Well, kembali ke laptop...
Hmm, setelah memakai kerudung, kaos kaki dan sweater saya berjalan kaki sambil menghirup udara segar pagi ini. Hari masih gelap, katanya udara di jam ini kurang baik jika dihirup dalam-dalam namun saya justru meyakini ini waktu yang baik untuk menghirup udara pagi, lagipula saya tidak menghirupnya dalam-dalam.
Di perjalanan, saya berjumpa Enung, teman masa kecil sekaligus tetangga saya yang berkendara sepeda motor untuk membeli kupat dari Ceu Mimi, warung yang khusus menjual kupat tahu di pagi hari dan lotek sayuran di siang hari yang letaknya di depan toko bi Etih.
Kerumunan anak-anak yang hendak mengaji berkumpul di depan toko bi Etih, selalu saja ada yang bisa dilakukan anak-anak dan itu terlihat sangat menyenangkan, membuat kenangan masa kecilku menari di dalam ingatan serta masa kecil anak-anak yang mulai dirindukan kembali. Anak-anak kami kini tlah tumbuh semakin besar, rasanya tak ada hari dimana bayangan masa kecil mereka hilang dari ingatan. Setiap kali kerinduan seperti ini datang, akan selalu ada abjad terucap mengingatkan para ibu muda untuk menikmati waktu membersamai anak-anaknya yang masih kecil serta menerima segala tingkah polah mereka tanpa syarat. Ya, ini berawal dari kerinduan ibu atas anaknya.
Sepuluh ribu rupiah gorengan masuk ke dalam wadah yang disiapkan, memori tentang masa kanak-kanak masih lekat dalam ingatan, memoriku kembali berlarian menembus hari yang telah lama berlalu..
Pagi masih dingin, saya pulang dan memutuskan menunggu kang Wawan yang belum pulang dari masjid. Berjalan kaki berdua di pagi ini bersamanya selalu menjadi obat sunyi yang hadir karena kerinduan akan anak-anak..
Balananjeur, Rabu, 7 September 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar