Dulu, itu menjadi tugas saya saat mengantar mereka tidur. Aa suka dibacakan ensiklopedia, adik suka yang ada hubungannya dengan perkereta api an, teteh senang Sirah shahabiyah dan de Olin senang dengan buku cerita berbahasa Inggris. Kadang mereka memilih sendiri buku untuk saya baca, dan tidak jarang saya memilih untuk membaca sirah Nabawiyah tanpa bertanya pada mereka, keempatnya menyukai Sirah Nabawiyah jadi mereka mah senang-senang saja saat dibacakan Sirah teh.
Aa dan adik seringkali memilih untuk membaca bukunya sendiri karena dua adik perempuannya juga sedang membutuhkan perhatian; minta dibacakan. MasyaAllah dua kakak yang menyayangi adik perempuan mereka sejak kecil itu meminta saya untuk membacakan buku untuk teteh dan de Olin dulu untuk kemudian giliran mereka untuk dibacakan. Namun saat saya kembali, mereka ternyata sudah tertidur.
Tidak mudah saat harus membacakan 4 cerita yang berbeda untuk 4 anak dalam satu waktu; menjelang tidur. Karenanya ada perbedaan waktu tidur jika setiap anak mendapat kesempatan dibacakan cerita pengantar tidur yang berbeda. Teteh menjadi yang pertama dengan Sirah Shahabiyahnya, hmm dia sangat menyukai Hafsa bint Umar bin Khattab, kemudian de Olin dengan cerita-cerita berbahasa Inggris seperti city of Never, akhirnya Aa dan adik hanya diajak ngobrol; ngobrolin apa saja.
Tiba-tiba rindu mereka..
Kini, saya tidak lagi membacakan cerita pengantar tidur. De Olin memilih membacakannya untuk saya. Narasi yang pernah saya bangun dahulu, "mari berkisah, bunda" kini benar-benar kisah nyata, bukan lagi kisah dari buku.
Jika dulu diawali kalimat, "once upon a time atau once upon far away. Lived.." atau, "adalah Asma binti Abu Bakar..",Atau, "kereta Thomas ..." Atau, "pulau itu kemudian kita kenal.." bukan lagi itu yang menjadi muqoddimah kisah yang ibu tuturkan, namun, "saat kalian kecil, Nak.." atau kisah ibu yang diceritakan kembali, "ummi masih kelas 4 waktu belajar pembagian.." dan lain sebagainya.
Namun setiap isi kisah ternyata akan lebih banyak bertemakan kerinduan, rindu yang bukan untuk dan harus di ulangi. Karena saat ibu berkisah, larik rindunya terlerai disetiap dentingnya. Ia kemudian hanya butuh berkisah, berkisah tentang rutinitasnya yang hilang dibalik ingatan.
Ibu kini berkisah tentang dirinya disaat itu dengan anak-anaknya yang tlah mulai saling berjauhan, bukan lagi kisah yang pernah dinantikan anak menjelang tidurnya
#catatandefa
#oktoberdefa
Balananjeur, Kamis, 13 Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar