Minggu, 31 Januari 2021
Bagaimana Ummi Di Mata Kalian?
Kisah hari Ini
Aa Mengikuti Seleksi Beasiswa Perintis (bagian 5)
Ibu Yang Khawatir
Tidak seperti yang saya sampaikan tadi malam, saya tidak jadi membawa Umar ke dokter karena beberapa sebab. Alih-alih memeriksakannya ke dokter, saya justru memintanya menyimpan dan tidak menyentuh gawai serta beraktivitas fisik yang banyak dan berjemur di bawah sinar matahari pagi. Saya memintanya ikut lari bersama Abi nya di lapangan tanjung kerta lalu membantu saya berkebun di pekarangan rumah sambil berjemur sampai berkeringat.
"Umar tadi di traktir batagor sama jasuke." dia bercerita saat saya sedang menanam kucai di galengan tambak adik saya, Fitri. Mamah yang berdiri tepat di samping saya tersenyum mendengar cerita Umar.
"Ummi, di sini mau di pelakan ikan lele?" tanyanya
"ummi tidak tahu, Nak." saya menjawab sambil tetap melanjutkan menanam kucai yang masih tersisa, "memangnya kenapa Nak?" saya balik bertanya.
"Kirain Bi Ifit mau join an sama wa Totong buat melihara ikan Lele." Jawabnya tenang. Dia sebenarnya sedang mengajak saya becanda, candaannya kadang memang terkesan flat tapi saya tetap menyukai saat dia melontarkan humor nya, tidak apa meski flat yang penting saya tetap bisa melihat dia masih memiliki ide untuk melemparkan candaan, tidak apa kalimatnya pendek-pendekj yang penting saya tetap bisa mendengarnya berkisah.
Lalu kenapa saya tidak jadi membawanya ke dokter? Sungguh saya sedang menjadi Ibu yang khawatir, saya tidak tahu apa yang membuat Umar tadi malam muntah hingga ada sedikit darah, saya hanya tahu ada yang harus saya lakukan untuk merawat Umar sebagai bentuk ikhtiar saya. Saya akan merawat Umar seperti saat dia sakit sebelumnya dengan cara saya. Jika ada yang berkesempatan membaca ini mungkin saja akan tidak setuju dengan cara saya, tapi sebagai seorang ibu saya di didik untuk mengambil keputusan dan yakin dengan keputusan itu.
Penjelasan Hadits “Wanita Kurang Agama Dan Akalnya”
Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Soal:
Kita sering mendengar hadits:
النساء ناقصات عقل ودين
“Wanita kurang akal dan agamanya”
Kemudian sebagian lelaki menghina wanita dengan hadits ini. Maka kami minta penjelasan dari anda mengenai makna hadits ini.
Jawab:
Maksud hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
( ما رأَيْتُ مِن ناقصاتِ عقلٍ ودِينٍ أذهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الحازمِ مِن إحداكنَّ يا معشرَ النِّساءِ ) فقُلْنُ له: ما نقصانُ دِينِنا وعقلِنا يا رسولَ اللهِ ؟ قال: ( أليس شَهادةُ المرأةِ مِثْلَ نصفِ شَهادةِ الرَّجُلِ ) قُلْنَ: بلى قال: ( فذاك نُقصانُ عقلِها أوَليسَتْ إذا حاضتِ المرأةُ لم تُصَلِّ ولم تَصُمْ ) ؟
“Tidak pernah aku melihat yang kurang akal dan agamanya, namun mampu menghilangkan keteguhan lelaki yang teguh, melebihi kalian wahai para wanita”. Maka para wanita bertanya kepada Nabi: “apa maksudnya kami kurang akal dan kurang agamanya wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab: “Bukanlah persaksian wanita itu semisal dengan persaksian setengah lelaki?”. Mereka menjawab: “ya benar”. Nabi melanjutkan: “Itulah kurangnya akal. Dan bukanlah wanita jika haid ia tidak shalat dan tidak puasa?“(HR. Bukhari no. 1462, Muslim no. 80).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan bahwa kurangnya akal wanita adalah dari sisi ingatannya. Dan bahwasanya persaksian wanita butuh untuk dikuatkan dengan persaksian wanita yang lain. Ini dalam rangka menguatkan persaksian tersebut karena bisa jadi ia lupa, sehingga bisa membuat persaksiannya ditambah-tambahkan atau dikurangi. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى
“Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya” (QS. Al Baqarah: 282).
Adapun kurangnya agama, yaitu dikarenakan mereka di kala haid dan nifas, mereka meninggalkan shalat dan meninggalkan puasa dan tidak meng-qadha shalat. Ini kekurangan dalam agama. Namun kekurangan ini tidak membuat mereka berdosa dan tercela. Namun ini pengurangan ini memang dari syariat, dan justru ini merupakan bentuk kasih sayang yang Allah syariatkan terhadap mereka dan kemudahan bagi mereka. Karena jika ia puasa dalam keadaan haid dan nifas itu bisa membahayakannya. Maka diantara bentuk rahmat Allah azza wa jalla bagi mereka adalah mereka disyariatkan meninggalkan puasa ketika haid dan nifas dan meng-qadha-nya setelah itu.
Adapun shalat ketika haid, maka ketika itu ada yang menghalanginya dari thaharah (kesucian). Diantara bentuk rahmat Allah kepada wanita, Ia mensyariatkan bagi mereka untuk meninggalkan shalat. Demikian juga ketika nifas. Kemudian Allah syariatkan mereka untuk tidak perlu meng-qadha. Karena meng-qadha shalat tersebut sangat sulit, karena shalat itu terus dilakukan sehari lima kali. Dan terkadang jumlah hari haid itu banyak, mencapai 7 atau 8 hari atau bahkan lebih. Dan nifas terkadang mencapai 40 hari. Maka diantara bentuk rahmat dan kebaikan Allah kepada wanita, Allah gugurkan kewajiban shalat dan Allah gugurkan kewajiban meng-qadha-nya.
Maka ini tidak berkonsekuensi bahwa wanita itu kurang akal dan kurang agama dalam segala sesuatu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa kurangnya akal wanita dari sisi tidak kuatnya persaksian mereka. Dan kurangnya agama mereka dari sisi mereka meninggalkan shalat dan puasa di kala haid dan nifas. Ini tidak melazimkan mereka selalu kurang dari para lelaki dalam setiap hal. Dan tidak melazimkan bahwa lelaki lebih utama dari wanita dalam semua hal.
Betul bahwa jenis laki-laki lebih utama dari jenis wanita secara umum karena banyak sebab. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (QS. An Nisa: 34).
Namun terkadang wanita melebihi laki-laki dalam banyak hal. Betapa banyak wanita yang lebih utama dari laki-laki dalam akal, agama dan kompetensi. Namun kurangnya wanita dari laki-laki dalam akal dan agama hanya sebatas yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam saja.
Terkadang banyak sekali amalan-amalan yang shalih yang mereka lakukan melebihi para lelaki. Dan banyak juga para wanita yang lebih taqwa dari para lelaki dan lebih tinggi kedudukannya di akhirat. Dan terkadang sebagian wanita memiliki perhatian besar dalam beberapa perkara sehingga mereka lebih kompeten daripada para lelaki dalam banyak hal karena memang para wanita tersebut memberi perhatian besar dan berusaha keras di sana. Maka kita lihat terkadang ada wanita yang lebih ahli dalam bidang tarikh Islam dan dalam bidang-bidang yang lain. Ini sangat jelas andaikan kita mau merenungkan realita para wanita di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan setelah masa tersebut.
Dari sini kita ketahui bahwa kekurangan ini tidak membuat mereka ditolak riwayatnya. Demikian juga dalam masalah persaksian, jika dikuatkan oleh persaksian wanita yang lain. Dan juga tidak menghalangi ia menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah dan menjadi hamba-hamba terbaik di sisi Allah jika mereka istiqamah dalam beragama. Walaupun bagi mereka gugur kewajiban puasa ketika haid dan nifas, namun tetap wajib di qadha. Walaupun guru bagi mereka kewajiban shalat dan gugur pula kewajiban meng-qadha-nya. Maka ini semua tidak melazimkan mereka kurang dalam segala sesuatu dalam hal ketaqwaan kepada Allah dan dalam hal penunaian urusan-urusan mereka. Demikian juga dalam hal kompetensi, mereka tidak terhalangi untuk berkompeten dalam banyak perkara. Kekurangan tersebut adalah kekurangan yang khusus yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Maka tidak semestinya seorang Mukmin menghinakan wanita dengan mengatakan mereka kurang dalam segala perkara dan lemah dalam semua perkara agama. Kelemahan tersebut adalah kelemahan yang khusus dan kekurangan akal tersebut juga kekurangan yang khusus. Maka semestinya penjelaskan perkara ini dengan baik dan membawa perkataan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kepada kemungkinan yang baik dan bagus. Wallahu ta’ala a’lam.
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/43055-penjelasan-hadits-wanita-kurang-agama-dan-akalnya.html
Wanita Setenang Malam (bagian 2)
Di bagian kedua menyambung catatan saya yang sebelumnya saya akan berkisah tentang perjalanan bertemu link kajian bertema "Wanita Setenang Malam." yang kami ikuti melalui youtube sore kemaren. Saya menyaksikan dan menyimaknya bersama Aufa yang selalu bersemangat mengupgrade diri dengan menambah ilmu dan pengetahuan terutama pengetahuan akan siapa dirinya dan hal-hal yang ia rasa akan sangat bermanfaat untuknya serta materi awal yang kami simak sebagai jejak untuk kami baca kembali di hari-hari lainnya.
Si gadis visioner ini tidak hanya menabung ilmu untuk aspek kebermanfaatannya di dunia tetapi juga di akhirat, itu yang selama ini saya lihat darinya.
Awalnya saya menyimak beberapa kajian di Youtube sampai akhirnya coba buka link youtube nya rumah amal salman dan qodarullah pandangan kami tertuju ke tema ini, asa menarik saja. Tema tentang wanita memang selalu menarik untuk di simak terutama oleh wanita lagi termasuk saya dan Aufa. Akhirnya kami langsung klik dan bersama menyimak acara.
"Oh itu Ustadz Romi yang memandu webinar bab waris sama yang ngasih kabar Beasiswa Perintis." Padahal saya sama sekali belum pernah berjumpa beliau tetapi rasanya jadi familiar saja, well saya memang mudah familiar dengan orang lain :D
Nah, sampai disana perjalanan ceritanya sampai akhirnya kami diam dan duduk manis menyimak acara di selingi kaditu kadieu karena beberapa keperluan, Ibu-ibu mah tidak pernah bisa benar-benar duduk manis karena akan sellau saja ada pekerjaan yang harus ditunaikan :D
Sebagai jejak , saya ingin menuliskan materi yang saya tangkap dari kajian tadi disini.
Wanita, Tenang dan Malam
Wanita
- Menjadi nama surat dalam Al Qur'an, An Nisa
- 5 ayat Al Qur'an tentang penciptaan wanita. Dalam surat An Nisa ayat 1 Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Hai sekalian manusia, betakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya."(An Nisa : 1)
- Disebut 92 kali dalam Al-Qur'an. Kata al lail di sebut 92 kali di dalam Al Qur'an yang tersebar di 82 ayat. Ada empat bentuk mufrad al lail dalam Al Qur'an. Bentuk mufrad allailu di ulang 74 kali dalam Al Quran yang tersebar di 66 ayat yang bermakna bahwa malam mengandung arti keseluruhan. Ayat-ayat tersebut adalah : QS. Al-Baqarah : 164, 274, QS. Âli Imrân : 27, 113, 190, QS. Al-An’âm : 13, 60, 76, 96, QS. Al-A’râf : 54, QS. Yunus : 6, 27, 67, QS. Hûd : 81, 114, QS. Ar-Ra’d : 3, 10, QS. Ibrâhim : 33, QS. Al-Hijr : 65, QS. An-Naẖl : 12, QS. Al-Isrâ` : 12, 78, 79, QS. Thâhâ : 130, QS. Al-Anbiyâ` : 20, 33, 42, QS. Al-Hajj : 61, QS. Al-Mu`minûn : : 80, QS. An-Nûr : 44, QS. Al-Furqân : 47, 62, QS. An-Naml : 86, QS. Al-Qashash : 71, 72, 73, QS. Ar-Rûm : 23, QS. Luqman : 29, QS. Saba` : 33, QS. Fâthir : 13, QS. Yâsîn : 37, 40, QS. Ash-Shâffat : 138, QS. Az-Zumar : 5, 9, QS. Ghâfir : 61, QS. Fushilat : 37, 38, QS. Al-Jâtsiyah : 5, QS. Qâf : 40, QS. AdzDzâriyât : 17, QS. Ath-Thûr : 49, QS. Al-Hadîd : 6, QS. AlMuzammil : 2, 6, 20, QS. Al-Muddatsir : 33, QS. Al-Insân : 26, QS. An-Naba’ : 10, QS. At-Takwîr : 17, QS. Al-Insyiqâq : 17, QS. Al-Fajr : 4, QS. Asy-Syams : 4, QS. Al-Al-lail : 1, dan QS. AdhDhuẖâ : 2. Bentuk mufrad lailan di sebut sebanyak lima kali di dalam Al Qur'an dan tersebar dalam 5 ayat yaitu surat Yunus : 24, Al Isra : 1, Ad Dukhan : 23, Nuh : 5 dan Al Insan : 26. Dalam kelima ayat itu lailan diartikan sebagai zharfal zaman atau keterangan waktu. Bentuk mufrad lailatan di sebut delapan kali di dalam Al Qur'an dan tersebar di dalam 7 ayat yaitu surah Al Baqarah : 51 dan 187,Al A'raf : 142, Ad Dukhan : 3, Al Qadr :1-3. Lailatan disini diartikan sebagai satu malam. Sedangkan bentuk mufrad lailahaa di sebut sati kali di dalam Al Qur'an yaitu dalam surah An Nazi'at : 29 waaghthosya lailahaa yang artinya Allah telah menjadikan gelap malamnya.
- Malam adalah tanda-tanda kebesaran Allah, seperti yang tercantum dalam surah Ali Imran ayat 190.
- Allah jadikan malam sebagai tempat beristirahat seperti termaktub dalam surah Al Qashash ayat 73.
- Allah juga sebutkan sebagai pakaian seperti termaktub dalam srah An Naba ayat 10-11.
- Allah sebutkan malam adalah gelap atau darkness seperti termaktub dalam Al qur'an surah An Nazi'at : 27-29.
- Malam itu sunyi, surah AdDhuha : 2.
- Surat Al a'raf ayat 189 dan Ar Rum : 21. Di dalam surat itu Allah tempatkan sebagai isteri.
- Allah pasangkan tenang dengan malam, seperti termaktub dalam surat Yunus : 67, An Naml : 86, Al Qashash : 73, Al Mukmin : 61.
- Wanita dan malam keduanya Allah sandingkan dengan kata libaaasa seperti termaktub dalam surah An Naba : 10 dan Al Baqarah : 187.
Sabtu, 30 Januari 2021
Wanita Setenang Malam (bagian 1)
Suatu hari, Abdullah bin Umar Radhiyallohu ‘Anhu berpapasan
dengan seorang laki-laki badui di jalanan Makkah. Buah hati Umar bin Khathab
itu lalu mengucapkan salam kepadanya, menaikkannya ke kuda yang tadi ia
kendarai dan memakaikannya surban yang
sebelumnya Ibnu Umar kenakan di kepalanya sendiri.
Melihat
hal tersebut, Ibnu Dinar spontan berujar, “Betapa baik engkau terhadapnya.
Semoga Allah membalas kebaikanmu. Ia adalah seorang badui, mereka adalah
orang-orang yang sederhana.”
Ibnu
Umar lalu menjawab, “Sesungguhnya bapak ini adalah sahabat karib Umar bin
Khathtab dan aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda,
ان ابر البر صلۃ الولد اهل ود ابيه
Sesungguhnya
perbuatan baik yang paling baik adalah menyambung tali silaturrahmi kepada
teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal (HR. Muslim)
Saat Umar Di Uji
Jam 22 lebih 35 menit Umar mengetuk pintu dapur, "Adik nggak jadi nginep di rumah Mamah?" tanya saya. Umar memang sering menginap di rumah Mamah, rumah neneknya yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah, tetapi malam ini dia terlihat pucat dan khawatir.
"Ada apa?" saya kembali bertanya, tiba-tiba saya merasa khawatir melihat dia seperti itu.
"Umar tadi muntah sedikit, tapi seperti ada darahnya." deg, jantung saya seolah berhenti berdetak. Betul, saya mulai bertambah khawatir tetapi sebagai seorang Ibu saya merasa harus tetap bersikap tenang.
"Mungkin efek kedinginan, atau lambung adik mungkin sedang protes. Adik Umar sekarang tidurnya harus di sini di atas kasur, pakai selimut sama minum dulu madu bawang putihnya setelah itu langsung tidur!" Tetap saja saya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran, dia justru berubah lebih tenang. Mungkin melihat kekhawatiran Ibu nya membuat resah nya berkurang.
"Besok kita periksa ke dokter. Adik harus mau!" Sungguh saya ingin menangis namun saya menahan agar tak sampai menangis, saya harus kuat karena saya seorang Ibu. Saya akan membutuhkan tangisan tetapi bukan didepannya, biarlah nanti padaNya saya adukan tangis kekhawatiran ini agar menjadi jalan kebaikan yang mudah-mudahan DIA Ridhai.
Umar menurut, meski terlihat enggan tetapi dia tetap meminum bawang putih tunggal bersama madu nya dan segelas air hingga benar-benar habis, "rasanya dan baunya aneh."katanya dengan tangan kanan yang masih memegang cangkir plastik berwarna hijau yang dia gunakan untuk minum. Jari tangan kanannya masih berwarna kuning bekas membuat ramuan kunyit untuk saya tadi pagi, Umar pagi ini dan kemarin sore dengan sigap membuatkan ramuan dari kunyit yang ia godog dan siapkan untuk saya saat melihat saya yang kembali sakit, tangannya masih penuh dengan warna kunyit itu.
Wajahnya masih terlihat pucat, tetapi dia masih sempat bertanya apakah kami memiliki biaya untuk pergi ke dokter, "ada Allah yang akan memudahkan, dik. Abi dan Ummi mengusahakannya, adik jangan khawatir!" Sebelum akhirnya terlelap saya melihatnya tersenyum mengiyakan.
Adik Umar, sehat lagi ya Nak
Jejak Cinta Yang Tertinggal (bagian 17)
Kakak sepupu saya, kang Aan, bercerita saat-saat terakhir ia bersama Apa sebelum beberapa bulan kemudian Apa meninggal.
semasa hidup
Semasa hidup di puja-puji
Jejak Yang Tertinggal (bagian 16)
Saya masih sangat
kecil saat menyaksikan Apa mencari tahu apa yang bisa beliau lakukan untuk
saudara-saudaranya, untuk adik-adik dan kakak-kakaknya.
Saat itu, rumah
saudara-saudaranya belum dipasang listrik, dan beliau dengan sigap memesan pada
PLN untuk 'memasangkan' listrik rumah
saudara-saudaranya yang belum terpasang listrik itu.
Kemudian saya
menyaksikan beliau mengetuk pintu setiap rumah yang terlihat paling sederhana
diantara rumah-rumah lainnya, rumah yang berisi anak-anak yatim, janda tua,
atau orangtua lanjut usia didalamnya. Mengetuk pintu, bertanya kabar, dan
memberi kabar bahagia dengan sebagian harta yang beliau berikan. Tanpa
sedikitpun berucap pada yang lain tentang apa yang telah beliau lakukan,
atau menuliskannya pada lembar-lembar catatan dimana beliau biasa
menulis.
Senyap, tanpa
diketahui orang lain kecuali orang-orang dekat yang mengetahui dengan pasti
saat itu.
Pada saat bersamaan
saya menyaksikan keikhlasan dan ketawadhuan seorang istri yang memberikan
dukungan penuh pada suaminya untuk menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat di
sepanjang usia mereka.
Tidak pernah sekalipun
saya mendengar keluhan atas berapapun materi yang di keluarkan suaminya untuk
'membantu' orang lain, pun jika itu untuk saudara-saudara suaminya atau
saudara-saudaranya sendiri, atau tetangganya, atau orang tua dan mertuanya,
atau siapapun yang tak terangkai dalam tulisan karena banyaknya.
Saya masih sangat
kecil waktu itu dan memori saya merekam semua yang akan sulit disaksikan pada
generasi setelahnya.
Dimana kebaikan seringkali
disandingkan dengan, Ada udang di balik bata, eh batu atau apalah!.
Atau, "saya akan
baik sama kamu kalau kamu juga baik sama saya." Mungkin seperti balas jasa
or take and give
Atau,"saya hanya
akan membantu segini,sorry saya masih banyak kebutuhan!"
Sulit bukan berarti
benar-benar tidak ada, bukan?
Masih banyak orang
yang tulus serta berhati mulia yang tak segan membantu sesama tanpa mengatakan
kata tapi, "tapi keluarga saya membutuhkan ini."
Kalimat itu ia
kesampingkan karena yakin orang yang meminta bantuan lebih membutuhkannya
daripada dirinya sendiri ataupun keluarganya.
Allah mengutus dia
untuk menyucikan harta yang DIA titipkan padanya.
Barokallohu lakum
untuk anda yang diberi hiasan akhlaq yang baik dan hati yang selalu bersyukur
dengan syukur yang sebenarnya.
Puisi Untuk Ayah
Puisi Untuk Ayah
Tentangmu, Ayah
Teringat tentangmu,
ayah..
Saat terakhir kali
berbincang tentang impian masa depanku, putrimu..
Dini hari di depan
mesin tik tua saksi perjuanganmu,
Beberapa hari sebelum
akhirnya aku tak lagi dapat mendengar suaramu
Dini hari itu engkau
katakan padaku, "jagalah aqidahmu !"
Saat itu aku tak
mengerti,
Kenapa itu yang engkau
titipkan..
Saat itu aku tak
mengerti..
Aku ingin bertanya, kenapa
itu yang engkau titipkan
Aku ingin bertanya,
apa maksudnya
Aku ingin bertanya
semua yang tidak kumengerti
Tapi entah kenapa, aku
hanya diam
Terdiam dan membisu
dengan gejolak Tanya berkecamuk dihatiku
“Apa, apa yang di
maksud menjaga Aqidah?” Tanya itu ku simpan dihatiku untukku sendiri
Sampai berpuluh tahun
kemudian ketika engkau telah tiada
Saat penyesalan akan
belum hadirnya baktiku padamu membuat dadaku sesak
Saat kusadari engkau
tak lagi dapat ku sapa atau ku tanya
Saat kusadari engkau
tlah tiada
Dan suara mesin tik mu
dini hari itu adalah kenangan terakhirku tentangmu
Saat hanya ada
kenangan yang bernama rindu, padamu ayah
Saat itu aku baru
mengerti
Tentang cintamu kepada
kami
"jagalah aqidahmu
!" menjadi pesan terindah di perjumpaan terakhirku denganmu, Agustus dua
puluh tiga tahun yang lalu
Duhai engkau
penyambung silaturahim
Duhai penebar salam
Duhai penyayang
anak-anak yatim dan orang tua jompo..
Duhai engkau yang
lembut sikap dan ucap pada Mamah
Duhai engkau yang
halus tutur Bahasa dan sikapmu pada nenek dan kakek kami
Duhai engkau yang beramar
ma'ruf nahyi munkar dan tetap berdakwah ilal haq sampai menjelang akhir
nafasmu, sampai menjelang perpisahanmu dengan dunia
Engkau yang memberi
kami cinta dengan cara terbaik meski seolah cinta yang tak biasa ...
Engkau yang...
Aduhai ayah,
kebaikanmu banyak sekali...
Kini, hanya rindu
berbalut do'a ini yang mampu terhatur
Cinta kami padamu yang
tak sebanding dengan cinta yang engkau ukir bagi hidup kami
"Allohummaghfirlahuu
warhamhuu wa'aafihii wa'fu 'anhu wa akrim nuzulahuu wawassi' madkholahuu."
Balananjeur, 29 Januari 2021
Jumat, 29 Januari 2021
Mengajak Anak Mencintai Buku (bagian 2)
Selasa, 26 Januari 2021
Kesempatan
Saya juga ingin tahu tentang wordpress. Sudah lama membuat akunnya, sore ini coba di utak-atik tapi belum faham juga.
Membangun Rumah Impian (bagian 11)
Senin, 25 Januari 2021
Jejak Cinta Yang Tertingal (bagian 15)
Setiap
menjelang idul fitri, kami di minta untuk menyiapkan beberapa pakaian terbaik
kami untuk diberikan kepada saudara kami yang yatim.
Bukan karena kami hendak dibelikan baju baru karena Apa dan Mamah tidak pernah menjadikan baju baru sebagai prioritas saat lebaran, meski pada akhirnya kami tetap mendapat baju baru seperti halnya anak-anak lain.
"Eteh, Dede, bereskan beberapa pakaian yang paling bagus, nanti kita berikan kepada sepupu-sepupu kalian yang yatim."
Kadang, hati saya
'mengernyit', "kenapa harus selalu yang terbaik dan terbagus?"
"Bukankah
biasanya orang memberikan sesuatu yang layak, bukan yang terbagus dan
terbaik?"
Banyak sekali 'tantangan' dan pertanyaan yang membuat hati bimbang dan sedih untuk mengikutinya, tetapi kami tetap melakukannya. Namun setelah itu, entah kenapa hal yang awalnya terasa terpaksa itu justru tidak membuat hati kami dongkol atau menyesal karena telah melakukannya.
Tidak ada lagi beban yang membuat hati terasa berat seperti saat pertama kali kami harus mengendalikan hati merelakan beberapa pakaian terbaik kami dan semenjak itu kami mengerti kenapa Apa meminta kami memberi hanya yang terbaik.
"Ketentraman jiwa." itu yang kami rasakan setelah itu.
Sekarang kami semakin memahami kenapa beliau senantiasa meminta kami memberikan sesuatu yang terbaik untuk diberikan kepada saudara-saudara kami yang membutuhkan dan meluruskan niat agar Allah menjadi alasan dan tujuan kami melakukannya meski saat itu kami belum memahaminya.
Meski saya, tidak
masuk kriteria telah mengikuti jejak keshalihan Apa, tetapi saya bersyukur
pernah di didik untuk,"mendidik hati." bukan hanya mengikuti kata
hati. Hati itu dalam sebuah hadits digambarkan sebagai cermin akhlaq seseorang
sebagaimana di sebutkan
dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu
‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ
مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada
segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak,
maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Hati adalah cerminan
diri, mendidik hati dan menjaga kebersihan hati adalah mendidik dan menjaga
diri.
Tasikmalaya, 25 Januari 2021
-
Ada 3 perkara yang pahala kebaikannya tidak akan pernah terputus dan akan selalu mengalir meski tubuh kita telah kembali menyatu...