Niatnya mau sambil ngemil, eh cemilannya malah cuma kebagian diphoto trus saking fokusnya just looking guratan pena sampai kulit telunjuk mulai terasa sakit dan yang paling utama finally harus segera berhenti karena pandangan mulai membayang.
Teteeep nggak mau pakai kacamata, alasannya sih sekarangmah cuma, hmm anak-anak lebih membutuhkan daripada saya. Akhirnya saya mulai menyadari bahwa ternyata anak-anak akan menjadi prioritas utama.
Seegois apapun kita dimasa lajang, akan ada masa nya dimana anak-anak menjadi alasan kita melakukan sesuatu, cinta seperti ini memang sukar untuk didefinisikan dan terkesan, "atuh kabina-bina teuing."
Bayangannya semakin luar biasa, saya harus memokuskan mata saat menulis ini agar kebaca dan tidak terlalu banyak typo.
Trus curhatnya tentang apa? Sebenarnya ada hal yang saya pikirkan sejak kemarin sore dan belum terleraikan. Tapi ini bukan sesuatu yang harus dibagikan, saya hanya akan membaginya jika tlah usai.
Saya hanya akan menceritakan sesuatu yang terasa sangat mengganggu perasaan jika masalah itu tlah usai, jadi bisa berbagi proses keluar dari masalah, bukan hanya sekedar curhat. Hmm beda lagi ceritanya kalau curhat versi serius mah, itu mah ada bagiannya. Kami (saya dan kang Wawan) sepakat untuk saling berbagi masalah apapun, jadi baik beliau ataupun saya harus sama-sama menjadi pendengar yang baik bagi setiap kisah yang kami curhatkan.
Kadang sekedar untuk membuang sampah emosi, jadi kami harus siap membawa ember kami untuk menampung setiap emosi yang dikisahkan untuk kemudian membasuh lukanya dengan empati. Bahwa saya berada di pihaknya atau ada untuknya apapun yang terjadi, tidak menghakimi dia saat berada dalam kondisi terpuruk karena alasan apapun, hanya menjadi pendengar dan mengusap airmata luka atau dukanya dengan pelukan. Beliau pun melakukan hal yang sama.. setelah sampah emosi teruraikan, kami akan kembali menemukan kestabilan emosi kami kembali.
Ah, saya sedang cetita apa ini teh. 😅
Balananjeur, Senin, 17 Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar