Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh... ini kalimat yang paling saya sukai karena mengandung doa yang sangat baik. Saya senang saat ada yang mengucapkan salam kepada saya dengan salam yang sempurna, senang saat mengucapkan salam dengan salam yang sempurna, senang saat salam saya di jawab dengan salam yang sempurna.
Tidak sulit mengucap salam, tidak sulit menjawab salam. Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah tauladan dalam menebar salam.
Well, it is time for curcol 😅
Curcolnya sambil siduru di dekat Hawu.
Sekarang Ahad pagi, biasanya kami (saya dan kang Wawan) berjalan kaki 10 ribu langkah atau berlari kecil mengelilingi lapangan jamilega di tanjung kerta. Tapi pagi ini kami memilih disini dengan agenda kami masing-masing. Oh well, ada banyak cucian menanti. Sudah 2 hari tidak bisa mencuci karena tulang belakang yang kembali di uji. Sekarang juga masih sakit sih, tapi sudah kangen juga nguprek nyuci 🤠Beberes rumah, masak dan nyabut rumput.
Biasanya Ahad adalah waktu bebas dari pekerjaan rumah karena sehari sebelumnya berusaha untuk menyelesaikan tugas esok hari, Ahad menjadi saat saya bisa ngobrol banyak sambil kukurilingan dina motor lalu pulang lagi ke rumah dan nonton atau melakukan aktivitas lain yang tidak terlalu menguras energi.
Namun Ahad hari ini berbeda, saya sedang ingin masak makanan kuah yang bersantan mumpung anak-anak ngumpul di rumah. Masak di tungku dan makan sambil ngriung. And now, saya sedang diam dulu sebelum menyelesaikan yang dijadwalkan.
Kang Wawan sedang menyelesaikan tugas regsosek nya, Alhamdulillah tersisa satu RT dari 4 RT yang disensus. Di kampung kami ada 2 RW dengan masing-masingnya 2 RT. Setiap RT memiliki rata-rata 70 sampai 80 an KK. Cukup banyak ya? KK terbanyak ada di RT 1 RW 7 dan RT 2 RW 7. Hmm kalau tidak salah sih memang 2 RT itu. RT nya wa Ade Uung dan RT nya kang Ajat.
Saya ikut menuliskan data nya, Ari nuju Kitu teh kembali di ajak merenung, mensyukuri yang Allah karuniakan untuk diri juga jadi kepengen dapat keluasan harta agar bisa berbagi. Kang Wawan bercerita kalau selama di lapangan beliau menemukan banyak hal yang menjadi bahan evaluasi diri, terkadang selama ini masih ngeyel dan mengeluhkan sesuatu yang nyatanya lebih layak disyukuri.
Tidak sedikit satu rumah yang diisi beberapa KK, hanya menyekat ruang dan membaginya menjadi 2 atau 3 rumah untuk 3 KK. Lalu teringat bahwa kondisi rumah kami bahkan memiliki ukuran yang cukup luas untuk setiap ruangnya. Meski dinding rumah belum sepenuhnya di plester, atau lantai masih semen, tapi kami tinggal tanpa menyekat ruang. Ini bukan hal yang harus dibandingkan,tapi untuk mengucap syukur tidak jarang kita harus menatap ke luar.
Masih teringat ucapan ananda shalihah saat kami berbincang bab syukur sewaktu ananda masih duduk di kelas 6 MI, "teteh memiliki kamar sendiri yang ternyata luas kamarnya seluas rumah yang tadi kita lewati. Pantas saja Allah bertanya dalam surah Ar Rahman, fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan. Ummi tidak ada yang pantas kita ingkari. Anggota tubuh, indera yang berfungsi, ummi Abi dan saudara-saudara teteh, rumah yang layak, kamar yang nyaman, menjadi muslimah..nikmat Allah itu tidak bisa dihitung saking banyaknya ya Ummi. Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan, teteh sekarang faham kenapa ayat ini sangat banyak."
Saya masih duduk disini, di depan Hawu sambil menanak nasi. Membayangkan anak-anak makan nasi yang di tanak di atas tungku membuat hati dipenuhi harap agar mereka makan dengan banyak. Hmm percayalah, meski makan banyak-banyak tidak baik tapi ibu selalu senang melihat anaknya makan dengan lahap. Terlihat menikmati makanan yang dihidangkan meski itu hanya goreng tempe dan sambal goang..
Well, sedikit cerita lagi dari regsosek.
Banyak orang yang Allah berikan keluasan rezeki atau kecukupan materiNamun merasa diri hidup dalam kekurangan. Banyak yang secara dzahir terlihat kurang dalam materi namun stok syukurnya seolah tiada habis.
MasyaAllah sungguh luar biasa hidup yang Allah perlihatkan, semuanya pasti dengan suatu tujuan dan hikmah yang besar. Ada pembelajaran disana, apakah kita akan mengambilnya sebagai pelajaran ataukah akan kita abaikan begitu saja atau hanya jadi bahan ghibah.
Saya sedang mengatakan ini pada diri saya sendiri, "bagaimana denganmu?"
Balananjeur, Ahad, 13 November 2022