Sabtu, 24 Oktober 2020
Jejak Cinta Yang Tertinggal (bagian 3)
Jumat, 23 Oktober 2020
Jejak Cinta Yang Tertinggal (bagian 2)
Selasa, 20 Oktober 2020
Bercerita Untuk Kesehatan
Senin, 19 Oktober 2020
Jejak Cinta Yang Tertinggal (bagian 1)
Mengajak Anak Mencintai Buku (bagian 1)
Mencintai sesuatu tidak semuanya terjadi secara tiba-tiba, dalam beberapa hal cinta hadir karena di bangun, melalui proses panjang, dibiasakan atau dilakukan secara intens. Begitu juga membaca buku, mencintai buku sebagai jendela dunia seringnya harus di pupuk, dibiasakan dan dirawat agar kecintaannya tak membuat orang lain kalut.
Ya bahkan untuk hal baik sekalipun, cinta yang tak mendapat perawatan dan arahan yang baik bisa menimbulkan keresahan terutama pada orang-orang disekitar. Tak terkecuali membaca buku. Terlalu asyik menjelajah deretan aksara dan melupakan kebutuhan bersosialisasi dengan orang-orang disekitar atau melupakan bahwa ada ilmu yang tidak bisa didapatkan hanya dengan membaca saja tapi harus melalui proses ta'lim muta'alim, melalui proses duduk menyimak dan bertanya langsung pada ahlinya. Contohnya ilmu yang berkaitan dengan kaidah-kaidah fiqh, ulumul qur'an dan masih banyak lagi.
Bagaimana cara merawatnya, Mengarahkannya dan membangunnya? Di bab ini saya ingin berbagi keutamaan membaca dulu. Karena saya melihat banyak sekali orang tua yang fokus dengan cara. Saya sering mendapati pertanyaan, "Teteh, bagaimana sih cara membuat anak-anak kita cinta buku?" Atau pertanyaan lain yang serupa dengan itu. Pertanyaan itu bukannya tidak bagus, hanya menurut saya itu kurang tepat saat kita sendiri sebagai orang tua tak menyadari pentingnya membaca buku atau kita nya sendiri tidak mau berinteraksi dengan buku tapi ingin anak kita suka membaca buku.
Buku adalah jendela dunia, kita sering sekali mendengar pepatah itu. Bahwa membaca buku artinya kita melihat dunia melalui jendela kita, kita memiliki kebebasan untuk melihat dan memandang seperti apa dunia melalui seberapa sering kita membuka dan membaca buku.
Saat langkah kita tersekat karena beberapa hal semisal sakit atau tak memiliki waktu untuk menjelajahi luasnya dunia luar, dengan buku kita bisa mengisi kekosongan itu. Melalui buku kita melihat masa lalu yang tak kita lihat dan rasakan pada masanya, berkelana melihat hari esok yang pasti adanya.
Melalui kegiatan membaca kita bisa melihat bagaimana kehidupan orang-orang yang hidupnya jauh sebelum kita, bagaimana akhir kehidupan mereka dan bagaimana sebuah peradaban terbentuk hingga sampai ke masa ini.
Mengetahui akhir kehidupan orang-orang sebelum kita mengajarkan kita untuk melihat harus seperti apa kita dihari esok, mengajak kita untuk menjadikan kisah mereka sebagai pelajaran untuk diambil saripati hikmahnya. Mengajak kita untuk menghindari hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan dan apa yang harus dilakukan.
Membaca mengajak kita untuk berkenalan dengan banyak ilmu lain di luar semua yang kita tahu.
Dan yang paling utama, bagi seorang muslim membaca adalah bentuk ketaatan kepada Allah.
How can? Iqra bismirobbikalladzii kholaq! Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam melalui jibril adalah perintah membaca. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakanmu! Mengikuti perintah Allah adalah bentuk ketaatan seorang hamba pada Tuhannya
Tak ada yang sia-sia dalam kehidupan seorang Muslim, bahkan membaca bisa bernilai ibadah jika itu diniatkan karena Allah, karena menunaikan perintah Allah.
Bersambung ke bagian 2
Minggu, 18 Oktober 2020
Lomba Semua Membacanya (bagian 1)
Menjelang akhir Agustus mendapat kabar lomba membaca Sirah Nabawiyah yang diadakan oleh majalah mata air. 'keren pisan acaranya.' pikir saya waktu pertama kali membaca tema lombanya, baru kali itu saya mendengar kabar lomba membaca. Kalau lomba menulis atau membacakan cerita mah sudah biasa, tapi lomba membaca sirah nabawiyah, itu sangat luar biasa.
Selain tema lombanya, saat itu saya cukup tertarik dengan nominal hadiahnya, saya pun mendaftar ikut lomba, bukan karena tertarik acara lomba itu sendiri tapi juga karena nominal hadiah yang coba saya kejar. Muluk sekali mimpinya, mendapat juara pertama 🤭😁. Dengan mengesampingkan fakta bahwa kondisi kesehatan saya sedang kurang baik sehingga menyebabkan seringnya hilang fokus atau agak sulit menjaga konsentrasi untuk waktu yang lama. Saya ingin menjadi juara satu dan mendapat hadiah sebesar sekian rupiah seperti yang saya baca di flyer.
Terbayang dibenak saya sekian rupiah (jika berhasil menang) yang bisa saya pergunakan untuk membuat perpustakaan, sejak kecil saya ingin memiliki perpustakaan dengan banyak buku yang bisa dimanfaatkan banyak orang yang haus ilmu (saya ingin menuliskan impian membangun perpustakaan di postingan tersendiri 😁).
MasyaAllah, qodarullah 'alaa kulli syaiin, selama perjalanan membaca, 'ghirah' saya berubah haluan. Tepatnya kembali ke ghirah seharusnya InsyaAllah. Nominal hadiah yang awalnya menari di pelupuk angan, bahkan untuk mendapat nilai besar sendiri pun sudah tak lagi terbersit dalam pikiran, ghirah saya seolah berpacu dalam cinta yang sangat pada sosok yang kisahnya kembali saya baca ini. Terbilang sering saya mengulang membaca sirah nabawiyah, sejak usia saya masih kecil hingga detik saat saya menulis ini. Saya membacanya, terbata melafalkannya agar kisahnya memahatkan kecintaan yang benar di hati saya. Ya, sosok beliau yang tak ada yang lebih baik darinya haruslah mendapat prioritas cinta yang benar; Allah kemudian Rasul-Nya.
Saya mencintai sosok yang Agung yang kisahnya sedang saya baca ini, dan saya semakin mencintai beliau shallallahu alaihi wasallam setelah mengikuti acara lomba ini. Lomba yang awalnya saya ikuti karena mengejar hadiah kemudian berubah menjadi wasilah kecintaan saya yang bertambah pada sosok nan mulia itu.
Cinta selalu mengukir kisahnya dengan tinta yang istimewa, bukan hanya terbata kalimat rindu menitipkan rasanya, ada debar didada dan tak jarang isak menjadi pengiring rindu.
Cinta membuat saya berusaha secepatnya menyelesaikan semua pekerjaan demi segera berjumpa yang dicintai meski itu melalui deretan aksara. MasyaAllah, berkali hati membisik shalawat hingga lisan tak kuasa menahan tuk melafaz,, "Allohumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa Aalii Muhammad wa shohbihii ajma'iin."
Biasanya, saya membaca cepat. Hingga ketika Quiz pertama sebelum webinar launching acara, saya lupa nama shahabiyah yang lebih mementingkan keselamatan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dibandingkan keselamatan saudara-saudaranya hingga hanya mendapat skor 93 dari 100 poin, saya mulai menyadari, saya hanya perlu memahami bukan menargetkan lembar dan waktu membaca. Akhirnya, saya memilih membaca pelan dan berusaha menghadirkan hati saat membacanya.
Sabtu, 17 Oktober 2020
Jejak cinta yang tertinggal (prolog)
-
Ada 3 perkara yang pahala kebaikannya tidak akan pernah terputus dan akan selalu mengalir meski tubuh kita telah kembali menyatu...