Senin, 28 Oktober 2024
Sabtu, 26 Oktober 2024
Selamat Jalan, Teh Rara ..
Hanya bertegur sapa lewat komenan di Fb, atau di inbok an atau WA, kita memang belum pernah ketemu langsung ya teh Rara Aghni tapi saya merasa sudah kenal lama bukan hanya di dunia maya. Saya merasa dekat dan mencintai teteh karena Allah insyaAllah.
Pertama kali kenal teteh kalau tidak salah tahun 2013 an di postingan Ummi Neny Suswati. Saat itu saya memang terbiasa mencari teman melalui postingan teman lainnya, melalui komenan di status teman; bagaimana ia bertutur saat berkomentar. Saya ingin menjadi orang yang baik dan mencari teman-teman yang baik agar semangat kebaikannya sampai juga ke saya. Saya ingin menjadi seseorang yang baik dan mencari teman-teman yang baik yang membuat saya mengingat kebaikan saat mengingatnya.
Dan teh Rara, saya melihat santun kalimat yang terangkai saat itu saat berkomentar di postingan Ummi Neny (saat itu yang paling saya ingat, teteh cerita tentang menjahit) , saya juga melihat pengetahuan teteh akan Dien ini melalui kalimat yang teteh pilih. Saya langsung klik nama teteh dan meminta pertemanan pada teteh. Dan MasyaAllah teteh langsung mengkonfirmasi pertemanan, satu dari sekian banyak hal yang akan menjadi ingatan saya tentang teteh.
Sejak saat itu, kita sering saling melempar komentar. Sekali lagi, saya tetap melihat kehati-hatian dari cara teteh merangkai aksara, di akhirat kelak akan ada pertanggungjawaban yang sangat berat bahkan dari setitik saja kata yang kita tulis, itu yang saya fahami. Dan teteh sangat menjaga itu, itu kenangan yang lainnya tentang teteh.
Kondisi kesehatan nya yang Allah uji tak menyurutkan jemari teteh, teteh tetap merangkai kata, bagi teteh menulis adalah kebutuhan, itu yang sering teteh katakan. Teteh, semangat teteh untuk tetap menulis dalam kondisi sesakit apapun menjadi motivasi kami juga teh, ini Kenangan lainnya juga tentang teteh.
"Kacamatanya jangan dibayar, teh!", " Teh Defa cepat sembuh yaa! " Padahal teteh pasti langkung ti abdi sakitnya.
"Saya dari jawa, teh. Yang dari Sunda mah suami, asli Garut. " Kata teteh suatu hari.
"Tapi saya tetap boleh manggil teteh kan teh? " Kadang saya khawatir panggilan dari saya justru tak membuat orang lain nyaman, termasuk pada teteh.
"Nggak apa-apa teh." Jawabnya..
"Nanti kalau ke Bogor, mampir ya teh! " MasyaAllah teteh, hapunten teu acan kantos mampir. Hari itu kita sharing tentang anak-anak teteh yang pada pulang dari pondok karena pandemi,
"saya juga kayaknya mau jemput Aufa, teh! Situasi di Bogor sekarang bagaimana teh? Kira-kira kendaraan yang dari luar Bogor dapat akses masuk nggak? " Hari itu menjadi saat terlama kita berbincang di WA. Teteh menjawab semua yang sekiranya harus saya tahu kalau mau ke Bogor menjemput Aufa, teteh juga berkisah tentang banyak hal lainnya termasuk anak-anak teteh yang sudah pulang bahkan ada yang sampai di jemput suami teteh pakai motor karena pandemi hari itu membuat agak sulit.
"Teteh, kayaknya saya nggak jadi jemput. Aufa insyaAllah mau di jemput Uwa nya yang dari pesantren Al Hikmah. "
"Al Hikmah yang di Parung bukan, teh? "
"Iya teh. "
"Siapa saudara teteh yang disana? "
"A Irfan Miftah Mujahid teh Astri Hamidah kakak sepupu saya, teh. "
"Saya tahu pesantren itu, teh. Pesantren Tahfidz ya teh. Pesantren bagus. " Kemudian teteh menguraikan kata demi kata menjabarkan pengetahuan teteh tentang Al Hikmah.
"Teteh, Aufa nggak bisa di jemput kecuali sama orang tua nya. InsyaAllah Abi nya Aufa malam nanti ke Bogor. Alhamdulillah Allah beri kemudahan lewat a Irfan sama teh Astri teh. Mohon doa nya ta teh! " Sekali lagi, saya merasa dekat dan seolah sudah kenal sangat lama dengan teteh.
"Fii 'amanillah teh Defa. Semoga segera berkumpul lagi dengan Aufa. Saya faham bagaimana rasanya jauh dari anak di situasi ini. Jangan lupa mampir ya teh! " Ah saya kembali menangis mengingat ini.. Kita hanya berinteraksi lewat fb dan WA, tapi ingatan saya dengan teteh lebih banyak dari yang bisa saya tulis disini.
Dan semua ingatan saya adalah semua kebaikan teteh." Ya Allah kami bersaksi kalau teh Rara orang yang baik, shalihah dan hanif insyaAllah. Karuniakan bagi saudari kami yang selalu kami cintai karena Engkau tempat terbaik disisiMu. Ia dulu berjuang dalam sakitnya ya Rabb, berikan ia kebahagiaan disisiMu atas perjuangannya. Rahmati ia yang tetap menggerakkan jemarinya mengukir tinta aksara menjadi bagian peradaban warisan bagi literasi ini ya Rabb. Rabbana, hilanglah kini sakitnya, gantilah untuknya segala kebaikan yang Engkau persiapkan bagi orang-orang yang menunaikan amanahMu."
Teteh, kami kan jua menyusulmu...
Catatan ini di tulis pada tanggal 27 Oktober 2020
Santai Saja!
"Santai saja....!!!"
Sering kudengar kata itu.
D sana...d sini..d mana2..
"Santai saja! ..."
Sebuah perintah dgn pnekanan tanda seru d belakangnya..
Biasa..karena terkondisi dengan budaya "santai"
Santai...
Sesuatu yang terlihat menyenangkan
Tapi...berefek buruk jika menjadi kebiasaan, ....membudaya...dan mendarah daging
Berhenti sejenak .... melepas penat setelah menjalani aktivitas yang padat
Istirahat melepas lelah
Hal yang menyehatkan dan juga menenangkan..
Tapi bukan santai namanya
Haq fisik...sebagaimana makan,minum,berolahraga dan lainnya..itulah istirahat
(((((((Mengingat sangat berharganya waktu
Masihkah kata santai dibiarkan membudaya?!))))))
_Balananjeur,sambil menemani olin menggambar_
Balananjeurm 27 Oktober 2013
Jumat, 18 Oktober 2024
Alone
Start creating your post.. kalimat ini tertera di blog setiap kali membukanya. Selalu terasa menggelitik untuk menuliskan apapun yang terlintas, namun akhir-akhir ini bermunculan alasan tidak jadi menulis; ya ngantuk lah, matanya lagi buram lah, dan lain sebagainya yang beragam banget alasan teh. Sehingga akhirnya, nyesel, "kok kisah waktu itu nggak pernah dituliskan. Padahal ada waktu buat nulis."
Yes, WAKTUNYA SIH ADA, KEINGINANNYA YANG TERNYATA NGGAK ADA. hhhhh
Memang yaaa, nyesel itu belakangan. Kalau di depan, namanya itu PENDAFTARAN. Dan saya tidak mau mendaftar lebih banyak list sesal, so saya nulis lagi di sini meski belum terlalu pasti mau nulis apa. Judulnya sib ALONE, mengisahkan tentang saya yang kini sendirian 😃. Tapi tetaaaap, bakalan banyak kecamuk dan lintas pikiran yang diuraikan. Catat yaaa, diuraikan.
Jam 13 lebih 04 saat ini, kang Wawan sudah berangkat ke panwas pada jam 11 lebih lalu jum'atan di masjid dekat kantor, setelah ittuuu mampir dulu kesini buat bawa belimbing buat guru-guru sdit. Ya, tadi pagi saya mau ke sdit bawain belimbing buat ngrujak, tapi karena kang Wawan nggak beeangkat jadi lah stay at home, padahal belimbing sudah di bungkus pakai kresek putih bekas belanja roti dari indomaret baru. Alhamdulillah akhirnya belimbing tetap sampai tujuan karena kang Wawan yang mau ke sdit dulu. Alhamdulillah..
Aa sudah berangkat ke Bandung menggunakan motor untuk menjemput Aufa di Bogor. Oh wait, Aa memang naik motor dulu untuk kemudian naik kereta yang sudah di pesan sejak jauh-jauh hari, henak menjemput adik yang mau bikin ktp. Ah, ini akan saya ceritakan tersendiri, nanti, insyaAllah.
Jam 19.11 saat saya meneruskan menulis di sini. Sendiri, ALONE seperti yang saya ceritakan sebelumnya. Kang Wawan menghubungi menggunakan video call WA dan mengabarkan akan izin pulang karena khawatir saya sendirian di rumah. Namun saya melarang dikarenakan khawatir terkena angin malam dan juga hujan, oh hey.. usia kami sudah memasuki fase di mana kena angin malam bisa langsung masuk angin. Dan saya lebih baik sendirian daripada membuatnya jauh-jauh pulang dulu.. dan tentu saja kita tidak pernah benar-benar sendirian, bukan? Innalloha ma'ana, Allah bersama kita.
Adik Umar menelpon selama satu jam an, menemani ibu yang tentu saja mudah menangis.. melalui panggilan telpon mengajak ngobrolin ini dan itu banyak sekali (auto nyanyi doraemon). Adik Umar menceritakan tugas di kampus dan pekerjaannya, lalu Elisabeth mengetuk pintu karena mendengar suara Umar. Kucing itu menyangka tuannya ada di rumah.
Cerita apa lagi, ya?
Lanjut nanti aja deh ya 😁
Balananjeur, 18 Oktober 2024
Rabu, 09 Oktober 2024
Today's Are
Mau ngrekap kegiatan hari ini, tapi harinya belum usai.. eh tapi mumpung bisa nulis mah yaa ndak apa lah masih ashar juga, khawatirnya malah nggak nulis-nulis.
Pertama
Tadi malam tidurnya jam 1 an sampai jam 2 karena de Olin lagi sakit banget. Ya Allah kasihan banget nak shalihah yang biasanya cuma tidur aja kalau sakit teh, sekarangmah nangis karena sakit banget pastinya. Saya pernah kena gondongen waktu..hmm kapan ya? Ada sekitar 15 tahunan yang lalu kalau tidak salah, dan itu rasanya luar biasa sakitnya. So, saya faham waktu nak bungsu sampai nangis, meski nangisnya cuma meneteskan airmata alias nggak sampai meraung kesakitan.
Karena tadi malam tidurnya kemaleman, jadilah pagi hari teh lemes banget dan pastinya ngantuk. Kang wawan ngchat minta supaya saya tidur dan istirahat, but how can? Kalau di rumah seperti ini teh kepikiran banyak yang harus dan bisa dikerjakan. Meski ujung-ujungnya cuma kepikirannya aja alias nggak ada eksekusinya. But, tetap saja itu menguras energi 😂
Dan hari ini.... saya tidak mau agenda yang tersusun di kepala cuma sebatas wacana saja. So, lets do something !
Dua
Agenda ini sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari; kalau seharian di rumah mau ngapain aja, kalau qodarullah harus merawat anak kala sakit mau ngapain aja, and etch ...
Hidup by rencana? Yah minimal sudah punya rencana, dengan begitu jalannya nggak belok-belok banget kalau pas lupa arah teh. Meski tidak selalu sesuai yang direncanakan, tapi tahu tuh akhirnya gimana karena rencana yang dibuat juga banyak alias ada plan a, b, c hingga z. Jadi tidak khawatir saat plan a nggak keeksekusi karena masih ada rencana lainnya dan semua masuk prioritas; nawaitu lillah.
Tiga.
1. Beresin seisi rumah, mulai dari kamar-kamar lanjut ruangan lainnya. Kumpulkan semua pakaian kotor dalam satu storage, perkara mau cuci semarang atau nanti itumah urusan belakangan, yang penting rapihin dulu semuanya. Lipat semua pakaian bersih dan masukkan lemari, sarung, selimut, tidak ada yang tertinggal.
Simpan piring atau gelas kotor ke tempat cucian, lagi-lagi yang penting sudah di tempat cuci piring, perkara mau nyuci sekarang atau nanti itumah urusan belakangan.
Bereskan meja-meja belajar, rapikan buku-buku.
2. Nyapu dan bersihin seisi rumah dari debu. Ini harus dilakukan meski rumahnya tetap mudah berdebu.
3. Masih kuat buat kerja, nggak? Kalau masih kuat mah ambil lap pel and ngpel. Kalau ternyata nggak kuat, yaa udah rebahan dulu aja lagi. Pulihkan lagi energinya! Eh ternyata hari ini biidznillah nggak kuat buat ngpel, jadi cepat-cepat istirahat.
4. Istirahatnya digunakan buat...nulis sama baca buku. I can't sleep, tahunya kalau istirahat teh ya tetap do something.
5. Alhamdulillah de Olin request makan. MasyaAllah happy banget atuh. Pengen makan sama ikan daaàn biidzinillahnya Mamah masak ikan. Auto lari ke Mamah, ngasih kabar kalau de Olin sudah mau makan tapi makannya sama ikan.
7. Ngrawat pasien shalihah dulu...
8. Kok kayak seger banget, bisa lah inimah buat nyuci-nyuci. Nyuci piring, nyuci baju... Alhamdulillah lanjut eksekusi tuh cucian.
9. Sambil nyuci sambil masak nasi. Udah jarang banget masak, tapi feeling teh kayak adik Umar mau pulang jadi harus nyiapin minimal nasi 😆
10. Beres nanak nasi, eh nyetrekkin magic com, lanjut ke pekarangan. Kayaknya asyik banget kalau bisa berkeringat karena kerja di bawah matahari. Auto ke wa enung buat minjam gunting rumput. Hee gini nih enaknya tinggal di kampung, dekat saudara, kalau ada sesuatu yang dibutuhkan and kita belum punya teh bisa pinjam 😂
Well, lanjut beresin pekarangan... dan beneran sampai berkeringat, tapi inimah bukan keringat dingin. MasyaAllah Alhamdulillah..
11. Selesailah menjemur baju dan beresin pekarangan. Berlanjut ke agenda selanjutnya yaitu... mandi. MasyaAllah seger banget habis kerja terus mandi dan minum teh panas.
12. Shalat dzuhur trus tilawah sambil menemani nak shalihah yang minta ditemani
13. Masak ..eh nggoreng tempe. Pas lagi nggoreng biidznillah A Umar ternyata beneran pulang.. Alhamdulillah bisa makan siang bareng.
14. Abi pulang bawa lazatos requestnya de Olin.
15. Alhamdulillah bisa tidur siang
Ini dulu cerita kegiatan hari ini, mungkin di lanjut nanti malam insyaAllah
Balananjeur, 9 Oktober 2024
Jumat, 04 Oktober 2024
Pernah Jeda Nulis (1)
Dulu sering banget berbagi cerita bab pengasuhan anak, tapi tidak terpikirkan bagaimana dengan respon orang -karena sekali lagi -saya senang bercerita. Bercerita proses membangun rumah atau bagaimana melalui masa-masa sulit atau hal-hal lain yang serasa masih aman untuk diceritakan.
Sampai suatu hari ada yang bilang,"aktif banget di media sosial." Awalnya nggak ngeuh maksudnya kemana, jadi yaa jalan terus saja, sampai kemudian di notice lagi,"ngeluh itu sama Allah, bukan di media sosial."
Tetep nggak ngeuh siiih, saya pikir kalimat itu bukan untuk saya 😂 jadi kalau ada waktu mah terus saja nulis dengan hastag #catatandefa . Sampai kemudian... Anak saya mengatakan kalau ada yang bilang gini sama dia, "Umminya aktif banget yaa ngeluh di media sosial."
Oalaaah... Kalimat itu ternyata untuk saya tho.. baru ngeuh tapi sempat bingung 😕 apakah tulisan saya seputar pengasuhan atau proses ngbangun rumah atau bagaimana melalui fase sakit atau hal-hal sulit termasuk proses mengeluhkan keadaan?
Kemudian saya scrolling semua tulisan saya... Namun masalahnya, setiap kali ngshare sesuatu itu sudah melalui proses pemikiran , "ini boleh di share atau tidak?" Kalau tidak maka tidak akan saya share, kalau sudah yakin banget aman (amannya sih memang versi sendiri 😂), baru deh di share. Jadi di scrolling lagi pun tetap saja merasa, "ah tulisannya masih aman kok ", tapi penasaran juga akhirnya nanya ke beberapa yang bisa memberikan penilaian yang insyaAllah amanah.
Sampai akhirnya menemukan alasannya, "ada tulisan yang dianggap menyinggung perasan orang lain."
Akhirnya saya yang biasanya nggak kepikiran buat mikir respon orang, mulai degdegan waktu mau nulis atau ngsahre tulisan sendiri. Karena saya biasanya menikmati tulisan orang lain tanpa banyak mikir, "ini kok kayak nyindir saya." Jadi sempat tidak nyaman saat tahu ada yang berpikir kalau tulisan saya ditujukan untuk menjatuhkan orang lain apalagi tidak ada pikiran sama sekali ke arah itu.
Saya pun mulai muhasabah diri, baper? Kayaknya iya banget. Merasa aman saja buat nulis ini itu, tapi pas tahu ada yang ngrasa kesindir kok lumayan bikin down. Saya mulai lebih sering nulisnya di blog pribadi yang peluang di baca orang lainnya dikit banget karena menghindari .. hmm kayaknya bukan menghindari membuat orang tersinggung deh, tapi nggak mau denger ada yang tersinggung 🤭.
Trus ingat lagi kata suami, "apapun yang kita lakukan atau ucapkan, potensi bikin orang nggak seneng itu akan selalu ada. Trus karena orang nggak suka harus membuat ummi milih dieeem aja?" Saya jawab enggak, saya tidak suka diam karena alasan seperti itu. Jika harus diam maka itu karena saya yakin dengan pilihan itu.
Buat orang yang senang nulis, nggak nyaman banget deh kalau ada orang lain yang ngatur, "kalau nulis teh nggak boleh..."
Well, dapet support suami buat merdeka nulis 😂
Ngrasa dapat angin segar dooong dikasih support sama suami teh. Support untuk merdeka bersikap dan bersuara. Setelah sekian lama memendam perasaan, "kok aku harus jaga perasaan orang lain sih?" Tanpa berani bilang ke suami perihal ini. Setelah dia melihat isterinya mulai jarang nulis trus dia tanya, "kok isteriku jarang bikin jejak tulisan lagi?", "apakah kalimat yang ummi dengar dari orang lagi lain itu mengganggu ummi?" Mendapat pertanyaan seperti itu saja membuat hati plong..serasa difahami.
"Abi sering baca tulisan ummi dan menurut Abi nggak ada yang berlebihan dari tulisan ummi..." Sekian banyak kata membuat saya yakin untuk kembali menulis.
Saya senang menyimpan jejak dalam tulisan, seperti saat saya menulis kali ini, di sini.
"Aku boleh nulis seperti biasa?" Tanyaku memastikan
"Ummi selalu yakin dengan apa yang harus ummi lakukan dan Abi akan selalu mendukung ummi."
Happy? Banget.. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi.
Catatan pertama tentang ini, insyaAllah menyusul catatan selanjutnya.
Balananjeur, 4 Oktober 2024
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Ada 3 perkara yang pahala kebaikannya tidak akan pernah terputus dan akan selalu mengalir meski tubuh kita telah kembali menyatu...