Kali pertama mendapati hal itu saya memilih untuk berprasangka baik padanya, "oh mungkin sedang ada yang dia pikirkan," atau, "oh mungkin dia sedang sariawan." Dan alasan lain untuknya agar saya tidak mempengaruhi hati saya. Yaa meski tetap saja merasa aneh, "kok tiba-tiba saja." Tapi langsung ingat, "eh diamah kan emang sering bersikap gitu. Sering tiba-tiba jadi seperti itu."
Dan akhirnya setelah kali ketiga dia bersikap hal yang sama, ya udah saya bantu dia untuk menikmati masa nya. Dengan cara?
Dulu saya pikir, cukuplah bagi saya untuk menyapa dan tersenyum sebagai bagian dari kebaikan yang diajarkan dalam Dien ini tanpa perlu mikir bagaimana sikap orang lain. Namun ternyata, penting bagi kita untuk menjaga kondisi-kondisi tertentu semisal saat ada yang nggak mau disapa, ya udah jangan di sapa. Kalau menyapanya hanya akan mempengaruhi kondisi hati kita, misal dicuekin atau dianya menghindar, Yaa udah tinggalkan saja! Fokuslah pada orang-orang yang senang saling mengingatkan dan bersabar dalam kebaikan, saling senang menjaga adab saat bertemu saudara.
Hey tapi kan sesama saudara itu tidak boleh saling mendiamkan selama lebih dari tiga hari!
Kita tidak mendiamkannya namun sebaliknya, dan hal-hal diluar diri kita tentu tidak dapat kita kontrol serta bukan hal yang bisa kita luruskan semau kita. Masih banyak hal lain yang perlu perhatian dibandingkan memperhatikan cemberutnya orang lain atau muka masam yang ditunjukan orang lain pada kita.
#catatandefa
#oktoberdefa
Balananjeur, Jum'at,7 Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar