Rabu, 05 Oktober 2022

Enam

Dimasa kecil saya menyaksikan Ayah yang senang silaturahim, beliau juga beberapa kali mengajak saya berkeliling kota Tasik untuk silaturahim. Berjalan kaki ke daerah Pagerageung dan beberapa daerah sekitar kami untuk mengetuk pintu rumah saudara, kerabat atau teman dan bahkan mereka yang tidak saya ketahui siapanya Ayah atau ada hubungan kekeluargaan dengan kami ataukah tidak, yang saya tahu hanyalah bahwa mereka saudara seaqidah, itulah dikatakan Ayah saat saya bertanya, "ini rumah siapa?"

Cukup letih kaki berjalan, bersalaman dan menyapa orang-orang yang ditemui. Saya melihat juga bagaimana cara beliau menyapa dan bertanya kabar hingga hal-hal yang menurut saya terasa menggelikan untuk ditanyakan kepada orang yang tidak dikenal dan baru ditemui, "nek damang?" Ok, ini masih biasa dan bentuk perhatian yang baik bagi orang yang ditemui, apalagi saya melihat kesungguhan dalam nada kalimat beliau. Itu bukan tanya kalimat tanya yang sekedar basa-basi.

"Nek/Aki tos tuang?" Ini rumah kesekian dimana Ayah bertanya hal yang sama, pertanyaan yang tidak biasa untuk seseorang yang bertamu. Ini bukan rumah saudara atau kerabat ataupun teman, ini hanya rumah yang beliau singgahi karena melihat sosok Nenek atau kakek lanjut usia dengan kondisi rumah jauh berbeda diantara rumah-rumah disekitarnya, rumah yang sangat biasa dibandingkan rumah lain disekelilingnya.

Lalu, saya mengikuti Ayah membeli nasi dengan lauk pauk serta makanan lain untuk diberikan kepada Nenek/Kakek penghuni rumah tersebut. Ada amplop yang sudah beliau siapkan dan diberikannya dengan senyum diwajah, saya mengingat senyum itu, senyum terbaik setelah senyum beliau pada ibunda dan nenek kakek yang tlah tiada. 

Itu uang dari saku pribadinya sendiri, saya mengetahuinya bertahun setelah beliau tiada, dari Ibunda yang senantiasa berkisah akan Ayah yang senang silaturahim dan berbagi dalam kondisi apapun.

"Kelak kita akan hidup dengan amal kita hari ini." Narasi ini kemudian menjadi gambaran setelah kepergian beliau yang tetap hidup dalam ingatan dan jariyah kebaikan yang senantiasa mengalir dan diikuti.

MasyaAllah, Allohummaghfirlahuu warhamhuu wa 'aafihi wa'fu 'anhu. Wa Akrim nuzulahuu wawassi' mdkholahuu..

Balananjeur, Kamis, 6 Oktober 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh