Minggu, 23 Oktober 2022

Dua Puluh Satu

"bi de, nyuhunkeun belimbing." Riuh suara beberapa keponakan di depan rumah membuatku berdiri dan melangkah ke ruang tamu. Aku mendekati jendela masih dengan tertatih dan memegang kepala yang masih terasa sakit.

"Mangga. Sok ngarala." Entah kebahagiaan seperti apa yang akan kugambarkan kemudian, aku hanya merasa ada kebahagiaan kecil yang kemudian memenuhi hati saat kudengar suara mereka. Aku senang karena artinya mereka percaya aku tidak akan mengecewakan mereka; berani meminta dengan sukacita artinya percaya tidak akan ditolak, bukan?! 
Aku juga senang karena melihat mereka tertawa bahagia saat naik pohon belimbing dengan suka cita. Aku senang saat melihat binar mata mereka saat membawa belimbing itu ditangan mereka. Aku senang setiap kali ada suara memanggil, "bideee, ukeun balimbing."

Berharap pohon jambu dan mangga juga segera berbuah, harapan selanjutnya adalah tetap ada anak-anak yang berteriak dengan suka cita, "bideee ukeun jambu/buah/belimbing" atau apapun yang memungkinkan untuk bisa dibagi..

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. Lalu aku kembali bertanya pada diri, "hey Defa, apa yang mauu dikeluhkan? Bukankah NikmatNya jauh lebih besar bahkan dalam sakit pun Allah titipkan nikmatNya?"

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Jum'at, 21 Oktober 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh