Hahaha.. ini agak dramatis, sih, terhitung belum pulih qodarullah Allah berikan amanah untuk merawat ananda yang yang sakit. Apa yang harus dilakukan ibu? Tetap berkutat pada sakitnya sendiri atau bangkit dan mendampingi ananda dengan mrngabaikan sakitnya?
Tapi mungkin fitrah keibuan tidak sampai membuat pilihan itu jatuh ke pilihan pertama, seolah tiba-tiba saja sakitnya menjelma kekuatan lain; kekuatan untuk merawat ananda. Biidznillah tentunya, karena tanpa izin Allah mah tidak ada yang bisa dilakukan ibu untuk anandanya sekalipun..
Biidznillah.. ya, biidznillah
Hari pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh hanya ada sedikit limbung. Kadang terasa gelap dan kabur pandangan, sesak.. tapi masih bisa diabaikan. Lalu dada dan area perut yang sakit tinggal di usap, ambil napas, pejamkan mata, berdoa banyak-banyak minta sama Allah agar dikuatkan. Ananda membutuhkan ibunya dan Allah pasti akan bantu. Yakin aja sama Allah.
Tadi malam saat mengantar ananda ke kamar mandi, pandangan kok semakin kabur. Lalu puncaknya sekitar jam 2 an tubuh tak bisa di ajak kerjasama untuk bergerak.. lagi, kondisi serupa seperti saat sakit kemarin, serupa dengan yang terjadi pada ananda hari-hari ini.. Kang wawan menenangkan dan meminta untuk tidak bangun serta membiarkannya mengurus sementara keperluan ananda. Oh ok, saya harus menerim dulu bahwa kondisi sedang tidak baik-baik saja..
Lalu gejala lain mulai bermunculan.. aduhai kiranya tubuh ini milik sendiri, ingin rasanya berdiri dan tak hirau kondisi diri. Tapi.. tentu saja Allah lebih dan Maha tahu kenapa harus ini yang terjadi.
Rabbana.. aku Ridha. Seharusnya itu di ikrar tanpa tangis. Namun nyatanya, pipi pun basah..
Tasikmalaya, 19 Maret 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar