Selasa, 31 Agustus 2021

Rendang Jengkol


Kakang bilang rendang jengkolnya enak banget, katanya rasanya kayak hati ayam. MasyaAllah seneng banget dengernya. MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi, apalagi pas lihat dia ngambil lagi dan lagi. 

Jadi ceritanya tadi siang teh nyoba bikin rendang jengkol dengan 9 biji jengkol yang saya beli tadi pagi di pasar. Harganya lupa lagi, kalau nggak salahmah 6 ribu rupiah an. 

Sampai rumah jengkolnya di simpan dulu buat di olah nanti siang. Trus di godog sampai agak empuk di atas tungku kayu dengan api sedang. Tadi saya nggodognya pakai garam juga, maksudnya sih biar rasa asinnya meresap ke daging jengkol. 

Setelah agak empuk, angkat jengkol lalu langsung di geprek-geprek. Di gepreknya selagi panas, sisihkan. 

Sebagai pemalas yang baik.. 
Whattt? Apa ini? 😇🧐😏
I mean karena tubuh mulai agak protes lagi jadi mengurangi aktivitas fisik termasuk ngulek sama mikir bahan apa saja yang harus di ulek 🤭 jadi weh pilih yang simple tapi pastenses that is beli bumbu instan 🤭. Tadi saya pakai bumbu instan yang dari indofood khusus buat bikin rendang. 

Biasanya saya beli buat bikin rendang sapi tapi kali ini buat rendang jengkol. Hmm sepertinya saya hanya mau pakai sedikit, sisanya buat bikin nasi goreng besok pagi sebelum Umar berangkat ke sekolah InsyaAllah. 

Bumbunya saya masukan dulu ke katel dengan sedikit minyak. Oh iya saya teh lupa, minyak yang dipakai ternyata yang minyak bekas menggoreng daging ayam tadi pagi, masih bisa di pakai tapi agak hinyay dengan sisa kunyit yang di goreng 😇. But, nggak apa-apa lah lanjut numis. 

And then masukkan air sama jengkol yang sudah di geprek. Biarkan sampai matang, sesekali di aduk biar rasanya merata. Setelah matang mah angkat dan sajikan, nikmati dengan nasi panas, ikan asin, sambal dan tempe goreng. 

MasyaAllah, Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan. 

Balananjeur, Selasa, 31 Agustus 2021

Senin, 30 Agustus 2021

Ghibah? Biarin Aja

Dulu mah kalau ada yang ngghibahin apalagi sampai mitnah lalu kedengeran teh auto nangis di pojokan, rasanya nyelekit alias sakit banget. 
Nangis berhari-hari, ngerasa, "duh ni teungteuingeun pisan geuningan." Dan segala kalimat ekspresi kecewa muncul di kepala. 

Nggak mau makan, nggak haus, nggak ada semangat hidup tapi nggak sampai terpikir mengakhiri hidup juga sih, na'udzubillahi min dzalik kalau itu mah da fikiranmah insyaAllah tetap waras hanya butuh waktu untuk mengobati luka. 

Luka? Ya, waktu itu mah merasa kalau hal seperti itu teh melukai sampai nggak mau ketemu yang pernah ngghibahin. Marah menguasai rasa meski tahu dengan pasti nggak ada asap kalau nggak ada api, maksudnya dia ngghibahin saya mungkin karena suatu hal yang tidak menyenangkan dalam diri saya atau boleh jadi saya punya salah sama dia dan dia melampiaskan kekesalannya dengan cara ngghibah. 

Ah pikiran macam itu sempat terlintas sampai akhirnya mulai menyadari terluka karena ghibah itu tidak berfaedah dan mengambil opsi berpikir something wrong with me yang membuat dia pantas ngghibahin juga bukan opsi yang benar. 

Terus, gimana dong? 

Suatu hari ibunda saya menangis dengan tangis yang cukup keras mendapati putrinya di ghibah, saking sayangnya seorang ibu pada anaknya bahkan meski anaknya sudah dewasa sekalipun tangisnya tak kunjung reda karena luka mendapati putri yang dia lindungi dengan airmata dighibahin orang lain. 

Lukanya yang dalam membuat beliau pingsan dan berucap, "mamah khawatir Nde mendapat dosa yang sama karena membuat orang mengghibahkan Nde. Mamah juga nggak rela Nde di ghibah apalagi di fitnah seperti itu." 

MasyaAllah cinta Ibu.. 

Sungguh, sebelumnya saya tidak menangis. Saya sudah jauh lebih menerima kalau-kalau ada yang ngghibahin atau mitnah, pokoknya sudah mulai santuy weh. Lha wong bukan salah kita saat kita di ghibah, pengghibah akan tetap berghibah meski nggak ada yang perlu dighibahin. Selalu ada alasan berghibah dan cara berghibah bagi yang suka berghibah. 

Namun hari itu saya menangis, melihat mamah menangia terluka bahkan sampai tidak sadarkan diri membuat hatiku tersayat. Duhai cinta Ibu.. 
Sungguh tidak kuasa melihat Mamah terluka sedemikian rupa. 

Someday saya ceritakan ghibah macam apa itu yang membuat ibunda menangis begitu keras, insyaAllah buat jejak ibrah dan healing juga sih (saya sedang mengorek luka untuk kemudian berusaha menyembuhkannya). 

Saya katakan pada Mamah bahwa saya baik-baik saja, tidak terluka karena hal seperti itu dan dosa orang yang mengghibah tidak akan sampai pada yang di ghibah. Justru sebaliknya, yang di ghibah mendapatkan transferan pahala dari yang mengghibah. See, siapa yang untung dan yang rugi? Say memang tidak terluka, tapi melihat mamah terluka hati kecil saya mulai menyimpan luka namun saya tidak mau mamah tahu. Untuk luka saya sendiri, saya akan berusaha menyembuhkannya InsyaAllah. Namun mamah tidak boleh terluka karena saya atau atas nama saya karena itu jauh lebih menyakitkan. 

Hari ini, meskipun seharian tinggal di rumah dan mempersempit interaksi dengan orang lain namun tetap saja ada kalimat yang sampai, "teh de, ada yang bilang teh dede begini atau begitu. Saya ngrasa itu bukan teh dede jadi memutuskan untuk tabayyun."

Kalau ada yang tabayyun hal seperti ini teh saya suka merasa serba salah, kalau saya menyangkal akan ada yang langsung menduka, "berarti orang yang membawa kabar teh berbohong." Nah saya kan nggak mau sampai orang berpikir si A atau si B berbohong ataupun membuat orang memandang buruk orang yang ngghibahin saya. 

Rumit ari kitu mah nya? But no, saya punya senjata andalan, "mintalah fatwa dari hatimu. Saya tidak berminat mengatakan saya tidak seperti yang disangkakan dan tidak juga berminat membenarkan. Jika engkau ikut mendengar maka tanyakan itu pada yang membicarakan, bukan sama saya. Saya tidak berminat membahas hal yang ingin ditanyakan itu." Well, ini memang senjata andalan saya. 

Atuh da buat apa ngebahas hal nu kitu, mendingan fokus do the best what we can to do. Biarin we mau di anggap ghibah yang didengarteh benar atau salah da kasihan juga atuh bikin orang sibuk memikirkan kita teh.. 

"Jangan ngbahas hal seperti itu, jangan mendengar hal seperti itu, hindari majelis yang membuatmu harus mendengar hal seperti itu!" Ini kalimat andalan saya juga 😁 ini sebenarnya sudah saya praktekan, saya hanya akan mengatakan sesuatu yang saya lakukan. 

Kalau lagi ngumpul tetiba nyerempet ngobrolin seseorang, kalau saya nggak bisa mengingatkan mah (ngrasa nggak enak misal) langsung kabur we ninggalin perkumpulan itu. Sering juga sih susah menghindar 🤭 Tapi diusahakan nggak ikut terpancing tema, berusaha membelokkan arah obrolan atau ngingetin, "eh tahu nggak, yang diomongin dapat transfer pahalanya. Nah kita? Bangkrutlah kita karena amal kita pada hilang semua. Kita nanti punya apa buat pulang ke akhirat?" 

Eh itu dulu ya, soalnya sekarang mah jarang banget kumpul-kumpul kecuali sama anak-anak. Bebas dari ghibah kalau sama anak-anak mah, biasanya paling ngobrolin aplikasi atau berita kekinian terkait minat bakat mereka masing-masing atau kadang saya yang bernostalgia ngobrolin masa-masa kecil mereka. 

Oh ya kembali tentang ghibah, sekarang mah sudah semakin santey menghadapai ghibah atau fitnah teh. Nggak nangis kayak dulu atau terpengaruh kayak dulu, itu urusan yang mengggibah bukan urusan saya. Yang perlu saya lakukan adalah bercermin dari ghibah itu 🤭 Eh tetap terpengaruh ya 😄

Bercermin? How can? Langsung muhasabah diri, kalau benar apa yang mereka katakan jangan berdiam diri tapi langsung memperbaiki diri. Kalau itu fitnahmah abaikan saja, kita nggak dapat madharat apapun dikarenakan lisan orang itu kecuali kalau hati kita terpengaruh. 

Enak banget yang di ghibah atau di fitnah mah, dapat transferan pahala masyaAllah. 

Balananjeur, Selasa 31 Agustus 2021

Pernah Tinggal Sama Mertua (bagian 1)

Pernah tinggal serumah sama mertua? Bagaimana rasanya? 

Saya pernah melalui episode itu di awal pernikahan, seminggu setelah menikah langsung dibawa tinggal di rumah mertua. 

Hari pertama lumayan mendebarkan, si 18 tahun yang bahkan tidak tahu cara masak nasi harus mulai membiasakan diri dengan tungku kayu atau kompor. Lho kok? Iya,soalnya di kampungmah kan masaknya pakai tungku kayu dan kompor minyak. 

Emak sendiri tidak membebani buat bantu masak atau apalah, tapi nasihat Mamah untuk tidak membiarkan ibu mertua mengerjakan pekerjaan rumah seolah menjadi penggerak tersendiri, "aku harus bisa.", " Aku nggak bisa diam begitu saja." 

Hari itu belum kenal namanya media sosial seperti sekarang apalagi youtube buat nyari tutorial masak atau menyalakan tungku. Belum ada Umar yang bisa saya mintai tolong buat nyalain tungku, dan mamah tinggal di kampung yang berbeda. Mau nanya Emak juga malu takut ketahuan nggak bisa masak 😅

Hari itu mulai deh nyesel kenapa selama ini nggak pernah bantu mamah, hanya tahu cara nulis sama baca. Kenapa nggak pernah bantu mamah masak atau pekerjaan rumah lain? Bukannya mamah nggak pernah ngajarin, tapi saya yang sakit-sakitan menjadi alasan tersendiri Kenapa lebih banyak menepi dengan buku dan mesin tik. Oh ok, waktu itu memang zamannya mesin tik. Belum tahu kalau nanti bakal ketemu laptop atau ponsel, sekedar tahu kalau di masa depan akan ada yang namanya memori sebesar ujung jari, tidak lagi sebesar CD. 

Pernah waktu kelas 4 SD berdebat sama temen-temen gara-gara bilang, "di masa depan, banyak hal bisa di simpan di kartu segede ini." Sambil nunjukin ujung jari. Temen-temen pada ngetawain bilangnya saya menghayal dan semacamnya. Padahal saya hanya keracunan buku bacaan, di majalah kan ada memori sebesar telapak tangan terus otak kecil saya mikir, "sangat mungkin kalau di masa depan mah bakal lebih kecil lagi dari ini." 

Oh wait, saya mulai tidak fokus. Kembali ke HAWU. So, seminggu setelah menikah saya pun mulai berkenalan dengan niup tungku kayu. Berat? Enggak, senang aja soalnya kebayang seisi rumah menikmati makanan yang dibuat tangan sendiri teh MasyaAllah rasanya luar biasa, itu hal baru buat saya. 

Emak dan Bapak (mertua) sangat baik, menerima saya Dengan penuh suka cita. Merangkul saya dengan lapang, menyediakan kamar yang sebenarnya sudah bukan hak kami untuk bergantung pada orang tua. Dan bahkan berbagi makanan dengan kami.. 

Bagaimana rasanya tinggal bersama mertua? Seharusnya bukan itu yang ditanyakan, saya justru bertanya sebaliknya, "apa yang dirasakan mertua saya saat kami harus tinggal menumpang di rumahnya?" 

Menumpang? Terkesan kasar ya? Itu cara saya mengingatkan diri saya sendiri dan memang kami itu cuma numpang. Gratis pula.. Nggak tahu bayar listrik, bahkan biaya hidup sehari-hari di bantu mertua. MasyaAllah sungguh sangat nggak tahu diri banget kalau saya justru menjawab dengan jawaban seperti apapun pertanyaan, "bagaimana rasanya tinggal dengan mertua?" 

MasyaAllah bersama mereka adalah anugerah, tarbiyah, salah satu yang membentuk saya untuk.... Hmm salah satunya bisa masak di hawu 😁 

Ulasan Biografi Umar bin Khattab


Tidak ada seorang shahabat Nabi shollallohu 'alaihi wasallam yang dikenal ketegasan dan kewibawaannya melebihi Umar bin Khattab. Bahkan Nabi shollallohu 'alaihi wasallam sendiri mengakui kewibawaan Umar bin Khattab tak hanya diakui manusia. "Tidaklah setan bertemu denganmu di suatu jalan melainkan ia akan (menghindari, dan) mengambil jalan yang lain dari jalanmu," sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam.

Sebelum masuk Islam ia menjadi tokoh utama penentang dakwah Nabi shollallohu 'alaihi wasallam. Namun saat bertekad bulat membunuh Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, jiwa yang keras itu ternyata luluh oleh lantunan surat Thaha. Gebrakan awal itu langsung ia ceritakan begitu masuk Islam. Saat dakwah Islam dilaksanakan secara diam-diam dan sembunyi, dengan kewibawaan dan ketegasannya ia meminta Nabi shollallohu 'alaihi Wasallam mendakwahi manusia terang-terangan dan terbuka. Sejak itu, sebuah lompatan besar dalam dakwah terjadi.

Firasat dan kecerdasannya diakui oleh Rabbul Alamin. Beberapa kali saat Nabi dan para shahabat berselisih menentukan sebuah keputusan, Allah menurunkan Wahyu yang persis dengan pendapat Umar bin Khattab. Kecintaannya kepada Nabi dan keluarganya begitu besar, dan Nabi pun mendudukkan dirinya sebagai orang yang paling dicintai setelah Abu Bakar As-Shiddiq. Karenanya, saat mendengar Nabi wafat ia berang dan mengancam bunuh siapapun yang mengatakan Nabi telah wafat, sebelum akhirnya Abu Bakar menyadarkannya.

Tampuk kekhalifahan yang diterimanya dari Abu Bakar As-Shiddiq membuat jalannya roda kekhilafahan makin sempurna. Umar merintis penerbitan administrasi kekhalifahan, seperti masa penugasan para tentara yang dikirim berjihad, pengaturan Baitul maal, pengawasan dan evaluasi terhadap para gubernur, dan lain sebagainya. Ia juga rajin turun lapangan, seperti saat menggendong sendiri karung gandum dari Baitul maal ke rumah sebuah keluarga miskin.

Keadilan, kewibawaan dan keagungan Umar bin Khattab harus berakhir di terminal taqdir kematian.

Seorang majusi menusuknya saat shalat, mengakibatkan luka yang harus menghantarkannya ke haribaan Rabb yang mencintai dan dicintainya. Umar bin Khattab adalah legenda panjang perseteruan antara Al Haq dan Al bathil. Kini makam majusi si pembunuh itu menjadi tujuan ziarah utama kaum Syi'ah

Dalam buku Biografi Umar bin Khattab

Defa S Hidayat

Nggak Boleh Mikir?

"Teh Dede, ni tambih begang, nya ngemutan naon atuh? Ulah di pikiran wae! "(Teh Dede, kok tambah kurus, mikirin apa atuh? Jangan dipikirin terus) 

Hmm mikirin apa ya 😏 kalau kurusnyamah kayaknya memang sudah bakat, saya sendiri sudah tidak mempermasalahkan dan bahkan mensyukurinya InsyaAllah. Alhamdulillah Allah beri kesempatan masih bernafas dan berbekal untuk pulang ke akhirat, ini sudah lebih dari cukup. 

Well, "mikirin apa?" Hmm, kayaknya banyak yang dipikirkan mah. Semua hal di sekitar kita adalah modal untuk tatafakkaruun, untuk berpikir. "Inna fii kholqissamaawaati wal ardhi wakhtilaafillaili wannahaari laayaatilliuulil albaab. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berpikir." 

Nah, berpikir sendiri malah termaktub dalam al-quran, malah digambarkan dengan gambaran yang baik. Atuh saya teh penhen jadi manusia yang baik dalam pandangan Allah teh, mau atuh jadi hamba Allah yang ulul albab meski masih sekedar usaha dan mungkin perasaan semata (🥺). 

Oh ya, siang tadi saya metik sayuran dari depan rumah lalu menghaluskan beberapa bumbu (jahe, kencur, terasi, cengek, bawang merah dan putih, daun jeruk, garam, merica, tomat dikit soalnya tomatnya lagi mahal 🤭), tumis bumbu dengan sedikit minyak, masukkan sedikit air, sayuran yang sudah di potong-potong, masak sampai matang lalu angkat kalau sudah matang. 

Sebagai pelengkapnyamah ngabakar sepotong ikan asin bolocot dina arang nu seuneu na ruhay, and then di santap bareng tumis sayuran yang tadi. 

Saya mulai mikir lagi, MasyaAllah sungguh maha baik Allah yang tlah menghadirkan nikmat. Coba kalau misalkan nggak ada sedikitpun bahan makanan, apa yang mau dimakan sedang kita butuh energi untuk beraktivitas? Kalau Allah tak hadirkan rasa cukup, bagaimana jadinya hidup kita yang karenanya selalu merasa kurang dan sempit. Ada sesendok nasi, minta sebaskom. Ada ikan asin, minta steak dengan taburan emas. Ada hati untuk bersyukur, minta harta yang banyak biar bisa bersyukur. 

Saya juga mulai berhitung (ala emak-emak ya 🤭). Karena beberapa bumbu sudah tersedia, sayuran biidznillah hasil metik, asin bolocot juga dari mamah 😁 jadi modalnya zero tadimah. Ya saya nggak ngitung bahan yang sudah ada. 

Semuanya dimasak di atas tungku kayu, mulai dari masak nasi, masak air, tumisan sama beuleum asin. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal.. 

Saya tetep bakal mikir, "MasyaAllah kalau bukan Allah yang memberi dan mencukupkan, apalah kita bisa mencukupi kebutuhan kita apalagi di masa pandemi ini? MasyaAllah fabiayyi aalaairobbikumaa tukadziban. "

"Robbanaa maa kholaqta haadza baathilaa subhanaka faqinaa 'adzaabannaar. 

Balananjeur, Senin, 30 Agustus 2021

Galeri hari ini. 

Masak dengan beberapa kayu bakar. 

Motong sayuran yang di petik dari halaman

Menghaluskan bumbu
Memasak nasi

Meuleum ikan asin

Tumis sayuran

Isi piringku

Minggu, 29 Agustus 2021

Untuk Anak-anak Ummi

Anak-anakku sayang, 
Aa Quthb, Aa Umar, Teteh Aufa, de Olin, 

Tetaplah berpegang pada kesederhanaan meski dunia membuka tirainya lebar-lebar untuk kalian menikmati semua yang terbuka sama seperti orang-orang di luar sana!!
Tetaplah berpegang pada kesederhanaan, dalam ucap dan tingkah laku.
Ingatlah pada si papa yang lebih membutuhkan uluran tanganmu..
Tentang anak-anak yatim yang mendamba tulus perhatianmu.
Tentang saudara-saudaramu yang hanya mampu mnahan nafas atas ketiadaan apapun d dapurnya untuk dia makan.

Tentu saja kalian boleh bersenang-senang, Nak. 
Namun percayalah bahwa kebahagiaan sejati itu ada d sana, d sisi Robbul'aalamiin.
Karenanya, bershabarlah dalam kesederhanaan dan yakinlah akan kebaikan yang lebih indah atas usahamu mnolong saudaramu.

Anak-anakku sayang, 
Tetaplah dalam kesederhanaan, dengan atau tanpa ummi. 

Balananjeur, 30 Agustus 2021
Senin, 05.54 pagi

Ada Yang Keliru

Pagi ini lari bertiga bersama de Olin dan Abang, rencananya mengambil rute Balananjeur-Ciseuti Girang- Ciodeng-Sukarasa dan berakhir di Balananjeur lagi. 

Sampai di depan masjid ketemu 2 sepupu de olin yang lanjut ikut gabung, Feiza dan de Adni. Alhamdulillah akhirnya bisa lari berlima. Rute nya sesuai rencana. Jajan leupeut dulu sebentar di warung Ceu Enok dekat ma'had aabu Dzar lalu lanjut lari lagi, silaturahim dulu ke rumah sepupu saya di Ciodeng. Ini harapan saya; mengajak anak untuk banyak silaturahin, mengajaknya menunaikan sunnah ini. 

Sengaja tidak bawa ponsel meski agak greget juga ingin mendokumentasikan perjalanan #olin_10y hari ini. Saya mulai menyadari ada yang salah dalam pola komunikasi saya dengan gadis kecil kami ini. Setiap perjalanan pasti ditemani ponsel dengan harapan bisa mendokumentasikan jejaknya melalui photo. Namun ada yang hilang dari momen itu, komunikasi yang dilakukan ternyata tidak seintens komunikasi yang sering saya lakukan bersama kaka-kakaknya dulu. 

Saya terlalu sibuk mengambil gambarnya dan mengurangi sesi ngobrol dari hati ke hati. Berusaha menyimpan lekat-lekat setiap jejaknya namun mengurangi waktu ngobrol dari hati ke hati. 

Biidznillah saya kembali belajar, semoga bisa memperbaiki diri. 

Balananjeur, 29 Agustus 2021

Fitrah Wanita

Fitrah perempuan itu kalau lihat bayi teh seneng banget, lihat anak kecil juga seneng. Jadi kalau ada yang bilang punya anak itu sbg bentuk patriarki suami, apa iya? 

Suara saya adalah suara perempuan minimal untuk diri saya sendiri, dan saya tidak merasa menjadi ibu itu (with children) sebagai bentuk tekanan dari suami. Saya pribadi menganggap ini anugerah, anugerah yang sangat besar dari Allah. 

Tentang patriarki yang sering digaungakan beberapa pihak pun,bagi saya sendiri merasa cukup dengan,"Arrijaalu qowwaamuuna 'alannisa." Saya nggak suka lieur mikir, saya hanya ingin Allah menyaksikan kalau saya berusaha patuh tanpa berusaha mengolah kata untuk tidak ta'at meski sekedar sesuatu yang tiba-tiba terbersit dalam hati ataupun pikiran. 

Saya ini calon mati,suatu saat tubuh saya akan kembali menyatu dengan tanah.Saya nggak suka mikir dengan pikiran yang sama dengan mereka yang menyimpan kalimat negatif untuk orang-orang yang berusaha ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Terpikir buat mikirpun nggak mau, sebagai calon mati saya hanya bisa berpikir, "apa yang harus dan perlu saya lakukan untuk kehidupan setelah kematian saya?"

Qobil,
Dia menjadi orang pertama yang mencontohkan pembunuhan, sehingga harus menanggung dosanya sendiri, juga dosa siapapun yang melakukan dosa serupa hingga hari ketika orang yang menanggung dosa-dosa merugi.

Saya tidak mau kalau sampai ada orang yang terinspirasi berbuat sesuatu yang tidak Allah sukai.Saya juga tidak mau mengikuti orang yang bukan jalan Allah yang ditujunya karena khawatir dia mendapat jariyah keburukan karenanya. 

Disebutkan dalam hadits Al Bukhari (3335) kitab ahaditsul Anbiya dan Muslim (1677) kitab Al Qiyamah;
Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, "tidaklah suatu jiwa dibunuh secara semena-mena, melainkan anak Adam pertama menanggung dosa darinya, karena ia yang pertama yang mencontohkan pembunuhan."

Na'udzubillah tsumma na'udzubillah

Pulanglah Santri Asal DKI

Pulanglah santri asal DKI...

Mengingat kondisi Jakarta hari ini  membuat dadaku sesak dengan tangis; tangis do'a dan harapan.

Wahai santri, pulanglah !!!
Mintalah izin dan pulanglah !!

Selamatkan ibu kota negerimu, tempat tinggalmu, kota yang di bebaskan Fatahilah dengan teriakan takbir dan semangat fii sabiilillah. 

Pulanglah ! 
Pulanglah meski hanya sebentar! 

Jangan engkau biarkan kepongahan dan penistaan bertahta hingga ke ubun-ubun nya. 

Pulanglah! 
Minta izinlah dan pulanglah meski hanya sebentar !!!

"Kita sama-sama sudah melihat yang keluar dari mulutnya, yang tersimpan dalam hatinya jauh lebih besar. Jauh lebih besar, " mengutip Qur'an Surat Ali Imran  ayat 118...

Aduhai jiwa-jiwa yang dalam hatinya di penuhi ghirah akan Rabbnya dan Diennya...
Pulanglah !!

Sekian rupiah yang keluar
Sekian waktu yang tersita
Semoga disisi-Nya kelak Allah gantikan dengan berlipat kebaikan...

Duhai santri asal DKI,
Pulanglah...
Pulanglah meski hanya sebentar..
Di manapun engkau berada, pulanglah !!

Tasikmalaya, 23 maret 2016

Setelah Vaksin Tahap 1 (Cerita Umar)


Agak degdegan waktu Umar bilang seluruh tubuhnya terasa sakit sama dadanya terasa panas usai di vaksin. Selama ini memang nggak pernah di vaksin tapi kali ini apalah daya meski dia nggak mau  tapi salah satu syarat tatap muka sekarangmah kan harus vaksin dulu. 

Saya sebenarnya bukan tipe yang bilang, "kamu nggak boleh di vaksin!" Meski saya sendiri memilih untuk tidak di vaksin ataupun memvaksin anak-anak. Saat mereka sudah besar mah saya berikan mereka kesempatan untuk memilih mau di vaksin atau tidak, Umar termasuk yang memilih di vaksin dengan keputusan sendiri meski awalnya agak ragu. 

Dia tetap berangkat ke sekolah, tepat ba'da dzuhur hari Sabtu kemarin. Meski jadwalnya ba'da Ashar tetapi dia berangkat lebih dulu. 
Sebelumnya makan dan minum yang banyak, semangat sekali untuk mengikuti vaksin perdananya, ikhtiarnya. 

Qodarullah malam setelah vaksin dia cerita kalau dia merasa kurang enak badan, tangannya terasa sakit dan kepala terasa pusing. Saya cari info dari suami katanya ada beberapa teman suami yang juga merasakan efek yang sama usai di vaksin. Cari info melalui mesin pencari juga menemukan hal yang sama bahkan ada yang lebih dari itu. 

Abi nya sendiri terbilang cukup sehat tidak merasakan sakit apapun ba'da di vaksin, karenanya kami juga tidak terlalu khawatir saat harus merelakan umar di vaksin. 

Ahad siang dia cerita kalau seluruh tubuhnya mulai terasa sangat sakit, tulang-tulang terasa remuk bukan hanya tulang tangan tapi seluruh tubuh, dada juga terasa panas. Saya menuliskan ini sambil menahan air mata, kebayang banget bagaimana sakitnya tapi dia tetap berusaha tidak membuat kami khawatir dengan tetap tersenyum dan makan yang banyak. 

Jam 21.25 lebih saya hubungi Nomor yang bisa dihubungi jika ada keluhan. Alhamdulillah responnya sangat baik, beliau langsung menjawab dan membantu mengkonsultasikan dengan dokter yang menangani pemberian vaksin di SMK. 

Dokter meresepkan untuk banyak minum dan minum sanmol 3 x 1 tab juga lansoprazol 2 x1. Selain itu Umar juga harus menghindari makan lada dan makanan yang asam-asam. 

MasyaAllah Alhamdulillah atas respon yang baik karena respon saja bisa lumayan membantu hati seorang ibu yang gundah saat melihat anaknya yang tetiba sakit. 

Mau nyari apotek yang kira-kira masih buka, Abang ingat punya nomor kang Imat pemilik apotek kaizen langsung weh nelpon kang Imat siapa tahu masih ada di apotek. Qodarullah ternyata kang Imat baru saja sampai di rumah sepulang dari Apotek, akhirnya harus menunggu esok untuk membeli obat yang diresepkan. 

Kemudian dengan do'a melimpah semoga Umar baik-baik saja dan Allah kuatkan, sambil terus ngcheck kondisinya yang sekarang tidur di kamar depan. 

"Dik, kuat dan sehat ya dik!"

Balananjeur, malam Senin, 29 Agustus 2021 M

Sabtu, 28 Agustus 2021

Sebuah Jejak

 Pas bangun teh, syukur pertama yang terucap, "MasyaAllah Alhamdulillah masih di beri nafas. Ya Allah, bimbing hamba hari ini untuk mengucap, menulis, bersikap, berpikir hanya hal yang Engkau sukai." Setelah semalaman sesak nafas dan tidur hanya hitungan menit. MasyaAllah Alhamdulillah Allah izinkan bertemu hari ini.. Qodarullah tekanan darah belum bisa di kontrol, masih naik. Tapi initeh pengen sasapu di pekarangan, pengen masak di tungku kayu, pengen nyuci juga.. Pengen nulis. Lagi belajar nulis flash fiction.

Kami berdua sedang sama-sama dalam ujian sakit, Alhamdulillah biidznillah jadi bisa kembali menepi disini. 

Pagi ini saya minta dia untuk belajar sendiri disamping saya, saya memberinya beberapa soal untuk dia kerjakan tapi dia mengambil buku paket tetehnya waktu kelas 5 dan mencari soal yang sama untuk dikerjakan juga. 

Saya duduk disampingnya membaca sirah Nabawiyah. Membaca kisah itu tidak pernah mengenal kata usai ataupun tamat. Sesekali membuka hp dan menyimpan jejak disana. 

Saat seusianya, saya menyukai matematika namun lebih suka bahasa Arab, SKI, Fiqh, Aqidah dan Qur'an Hadits, lalu Aufa pun 'ketularan' hal yang sama. Berbeda dengan #olin_10y yang sejak kecil merasa lebih mudah dalam matematika, asyik dengan matematika. Persis kakaknya yang paling besar, kalau nomor 2 justru lebih senang dalam geografi dan astronomi selain bahasa. 

Apa kabar, sahabat? 
Hari ini Balananjeur terasa dingin , semoga semua yang kita usahakan hari ini Allah berkahi dan Ridhai ya sahabat 💕💕

Jadwal belajar Ummi. Hee.. Mencari ilmu mah kan bukan hanya kewajiban anak-anak yang lagi pada sekolah, ummi juga punya kewajiban belajar. Sabtu ini hanya ingin membaca sirah Nabawiyah dan belajar nulis flash fiction, tadi sudah nulis 1 judul langsung dikirim ke Abang buat jadi fresh reader 🤭. Ahad besok ikut webinar RUU PK-S: perspektif psikologi korban dan pelaku kejahatan seksual jam 08.00 bersama Bu Nila. Jam 09.00 bedah buku Journey to the light bersama Bu Uttiek. Seninnya mau fokus bercocok tanam depan rumah dan baca buku plus nulis. Selasa jam 13.00 bedah buku pribadi hebat karya buya hamka bersama ustadz Akmal sjafril, jam 20.00 nya menyimak ustadz Adian Husaini dalam kajian sekolah pemikiran membahas polemik childfree: tinjauan filosofis ajaran islam.

Tetap saja da kalau lihat pensil warna sama buku gambar mah langsung ambil aba-aba buat ngagambar, "Ade, ini kan lagi ngerjain soal?" Saya mengingatkannya. 

"Iya sebentar Mi, de Olin sedang pengen menggambar dulu."

Karena kantuk mulai tak tertahankan, saya pun meminta kakaknya menggantikan saya mendampingi de Olin agar saya bisa tidur dulu sebentar. Biasanya 5 menit cukup. 

Kenapa harus didampingi? Ah itu mah saya aja biar de Olin tahu kami ada buat dia 🤭

Kali ini ternyata saya tidur agak lama, sekitar 30 menit. Katanya efek obat, entahlah. Yang pasti tadi benar-benar mengantuk bahkan sampai ngalanggeong pas mau ke kamar oge. 

"MasyaAllah, bagus pisan Nak." Setelah bangun langsung disodori gambar yang dia buat selama saya tertidur. Sebagai salah satu penikmat (fans) karya gadis kecil ini, saya seneng atuh nya jadi yang pertama melihat hasil karyanya ini. Ibu memang harus berdiri paling depan memberikan sorak sorai tahniah atas apapun prestasi anaknya, bukan? 😍

"Tadi de Olin mau kasih ini ke Ummi, tapi ummi nya tidur. De Olin nggak tega bangunin Ummi." Ucapnya, masih dengan suara datarnya. Tetiba rindu dia melafal dengan suara lembut seperti dulu 😁 setahun ini cara bicaranya mulai berubah, singkat dan tegas. 

"MasyaAllah hatur nuhun de Olin sudah berempati, MasyaAllah sae pisan, geulis. Gambarnya bagus banget, MasyaAllah de Olin anugerah pisan buat Ummi teh, Nak. MasyaAllah."

"Tapi belum diwarnai, mi! Nanti siang mau diwarnai."

Ummahat fillah, 
Anak-anak itu sebenernya suka sekali berkarya ya Umm. Karya apa saja, belajar apa saja, apapun bisa menjadi media belajarnya. MasyaAllah semoga Allah jaga anak-anak kita. 

Balananjeur, 28 Agustus 2021

Renungan

Pengen aja nyimpan jejaknya ini. Kadang terpikir, "kita teh sudah berapa tahun saling kenal teh?" Pertanyaannya bukan berapa tahun berumah tangga soalnya mudah ngitungnya kalau bab berapa lama berumah tangga mah. 

Waktu saya seolah terhenti di hari saat anak-anak masih kecil apalagi saat larik kerinduan menyergap erat, "berapa tahun saling kenal?" Meski dzahirnya mudah di jawab namun detik pastinya justru tak selama itu. 

Proses saling mengenalnya memang sudah lama namun mulai saling kenal justru saat kami mulai merasakan kehilangan masa emas membersamai anak-anak, saat kami (terutama saya) mulai menyeka airmata kerinduan akan masa kecil anak-anak yang tlah lewat sedang saya merasa tak pernah melakukan hal berarti untuk mereka di hari itu. 

Saya menangis, tangis rindu dan kehilangan hingga sembab netra yang ada. 
Tahukah engkau bagaimana rasanya? Ya, persis seperti itu, sesak. 

Lalu pada hari itu lah kita mulai mencoba saling mengenal lebih jauh tentang diri kita masing-masing termasuk berusaha mengenal diri sendiri, berusaha menjabar asa diantara kita. Melerai setiap do'a, saling memahami berdasar ingatan bahwa kita mulai menatap waktu hanya berdua. 

Ya, sejak hari itu.. 
Kita mulai saling terbuka dengan perasaan kita masing-masing, tak lagi saling khawatir saat saling melafaz kata, saling tertawa dan menguatkan kala ingatan masa kecil anak-anak mulai berkelebat mesra. 

Sayang, bukankah menyenangkan menghitung detik kebersamaan apalagi itu tentang anak-anak? Sangat disayangkan saat mendengar banyak pasangan muda yang memilih untuk tidak memiliki anak dengan alasan inilah atau itulah. Sedih, karena saya tahu nikmatnya menjadi Ibu bahkan sejak Allah titipkan janin di rahim. Sangat membahagiakan merasakab detak jantungnya, tendangannya lalu tangis pertamanya saat ia terlahir ke dunia. Mendengar kalimat pertamanya memanggil kita, mendengar ocehannya, semua tentangnya hingga akhirnya bayi kecil itu bermetamorfosa menjadi sosok pemuda dan pemudi dan seterusnya. MasyaAllah semua itu anugerah. 

Sungguh kabar membahagiakan bagi makhluk bernama wanita saat mendapati dua garis biru dalam alat tes kehamilan. MasyaAllah.. 


Balananjeur, 28 Agustus 2021

Mamah

Mamah, "Nde (panggilan mamah buat saya 😁), kata Apa, alasan Apa memilih mamah jadi istri Apa teh karena setiap kali Apa silaturahim ke Ciseuti ke rumah Bapak, Apa mendengar mamah sedang mengaji." (Translate from bahasa Sunda) 

MasyaAllah 😍😍

Ba'da Maghrib ini Mamah mengaji sambil siduru, masak air di tungku. 

Mamah sebenarnya jarang pisan ada di dapur di jam seperti ini, biasanya sedang membaca Al Qur'an di kamarnya namun saat saya sedang membaca tetiba terdengar suara mamah ngaderes, pas dilihat ternyata ada mamah di dapur. MasyaAllah seneng banget lihat mamah disini, langsung weh duduk dekat mamah sambil nyalain senter biar mamah bisa membaca dengan jelas. Kebetulan dapur ini hanya diterangi lampu kecil dari teras belakang rumah mamah, jadi kurang terang. 

'Alaa kulli haal Alhamdulillah💕💕

Balananjeur, dapur tungku kami, malam Ahad, 28 Agustus 2021

Mari Ngobrol

Mari Ngobrol, Mari Bicara! 

Perempuan itu memiliki banyak sekali kosakata yang kalau nggak disampaikanteh rasanya bikin sesek. Terlihat nggak penting sih cuma minta pendapat enaknya minum coklat panas atau coklat dingin, itu saja membutuhkan banyak vocab dan waktu sampai akhirnya diputuskanlah nyeduh drink beng-beng dengan air yang baru dimasak di hawu. 

Kalau suaminya nggak sabaran apalagi sampai bikin statemen, "aduh, kayak gitu aja jadi masalah!" Atau, "nggak bisa ya bikin keputusan tanpa banyak bicara." Oh no, itumah enggak banget buat istri mah. Istri kalau ngomong sesuatu bahkan meski kesannya minta pendapat sekalipun sebenarnya bukan minta pertimbangan apalagi sampai di kasih pilihan, hanya ingin mengeluarkan kata yang menjadi salah satu kebutuhannya (20 ribu kata 🤭) sama minta didengarkan. Eits bukan hanya didengarkan juga sih, tapi dikasih feedback, jangan sampai pas istri ngomong a, b, c sampai z suami cuma bengong tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. 

Minimal, "oh gitu ya?" Atau, "gimana kalau.." Sampai kalimat simpati semisal, "deudeuh.. " Kalau istri lagi curhat yang sedih-sedih. 

Ya, sebagai seseorang dgn kecerdasan berbahasa yg luar biasa, istri itu senang mencurahkan perasaan lewat kata pada suaminya. Bukan hanya curhat sih, bala-bala pun bisa jadi bahan obrolannya. Dan para suami, jangan bosan menjadi pendengar istrinya yaa!! 

Well, malam ini sesi ngobrolnya didepan tungku 'disponsori' satu gelas Moccacino dan satu gelas drink beng-beng. Modalnya nggak banyak ya, just 2500, tapi efeknya insyaAllah luar biasa. 

Untukmu lelaki shalih yang membuatku sering mikir, "kok bisa sesabar itu menghadapi aku yang rewel dan ngeyelan?" Hee.. MasyaAllah, tabarokalloh dan jazakillah khairan katsiran ya 😍💕 jangan pernah bosan dan mari shabar bersama ya 😄 kang Wawan 😍

Balananjeur, malam Ahad, 28 Agustus 2021

Rabu, 25 Agustus 2021

Jangan hanya Diam!


Gadis kecil Abi ini senang sekali mengikuti kajian saat pjj nya beberapa bulan yang lalu. Sehari bisa sampai beberapa kajian tanpa meninggalkan tugas belajar daring, murojaah dan membantu ummi di rumah. 

Membantu Ummi saya tekankan juga padanya meski hati mah asa kasihan dan nggak tega tapi saya lebih menyayanginya karena itu saya agak keras saat menekankan pada anak-anak, "jangan biarkan ibu bapak kalian menyapu didepan kalian!" Artinya, kalau lihat ummi atau Abi megang sapu, nggak boleh duduk berpangku tangan apalagi duduk manis sambil main hp atau nonton tv, segera ambil alih sapu itu dan menyapulah! 

Bukan hanya sapu tapi juga pekerjaan rumah lainnya. 

Tugas anak itu hanya belajar, pernah dengar kalimat seperti itu. 
Belajar (tholabul ilm) itu bukan hanya tugas anak, itu kewajiban kita semua. Dan satu kewajiban lain yang sering kita lupakan adalah wabilwaalidaini ihsaana, kita pada orang tua kita ataupun mengajak anak untuk taat pada perintahNya ini. 

Jadi ummahat shalihah yang InsyaAllah dimuliakan Allah, mengajar anak untuk birrul waalidain itu kewajiban kita sebagai orang tua, Allah yang menyuruhnya. Jadi saat kita mengajak anak untuk wabilwaalidaini ihsaana teh bukan karena ego kita, tapi karena Allah. 

Membiasakan anak akrab dengan aktivitas membantu pekerjaan orang tua tak lantas membuatmu menjadi orang tua yang egois 😁

#catatandefa

Teteh @aufa_satiella , shalihah, hatur nuhun sudah menjadi bagian dari kisah kami. MasyaAllah hatur nuhun sudah menjadi putri kami 💕💕

Kajian Hari Ini

Kali ini mau moto teteh shohibul bayt teh agak sulit, utamanya karena yang bawa ponsel nya cuma Abang dan itupun lebih banyak di pegang de Olin yang sedang menggambar digital. Selain itu teh Irma yang mau di photo juga pergerakannya MasyaAllah jadi tiap mau moto teh teh Irma nya sudah nggak ada. 

'Alaa kulli haal selalu terkesan dengan ummahat ini, kalimat amal ikhlas mandiri teh bukan hanya sekedar nama atau bergaung dalam tataran konsep tapi benar-benar dalam amal nyara. Contoh paling dekat hari ini saat kami kajian mingguan di rumahnya, selain cara memuliakan tamu yang bahkan sampai pulang pun masih penuh dengan buah tangan (terutama Azet Kefir) tetapi juga bagaimana teteh ini berusaha sejak jauh-jauh hari menyiapkan segala sesuatunya untuk kedatangan kami hari ini. MasyaAllah semoga Allah memberkahi teteh dan Aba yang sepanjang saya mengenal beliau (belasan tahun lebih) banyak kebaikan yang saya dapati membuat kami kagum dan menatap tahmid syukur serta InsyaAllah doa kebaikan untuk beliau dan keluarga. 

MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal.. 

Oh ya, materi kajian hari ini tentang makna kemerdekaan dalam perspektif islam dengan pemateri pak Haji Hikmat, Qori'ah Bu Hj Uun dan Moderator Pak Haji Rusman. 

So, apa makna kemerdekaan dalam perspektif islam? Bebas tapi bertanggung jawab dalam melaksanakan perintah ilahi, kemerdekaan itu tercukupnya pangan dan rasa aman dan iru harus dilandasi tauhid dengan syahadat لااله الا الله yaitu pembebasan manusia dari berbagai belenggu yang mencengkram jiwa dan individu. 

#catatandefa
Puteran, 14 Muharam 1443H/25 Agustus 2021M

Ngajak de Olin Kajian

Ngajak de Olin kajian. 

Alhamdulillah sekarang mah di ajak kajian teh seneng banget malah minta sendiri, "jangan lupa ajak aku ya!"

Dia memang suka menyimak meski tangannya sibuk membuat gambar di gadget Abi nya. Dia menyimak dan menyimpan materi kajian dalam memorinya. 

Dan yang utama, dia belajar memegang adab. 
Belajar bagaimana menjaga adab di majlis ilmu; terhadap ilmu, terhadap yang menyampaikan ilmu, terhadap mustami' lain, terhadap orang dewasa, adab bertamu, adab bicara, dan sebagainya. Sejak dulu saya katakan pada Abang, "bagaimanapun sulitnya, selama apapun langkahnya, seberat apapun prosesnya, ini yang ingin ummi ajarkan pada mereka; bagaimana adab mereka. Mungkin kita akan menemukan banyak kendala baik dari diri kita sendiri ataupun beratnya menghadapi mereka. Tapi kita tidak akan berhenti karena kendala itu."

Putri kami dan kami sendiri masih berproses,masih belajar dan pastinya memiliki banyak kekurangan. 
Sahabat, jika suatu saat engkau berjumpa gadis kecil kami ini lalu anda dapati hal yang tak sesuai dengan adab yang seharusnya, mohon maklumi dengan mengingatkan dia dengan cara yang baik. Mohon maafkan dan ingatkan serta doakan dia dengan cara yang baik. 

Cara bicaranya mungkin terkesan tegas, dia kurang suka berbasa-basi, mengatakan apapun yang terlintas dalam benaknya, kritis dan seringkali terkesan mendebat sesuatu yang menurutnya tak seperti yang ia dengar dan fahami. Sebenarnya dia hanya bertanya, otaknya penuh sekali dengan pertanyaan dan dia kesulitan tidur saat belum menemukan jawaban dari pertanyaannya kecuali kalimat, "besok ingatkan ummi untuk pertanyaan de Olin yang tadi ya! Sekarang kita tidur dulu ya Nak, ummi sudah sangat mengantuk." Barulah dia bisa tidur nyenyak. 

Dia hanya bertanya, tapi dia tidak keukeuh meminta orang yang ditanya untuk menjawabnya karena menurutnya, "aku bisa tanyakan ini sama ummi dan abi."

Tangannya juga nggak bisa diam sebagaimana kaki nya yang inginnya bergerak terus, usianya 10 tahun dan dia masih akan tetap belajar dan masih belajar. Semoga akhlaq yang baik karena Allah yang menjadi hiasan pribadinya. 

#catatandefa
#olindanummi 
#olin_10y
#kalifafirdausyfahrinjourney

Minggu, 22 Agustus 2021

Di Lorong Ini

         Sepanjang lorong ini terasa sepi padahal sebelum aku masuk ke ruangan bercat putih  dengan jendelanya yang besar itu lorong ini dipenuhi banyak orang, banyak antrian pasien yang menunggu dipanggil untuk diperiksa.

          Ku seka sepanjang koridor dengan ujung netraku, hening menyapa erat seolah hanya aku dan laki-laki yang tengah menatapku dengan sorotnya yang sendu disini.

          Laki-laki itu membentangkan dua tangannya bersiap merengkuhku dalam dekapan, isak perlahan menggema memenuhi isi ruang. Rasa takut dan khawatir mulai memenuhi seluruh urat nadi, adakah yang menghantui hati seorang ibu selain dari keselamatan anak-anaknya?

          Terngiang pernyataan lelaki berjas putih dengan stetoskop di tangan yang sekarang masih berada di balik dinding ruang di depanku itu, bersiap menunggu keputusanku, “Teteh, ini untuk kebaikan teteh, bayi ini harus segera dilahirkan!”

          “Lalu bagaimana keadaannya, dok? Bagaimana keadaaan bayi saya?” Aku tahu bahkan aku harus pedulikan keadaanku sendiri, tapi yang terpikir dibenakku hanyalah bayi yang selama 32 minggu ini mengisi rahimku. Aku tidak sanggup membayangkan dia dipaksa keluar hanya karena aku apalagi menurut hasil pemeriksaan berat badan bayiku belum cukup aman dan bahkan berpotensi menjadi bayi dengan kelemahan fisik, hal terburuknya adalah hanya salah satu dari kami yang dapat bertahan.

        Tangisku semakin menjadi, aku menangis sangat keras seolah berharap segala gundah akan hilang menguap bersama air mata yang luruh. Laki-laki didepanku memelukku semakin erat tanpa berucap sedikitpun. Dadanya mengguncang dengan mata yang memerah duka, jika aku khawatir keselamatan anak yang masih belum dapat ku lihat lain halnya dia yang justru mengkhawatirkan keselamatanku. Aku tidak tahu diksi paling tepat untuk meyakinkannya bahwa aku akan baik-baik saja, tangisku semakin pecah mengingat duka yang ia pendam dalam diam.

          Satu, dua. Dua jam lebih kami dalam isakku di lorong ini, tanpa kata hanya suara isak beradu dengan lirih orang berbincang dibalik ruangan didepanku.

          “Aku tidak mau bayi ini terluka.” Ucapku pelan. Dia mengusap kepalaku yang ditutupi jilbab navy dengan lembut. Dia tidak berusaha menyela namun hanya membiarkanku menumpahkan kata demi kata yang berkecamuk di dasar gelisah.

          “Katanya, dia akan jauh lebih terluka jika ia masih berada di sana. Namun, ia juga menjadi bayi yang rentan saat ia dilahirkan sekarang. Apa yang harus aku lakukan? Aku takut.” Sungguh saat ini yang kurasakan seputar rasa takut dan khawatir, menguraikannya dengan tangisan dan pengakuan menjadi caraku meleraikannya Aku pun khawatir yang kurasakan akan berpengaruh pada bayiku nanti.

          Hatiku berkecamuk resah, aku takut salah mengambil keputusan namun aku juga ingin lari dari kondisi ini, aku menyesal datang ke tempat ini disaat aku bisa diam bertahan dengan segala sakit selama ini.

          “Kondisi kesehatan teteh semakin melemah, teteh boleh mengatakan ataupun merasa teteh baik-baik saja. Tapi ini sangat berpengaruuh pada bayi teteh.” Aha, dia pandai menyentuh sisi keibuan dengan mengingatkan potensi luka yang hadir pada si bayi, itu cukup mengusikku.

          “Persentase peluangnya?” Padahal hidup tidak melulu tentang peluang dan kemungkinan, harusnya tidak kutanyakan hal seperti itu kalau tidak ingin terluka, namun tetap saja kutanyakan dengan alasan sebagai pertimbangan.

          “ InsyaAllah akan kami usahakan yang terbaik.” Jawaban itu cukup absurd bagi seseorang yang sedang mengais gelisah sepertiku.

          “Berapa dok?” aku masih mengejar dengan pertanyaan yang tak perlu. Seorang ibu akan bersikap tidak biasanya dan berusaha melakukakn apa saja dan mencari segala kemungkinan yang bisa menyelamatkan buah hatinya bahkan saat si buah hati masih berupa janin yang bersemayam di rahim.

          “Keselamatan ibunya adalah yang utama.” Ini jawaban yang paling tidak ingin ku dengar, sekuat apapun aku berusaha untuk tegar dan tidak menampakkan sakit, aku kalah dengan kalimat itu, aku terpuruk untuk sesaat merasa semua yang dilakukan akan sia-sia kalau toh satu hanya aku yang diprioritaskan. Bagaimana dengan bayi mungil yang kucintai lebih dari diriku sendiri? Aku tidak ingin kehilangan dia demi mempertahankan kehidupanku sendiri.

          Setelah sekian lama berkawankan bimbang, air mata pun seolah mengering dan aku tidak memiliki tenaga untuk menangis ataupun berkata-kata. Energiku seolah habis, aku pun memilih menyandarkan punggung ke dinding dibelakang kursi tempatku duduk saat ini. Laki-laki di depanku membuka tas punggungnya denga satu tangan sedang tangan lainnya masih menopang kepalaku, dia mengambil botol berisi air mineral lalu membukanya dan menyodorkannya ke arahku, ya se resah bagaimanapun aku harus tetap minum. Aku pun minum beberapa teguk air mineral yang cukup untuk menyeka tenggorokan yang kering usai menangis.

          Dia kembali menutup botol air dengan tutupnya dan menyimpannya tepat disampingku, tak ssepatahpun kata diucapkan. Hanya wajah yang pucat masih bisa ku lihat darinya, ia berwajah pucat saat berduka. Ada bening di pelupuk matanya, dia pun sama berdukanya denganku.

          Ku ambil nafas pelan berusaha menenangkan pikiran dengan cara itu, setelah beberapa menit berlalu aku pun mulai menemukan energiku kembali, “Antar aku ke masjid, aku belum shalat dzuhur!” Aku baru ingat kalau aku belum shalat,

          Dia berdiri dan memapahku ke masjid yang terletak beberapa meter dari tempat kami duduk, mengantarku ke tempat wudhu hingga menungguiku. Dia sendiri sudah mendirikan shalat saat aku berada di ruang pemeriksaan beberapa jam yang lalu, jam sudah hampir masuk waktu Ashar namun aku baru mau melaksanakan shalat dzuhur, ah pantas saja hatiku diselimuti resah karena ternyata ada shalat fardhu yang belum ditunaikan.

          Aku sengaja memanjangkan sujudku meminta padaNya membantuku menyelesaikan urusanku, kembali menangis namun kali ini tangis pengharapan pada sang pemilik kehidupan. Usai shalat aku berdzikir dan merenung cukup lama, membiarkan diri berkomunikasi menghiba padaNya.

          Sejak awal aku sudah tahu kondisi kesehatanku di uji dengan penyakit yang lumayan berat, masalah jantung dengan autoimun cukup berat untuk seseorang dengan gangguan lambung kronis, dokter pun sudah mengatakan kalau kehamilan dan persalinan normal sangat beresiko untukku. Tetapi setelah dua kali melahirkan dan baik-baik saja, kupikir aku memang baik-baik saja meski memang hampir setiap waktu aku merasakan sakit diubuhku semakin menjadi. Aku bahkan semakin sering merasa sesak dan kehilangan kesadaran, tapi aku berusaha menutupinya dengan berusaha terlihat baik-baik saja meski aku tidak bisa membohongi diriku sendiri dengan sakit yang kurasakan.

          Berat badanku turun setiap harinya sampai-sampai dokter setengah bergurau mengatakan kalau aku tetap seperti ini maka artinya aku tidak menyayangi anak-anakku. Oh iya ini persalinan ketiga ku ssetelah dua kali sebelumnya melahirkan dua anak laki-laki dengan jarak kelahiran masing-masing  2 tahun, sulungku saat ini berusia 4 tahun, anakku yang kedua berusia 2 tahun dan sekarang aku sedang menantikan anak ketiga yang diprediksi perempuan. Bayi ini akan menjadi bayi perempuan pertamaku, aku sangat ingin bertemu dengannya dalam kondisi terbaik, kondisi terbaikku dan kondisi terbaiknya. Ah, airmataku kembali luruh.

          “Robbana, lapangkan hati atas apapun keputusanmu!” aku mulai memasrahkan diri. Aku takut memilih berdasar ego semata tanpa memperdulikan hal-hal lain yang harus diprioritaskan.

 

Sabtu, 21 Agustus 2021

Kegiatan De Olin



Tadi pas sampai di ayat 39 surah Al Mukminun teh langsung sedih, sebenarnya dari awal ayat langsung pengen nangis. Duhai kisah, ia berubah menjadi derai airmata saat tlah berlalu menjadi kenangan. Rasanya bikin greget, mengawang kenangan itu sungguh menyesakkan. 

Sebabnya, dulu mah agenda ini teh bukan hanya berdua tapi bareng kakak-kakaknya. Ruangan ini teh selalu ramai tiap ba'da maghrib, ramai dengan tadarus yang dilanjut diskusi. Tepatnya rebutan nanya. 

Sekarang tinggal gadis ini menjadi teman tadabbur Al Qur'an ba'da maghrib. Tetap rame sih, soalnya dari dulu rame nya mengalahkan kakak-kakaknya. 

Ingat kalau sekarang tinggal gadis ini yang jadi murid ummi satu-satunya sama ingat juga kalau masa ini berlalu saya pasti akan menangis merindukannya lagi langsung bikin semangat untuk, "pokoknya harus maksimal mendampingi gadis ini." Maksimal dalam segala hal, maksimal sabarnya, maksimal jadi 'drivernya' (ortu kan driver anak 😍), maksimal bondingnya, maksimal memenuhi kantung cintanya biar penuh, maksimal ngajak ta'at pada Allah dan Rasul-Nya.. Maksimal in everything dan semua itu butuh istiqomah. Istiqomah itu sulit, semoga Allah mudahkan. 



Dilanjut belajar penjumlahan campuran desimal sama pecahan biasa. Banyak PR yang belum tunai, qodarullah ujian pandemi membuat kami mulai belajar lagi step by step nya. Dia belum terlalu faham konsep desimal, mulai lupa pembagian jadi kami sedang mulai tahap bersenang-senang lagi di pembagian dulu. Nggak apa-apa mulai dari awal lagi, agak lama, yang penting dia faham bukan hanya sekedar menuntaskan materi. 

Ayo de Olin, InsyaAllah ummi semangat menjadi partner Abi dalam mendampingi de #olin_10y di masa #kalifafirdausyjourney . InsyaAllah ummi semangat mendampingi de Olin 💕💕🌹🌹🌹

Balananjeur, 12 Muharam 1443 H/21 Agustus 2021 M


Jumat, 20 Agustus 2021

Melacak Paket

Satu dari sekian hal lain dari kisah ngirim paket adalah saat-saat ngcek resi, memantau pergerakan paket via cek resi. Caranya tinggal buka google, lanjut klik cek resi. Karena saya ngirim paketnya dengan memakai jasa ekspedisi indah cargo jadi cek resi nya via situs indah cargo. 

Cek resi kayak ATM, jadi bisa pakai situs resmi jasa ekspedisi yang kita pakai, bisa juga pakai cek resi bersama, seperti ATM bersama 😁. 



Kami nitip paket di indah teh sekitar jam 12 an siang kemarin. Mulai cek resi sekitar jam 10 an tadi dan tertulis disana katanya jam 06.28.40 MasyaAllah paket telah berangkat dari gudang transit nya di jakarta. It's mean paket sudah sampai jakarta dan mulai didistribusikan ke daerah tujuan. 

MasyaAllah, cepet banget kaaan?! 



Jam 09.23 paket sudah sampai di gudang tujuan dan pada jam 09.49 nya langsung diantar akang kurir, disana tertulis nama kurirnya pak Syahrudin. Well we was familiar dengan nama beliau karena setiap cek pengiriman, nama beliau yang selalu terpampang sebagai kurir. MasyaAllah big thanks to Kang Syahrudin, semoga Allah memberikan beliau kesehatan dan kemudahan dalam segala urusan. 

MasyaAllah, auto nangis lagi inimah. Lihat ini aja langsung nangis, terbayang senyum lembut dengan netranya yang basah setiap kali menerima kiriman dari kami. Terbayang ia yang langsung mendapati suratnya sesaat paket itu dibuka, saya sengaja menyimpan suratnya dibagian atas paket jadi dia tidak harus mencari surat yang dirindukannya. 

Rasanya seperti saya yang sedang kearahnya dan memeluknya. 

Shalihah, selalulah sehat dan bahagia. Semoga Allah Ridha padamu, Nak. 

Balananjeur, Jum'at, 11 Muharam 1443 H/20 Agustus 2021 M

Kamis, 19 Agustus 2021

Rezeki, Penjengukan


MasyaAllah pas lihat bis ini teh auto ingat saat penjengukan teteh. Biasanya kalau jenguk teteh teh naik bis ini. 

Dari Pamoyanan sampai bubulak ongkosnya 75 rb jadi kalau berdua 150 rb. PP tinggal 150 rb dikalikan 2.

MasyaAllah setiap kali mau penjengukan teh Allah kasih jalan keluar buat ongkos atau perbekalan lainnya, kalau bukan karena Allah yang memudahkan dan memberi jalan keluar mah asa nggak mungkin bisa jenguk tiap bulan teh. 

MasyaAllah maha baik Allah selalu saja Allah kasih cara berikut rezekinya hingga kami bisa memeluk putri kami disana. Saat Allah uji dengan pandemi, Allah juga cabut dulu rezeki buat ongkos dan bekal penjengukan lalu Allah ganti dengan rezeki buat kirim paket. MasyaAllah semuanya hal baik dari Allah. 

Saya sering bilang sama suami, "mari bersyukur dan biarkan Allah yang tambahkan rasa syukur di hati kita. Biarkan Ia yang melapangkan segala urusan kita dan kita lakukan bagian kita. Mari bersyukur atas honor yang di terima dan semua nikmat lainnya, lalu mari untuk tidak pernah mengatakan kecil atas nominal honor yg diterima. Mari bahagia!"

Apa yang sedang ingin saya ceritakan dari kisah diatas?  Bukan just berbagi kabar ongkos tentu saja. 

Hanya saja sering merasa feel sad kalau ada ummahat yang bilang, "jadi guru honorer mah nggak dihargai." Hanya karena gajinya nggak sampai 6 digit. 

Oh noo, big no, memangnya bentuk penghargaan ada pada nominal?! Lalu dengan nominal kita bisa mengartikan bentuk penghargaan seperti apa yang didapat?! 

Memang benar gaji guru honorer itu kecil tapi haruskah itu juga membuat hati kita sempit dari rasa syukur? 

Bahkan 1 rupiah pun akan Allah berikan secara utuh hingga keseluruhan bagian kita tunai sebelum Allah tutup usia kita, lalu dengan alasan apa menjadikan nominal gaji sebagai tolak ukur penghargaan dan syukur?! Allah yang akan cukupkan, Allah juga yang memberikannya untuk kita selama ini. 

Memangnya rezeki materi yang kita terima selama ini karena kita? No, itu karena Allah. 

So, lakukan saja bagian kita; berdoa, berusaha dengan benar dan sungguh-sungguh krn Allah, ikhlas dan syukuri. Hmm nyambung nggak  🤭🤔

Balananjeur, 11 Muharam 1443 H


Mengapa

Mengapa tidak bernaung pada shalat? Padahal Nabi shollallohu alaihi wassalam ketika tertimpa suatu hal pelik, beliau shalat.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, "Hati tidak tenang, tenteram, nyaman, bahagia, baik, dan nikmat kecuali dengan beribadah kepada Allah. Andaipun hati mendapatkan segala yang ia nikmati, semua itu tidaklah cukup sampai ia beribadah kepada Rabbnya, karena siapa yang merasa bahagia bersama Allah, seluruh hidupnya akan bahagia. Dan siapa yang tidak bahagia bersama Allah, hatinya akan terpecah kemana-mana dalam segala hal, dan tidak akan merasa nyaman."

Apa kabar pagi anda, sahabat?

Separuh Hatinya

Tidaklah aneh orang yang menanam angin di tanahnya
Dia pasti akan mengetam topan
Pikirannya hanya tertuju pada perut, dan bukan hidangan ruhani dengan mengatakan;
Ketika aku sudah makan dan jiwaku menjadi senang
Tidak ada seorang pun sepertiku di antara seluruh manusia yang ada
Kecuali seseorang yang sudah makan sebelum ku
Hingga separuh hatinya digunakan untuk makan.

De Olin yang Kepo

Olin sedang suka bertanya arti nama, knapa nama de olin dan kakak-kakaknya ini dan itu.

"Kenapa muhammad umar yasin, bukan umar bin khoththob?"

"Kenapa muhammad quthb al ayyash tidak sayyid quthb atau yahya ayyash?"

Apa artinya quthb, umar dsb..

Mengapa nama ummi dan abi ini dan itu. Kenapa nama panggilannya berbeda dengan nama aslinya dan sebagainya. 

Kata tanya why, how, what, where, when sekarang meluncur lebih deras, lebih dari sebelumnya..

Tinggallah umminya yang seringkali hanya bisa tersenyum sambil membelai kepalanya karena bingung harus menjawab apaapa 😁

#olin_5year

Catatan ini di tulis pada tanggal 20 Agustus 2016

Saat Motor Mogok

"Semangat...semangat..semangat.. Ayo semangat tetap semangat Allohu Akbar !!" olin berseru memberi semangat abi yang menuntun motor yang tetiba berhenti tidak mau jalan tepat diperbatasan cideres-jamanis, dan ummi yang membantu mendorong dari belakang.

Kami yang mulai lelah kembali bersemangat dengan kobaran semangat yang dikobarkan Olin yang sedang duduk manis di jok yang motornya sedang dituntun abi.

"Abi semangat !! Ummi semangat !!!" dia terus memberi semangat...

Ketika sampai di bengkel di jalan raya utama jamanis, olin memeluk kami satu persatu, dengan erat dan penuh sayang. Menyodorkan sebotol air mineral sambil mengusap kepala ummi dan abi dengan lembut, persis seorang ibu yang memberi perhatian pada putra-putrinya.

"Abi ummi pasti cape. De olin minta maaf tidak membantu yaa!!"

Aaaah gadis kecil kami yang ayu, kehadiranmu adalah anugerah yang membuat lisan dan hati tak kan henti melafalkan syukur, Insya Alloh....

#olin_5year
#whenmotormogok

Catatan ini di tulis pada tanggal 20 Agustus 2016

Ba'da Maghrib

"Banyak hal yang belum kami ketahui. Kami ingin tahu karena itu kami mencari tahu."

Ba'da Maghrib kita malam ini setelah tilawah dilanjutkan dengan membaca buku sambil bercerita. Tanpa aa dan abi yang sedang bukber shaum Arafah berdua 😍

Jejak kalian hari ini, Nak
#umar_13y #aufa_11y #olin_7y

Catatan ini di tulis pada tanggal 20 Agustus 2018

Berangkat

Setelah episode mengantar Olin sampai halaman rumah yang biasanya di isi kisah penuh drama 😍, di iringi kalimat-kalimat cinta dan do'a, kini kembali dengan agenda lainnya.

Me time? Katanya sih begitu :D

"Teteh aktivitas sehari-hari saat anak-anak tidak ada apa saja?" tanya seorang kawan suatu hari. Dan inilah aktivitas saya, aktivis rumah tangga alias ibu-ibu pasti sangat tahu dan faham seperti apa aktivitasnya sebagai aktivis. Ya, deterjen, lap pel, setrika dan sebagainya insyaAllah semoga menjadi pengetuk pintu langit pemberat Mizan kebaikan di akhirat nanti. Dilanjut progress hafalan Al Qur'an, baca buku, ngobrol sareung mamah. 

Proses mendidik anak kan bukan hanya saat anak-anak ada di samping kita, di depan mata kita. Ia juga saat mereka jauh dari pandangan mata kita. "Ingin anak seperti apa, kita nya dulu harus seperti itu!" nasihat kakang suatu hari.

Ya, ingin anak cinta Al Qur'an, kita nya juga harus cinta Qur'an. Ingin anak Sholeh, kita nya juga harus Sholeh.. Semoga Allah anugerahkan kepada kita kemuliaan hidup dengan menjadi orang tua yang Sholeh.

Kita ingin anak-anak yang Sholeh, orang tua kita juga pasti mengharapkan anak yang Sholeh... Semoga kita menjadi anak yang sholih bagi orang tua kita.

Catatan ini di tulis pada tanggal 20 Agustus 2019, dituliskan kembali hari ini jam 5.50 tanggal 20 Agustus 2021

Hhhh