Jumat, 02 September 2022

Tentang Aufa (bagian 3)

Oleh : Dede Fatimah Shalihah

“Sudah benarkah keputusan teteh untuk pulang dan istirahat dulu di rumah saat ini?” tanyanya ragu. Bukan hanya dia, bahkan siapapun yang melihatnya sekilas tidak akan ada yang menyangka bahwa kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Yang terlihat adalah gambaran hatinya, ketegaran dan keikhlasannya bukan gambaran fisik yang tertutupi hijabnya.

Senyumnya tetap mengembang, tidak ada sedikitpun duka terpancar dari air mukanya, seolah tidak ada hal besar yang terjadi padahal aku tahu pasti bagaimana berat itu harus ditanggungnya. Tidak ada hal besar ataupun berat dimatanya, ujian fisik seolah hal yang tidak perlu di anggap besar ataupun masalah berat, itu tidaklah seberapa dibandingkan iman di dadanya. Ya, perkara iman yang sering ia khawatirkan, dia takut lepasnya iman dan itulah masalah terbesar dan terberat dalam pandangannya.

“pulang untuk sementara, Nak. Adalah keputusan paling tepat untuk saat ini. Nikmatilah dulu dan istirahatlah yang benar. Biarkan ummi merawatmu sementara saat engkau disini. Jangan pikirkan apapun selain berbahgialah dengan nikmat Allah atas dirimu. Jadikan sakit ini sebagai wasilah bagimu semakin mendekatkan diri kepada Allah. Semoga Allah membantu menguatkan hatimu dan menyembuhkan sakitmu serta menjadikan ujian sakit sebagai cara Allah membersihkan dirimu dari alpa dan khilaf serta menaikkan derajatmu di sisiNya.”

Dia selalu merasa bahwa dirinya baik-baik saja, meski 80% atau mungkin lebih tubuhnya terdampak sakit yang kini sedang dideritanya, motorik kasarnya pun sedang melemah, namun dia tetap merasa bahwa dia baik-baik saja sehingga muncul pertanyaan tepat ataukah tidaknyabkeputusan untuk pulang. Sejenak dia merasa seolah terlalu mempermasalahkan atau membesarkan kondisinya karena dia sendiri merasa bahwa kondisinya saat ini adalah hal yang biasa, baginya sakit di tubuhnya bukanlah sesuatu yang akan membuatnya meninggalkan tugas belajarnya, namun ibu yakin bahwa Aufa harus pulang dulu apalagi setelah melihat kondisinya secara langsung.

Pulang.. satu kata yang selalu terasa menggetarkan, dan aku kembali menyimaknya dengan seksama.

Sejak hari pertama ibu mendapat kabar hasil diagnose Aufa, ibu berpikir untuk membawanya pulang dan merawatnya sampai Aufa pulih, namun qodarullah Allah berkehendak mendidik Aufa dengan menarbiyahnya sementara di asrama dengan kondisi sakit disekujur tubuhnya bahkan beberapa bagian ada yang sampai berdarah. Allah berkehendak menjaganya dengan caraNya. Menjaga dari apa? Menjaganya dari jiwa yang lemah.

Saat hari penjengukan, ibu melihat wajah Aufa sebagiannya beruam disertai kulit mati yang belum mengelupas bertumpuk dengan ruam lainnya. Hati ibu menjerit, namun Aufa menenangkan dan meyakinkan ibu bahwa kondisinya baik-baik saja, “Allah akan menguatkan teteh dan teteh baik-baik saja.” Ujar Aufa saat itu.

Tidak ada yang bisa dilakukan ibu selain berusaha mengikhlaskan dan memanjat do’a lebih banyak dan lebih sering daripada sebelumnya, agar Allah berikan Aufa berlipat kekuatan dan sembuhkan segala sakitnya..

Ruam di wajah Aufa semakin banyak, ada sesak dan sakit kepala yang Aufa ceritakan setelah ibu memancingnya untuk bercerita, “teteh harus pulang dulu” ibu yakin dengan keputusannya. Akhirnya setelah bermusyawarah dengan ayah lalu bertanya kepada ustadzah, Aufa diputuskan untuk dibawa pulang, “setidaknya sampai ruam diwajahnya pulih.” Awalnya inilah yang ada dibenak ibu.

“teteh juga tidak bisa mengoleskan obatnya sendiri terutama untuk area punggungnya.” Ini juga yang menjadi pertimbangan ibu lalu disampaikan baik kepada ayah maupun ustadzah pembina Aufa. Ibu belum tahu bahwa kondisi tubuh Aufa lebih dari yang ada dibenaknya, kondisi fisiknya jauh lebih ‘mengkhawatirkan’ dari yang ada di fikiran ibu.

Setelah Aufa berada di depan matanya dan ibu melihat sendiri kondisi sesungguhnya, ibu semakin meyakini bahwa pulang untuk sementara adalah keputusan yang paling tepat, dan bahwa ibu akan merawatnya sendiri sampai kondisi Aufa membaik.

Balananjeur, Agustus 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh