Jumat, 31 Desember 2021

Muqoddimah

Di tahun 2022 ini saya memutuskan untuk menulis dengan satu tema yang sama selama 365 hari, masih bingung tema apa apalagi judulnya tapi insyaAllah menuliskan ini sambil mencari ide kira-kira mau nulis apa.

Ide mah ada tapi bingung menentukan yang mana yang mau di pilih. Hmm sebenarnya biasanya juga aktif nulis ya, tapi kayaknya ini bakal jadi moment baik untuk mulai nambah satu label khusus yang bisa saya isi dengan catatan dengan tema yang sama setiap harinya. Selain untuk menyimpan jejak juga untuk melatih otak dan tangan, serta melatih diri supaya Istiqomah. MasyaAllah semoga bisa konsisten dalam 365 hari ke depan, insyaAllah.

Ada beberapa fokus utama yang ingin saya tuliskan, diantaranya tentang pengasuhan, kesehatan mental, adab, dan lain-lain. Tapi pengennya mah nulis tema lain soalnya tema-tema itu mah sudah ada di sini atau mungkin kalau buat beberapa label baru kayaknya bisa jadi pilihan.

Jadi 365 hari ini khusus berisi catatan apa, nah untuk pengasuhan dll bisa di buat label khusus dalam 30 hari bercerita misalkan. Oh ok, saya sedang bernegosiasi dengan diri saya sendiri, terkadang ngobrol dengan diri sendiri juga bisa dituliskan seperti saya saat ini.

Jam sudah menunjukkan angka 3.36 pagi, Saya terbangun sejak jam 02.52 karena de Olin masih mual-mual. Kalau anak sakit teh MasyaAllah ibu mana yang bisa tidur nyenyak? 

Eh, gagal fokus ini teh 🤭 Muqoddimah nya sampai disini dulu, insyaAllah nanti di lanjut  tulisan pertama dalam 365 hari bercerita.

Balananjeur, Sabtu, 1 Januari 2022

Catatan Akhir Tahun

Agak bingung sih mau nulis apa, tapi tuntutan waktu memaksa diri harus menulis terutama di moment ini. Heee... Sebenarnya lebih tepatnya mah tuntutan diri sendiri.

Well, bukan ini memang jarang nulis, tidak ikut event nulis ataupun nulis mandiri.. hmm naon nulis mandiri teh? Itumah ala-ala saya saja.

Kakang tadinya terlihat enggan untuk ke Kuningan, tapi saya meyakinkannya untuk ikut. Saya pikir beliau membutuhkan moment berkumpul bersama teman-temannya yang memang sangat jarang dilakukan, hanya setahun sekali karena itu saya memintanya untuk ikut. Kenapa? Nanti saya ceritakan alasannya dalam postingan tersendiri.

Oh iya, jadi tadi siang Kakang berangkat ke Kuningan untuk silaturahim ke rumah sahabatnya bersama 2 sahabat lainnya dari Garut dan Bandung. Biasanya berlima bersama kang Afiv, teman dari Ciamis tapi kemungkinan hari ini kang Afiv tidak bisa ikut berkumpul karena ada acara keluarga.

Sebelum berangkat, Kakang memeluk dan mendoakan ku juga de Olin yang masih terbaring sakit. Lalu menitipkan kami berdua pada a Umar, "Mar, titip jaga Ummi dan de Olin yaa!" MasyaAllah bahagia sekali mendengarnya.

Ini sudah 3 hari menjelang de Olin masuk semester 2, senin besok mah sudah mulai masuk. Syafakillah de Olin, Ade kan sudah mulai menikmati masa-masa belajar di sekolah ya Nak, jadi Ade harus sehat dulu.

Baru jam 19.47 tapi mata sudah sangat mengantuk..
Besok dilanjutkan lagi insyaAllah.

Balananjeur, Jum'at , Akhir Desember 2021

Kamis, 30 Desember 2021

Ranking dan Prestasi

Ranking dan prestasi

Lagi-lagi tergelitik untuk menulis tentang dua hal ini, tentang ranking dan prestasi. Dua hal yang menurut saya tidak berhubungan satu sama lain, tapi seringkali dihubung2kan oleh sebagian yang senang menghubungkannya.

Seorang anak yg sering mencetak rakor nilai2 bagus diraportnya selalu dianggap lebih berprestasi dibanding seorang anak dgn nilai pas2an apalagi kecil. 

"Lihat tuh si a, nilainya bagus2. Rankingnya juara terus...! Makanya kamu belajar yang bener..." (bla bla bla) ..ucapan pembuka yang pernah saya dengar entah dimana, yang membuat saya yg bahkan hanya mendengarnya greget bin panas , kasihan sekali seorang anak yg seringkali jadi korban ambisi orangtua.

Please deh bu or pak.... Anak ibu atau bapak itu bukan tidak pintar atau tdk belajar sungguh2 atau tidak berprestasi. Kalaulah ibu atau bapak mau sedikiiiiiit saja membuka mata dan menerima anak bapak dan ibu dengan menyingkirkan ambisi dan ego kalian, kalian bisa mendapati prestasi yang gemilang dari anak2 kalian, yang selama ini tak kalian sadari bahwa itulah prestasi sebenarnya.

Santun bicaranya, sopan sikapnya, jujur ucap dan tindakannya, tidak meninggalkan sholat, berbakti pada ortu, tidak berhenti menuntut ilmu meski selalu kenyang dengan makian anda, dan baaaanyak lg prestasi lain yang jauuuuuuuh lebih bernilai dari sekedar ranking ataupun nilai dibuku raport.

#tbcontinued

31 Desember 2015

Sallary

Ketika untuk pertama kalinya datang kesana, masjid yang pertama kali mengambil hatiku untuk sekedar duduk disana. Sejuk dan nyaman terasa...

I closed my eyes dan mencoba meraba perasaan saya. Tetap_ , sejuk dan nyaman yang terasa. 

Saya membayangkan keriuhan dan keramaian yang ada disana pada waktunya hanyalah teriak girang anak-anak. Bukan drama penuh ambisi dari orang-orang dewasa...

Saya sedang menceritakan tempat kakang bekerja. Oh ya, saya memang termasuk satu di antara banyak perempuan yang ikut campur dengan pekerjaan suami.hee..
Apa hal seperti ini salah? Saya tidak pernah mengingat-ingat hal itu kecuali berusaha membantunya semampu saya untuk melaksanakan semua tanggung jawabnya atas kami dengan cara yang baik, di tempat yang baik dan tentu yang membawa dia pada kebaikan...

Ikut campur? Sebenarnya hanya sekedar memberi usul/saran/masukan, karena semua keputusan tetap kembali padanya, dia yang lebih berhaq menentukan.

"I think, it is not good for you." atau, "i think you can b ok in here." dan ucapan lain yang semisal yang hanya mampu saya sandarkan pada rasa atas sesuatu yang saya rasa dan saksikan. 

Bahkan jika penghasilan nominalnya jauh dari mereka yang mendapat nominal lebih, i dont care about it. Selama membawa kebaikan, baik diri maupun keluarga. Bermanfaat untuk agama ini... Tak ada kekhawatiran tentang isi dompet atau apapun.

Allah itu arrozaaq. Pekerjaan atau semisalnya itu hanya ikhtiar kita, usaha kita menjemput rizkiNya..
Allah itu Maha Kaya.. Dan DIA maha mencukupkan rizki pada siapapun yang DIA kehendaki.

Ikut campur? Harus..jika untuk kebaikan. Bukankah suami istri partner kehidupan terdekat?? 

Jangan sampai partner kita berada di lingkungan yang tidak kondusif untuk dien dan akhlaqnya...
Jangan pula membuat dia rakus akan harta demi untuk memenuhi tuntutan kita, istrinya!!

Ada yang suka ikut campur? Hee....saya suka, apalagi sambil minum es campur plus tahu campur lontong alias kupat. Hee...

Ikut campur tidaklah serta merta menjadikan kita mendominasi pasangan kita.karena kita memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan dengan cara yang baik...
Dan jika dia telah memutuskan, hormati keputusannya dan bantulah dia menunaikannya dengan sebaik-baiknya.

Ada yang juga suka ikut campur? Hee...

Wilujeng enjing :)

Abdi, #defa_s_hidayat
Dinten ieu di #balananjeur_31122016

Cincin dan Perubahan

Cincin Aufa yang di simpan di jari kelingking saya karena sudah tidak muat di jarinya kini sudah tidak muat juga di kelingking ini.

Entah kelingking yang menyusut atau cincin yang membesar.. Hihiii...

Perubahan itu senantiasa berlaku dalam hidup kita, entah menjadi lebih baik, semakin baik atau justru sebaliknya... Semua bergerak dan berubah.

Seperti kulit ini yang kemudian menunjukkan tanda-tanda kehidupan, bahwa dia berubah seiring berjalannya waktu. Masa muda sudah lama berlalu...

Kelak jika waktunya sampai di hari itu, akan ada keriput dan rambut yang beruban. Semoga ketika saat itu berlaku atas tubuh ini, Allah berkahi usia ini dengan cinta padaNya yang tak pernah usang dan terlupakan oleh usia dan masa.

Fii sabiilillahi nahyaa wa namuut... Nasyid yang menemaniku menulis usai membereskan cucian ini menyentuh ke setiap sudut-sudut nadi, "Robbana, jangan Engkau biarkan kami berkuasa atas diri kami sendiri, karena kami tidak akan sanggup. Bimbinglah kami dan istiqomahkan kami di jalanMu!!"

Berubah? Harus... Berubah menjadi lebih baik. Lebih baik sesuai kriteriaNya.

#defa_s_hidayat

31 Desember 2016

Mi, Ada yang Bisa Di Bantu?

"Mi,Ada yang bisa aa/umar/teteh/de olin bantu?"

Saat letih yang sering tiba-tiba datang, pertanyaan seperti itu seperti sebuah obat yang menghilangkan semua letih yang ada, membuatnya hilang dan menguap entah kemana.

"Mi, ada yang bisa dibantu?" sederhana tapi penuh arti.

#maribahagia
#maribersyukur

31 Desember 2016

Saat Hujan

Saat ini, di jam 17.20 ini, hujan turun dengan deras.
Seperti biasa, salah satu kegiatan favorit saya saat hujan adalah menyaksikannya melalui jendela kamar.

Kali ini bersama dengan satu gelas antanan hangat, dan tafsir fii dzilalil Qur'an.

Sungguh terasa manis dan nyaman dihati membaca Al Qur'an di sertai suara hujan yang terlihat jelas guyurannya melalui jendela ini. Tak ada kesenangan selain saat merasakan cinta...

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "tidak ada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati kecuali dalam kecintaan kepada Allah dan bertaqarrub kepadaNya dengan mengerjakan apa-apa yang dicintaiNya. Kecintaan tak akan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan kepada selainNya. Inilah hakikat laa ilaaha illalloh. Inilah jalan Ibrahim 'alaihissalam dan semua nabi serta rasul." (fathul majid. Hal 36)

Memperhatikan hujan, subhanalloh, tak kan dapat kita menurunkan curahan hujan seperti itu... Bahkan rintik sekalipun..
Apalagi derasnya yang membawa rahmat bagi makhluq hidup penghuni bumi..
Maha besar Allah,
Masihkah ada kesombongan dihati kita?
Di lisan kita?
Di sikap kita?

Pada hujan yang semakin deras...
Ada rahmat sekaligus ujian disana..

Subhanalloh
Maha suci Allah dan tidaklah DIA menurunkan hujan dengan sia-sia

Gemuruh guludug mulai terdengar
Rasa takut seringkali hadir disaat seperti ini,
"Wahai penurun hujan, penguasa alam raya, jauhkanlah kami dari siksa dunia dan akhirat!!"

#defa_s_hidayat

31 Desember 2016

Persahabatan

Kang,
Ba'da maghrib ini,
Hujan belumlah reda
Rintiknya masih terasa sejuk....hingga ke hati
Aa Quthb menyiapkan seteko kecil teh manis untuk semuanya
Selepas tadarus nanti, kami akan menikmati teh itu bersama

Seperti biasa,
Seperti engkau tahu,
Umar dan Olin selalu yang paling berbinar senang saat mendapati teh manis... 
Wajah cerah mereka tak pernah berubah sejak dulu, saat mendapati teh manis.

Kang,
Bagaimana disana?
Apakah hujan?
Sederas disinikah hujannya?

Pasti menyenangkan dapat berkumpul bersama sahabat, semoga Allah memberkahi persahabatan kalian hingga kelak berkumpul di SurgaNya!!

Pernah merangkai relief nostalgia,
Hingga kini banyak kisah baru telah tersusun,
Ah, selalu senang melihatmu tersenyum saat engkau mendapati kabar sahabat-sahabatmu meski hanya melalui media sosial.

Bagiku sahabat,
Adalah saat aku mengingat, mencintai, menadahkan do'a dan menerima apa adanya mereka.
Dan bagimu pun begitu,
Karena itu, kita hanya akan tersenyum tidak mengerti saat mendapati orang mempertanyakan dimana sahabatnya...
Karena bagi kami sahabat adalah kami mencintai mereka, bahagia saat mereka bahagia, dan terluka saat mereka terluka...

Kang,
Kemudian nanti,
Kembalilah dengan segudang cerita...tentang persahabatan yang tak usang dimakan waktu..
Tentang kebersamaan yang sangat jarang tercipta
Dan tentang kebaikan dan kebahagiaan lain yang dapat ku tuliskan di buku harianmu
Sebagai pengingat, tentang orang-orang baik yang membuatmu selalu mengingat mereka dalam setiap sujudmu...

Kang,
Simpanlah kisahmu untuk kau kabarkan padaku..!!
Aku harus mengakhiri tulisan ini karena anak-anak memintaku menyimak muroja'ah mereka!!

Semoga perjalanan kalian menyenangkan :)

Abdi #defa_s_hidayat
Menghaturkan ucapan hatur nuhun kanggo persahabatan yang indah <3

31 Desember 2016

Rabu, 29 Desember 2021

Catatan Reflektif Kelas Pendampingan Muda Mudi (Zoom Perdana)

*Catatan Reflektif* 

💖 *Kelas Pendampingan Muda Mudi ,zoom perdana 29 Des 2021* 💖

Sesi perdana ini memang sesi memetakan masalah yang selama ini jamak dihadapi oleh orang tua Ketika mendampingi muda mudi

✅Bahwa usia baligh itu akan dihadapi oleh anak di rentang usia 9 – 15 tahun, artinya perubahan dalam dirinya dipengaruhi oleh reaksi kimia dalam tubuhnya yang membuat si anak sendiri bingung dengan fisiknya, emosinya, sosialnya, spiritualnya, dan intelektualnya

✅Permasalahan yang umum dihadapi di usia  9 -15 tahun adalah penurunan semangat ibadah padahal sebelumnya sudah autopilot, mager atau malas gerak, heboh sendiri ga jelas, terikat dengan gadget sampai susah dipisahkan.  

✅Memetakan masalah dengan azas cover both side: memetakan masalah tidak hanya melihat dari sisi orang tua saja yang merasa punya saham untuk memberikan tuntunan dan tuntutan, tapi kita perlu juga berdiskusi dengan pihak ketiga yaitu guru, pembimbing yang bisa menjadi tempat anak mengungkapkan hal yang tidak diungkapkan kepada orang tua, bukan karena tidak percaya, tapi lebih butuh cara pandang lain yang berbeda dengan peran orang tua 

✅Curhatan dari guru pembimbing dalam mendampingi muda mudi usia 9 – 18 terutama 14 – 18 tahun: mager, Ketika diajak beribadah dan menunda-nunda mereka bertanya “untuk apa solat sebenarnya?” mereka sedang mengekplorasi diri dan mencari validasi (pengakuan), karena mereka merasa belum mendapatkan koneksi hati dengan solat, solat sekedar untuk memenuhi kewajiban dan suruhan orang dewasa, tapi secara personal merasa belum menemukan pemantik dari solat untuk hatinya, hatinya belum merasa butuh solat.

✅Perubahan anak dalam menjalankan ibadah ketika memasuki fase remaja - konsep tauhid yang harus disampaikan kepada anak telah selesai. 

✅Perubahan ritual ibadah ketika di pesantren dan di rumah. - Mereka sedang kebingungan mencari why dalam menjalankan ibadah, perjuangan dalam menuntut ilmu di pesantren yang dilalui anak sangat besar, sehingga ada baiknya mengubah redaksi menjadi lebih berempati ketika mengajak anak berdiskusi

✅Orang tua haris memiliki amunisi lebih, pemilihan redaksi dan diksi, keterampilan observasi agar dapat mengamati gejala pada emosi anak, dan belajar keterampilan manajemen hati yang lebih mendalam lagi agar dapat menyentuh hati anak terutama bab memvalidasi keimanan, antusiasme.

✅Pe-er mengamati basic needs disorder untuk memastikan apakah anak-anak kita masih on the track atau sudah melenceng jauh dari fitrah perkembangannya

Senin, 27 Desember 2021

Ayunan

:: Ayunan ::

"Apa yang menarik dari ayunan ini?" tanyanya saat saya mengucapkan rasa syukur dan terima kasih saya karena dia telah membuatkan ayunan untuk adik bungsunya.

"Ini ayunan yang sangat biasa, bahan-bahannyapun kurang menarik. Yang beda hanya satu, Umar membuatnya spesial untuk de Olin." lanjutnya

"Itulah kenapa bagi ummi ayunan ini istimewa, sangat menarik dan very spesial. Karena engkau, Nak..engkau membuatnya dengan penuh cinta. Ummi merasa, saat engkau membuatnya, ada cinta yang tulus yang engkau rasakan, disini di hatimu bagi adikmu. Ummi juga merasa saat itu engkau memikirkan senyum bahagia adikmu, engkau juga berharap adikmu bisa bermain dengan ceria disini. Dan karena ayunan ini, Nak.. Benar saja, adikmu bahagia karenanya. Dia tertawa riang, tersenyum cerah, bermain bersama saudara-saudaranya.. Dan Nak, bukan hanya itu, ayunan ini ternyata membawa kebahagiaan untuk sepupu-sepupu kecilmu juga. masyaAllah sholih, semoga Allah memberkahimu. Engkau insyaAllah akan menjadi seseorang yang membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi orang-orang di sekelilingmu, insyaAllah."

Engkau...
Bahkan meski kalian belum bisa memahami sepenuhnya apa yang ummi abi katakan, kami akan tetap mengatakan hal yang sama hingga suatu hari kalian pasti akan memahaminya.

Ayunan ini, ayunan yang menurut kalian seolah kurang menarik, tapi insyaAllah memiliki arti yang luar biasa. Seperti itulah cinta, Nak.. Ia tidak harus terlihat luar biasa dihadapan manusia, ia tidak harus terlihat menarik dihadapan manusia... Ia juga tak boleh hanya untuk terlihat bagus saja dalam pandangan..
Tapi ... Apa yang engkau rasakan di hatimu, apa yang mendasarimu mencintai, apa yang tersembunyi di hatimu, semua itu kan menjadikan cinta yang terlihat biasa menjadi istimewa dan luar biasa.

Eh ieu teh naon? Ieu teh ayunan buatan aa Quthb dan aa Umar. :)

28 Desember 2017

Tentang Marah

1.

Saya pernah marah akan sesuatu bahkan sampai julid tapi bukan berarti saya julider, saya bahkan bukan penjulid yang baik karena saat julid teh tetap mikir, "kok harus julid?" Misal saya marah atau julid pada seseorang, yang bergema di pikiran teh justru kebaikan orang itu. Akhirnya batal buat merasa kesal.

Pernah sih marah agak lama, tapi ingat kata Rasul laa taghdhob walakal Jannah. Saya jadi mikir, saya kan pengen syurga jadi saya harus segera menyudahi marah yang ada. Artinya, marah mah hal yang wajar kan ya tapi nggak boleh menyimpan amarah apalagi sampai marah-marah.

Hmm.. ada sesuatu yang melukai perasaan atau bikin nggak nyaman, wajarlah kalau kita marah. Tapi saya diberi pilihan untuk memaafkan. Lagian apa sih yang didapat saat kita milih meluapkan amarah?

Oh hey, ada yang bilang melerai amarah nggak mungkin tanpa meluapkan. Kita duduk menadahkan tangan dan bersimpuh atau menulis di buku catatan harian kita sambil mengurai semua rasa yang ada insyaAllah bisa dicoba jadi nggak perlu sampai seluruh dunia tahu kalau kita marah sama si A atau si C bahkan sama sama si A sampai si Z. Nggak perlu ngajak orang buat menghujat orang yang membuat kita marah, nggak perlu membuat kehormatan orang tercabik karena kemarahan kita.

Sampaikan kalau kita nggak suka dengan cara atau ucapan dia, tapi percayalah kita bisa menyampaikannya tanpa membuat Izzah kita tergadaikan.

Saya teh lagi nulis apa? Saya sedang berencana banyak nulis untuk hari ini 😅 nulis random dan suka-suka 🤭



2.

Masih tentang marah dan amarah. 

Saya pernah marah agak lama dan menuntut permintaan maaf dari orang yang membuat saya marah. Setiap kali mendengar nama orang yang dimaksud apalagi melihat orangnya, darah serasa mendidih. Duh saya bahkan nggak pernah tahu gimana darah kalau sedang mendidih.. but, ini terlalu berlebihan sih karena tipe marah saya nggak sampai segitunya. Saya hanya merasa tidak nyaman sampai tiba-tiba saja menangis, nangis karena kesal pada diri saya sendiri karena membiarkan diri saya terjebak dalam suasana hati seperti itu.

Ya, saya cenderung menyalahkan diri saya sendiri meski di saat bersamaan saya juga menuntut dan menunggu permintaan maafnya. Asa teu konsisten begitu nya? Hee.. 

Permintaan maaf tak kunjung hadir, saya juga mulai merubah pemikiran saya dengan tak lagi menyalahkan diri saya sendiri. Saya mulai menyadari bahwa satu hal yang justru menyakiti saya adalah menyalahkan diri sendiri atas kesalahan orang lain atas saya sekaligus menuntut orang tersebut minta maaf.

Dia minta maaf atau tidak, itu urusan dia. Dan urusan saya adalah apa yang akan saya pilih; merasa tersakiti dan larut dalam rasa itu atau memaafkan. Akhirnya saya ikrarkan untuk memaafkan, "saya memaafkan mu atas apa yang kamu lakukan hari itu." Saya juga memilih untuk memilah pertemanan, saya juga memilih untuk mengakhiri menyalahkan diri sendiri atas perbuatan tidak baik dari orang lain.

Saya memilih menepi lalu kemudian membagikan pengalaman kecil yang terjadi bertahun yang lalu. 

"Teteh mah kayak nggak pernah marah ya." Dan untuk anda yang mengatakan hal itu, anda keliru, saya sering marah. Sangat sering malah ...



3.

Balananjeur hujan disertai guludug, saya duduk di kursi ruang tamu sambil melihat hujan dari jendela ruang ini. Sering terpikir untuk melihat hujan dari teras samping ditemani secangkir coklat panas, namun karena saya mudah masuk angin jadi urung dilakukan dan tetap memilih melihat hujan dari balik jendela.

Saya senang saat melihat hujan, rasanya menenangkan apalagi saat kondisi hati sedang dilingkup perasaan marah.

Oh well, hari ini saya memang sedang ingin menulis perihal marah dan amarah.Masih tentang marah.

Tadi saya ngobrol dengan dua ponakan, anak gadis nya kakak-kakak saya, tentang hidup berumah tangga yang bukan hanya ketemu manis tapi banyak juga pahit-pahitnya. Nano-nano rasanya.

Nah yang ingin saya tuliskan disini tentang marah pada pasangan. Nggak mungkin kan marah kalau lagi senengmah, jadi marah biasanya datang disaat sebaliknya dari kata senang.

Yang sudah punya pasangan pasti ngerti gimana sepat-sepat nya dalam rumah tangga. Kata teman saya mah langit terasa runtuh kalau lagi marahan sama pasangan teh tapi tiba-tiba saja dunia serasa milik berdua saat mulai baikan 😅

Sahabat, apa yang biasanya anda lakukan saat sedang merasa marah pada pasangan anda? Awal-awal nikah mah saya milih menepi dan diam sejenak sampai tidak merasa marah lagi. Saya pikir kemarahan saya sudah reda, nyatanya saya hanya mengendapkannya dan bahkan menyimpannya jauh di dasar hati yang setiap waktunya bertambah hingga akhirnya menggunung dan melukai diri saya sendiri. Saya tidak berusaha memaafkan hanya melupakan namun ada saat semua yang berusaha dilupakan itu mencuat ke permukaan.

Saya tidak mau seperti itu, saya tidak ingin menjadi seorang pendendam atau pandai menyimpan sakit hati. Kalau saya terluka maka saya harus menyembuhkannya bukan menyembunyikannya, kalau saya merasa marah maka saya harus memaafkan dan menyelesaikannya bukan menyimpannya. 

Akhirnya saya memilih mengatakan ketidaknyamanan saya akan sesuatu. Tentu saja suami istri itu tak selamanya bersikap manis atau penuh kata-kata manis, sangat sering ada paketrok dalam rumah tangga. Ada saat kita menyakiti atau disakiti..

Tapi dengannya kita sedang berjuang menggapai cinta yang besar, cinta Allah. Akan tak nyaman jika ada luka yang hanya pandai disembunyikan sendirian yang akhirnya berakibat tak Ridha pada pasangan, merasa hidup dalam penjara penuh racun, tak ikhlas akan perjuangan berumah tangga.

Dan saya memilih menjaga diri saya sendiri dari rasa seperti itu. Setelah memahami tak nyamannya menyimpan tanpa menyelesaikan atau memaafkan, saya pun memilih untuk menyelesaikan untuk kemudian memaafkannya.

Saya katakan padanya bahwa saya tidak nyaman atas sesuatu, saya katakan bahwa saya juga marah. Saya katakan semua alasan ketaknyamanan dan kemarahan saya dan beliau mendengarkan saya hingga usai semua rasa negatif itu. Hanya dengan kata, hanya dengan siap didengarkan, lalu..hanya dengan sebuah pelukan dan kalimat baik, "Hapunten Abi membuat Ummi terluka." MasyaAllah lenyaplah amarah dan tak pernah tersimpan dan kembali lagi.

Kalaupun ada amarah karena hal lainnya, kemarahan dulu tak pernah mencuat karena yang dulu sudah usai.



4.

Kenapa saya memberikan tanda dengan hastag #defatentangmarah ?

Ini hanya cara saya agar mudah mencari dan menyalinynya untuk disimpan dalam catatan blog atau mengingatkan saya saat saya membutuhkannya.

Menulis adalah merenung, menuliskan jejak adalah mengingatkan. Mengingatkan? Suatu saat jika saya bertemu kondisi yang sama dengan yang pernah saya tuliskan, maka tulisan ini mengingatkan saya akan bagaimana cara saya menghadapi kondisi itu dan keluar dari sana dengan baik.

Laa Haula walaa quwwata Illaa billahil 'aliyyil 'adziim.

Catatan saya tentang marah belum sepenuhnya usai, saya ingin menuliskan semua yang benar-benar ingin saya tuliskan. Semoga saya dan siapapun yang berkenan membaca dapat mengambil saripati hikmahnya.

Sungguh saya hanya berharap kebaikan, semoga Allah Ridha usaha ini.

Lalu apalagi yang ingin saya tuliskan tentang marah dan amarah?

"Kamu nggak tahu rasanya, enak bener harus memaafkan." 

Saat memaafkan kesalahan orang lain, siapakah yang diuntungkan? Siapa yang paling diuntungkan? Orang yang berbuat kesalahan kah? Tidak, justru kita yang mendapat keuntungan dari memaafkan.

Why? Segala yang tersembunyi di hati kita tak lepas dari pertanggungjawaban, hati kita juga memiliki kontribusi yang cukup besar dalam amal kita karena hati bisa menggerakkan kita untuk berbuat baik atau buruk. Semua di hisab dengan amalnya masing-masing, dengan usahanya masing-masing.. saat kita memaafkan, kita sedang mengurangi beban hati kita, meluruskan amal kita, mengurangi tumpukan beban hisab yang memberatkan Mizan keburukan kita, mengurangi beban dosa dan sekaligus menjaga kewarasan kita. Kita butuh menjaga kewarasan untuk hidup dengan benar.

Tapi, memaafkan bukan berarti melupakan.



5.

Masih tentang marah. Kok ngomongin marah terus, sih? Hanya ingin saja 🤭

Suatu hari ada seseorang mengetuk pintu rumah kami dengan keras, pikiran saya mulai tidak nyaman. Ya atuh ngetuk pintu dengan keras pasti ada maksud yang kurang menyenangkan, entah apa maksudnya tapi saya memilih membukakan pintu. Padahal tangan gemetaran karena saya tidak terbiasa dengan suara keras.

Saat pintu dibuka nampak seraut wajah memerah dengan mata melotot tajam, jari telunjuk menunjuk tepat ke arah muka saya disertai kalimat sumpah serapah. Saya tidak bisa menyimak dengan baik karena saya tidak mengerti maksud ucapannya namun saya simpulkan kalau seseorang didepan saya ini sedang marah-marah. Dia memarahi saya atas sesuatu yang tidak saya lakukan, dia tidak bisa mengontrol amarahnya dan akhirnya memilih meluapkannya langsung pada saya.

Andai dia datang mengetuk pintu dengan salam penuh Rahmat lalu bicarakan baik-baik permasalahannya, tak akan ada yang tersakiti dengan sikapnya. Ah, kata andai tak seharusnya ada, bukan? Apalagi saat belasan tahun kemudian orang yang bersangkutan mengungkapkan penyesalannya atas hari dimana dia mengacungkan jari telunjuk disertai kata-kata kasar untuk kejadian yang hanya ada dalam persangkaan.

Ternyata dimarahi itu nggak enak, ternyata bertemu orang yang tidak bisa mengendalikan amarah itu nggak enak, ternyata dipelototi orang sambil di tunjuk-tunjuk itu nggak enak, ternyata mendengar kalimat penuh sumpah serapah itu nggak enak.
Saya memahami bagaimana tidak enaknya mendapati hal seperti itu, jadi bagaimana bisa saya melakukan itu pada orang lain.

Hmm.. penting banget ya untuk bertanya pada diri sendiri, "suka kah saya jika diperlakukan seperti ini (misal dimarahi atau di julidi dan semacamnya) oleh orang lain?" 



6.

#defatentangmarah berakhir di postingan ini. Seperti yang saya tuliskan pagi ini, saya akan menulis agak banyak. Bukan dalam rangka melerai rasa tapi hanya berbagi sedikit pengalaman dan pemikiran.

Kalau sedang marah, pengennya gimana? Marah-marah? Mengumpat? Mencaci? Menghujat dan mengajak orang untuk ikut menghujat? 

Pilihan kita adalah amal kita, tabungan hisab kita.

Saat kita memilih memaafkan bukan berarti kita membenarkan keburukan, saat kita memaafkan bukan berarti kita akan benar-benar lupa apalagi sampai membuka peluang orang lain untuk berbuat tidak baik atas kita. Memaafkan juga berarti belajar untuk tidak masuk ke dalam jurang yang sama untuk kesekian kalinya.. memaafkan juga menghindarkan diri untuk mendapat luka serupa.

Allohu a'lam bishshowab.

Saya agak bingung sih, ini teh pengen nulis tapi bingung nulisnya kumaha.
'Alaa kulli haal, semoga bermanfaat.

#catatandefa
#defatentangmarah

Balananjeur, Senin, 27 Desember 2021

Minggu, 26 Desember 2021

Jaminan Allah

"Allah telah menjamin rizki setiap hambaNya.!" ujar kakang membuka pembicaraan, di perjalanan tadi pagi.

Saya diam menyimak sambil agak nundutan, hee... Setiap perjalanan meski menggunakan motor, nundutan selalu jadi episode setia. Banyak orang yang mengatakan membaca buku bisa membuat kita mengantuk, tapi saya justru sebaliknya, mata tambah sulit terkatup jika membaca, kantuk juga tidak mau mampir. Tapi di motor, bahkan perjalanan Balananjeur pagerageung yang berjarak dekat sekalipun, saya akan dengan mudah bertemu kantuk yang sangat, thats mean nundutan. Hee...

Karena sering nundutan, biasanya kakang memegang tangan saya sekedar memastikan saya tidak tertidur di motor. Kalau perjalanan agak jauh biasanya justru di ikat pakai selendang...heee...

Ups, gagal fokus lagi...heee #justintermezo

"Apa yang Allah anugerahkan untuk ummi atau anak-anak, semuanya itu dari Allah, bukan dari abi. Abi hanya perantara saja."

Dan obrolan berlanjut masih dengan saya yang menyimak dan sesekali berucap "oh, ya, subhanalloh, masyaallah, Alhamdullah..dsb.."

Sinarieun teu berargumen? Saya sedang Agak irit bicara. Tapi nulismah nggak :D dan kakang tahu itu...hee

"Allah telah menjamin rizki kita, just believe it!!"

Kerja? Itumah harus atuh...sebagai bukti cinta kita kepada Allah.

Robbanaa aatinaa fiddunyaa Hasanah wafil aakhiroti Hasanah waqinaa 'adzaabannar!!

27 Desember 2018

Surah Al Qiyamah

Saat neng sholihah Aufa Ashfiea Ridwan membacakan surah Al Qiyamah, tak terasa tiba-tiba air mata mengalir deras, ada gemuruh didada hingga kedua tangan tiba-tiba lemas... Robbana, hari itu huru hara yang dahsyat terjadi.

Kupandang wajah teduh gadis kecil kami yang kini beranjak remaja, pipinya juga basah dengan airmata. Kupegang tangannya, tangannya bergetar.

"ummi.." suaranya terdengar lemah

"Iya sayang." jawabku

"Kenapa ummi menangis?" tanyanya

"Kenapa Putri Sholihah ummi juga menangis?" aku balik bertanya.

"Tsunami yang terjadi di palu, lalu di Lampung dan Anyer kemarin, gempa yang terjadi di beberapa tempat, angin kencang, banjir, gunung meletus, semua yang terlihat itu sangat menakutkan, ummi. Teteh melihatnya dari video saja sangat takut, apalagi mereka yang mengalaminya.
Dan ummi, gempa, tsunami, gunung meletus, semua itu qiamat kecil kan ummi? Teteh membayangkan, jika qiamat kecil saja sudah seperti ini, apalagi qiamat besar.. Semoga Allah menghindarkan kita dari huru hara itu ya ummi." ujarnya pelan. Kupeluk dia erat, kami menangis dalam diam... 

Pada hari itu manusia berkata, "kemana tempat lari?"

Tidak! Tidak ada tempat berlindung!

Hanya kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu.

Ya Robb :'(

27 Desember 2018

Katanya

Katanya, marahku adalah bentuk kepedulian ku yang sering dia nantikan. 
Katanya juga, itu memang kadang membuatnya merasa terganggu, tapi dia sering merindukannya..

Ah
Cinta memang unik

Terima kasih selalu mencintaiku dengan cinta yang baik dan....unik :D
Terima kasih sudah mengatakan, "biarkan kopi hitam untuk abi itu tanpa gula, menikmatinya di sampingmu akan membuatnya terasa manis, manis yang paling pas." 

Ah, cinta,
Cinta memang unik

Usia mu berkurang lagi ya sayang,
Kang Wawan Ridwan
Semoga Allah memuliakanmu dengan usia yang penuh berkah dan kelak kita kembali bersama di syurga Allah seperti impian kita.

Aku, Defa S Hidayat, istrimu yang tak pandai berphoto... Hahaha kita memang kurang pandai berphoto ya kang :D

Jazakumulloh Ahsanul jazaa kang <3
Kami mencintaimu karena Allah insyaAllah <3

27 Desember 2018

Tidak Pernah Marah?

"Neng, Enengmah kayaknya nggak pernah marah sama anak-anak." kata seorang Ibu yang kebetulan mengikuti kelas tailoring yang sama.

"Kenapa teteh berpandangan seperti itu?" tanya saya. 

"Waktu di gunung saya lihat Putri neng yang paling kecil merajuk lama, tapi neng malah memeluk dia sambil bilang, jantung hati ummi pasti cape ya? Sini ummi peluk, semoga Allah mengganti cape kesayangan kakak-kakaknya ini dengan berlipat kebaikan, kesehatan dan syurga yang dinantikan.
Bagaimana caranya biar tidak cepat marah ya Neng?" saya tidak ingat mengatakan itu saat itu, saya juga tidak tahu ada yang memperhatikan saya saat itu.
Tapi, tiba-tiba saya merasa malu.

Saya malu.

Saya bukan orang yang tidak pernah marah. Beberapa hari yang lalu saya bahkan marah di tempat dimana Putri saya berdiri saat ini, ya disana pada sesuatu yang saya yakini harus saya respon dengan nada yang terkesan 'marah'. Ah, itu bukan hanya kesan, tapi saya benar-benar marah.

Saat marah itu, saya teringat Palestina yang menanggung duka.
Apa hubungannya amarah saya dengan kisah Palestina?
Seseorang datang mengatakan milikmu sebagai miliknya dan menuduhmu dengan tuduhan keji. Ah, duka hati rakyat Palestina jauh lebih menyakitkan karena saat bersamaan banyak jari menuduh rakyatnya sebagai teroris sedang disaat bersamaan teroris sebenarnya melenggang bebas dengan tawa penuh serakahnya... 
Robbana...

Eh ieu nuju nyerat naon? 

"Teteh, semoga Allah memuliakan teteh, semoga ucapan teteh tentang saya menjadi do'a yang di aminkan para malaikat. Saya bukan seseorang yang tidak pernah marah, teh. saya mungkin lebih sering marah, anak-anak dan suami saya mungkin kurang sependapat dengan pandangan teteh tentang saya.. Jadi, teteh sholihah, sepertinya akan kurang tepat jika saya memberi tips cara agar tidak mudah marah, karena sayanya sendiri mudah marah."

Sore ini, melalui kaca jendela ruang tamu ini sambil menyaksikan tawa riang neng sholihah Aufa Ashfiea Ridwan dan sepupu-sepupunya.

27 Desember 2018

Kamis, 23 Desember 2021

Pembagian Rapot

Tadinya PeDe bisa nyari ruang D4 sendirian jadi waktu bersiap berangkat ke sekolah teh nggak nanya Umar tentang lokasi ruangannya, memang sih bisa nanyain ke orang lain tapi pas nyampai sekolah yang sangat luas dengan banyak orang dengan tujuan yang sama (ngambil rapot) auto milih nunggu adik Umar di depan gerbang.

Adik Umar memang belum sampai saat saya sudah sampai di sekolah, adik berangkat agak belakangan sedangkan saya berangkat lebih dahulu diantar Abang. 

"Ummi yakin?" Tanya Umar khawatir.

"Sure, insyaAllah. Ini rapot anak Ummi, tentu saja Ummi akan berangkat ke sekolah. Ummi ingin tahu seperti apa anak Ummi ini selama belajar disana, perkembangan akademik nya, ummi ingin tahu semua tentang adik yang tidak Ummi lihat saat di sekolah bukan hanya melalui lembar rapot, Nak. Rapot bisa adik ambil tanpa ummi, tapi moment membersamai adik mengambil rapot serta menyimak penjelasan Ibu wali kelas adik tak bisa ummi beli dengan apapun. Itu sangat penting bagi Ummi, Nak. Jadi, Ummi sangat yakin untuk berangkat meski Ummi harus berangkat jalan kaki sekalipun.." 

Setelah Umar memarkirkan motornya di area parkir siswa yang berada di area dekat gedung kelas DPIB , kami pun langsung mencari ruangan D4, ruang pembagian rapot kelas XI DPIB 1. Ruangnya ternyata berada di kelas DPIB 2, kami sengaja mencari tempat duduk di baris ke-2. Bukan kami tapi pilihan Umar 🤭 Saya tipe yang akan memilih kursi paling depan sedangkan Umar tipe yang memilih untuk tidak terlalu terlihat 😁 hmm filosofi apa ini teh 🤔

"Bagaimana kalau nilai rapot Umar kecil, Mi?"

"Its ok, justru bagus,Nak. Setelah itu adik bisa mengevaluasi diri apa yang kurang dan harus diperbaiki."

"Tidak perlu atuh Mi."

"Harus donk, Nak.Seorang muslim itu melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, belajar sebaik-baiknya, berusaha sebaik-baiknya,para sahabat Radhiyallahu Anhum selalu bertanya apa yg paling dan berusaha untuk menjadi yang ter, mendapat syurga tertinggi, menjadi muslim terbaik, semua yang paling, semua yang ter.. begitulah seorang Muslim, Nak. Berjuang sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang terbaik. 
Seorang Muslim juga, Nak. Senantiasa mengevaluasi dirinya, memperbaiki diri setiap waktunya. Hari ini menjadi versi terbaik dari dirinya yang kemarin, dan esok jauh lebih baik dari hari ini. Tak apa nilai adik kecil, Ummi yakin adik akan melesat menjadi lebih baik setelah ini."

Oh ok, saya ibu yang banyak bicara. Tapi percayalah saya melihat kesiapannya untuk menyimak. 

Ada saat anak-anak kita siap menyimak apapun yang kita katakan, ada saat dimana kita harus mengambil jarak darinya, ada saat dimana mereka hanya perlu kalimat seperlunya. Itu salah satu pelajaran berharga yang saya dapati saat membersamai mereka.

Hey, lalu bagaimana selanjutnya? Kami memperhatikan satu persatu orang tua yang maju ke depan saat nama anak-anaknya dipanggil. Seorang Ibu yang antusias menyimak penjelasan Bu Yuli, wali kelas XI DPIB 2. Lalu berlanjut ke Ibu nya Rafi, Ibu nya Rijal, lalu Ibu selanjutnya dan tibalah giliran saya.

"Muhammad Umar Yasin." Panggil Bu Yuli.

Saya senang saat Umar cukup kooperatif mau duduk bersama saya di kursi yang langsung berhadapan dengan Bu Yuli, padahal murid-murid lainnya tidak ikut ke depan bersama orang tua saat Ibu memberikan penjelasan.

Umar juga antusias melihat rapotnya, menyimak pertanyaan saya dan jawaban Ibu.

"Bagaimana Umar, nilai-nilai nya sudah tuntas semua?" Tanya Ibu sambil memperlihatkan nilai rapot.

Umar mengangguk, dia memang jarang bicara.

Saya ikut meneliti deret pelajaran berikut angka dan abjad yang tertera, MasyaAllah nilainya rata-rata B+ ,saya lihat raut wajah pemuda kecil disamping saya, MasyaAllah terlihat binar bahagia, saya senang melihatnya.

"Seperti apa ananda kami di sekolah, Bu?" Sepertiinya memang ini fokus utama saya 🤭

"Umar sangat baik, sopan, jarang bicara. Umar agak pendiam." Kalau bukan karena ingat Ibu-ibu lain yang sedang menunggu giliran ke depan, saya mungkin bisa berbincang banyak hal tentang ini tapi saya memilih menyudahinya setelah menanyakan tentang PKL yang akan dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Mei tahun depan.

Saya juga mengaminkan Ibu yang mengatakan kalau Umar sangat baik, sopan dan jarang bicara. Ya, seperti itulah Umar. Kalaupun akan bicara panjang lebar itu biasanya kalau sedang ngobrol dengan saya, Abi atau adik-adiknya. Selebihnya mah ngirit kata..

Kami pun pulang dengan perasaan senang. Senang karena nilai rapot? Salah satunya itu, namun yang paling utama karena saya bersyukur Umar kami berada di tempat yang sangat tepat untuknya, insyaAllah. 

Setelah episode pembagian rapot dengan ibu wali kelas yang memberi penjelasan sedetil mungkin tentang hal yang perlu saya fahami tentang Umar di sekolah, lalu hal apa saja yang harus kami persiapkan untuk menghadapi PKl dan lain sebagainya membuat syukur membuncah. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal.

"Ummi bagaimana pulangnya?" Tanya Umar membuyarkan hening saat kami ke luar dari kelas.

"Ummi mau naik angkot." Saya tahu Umar belum berani membonceng saya di jalan raya yang cukup besar dan seramai jalan Rajapolah, jadi saya tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman harus memikirkan bagaimana saya pulang. Meski saya juga bahagia saat dia menanyakan itu, bagaimanapun anak-anak juga berhak mengkhawatirkan ibunya 😅

"Ummi nggak mau pulang bareng Umar?"

"Boleh gitu dik?" 

"Tentu boleh, Mi."

"MasyaAllah Alhamdulillah. Ummi mau pulang naik motor bareng adik." Inginnya saya katakan untuk tidak perlu khawatir, tapi saya memilih untuk mengiyakan ajakannya.  Saya juga ingin mengatakan bahwa dia tak perlu khawatir membonceng saya di jalan besar, saya percaya padanya, namun saya memilih untuk hanya mengiyakan ajakannya.

Alhamdulillah akhirnya episode ngambil rapot dengan pulang dibonceng adik Umar pun berakhir di warung teh Nunuy, dengan 2 buah ice cream mochi favoritnya.

Balananjeur, Kamis, 23 Desember 2021

Senin, 06 Desember 2021

After Drop

[7/12 06.25] 

De Olin, "Ummi temani de Olin ngapalkeun!" 

Ah pengen nangis apalagi waktu de Olin nanya ini itu dan saya tidak bisa menjawab karena nggak bisa mencerna kalimat yang sampai. 

Its like hmm naon naminateh nya, anda mendengar dan menyimak tapi anda tak tahu apa yang sedang anda simak, nggak faham. Bahkan anda sendiri tak tahu apa yang anda ucapkan. Nghang kalau hp mah mungkin. 

MasyaAllah efek sakit kepala hebat sampai segitunya. Sesak nafas dan lemas yang sangat. Sekilas bisa nyambung saat berbalas pesan via WA namun kemudian saat sakit kembali mencoba membaca buku atau menulis pun nggak bisa, nggak kepikiran saking sakitnya. 

Saya ambil bantal dan teriak sekeras mungkin mencoba mengurai sakit dengan cara itu sampai akhirnya tenaga seolah habis bahkan sekedar menangispun tak sanggup. 

MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal atas hari kemarin, Alhamdulillah tidak sampai pingsan, Alhamdulillah tidak ada kepanikan, Alhamdulillah Allah berikan kesempatan hari ini untuk tidak sesakit kemarin dan bisa kembali berpikir


*****


[7/12 06.34] 

 Sering banget ya sakitnya? Hee.. tidak boleh cape (fisik maupun psikis), tidak boleh salah makan. Oh ok makanan mah masih bisa dikendalikan, tapi kalau nggak boleh capemah lumayan penuh perjuangan. 

Setiap selesai mengerjakan pekerjaan rumah langsung demam, jalan sedikit ke rumah Eteh langsung demam, pulang lari sesak nafas, mikir agak berat langsung sakit... Trus saya harus diam? Otak saya nggak bisa diam, tiap hari berpikir apa sih yang bisa saya lakukan untuk bekal pulang ke akhirat nanti. 

Apa yang bisa saya lakukan untuk suami dan anak-anak, untuk ummat ini. Mengurai banyak problematika ummat di kepala lalu berusaha memberi penyelesaian dengan kapasitas saya sebagai ibu di rumah. Meski sedikit, saya ingin berusaha. 

Saya juga tidak suka ada yang membantu mencucikan pakaian atau membereskan pekerjaan lainnya, saya tidak menyukainya.. saya ingin melakukan semuanya sendiri. Untuk itu ya Allah, kuatkan, ikhlaskan dan ikhlaskan! 

Alhamdulillah bersyukur sekali atas lelaki shaleh yang senantiasa mengucap kata, "istriku tercinta."


*****


[7/12 07.20] 

De Olin memberikan kue nastar, katanya ini favorit saya. Alhamdulillah sudah bisa menikmati makanan dengan baik, setelah makan bubur yang disiapkan Umar lalu minum obat dan setelah ini insyaAllah mau baca buku Sirah Nabawiyah. 

Hmm sedang agak bingung sih mau buku yang mana, semuanya menarik buat dibaca: tarikh Khulafa sama kisah-kisah dalam Al Qur'an. Meski sudah dibaca berulang-ulang tapi belum puas bacanya jadi bisa kesana lagi dan lagi. Saya ingin membagikan insight bacaannya insyaAllah. 

Oh see, lambungnya kembali bereaksi.. katanya efek obat yang saya minum. Jadi yang saya minum sekarang bukan obat buat lambung tapi obat pereda sakit 🤭 eh ada obat buat lambung nya juga, kan sebelum makan bubur ngunyah antasida dulu. Semoga nanti siang bisa saari'u fil Ardhi lagi, hee.. pengen hiking sebentar. Ke pasir gowong juga nggak apa-apa.. hmm rencana ke Ciremai teh akhirnya benar-benar ditunda karena akhir-akhir ini lebih sering dropnya. Agenda lainnya nengok blog dan podcast lalu menyimpan jejak (warisan) disana 😅.


*****


[7/12 10.01] 

 Saya sedang berpikir untuk ikut terapi. Terapi apa? Terapi untuk kesehatan mental. Sebagai pribadi saya harus tetap waras, sebagai istri dan Ibu juga harus tetap waras. Sakit seperti ini kadang membuat saya down. 

Tidak malu cerita seperti ini? Tidak. Saat anda merasa ada yang bermasalah dengan kesehatan anda maka anda harus berusaha mengobatinya, itulah yang sedang saya lakukan


*****


[7/12 10.09] 

Untuk kita semua yang berstatus ibu dimanapun berada.

Pada akhirnya, menjadi seorang ibu adalah tentang melupakan tiap rasa sakit, lalu memaafkan. Karena rasa sayang tetaplah sepanjang jalan yang tiada ujungnya kemanapun berjalan.


*****


[7/12 11.51] 

Sebagai ibu, saya tidak bisa seperti Mamah. 

MasyaAllah Mamah, hatur nuhun. Benarlah ternyata bahwa menjadi ibu itu belajar tentang arti melupakan; melupakan sakit karena apapun lalu mencinta sepanjang jalan tanpa batas waktu. Untuk anak-anak Ummi, terima kasih untuk selalu bersabar atas khilaf Ummi.


*****


[7/12 14.23] 

Sore ini dijadwalkan sesi terapi. Maju mundur untuk terapi teh soalnya sering khawatir terapisna kurang amanah menjaga kisah. 

Yah meski sering berbagi kisah secara terbuka tapi ada hal-hal yang disimpan rapat dan tidak ingin orang tahu, sampai akhirnya tanya langsung, "kalau saya bercerita, apakah cerita ini aman dan hanya sampai disini?" Maksud saya nggak bocor kemana-mana dan beliau menyanggupi.

 Oh hey kenapa harus diterapi segala? Saya merasa sehat secara mental bahkan cenderung tidak memiliki masalah berat, waktu sakit pun happy saja. Tapi dua Minggu ini sakitnya bikin down, setiap hari nulis di blog berbagi cerita agar bisa tetap menjaga kesehatan mental tapi kemarin tiba-tiba down. Sebagai ibu saya tidak boleh babarian, saya ingin bertahan untuk mereka. Bismillah.. semoga Allah Ridha. #setiapkitapunyacerita

Balananjeur, Selasa, 7 Desember 2021

Hhhh