Selasa, 20 September 2022

Dua Puluh Satu

Setiap jam 2 lebih beberapa menit tubuh refleks terbangun, seolah ada alarm tubuh yang membuat mata seolah tidak bisa terpejam pagi. Kondisi ini mulai terjadi setelah Allah titipkan bayi yang sering mengajak bangun dari jam 2, sejak saat itu sampai hari ini tubuh otomatis terbangun dengan bugar setiap jam itu.

Kalau sedang berhalangan biasanya memilih membaca sambil memasak, kalau kondisi nya sedang tidak berhalangan mah biidznillah bisa menyelesaikan target tilawah, Alhamdulillah.

Memasak nasi (dan kadang air) dikerjakan di jam-jam ini, membereskan ruang tamu dan beberapa ruang lain yanh kosong (tidak ada yang tidur di sana) menjadi agenda yang dikerjakan sambil memasak. Setelah itu fokus menyepi dan menepi ala saya 🤭

Terkadang tidak langsung turun ke dapur dan hanya berdiam diri di atas sajadah, menikmati kesendirian dalam gelap seringkali terasa lebih nikmat. Bisa berbicara dengan diri sendiri tanpa suara, mengevaluasi diri, "apa saja sih yang dilakukan selama ini?" Menjadi waktu paling efektif di saat itu.

"Sekarang, anak-anak sudah besar. Ummi bisa tidur lagi!" 

Iya, ya.. anak-anak sekarang sudah bertambah besar. Di rumah pun tertinggal 2 anak yang keduanya sudah mandiri, insyaAllah. Tetapi tubuh sudah refleks bangun di jam itu, sama seperti saat anak-anak masih kecil dulu. Meski berusaha untuk tidur lagi agar bisa bangun 1 jam kemudian, namun tetap saja tubuh seolah minta untuk di ajak bergerak.

Ada banyak kebiasaan yang sulit hilang setelah sekian lama dibiasakan atau terpaksa dibiasakan, memiliki bayi adalah moment pembiasaan itu.

Sahabat, hal apa yang kemudian menjadi kebiasaan anda setelah melalui sesi membersamai para balita pada masanya?

#catatandefa
#septemberdefa

Balananjeur, Rabu, 21 September 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh