa dipastikan akan ada tumpukan cucian dan ruangan yang berantakan yang ujung-ujungnya kepala sendiri yang pusing. Hmm nggak nyaman kaan ketemu tumpukan cucian karena kesalahan sendiri? Karena menunda kerjaan?
Ya, meski tetap menjadi pemalas yang baik yang akan dengan santai menjawab, "saya lagi nggak mau pergi kemana-mana." Tapi kalimat, "ibu nggak boleh malas-malas." Itu memang berlaku bagi ibu-ibu 😁 saya termasuk di dalam barisan ibu-ibu itu 😀
Well, apa yang mau saya ceritakan kali ini? Kali ini hanya sedang memaksa otak untuk tetap berpikir, "hey, mau nulis apa?". Dan, nulis aja dulu! Semoga Allah siapkan siapapun yang bersedia mengambil ibrah dan manfaat catatan yang masih 'nulis aja dulu' ini.
#catatandefa
#septemberdefa
Balananjeur, Rabu, 28 September 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar