Untuk mencapai ketinggian 2.167 mdpl bisa melewati 3 rute, yang pertama lewat tangga berwarna kuning dengan 620 anak tangga dan berjarak 315 meter. Lalu ada pula tangga berwarna biru dengan 510 anak tangga dan berjarak 250 meter, dan opsi lainnya cukup bayar 20 ribu untuk menggunakan jasa ojek sampai ke puncak. Kami sendiri menggunakan jalur pertama yaitu tangga warna kuning.
Seharusnya kang Wawan tidak usah khawatir karena meski kaki saya sering sakit tapi buat naik gunung mah masih tetap oke saja, jantung juga InsyaAllah aman dan everything InsyaAllah oke. Waktu beberapa minggu lalu ke kp Naga melewati sekian ratus anak tangga pun no problem, padahal sambil bawa tas punggung yang berat banget.
Tapi kemareeeen, baru saja melewati 300 an lebih anak tangga sudah di stop agar tidak diteruskan. Of course saya tidak bisa melihat wajah saya yang katanya pucat, tapi saya bisa melihat wajah khawatir nya, sangat kentara.
"Tapi ummi kuat kok.. Ya sih kaki ummi lagi sakit, tapi InsyaAllah kuat kok. Jantungnya juga baik-baik saja. Bisa jalan pelan kalau Abi khawatir, tapi ummi bisa kok sambil lari juga.. Please yaa! Udah bayar mahal masa nggak sampai puncak sih.. " Sebanyak apapun argumen, semuanya TERTOLAK, sampai digantiin uang tiketnya segala biar nggak ada alasan udah bayar tapi nggak sampai puncak 😂
"Ih tapi bukan ini masalahnya, ummi pengen ke atas biii.. "
"Ya udah ditambahin uangnya." Sambil menambahkan lembaran yang tadi diberikan, apa saya terlihat mata duitan 🤣eh tapi sambil cemberut pun tetap saja uangnya diterima.
"Uangnya buat beli buku aja ya.. Tapi janji nanti ajak lagi kesini, trus nggak boleh nglarang sampai puncak."
"Kalau ummi sehat, InsyaAllah."
"Tapi ummi sehat kok biiii.. "
"Iyyaaa, ummi sehat. Tapi bukan sekarang naik ke puncaknya. Abi janji nanti kita kesini lagi."
Kalau ada yang bertanya siapa makhluk paling rewel dan ngeyel dan manja di rumah kami, jawabannya bukan anak-anak, tapi ibu 😂 sejak anak-anak bertumbuh besar, sosok ibu mulai berubah wujud jadi sosok paling manja dan hmm dalam bahasa Sunda mah namanya 'ngogo nyalira', eh tapi orang-orang rumah yang justru ngasih jalan ibu buat manja 😅 gitu deh pokoknya..
Dan kembali tentang perjalanan kemaren.. Finally nggak sampai puncak, tapi nggak apa-apa lah dapat kompensasi, bisa buat beli buku baru.
Tanpa perencanaan, itumah tiba-tiba saja. Saat kami selesai lari di Jalan Baru.. Eh ini beneran lari, bukan jalan kaki atau just kang Wawan yang lari dan saya jajan, apalagi lari dari kenyataan. Oh nooo, inimah beneran lari. Dari pertigaan jembatan pertama hingga jembatan ketiga lalu naik ke dekat bubur bakar, lumayan jauh tapi Alhamdulillah berkeringat dan rasanya sangat segar meski dengan nafas tersenggal-senggal. Balik lagi ke perempatan pertama tempat Akang nyimpan motor, pas naik motor mau pulang tiba-tiba kepikiran buat ke curug badak dulu.
"Ke Galunggung aja yuk!" Dan banyak dalam perjalanan yang terjadi tanpa rencana, seolah tiba-tiba saja, padahal sejatinya dalam hidup tidak ada yang tiba-tiba.. Semuanya terjadi atas izin dan kehendak Allah. Allah yang menggerakkan otak buat mikir lalu lisan untuk refleks mengucapkan kata, "ke Galunggung aja yuk!" Lalu menggerakkan tangan dan kaki dan semua yang menyertai untuk kesana. Semuanya terjadi tidak tiba-tiba, meski tanpa perencanaan sebelumnya. Rencana yang seolah tiba-tiba, tapi tetap saja Allah berikan waktu untuk merencanakan meski dalam hitungan menit untuk menyiapkan diri bertemu medan panjang hidup selanjutnya di depan sana.
Galunggung kemaren..
Tasikmalaya, 19 Mei 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar