Rabu, 29 Juni 2022

Day 181

Penting nggak sih menuliskan kisah hidup sendiri? Menurut saya penting. 

Alasannya?

Boleh jadi kisah kita akan menginspirasi seseorang meski kita nggak tahu pada siapa kisah itu bermuara dan menjadi inspirasi atau penyemangat baginya.  

Siapa tahu.. 

Seperti kita yang tak jarang terinspirasi dengan kisah seseorang atau merasa terbantu setelah membaca kisah hidup seseorang.

Siapa tahu..

Menulis untuk menguatkan; menguatkan diri sendiri maupun orang lain.

Tak jarang kita bertemu kisah yang membuat kita berurai air mata lalu Allah bantu kita keluar dari kondisi itu sebagai seorang pemenang. Lalu kita bertemu kondisi yang kembali membuat dada bergetar resah, tulisan kita akan membantu menguatkan dan menjadi kabar gembira, "dulu, kamu pun menangis lalu Allah bantu memudahkan urusanmu sampai akhirnya kamu keluar sebagai orang yang tersenyum!" 

Lalu ada orang yang bertemu kondisi serupa, ia tak tahu bagaimana cara keluar dari persoalan itu hingga Allah sampaikan kisahmu padanya dengan caraNya hingga luruh resah dihatinya, "aku tak sendirian, aku juga akan keluar dari persoalan ini dengan senyum kemenangan sebagaimana ia yang menuliskan kisahnya ini "

Menulis adalah cara kita mendengarkan dan mengenal diri kita sendiri. 

Menjadi pendengar itu bukan hal yang mudah, dan yang jauh lebih tidak mudah adalah menjadi pendengar bagi diri sendiri.

Bagaimana caramu mengenali dirimu? Dengarkanlah dirimu sendiri!

Bukan tak mungkin kita memiliki luka batin yang tak jua sembuh. Luka yang tak ingin kita akui hingga akhirnya menyakiti diri sendiri.

Menulis membantu menyembuhkan luka itu.

Mau bukti? Menulislah!


Menulis adalah mewariskan sesuatu yang abadi untuk orang-orang yang ditinggalkan. 

Menulis adalah mewariskan peradaban.

Menulis adalah mewariskan sesuatu yang tak akan jadi bahan pertengkaran karena rebutan.


Balananjeur, Rabu, 29 Juni 2022

Selasa, 28 Juni 2022

Tak Tahu

Jam sudah menunjukkan angka 22.49, aku sudah tertidur sejak jam 8 tadi namun tiba-tiba terbangun dan kehilangan kantuk yang sebelumnya terasa berat menyapa. Selagi menunggu kantuk kembali, kuputuskan untuk menulis disini..entah menulis apa atau tentang apa, aku hanya merasa harus menulis dulu apapun itu, esok akan kubaca lagi, mengevaluasi tulisan apa yang tertuang ..

Suara motor lewat samping rumah, ternyata masih ada juga yang belum tidur. Wait, suara kereta dari Ciawi pun masih terdengar dari sini. Entah kapan terakhir kali mendengar suara itu, kukira sudah tidak kedengaran namun ternyata masih terdengar jelas meski dari jarak sejauh ini.

Waktu bergerak, jam kini berada di angka 22.56, tak ada yang mengusik pikiran hingga tak ada lagi resah yang perlu diuraikan, aku kini juga seorang dengan jiwa yang bebas. Tak senang memikirkan masalah orang lain hingga membuatku lupa bahwa ada hal yang harus kuutamakan.

Oh No, i am not like that any more.. sekali lagi, cukup diskip saja jika mendapati kalimat terasa ambigu. Aku hanya mencari cara untuk tetap menulis meski tak tahu apa yang harus dituliskan.

Balananjeur, Selasa, 28 Juni 2022

Day 180

"Jangan menangis!" Ujarku pada diriku sendiri. 

"Tak ada yang mesti ditangisi! Tersenyumlah dan berbahagialah.." Kalimat yang biasanya saya ucapkan pada orang lain itu kembali berbalik, "hey Defa, it's for you. Lihatlah jalanmu .. berjalanlah hingga titik dimana perhentian tepat di depan matamu!"

"Aku sedang tidak baik-baik saja." Ini caraku memvalidasi kondisi saat ini.

"Tapi aku janji hanya sebentar." Ujarku yakin.

"Ya, ini hanya sebentar. Hanya sebentar.. tak akan lama." 

"Hey Defa, tetaplah sadar dan kuatlah!" Terkadang aku takut kehilangan kesadaran kembali.

Aku ingin bercerita tentang hari yang tlah lalu, caraku menjaga ingatan agar tetap hidup.

Hmm..aku ingin mengingat hal-hal lucu agar aku bisa menertawakannya, namun kisah apapun yang tlah lalu tetap menganak sungai kala ia terlintas dalam ingatan.

Baiklah, kuputuskan untuk bercerita kisah paling absurd yang kuingat

Aku memiliki seorang guru yang sangat kuhormati, beliau terlihat anggun dan sangat ramah. Usiaku masih 11 tahun saat itu.

Semua hal tentang guruku, kulihat sebagai hal yang ingin kuikuti. Bahkan sepatu hak tinggi yang beliau pakai saat ke sekolah membuat aku ingin menggunakan yang sama.

Ah, aku si anak 11 tahun yang akan memilih cara yang akan membuatku tertawa malu dikemudian hari


And do you know bagaimana cerita menemukan endingnya? Sepatuku rusak dan tentu saja aku jadi memiliki kesempatan untuk membeli sepatu hak tinggi berwarna hitam yang tak elok dipakai anak SD usia 11 tahun .. namun aku memilih sepatu itu dan memakainya tepat di hari senin saat aku menjadi pembawa bendera dalam upacara.

Well, hari ini aku tertawa mengingat hari itu. Tertawa dengan rasa malu yang sangat yang kutuliskan disini. Caraku menjaga kesadaran yang bisa tetiba hilang karena sesak yang sangat .

Hey, aku malu menceritakan hal ini. Tapi kisah yang membuatku malu ini terkadang bertandang dalam mimpiku, membuatku menangis atas satu hari di akhir masa MI ku.

Aku malu namun karena kisah ini terkadang hadir dimimpiku jadi kuputuskan untuk menceritakannya. Itu satu hari paling absurd di sepanjang masa kecilku..


Next story..

Ini kisah yang membuatku bersyukur pada diriku dimasa kecil. Ini akan menjadi caraku meneguhkan diri di saat ini.

Saat itu photo ijazah haruslah terlihat telinga, tak boleh tertutupi jilbab. Haruskah aku ceritakan juga alasannya? Aku pikir yang seusia denganku pastilah tahu bagaimana peraturan di hari itu bahkan anak MI dan jenjang selanjutnya pun harus membuka jilbab untuk photo ijazahnya.

Aku sampaikan pada guruku bahwa aku tidak akan membuka jilbabku karena selembar photo ijazah. 

Dapatkah anda bayangkan adab murid pada guru saat itu? Ya, mungkin aku murid yang kurang sopan saat mempertahankan jilbabku.

Usiaku awal 12 tahun di akhir masa MI ku, aku hanya teringat satu ayat yang pernah diajarkan di Diniyah, "yaa ayyuhannabiyyu qul liazwaajika wabanaatika wanisaaal mu'miniina yudniina 'alaihinna min jalaabiibihinna!"

"Defa, how are you?"

"Jantungku terasa diremas dan ditusuk. Rasanya sangat sakit sedang nafasku terasa sangat berat. Inilah kabarku hari ini."


Jumat, 24 Juni 2022

Day 175

Dua belas hari tidak menulis dalam project menulis selama 365 hari di blog, ya mungkin memang benar saya sedang agak jadi pemalas. Well, saya tidak terlalu pemalas karena itu saya katakan agak jadi pemalas 🤭

Terkadang ada saat nya enggan menulis karena suatu alasan, pada saat itu adakalanya saya memaksakan diri untuk tetap menulis namun adakalanya saya akan mengikuti kemalasan itu dengan tidak menulis.

Ba'da jum'atan ini panen kunyit lalu berlanjut ngdate berdua dengan dik Umar untuk merayakan naik kelas sekaligus peringkatnya yang MasyaAllah Alhamdulilah masuk 3 besar. Ngdatenya makan mie ayam berdua, dan pulangnya biidznillah hujan turun dengan sangat deras jadi pulangnya sambil huhujanan.

'alaa kulli haal adik Umar, jika suatu saat adik kebetulan membaca ini, izinkan ummi untuk kembali mengucapkan tahniah. Selamat dan tabarokalloh atas prestasinya, semoga Allah semakin mencintaimu, ummi Ridha padamu, Nak.

Balananjeur, Jum'at, 24 Juni 2022

Sabtu, 18 Juni 2022

Tentang Aku

(1)
Ini akan menjadi bahasan yang bikin ngantuk bin 'lelenggutan'
Tapi, aku hanya sedang ingin menuliskan ini, disini
Ada sesak yang kembali menyapa
Ku yakini bisa terleraikan
Saat aku berkisah ; Tentang Aku



(2)
Di depanku tabung kotak berukuran 21 inch
Ada Dik Doank disana
Dan aku, Defa tanpa Doank
Aku, Dede Fatimah Shalihah dengan nama pena yang diambil dari menyingkat nama; Defa S Hidayat

Teman di dunia maya sebagiannya memanggilku, "kang."
Ah, aku tak ingin mempermasalahkan hal seperti itu
Cukup bagiku mengenalkan diri, "Aku seorang ibu yang berbahagia."

Aku bahagia dengan predikat, hmm statusku sebagai ibu
Aku bahagia menjadi ibu bagi anak-anakku
Dan aku bahagia menjadi belahan jiwa bagi lelaki yang 20 tahun lalu berjanji menjaga dan menyayangiku tanpa jeda

Ya, aku Defa, Dede Fatimah
Usiaku 2 tahun lagi kepala 4
Aku ibu dari 4 anak
Aku, istri dari lelaki baik yang menerimaku tanpa mengeluh



(3)
Mengeluh adalah salah satu ciri manusia bernyawa
Akupun _mungkin atau memang_ sering mengeluh
Selalu saja ada alasan untuk dikeluhkan
Selalu saja ada cara untuk mengeluh
Seolah mengeluh sudah menjadi bagian dari kita

Ah, kali inipun keluhan yang ingin disampaikan
Keluhan? Iya, keluhan. Titik tanpa koma dan tak menerima tanda tanya
Ke eL U Ha A eN, KELUHAN
kata kerjanya, mengeluh.

Aku, disini, berbincang tentang keluhan.



(4)
Mengeluh..
Jika engkau diberi kesempatan untuk mengeluh,
Apa yang sedang ingin dikeluhkan?

Lalu, jika engkau diberikan kesempatan untuk mengeluh tentang aku,
Apa yang ingin dikeluhkan tentang aku?

Ceritakan padaku dan aku akan mendengarkan
Akan ku simak baik-baik hingga kudapati kesimpulan keseluruhan cermin diriku
Bukankah aku harus bercermin salah satunya dari kata orang? Maka silakan mengeluhlah tentang aku, di depanku.

Lalu, berikan aku kesempatan untuk membenarkan ataupun menyanggah 
Sungguh, aku ingin berlaku adil
Termasuk pada diriku sendiri



(5)
Emak bercerita, ya aku disini di rumah Emak, menemani emak yang sendirian di rumah.
Dan didepanku kini, ada emak yang bercerita.
Aku pamit menulis sebentar dan emak mengangguk membolehkan.

Emak bercerita, tentang kue bolu yang kebanyakan
Beliau memintaku mencicipinya, ada dua varian bolu yang terhidang
Tapi aku, si _rujit_ kalau dalam makanan
Aku menikmati makan kue bolu dengan beberapa syarat, dua diantaranya adalah bahwa kue bolu itu tidak boleh terlalu manis karena aku tak bisa beradaptasi dengan rasa manis yang terlalu serta ..entah anda akan percaya atau tidak kalau aku hanya bisa menikmati makanan yang senyum pembuatnya terkembang saat memasaknya. Jika tidak? Lidahku menolaknya.

Ini rumit untuk yang bersedia memasak untukku
Alasan macam apa kalau saat masak harus dengan perasaan senang. Senyum yang ku maksud adalah hati yang senang
Namun, ini juga alasan aku menghadirkan bahagia saat memasak
Agar orang-orang terkasih bisa menikmati makanan yang kubuat dan sajikan dengan hati yang gembira.

Dengan hati yang gembira..



(6)

Aku jarang masak
Entah sakit yang akan ku jadikan alasan
Ataukah alasan lainnya, yang pasti aku memang jarang masak.

Kalaupun masak, hanya beberapa jenis masakan yang kubuat
Tak pernah lebih dari 3 macam untuk sekali masak. Rata-rata nya sih 1 atau 2 macam
Selebihnya .. aku tetaplah _pemalas_ yang baik untuk urusan dapur

_pemalas_ yang memilih masak seadanya, tidak meributkan diri hari ini mau masak apa dan besok masak apa. Cukup lihat isi saku dan sesuaikan

Ya, saya terlalu _malas_ untuk merencanakan urusan dapur yang kalau direncanakan tak jarang membuat syukur hanya bertahan seputar konsep

Masak saja apa yang sesuai dengan isi saku dan kebutuhan.
Ini aku, tentangku..



(7)

Aku pernah berkisah
Kegiatanku di dapur adalah kegiatanku dalam hening
Ya, aku suka suasana hening dan tak suka keriuhan
Riuh membuat kepalaku sakit lalu dada berdebar.. tekanan darahku bergolak
Aku tak nyaman dengan riuh..di dapur

Itu sekarang, saat anak-anak sudah beranjak besar
Saat aku menikmati waktu sendiriku jauh lebih lama dibandingkan aku yang dulu

Saat anak masih kecil,
Tak masalah bagiku riuh
Celoteh dan bahkan teriakan hingga tangis mereka menjadi musik pengiringku saat masak

Tapi setelah semua berlalu, lama berlalu
Aku mulai menikmati hening



(8)
Selalu ada alasan untuk pulang
Sejauh apapun melangkah
Pulang selalu menjadi akhir kisah

Aku pulang

Menikmati semilir angin sepanjang jalan Pagerageung-Balananjeur
Aroma bulir padi senantiasa menyegarkan penciuman

Aku pulang

Selalu menyenangkan saat kaki melangkah
Satu, dua, tiga, aku tak bisa berhitung sampai batas berhenti
Angka sekian berlalu kembali ke angka satu, begitu seterusnya
Lalu kuputuskan untuk hanya menghitung huruf; kebaikan apa yang bisa kulakukan hingga akhir nomor aku berpijak
Apa yang bisa membuat Allah Ridha.

Aku pulang.


Ciseupan, Ciranca, Balananjeur.
Sabtu, 18 Juni 2022

Jumat, 17 Juni 2022

Suatu Hari (9)

Hari itu mereka salah jalan, arah yang harus dilalui ternyata bukan kesana. Sebagian menggerutu dan menahan kesal, saling menyalahkan menjadi satu kelaziman ..

Satu suara berbisik pelan, ah tidak, itu tidaklah pelan karena bisa terdengar banyak orang didalam kendaraan, "MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal."

Semua mata memandang, memicing tajam seolah berkata, "kita salah arah, ini musibah, kenapa mengucap Hamdallah?" Hingga suara protes mengucap tegas, "kok malah Alhamdulilah sih?" Kurang tepat dituliskan tanda tanya karena itu lebih tepatnya sebuah pernyataan bukan pertanyaan.

"Alhamdulillah 'alaa kulli haal, dzahirnya kita memang tersesat, namun hakikatnya Allah sedang memberikan kita kesempatan untuk mendekap sabar dan syukur secara bersamaan. Bukankah Allah mencintai orang-orang yang bersabar?! MasyaAllah lihatlah, kita sedang diajarkanNya untuk bersyukur dalam setiap keadaan; saat mendapat sesuatu yang menyenangkan hati, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mengajarkan untuk mengucap Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat. Dan saat mendapati sesuatu yang kurang menyenangkan maka kita diajarkan untuk mengucap Alhamdulillah 'alaa kulli haal, segala puji bagi Allah atas segala sesuatu. MasyaAllah, kita jadi tahu tempat ini, bukankah ini nikmat lainnya?"

Tak ada kalimat yang menentramkan bagi hati yang gemuruh. Hati, butuh kesiapan dari dirinya sendiri untuk menerima..


Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022

Baiklah ini rangkaian catatan saya yang terakhir untuk hari ini 🤭 semoga menjadi amal shalih yang Allah Ridhai 

Suatu Hari (8)

Suatu hari (9)

Beberapa hari yang lalu ikut kakang ke kota Tasik untuk membeli kebutuhan haflah imtihaan di sekolah. Sesampainya disana netra tak henti melihat bross berbentuk rose putih dengan kuncup biru, sangat segar dimata.

Hey, saya tidak pernah tertarik melihat perhiasan ataupun pakaian kecuali buku dan .... Bross. Bross selalu menjadi cerita tersendiri bagi saya.

Tidak, bukan bross dengan harga selangit. Yang saya lihat hari itu pun hanya 20 ribu rupiah. Hanya? Yaaa kan banyak yang harganya lebih dari itu.

Saya lihat dompet, ada beberapa lembar uang disana, namun bayangan kebutuhan anak menari dalam ingatan. Saya pun urung mengeluarkan uang untuk membeli bross yang diingini. Ya, itu bukan kebutuhan karena hanya keinginan saja.

"Kenapa Mi? Ummi mau itu?" Tanya kakang.

Saya mengangguk pelan namun buru-buru menggeleng pasti, saya tahu lelaki ini akan membelikannya jika saya katakan ingin, "ummi hanya sedang berpikir, ummi kini seorang ibu. MasyaAllah tak ada bayang keinginan sendiri, semuanya hanya tentang anak-anak. Tapi entah kenapa itu justru menggembirakan."

Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022


Suatu Hari (7)

Sesaat kisah itu mengusik, lalu berbuah tekad. 

"Tak perlu menunggu jadi aghniya untuk bisa membantu. Bantulah saat engkau bisa membantu, tahan lisanmu dari menggunjingnya lalu kuatkan hatimu untuk tidak berburuk sangka!" Ah, anak-anak senantiasa menjadi rengkuh harapan saat kaki sulit menjangkau asa.

"Jika Allah menghendakimu berlebih harta, jadilah Aghniya yang dermawan. Jadilah yang diingat orang-orang saat mereka membutuhkan. Jadilah orang yang ada dalam ingatan mereka saat mereka membutuhkan. Jangan susahkan hati mereka saat engkau bisa memberikan kemudahan. Bantulah lepaskan kesulitan orang-orang, semoga Allah membantu kesulitanmu di Yaumil Mahsyar. Jadilah penebar manfaat dengan apapun yang kau miliki!"

Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022

Suatu Hari (6)

Meminjamkan memang bukan perkara mudah, apalagi saat si peminjam anteng saja seolah tak memiliki beban hutang.

Sering melihat meme tentang ganasnya peminjam saat di tagih. 

Namun, saat kita sedang dalam posisi yang dimintai pinjaman, akankah bayang seperti itu yang membuat kita enggan membantu? Dan sebagai peminjam, akankah kita segarang dan sesulit seperti yang digambarkan di meme?

Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022

Suatu Hari (5)

Seorang teman bertanya, "apa yang paling sulit?"

"Meminjam saat butuh." Jawabku pasti.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Hidup itu, kadang berada di posisi dimana kita terpaksa harus meminjam. Tak perlu bertanya usaha apa yang tlah dilakukan karena saat itu pastilah mendesak untuk dilakukan. Tapi..."

"Tapi kenapa? Tinggal nyari yang mau meminjamkan."

"Itulah kesulitan selanjutnya. Saat terbersit dibenak untuk meminta bantuan si B misalkan, hati langsung menciut. Banyak orang yang tidak suka meminjamkan ataupun saat kita minta pinjaman bukannya pinjaman yang didapat tapi kalimat tak menyenangkan yang ada. Rasanya lebih menyesakkan, padahal untuk datang meminjam pun butuh keberanian yang sangat. Dada yang sesak."

"Mungkin yang mau dipinjam itu khawatir si peminjam susah mengembalikan."

Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022

Suatu Hari (4)

Setiap kisah akan hadir pada saat yang paling tepat, sesuai masanya.

Saat anak-anak masih kecil, kisah berkutat seputar hari itu. Ada duka yang diuraikan lalu terlerai, ada suka yang senantiasa berselimut lapang di dada.

Semuanya dikisahkan, tak mengapa meski akan ada yang berucap, "pirage Kitu." Karena setiap hati memiliki kesiapan yang tak sama namun ibu harus tetap waras menggenggam cita.

Tak apa..

Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022

Suatu Hari (3)

Di beranda itu mereka menatap sunyinya senja, tak ada suara, tak ada kata, hening menjadi teman setia.

Ada Mata yang mengusik gelisah, ah hening apa yang sedang dicipta?

"Suatu hari.." datar suaranya berkisah.

"Kita memang akan sama-sama duduk diberanda seperti ini, berdua, berkawankan rindu yang lekat. Apa kabar hari-hari yang telah berlalu? Semua melesat begitu cepat tanpa pernah menunggu kita siap."

Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022


Suatu Hari (2)

"Suatu hari, Nak." Itu kalimat pertama yang diucapkan saat berkisah, berkisah tentang semua hal dimasa kecil mereka.

Hati ibu basah, bibir bergetar, "suatu hari." Menjadi cara ibu menahan sesak.

Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022

Suatu Hari (1)

Suatu hari saya dititipi sesuatu, senang saja merasa dibutuhkan. Tanpa banyak kata eh tanya langsung di iya kan. Pikir saya, "semoga bisa menjadi jalan untuk memudahkan urusan orang lain."

Suatu hari, saya berniat menitipkan sesuatu pada orang yang pernah minta tolong. Lalu syetan menggoda dengan sangat gesit saat ia yang saya mintai tolong penuh dengan tanya keberatan.

MasyaAllah laa Haula walaa quwwata Illaa billah, kalau hati lurus-lurus saja mah apa yang akan menjadi lahan ujian kita? Kita, manusia, kadang lurus kadang kesal. Lalu saat kesal datang, apakah harus dibiarkan dan dicari pembenaran? Semoga Allah luruskan niat kita dan bantu kita membenahi hati yang mudah lusuh.

Balananjeur, Jum'at, 17 Juni 2022

Senin, 13 Juni 2022

Day 164

18.45

Tadi pagi ngotak-atik hp eh malah nghapus semua data aplikasi. Well, still gaptek, kirain buat ngurangin beban memori biar nggak terlalu penuh tapi ternyata malah menghapus data 🤭 see, beginilah efek berbuat tanpa landasan ilmu, main klik aja hingga akhirnya keliru ..

Berbuat tanpa landasan ilmu, inilah yang terjadi pada saya hari ini. Karena memang sudah seharusnya melakukan sesuatu teh dengan dasar ilmu. Tanpa dasar ilmu maka yang didapat bukan hasil yang baik, hmm meski hasilnya boleh jadi baik tapi tetap tak akan berbuah manis semanis yang didasari ilmu.

Manisnya apa? Hmm. Dalam prosesnya pun insyaAllah benar. Well, kita sebenarnya tidak sedang berbicara hasil ketika kita berbicara bab ilmu. Hasil tak akan menghianati usaha, banyak yang mengatakan itu. Namun yang paling penting bagi kita adalah usaha itu sendiri, dengan ilmu maka usahanya insyaAllah benar sesuai tuntunan ilmu itu sendiri. Lalu jika hasilnya tak sesuai harapan maka tak ada yang perlu ditangisi, kalau sesuai harapan pun dikhiasi syukur dan tak terjebak euporia merasa itu hasil usaha sendiri. 

Berdasar ilmu artinya juga tahu bahwa amalan atau usaha itu akan berbingkai niat yang benar, niat yang lurus karena Allah. Ilmu mengajarkan kita bahwa segala sesuatu yang dilakukan haruslah karena dan untuk Allah, itulah ikhlas.



21.09
Saat melanjutkan catatan, jam di hp memperlihatkan angka jam 21.09, sebelumnya saya membuka media sosial dan melihat banyak kabar tentang Eril, beliau putra kang Emil yang selama 2 Minggu lebih ini menyedot perhatian dan air mata kami. MasyaAllah tak kenal, belum pernah berjumpa, tahu namanya pun setelah kabar musibahnya pada tanggal 26 Mei kemarin namun sukses meluruhkan air mata setiap orang.

MasyaAllah semoga Allah berikan tempat terbaik bagiNya. 

Dari ananda eril ini, kami belajar banyak hal. MasyaAllah Husnul khatimah insyaAllah.

Catatan ini akan saya lanjutkan dengan cerita WA yang kehapus. Awalnya terasa sedih karena saya menyimpan banyak catatan justru di WA bukannya di memo, tapi saya ingat bahwa semuanya terjadi pastilah atas kehendak Allah, dan kehendak Allah selalulah yang terbaik jadi akhirnya mah meski kehilangan banyak draft catatan Oge yaa sudah disyukuri saja. Allah pasti memberikan hikmah besar dibalik ini.

Apa hikmahnya? Salah satunya saya semakin menyadari bahwa sekeras apapun kita berusaha menjaga sesuatu, saat Allah berkehendak untuk menyudahi mah yaa wassalam, the end. Jadi, dalam hidup mah nggak bisa haqqul yakin semuanya akan terjaga sesuai rencana karena yang pasti mah tetaplah semua yang sudah ditetapkanNya. But karena kita tidak pernah tahu ketetapanNya seperti apa jadi yang perlu kita lakukan mah nyaa lakukan saja apapun yang bisa dilakukan dengan sebaik-baiknya! Tidak perlu ngeyel dengan kekhawatiran tidak tercapainya yang ditargetkan ataupun hasil akhir dari usaha, yang kita maksimalkan mah ikhtiar yang diniatkan karena Allah.



21.22
Khawatir teman-teman yang sering berinteraksi dan muamalah via WA jadi kesulitan menghubungi atau ada hal-hal yang berkaitan dengan saya jadi dihubungi lah satu persatu nomor yang ada di kontak WA. Tidak sampai semuanya karena membutuhkan waktu yang lama kalau harus menghadapi semua orang yang ada di kontak telepon mah jadi bertahap dulu.

Mulai dari orang-orang yang sering berinteraksi via WA lalu dilanjutkan pada yang jarang interaksi dan terakhir pada yang tidak pernah interaksi namun ada di kontak dan Nomor lama saya pun ada di kontaknya. Why? Nggak pernah interaksi tapi tetap dihubungi? Iya, saya khawatir suatu saat mereka membutuhkan nomor saya atau ada hal-hal yang harus diselesaikan dengan saya.



Balananjeur, Senin, 13 Juni 2022

Rabu, 08 Juni 2022

Day 159

"Atuh please." Kalimat yang terucap dari bibir mungilnya terlihat sangat lucu. Matanya terlihat memelas membuatnya tambah lucu.

Selalu seperti itu setiap kali minta sesuatu, entah darimana dia mendapatkan kalimat itu. Rasanya saya sendiri ataupun Abi nya tak pernah memelas dengan cara seperti itu, apalagi saya si serius yang kalau minta sesuatu teh nggak ada melas-melasnya, mau di kasih syukur nggak dikasih juga nggak apa-apa.

But si kecil ini pun kalau melas hanya pada kami, i mean saya, Abi nya dan tetehnya. Tidak ada dalam kamusnya memelas pada orang lain karena baginya itu hal yang tak boleh dilakukan.

Yups, Hal yang Tidak Boleh dilakukan.

Setiap orang memiliki standarnya masing-masing dalam menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, termasuk gadis kecil kami ini. Baginya pantang untuk meminta sesuatu pada orang lain, so, inilah salah satu yang tidak boleh dilakukan. Apakah saya yang membuat standar seperti itu? No, dia sendiri yang melarang dirinya sendiri untuk meminta apalagi sambil memelas pada orang lain.

Balananjeur, Rabu, 8 Juni 2022

H-3

Rumah pertama yang kami tempati saat pertama kali tinggal di kota Bandung cukup besar bagi ukuran keluarga kecil. Suami istri dengan 2 anak balita..

Ada 2 kamar; 4 x 5 meter dan 4 x 4 meter, ruang tengah yang luas, kamar mandi yang luas, ruang tamu dan dapur yang juga besar serta halaman yang saaangat luas. 

Hari itu, 7 April 2006, hari pertama kami memulai perjalanan kami di kota kembang.
"adakah yang akan berkunjung menjenguk kita disini?" Saya tahu tidak seharusnya menanyakan hal seperti itu, berharap dijenguk itu salah yang benar adalah berlapang dada dengan pilihan yang sudah di ambil.

Hari itu akan menjadi hari-hari penuh tarbiyah yang menempa, hari yang membuat saya menangis pada saatnya namun tersenyum dikemudian hari.

Hari itu terasa berat, yaa berat saat dijalani namun membahagiakan. Saya menahan gelisah sekaligus mengucap syukur disaat bersamaan

Adik saya, adik lelaki saya satu-satunya menjadi satu dari sekian yang sering mengunjungi kami. Tak terkira bahagianya setiap kali ia berkunjung, saya seperti seorang adik yang berbahagia dengan perhatian kakaknya padahal saya lah kakaknya. 

Selalu ada sehari dalam sebulan dia menjenguk, mengajak main 2 ponakannya dan mengajakku ngobrol panjang lebar.. wait, saya yang bicara dan dia mendengarkan.

Dia adik saya tapi seolah saya yang menjadi adik baginya.

Catatan ini akan menjadi rangkaian cerita yang akan saya tuliskan disini.

Rumah kami berada di lingkungan masjid dengan halaman yang sangat luas, jarak dari tetangga terdekat adalah sejauh halaman masjid itu sendiri. Begitu sampai gerbang barulah bertemu rumah tetangga.

Jarak dari teras menuju gerbang teh mungkin sekitar 10 meter lebih, saya lupa lagi tapi itu memang sangat luas. 

Ada 3 gerbang ke luar; gerbang utama berbatasan dengan rumah Bu Ustadz, gerbang kecil disampingnya bertemu rumah teh Uun dan pak RW lalu gerbang samping masjid bertemu rumah pak..hmm siapa ya lupa lagi

Ruang tamu kami persilahkan untuk diisi seorang Ustadz dari Tasikmalaya, jadi kami pun memiliki tetangga baru di Minggu pertama kami disana. Tetangga dekat rumah, kang Aay namanya.

Pintu menuju ruang tamu pun kami sekat dan kami memilih pintu lain sebagai jalan saat masuk atau keluar rumah.

Allah uji kami dengan sakitnya Umar di bulan pertama kami tinggal disana. Muntah dan diare menjadi jalan tarbiyah atas kami selama 3 bulan lebih..

Umar kecil yang sehat dan aktif menjadi sangat kurus, saya berusaha menyimpan kisah agar tak sampai memelas pada orang lain. Bahkan keluarga besar kami pun tak ada yang tahu.

MasyaAllah laa quwwata Illaa billah, tetangga kami biidznillah menjadi wasilah pertolongan Allah

Begitulah hidup, bukan hanya mereka yang tinggal jauh meski itu saudara. Tapi tetangga yang tinggal dekat denganmu..

Karena itu Rasulullah shalallahu alaihi wa salam memerintahkan kita untuk senantiasa berbuat baik pada tetangga.

Suatu hari di tengah malam Umar muntah tanpa memuntahkan apa-apa, tak ada makanan yang masuk kecuali ASI. Tetangga kami berlari mencari pertolongan kepada tetangga lain, MasyaAllah Bu Ustadz datang tergopoh dengan minyak kayu putih dan obat herbal, kalau tidak salah namanya adalah lampuyang.

Catatan ini akan saya lanjutkan nanti...

Balananjeur, Selasa, 7 Juni 2022

Selasa, 07 Juni 2022

Day 158

Izinkan ummi untuk belajar, Nak..

Ummi tidak tahu harus bagaimana, hmm tepatnya belum tahu bukan tidak tahu karena ummi yakin pasti suatu saat seiring bertambahnya waktu maka insyaallah Allah berikan pengetahuan untuk tahu harus seperti apa ummi bersikap. Ini tetap hal baru bagi ummi..

Ummi ingat saat kalian kecil, ummi juga belajar untuk memiliki pengetahuan cara bersikap pada kalian. Sampai kini pengetahuan itu belum sempurna jua, lebih banyak kurang dan tidak . Banyak sekali kekurangan ummi yang mungkin saja membuat kalian akhirnya merasa tidak nyaman atas ummi..

Lalu kalian tumbuh menjadi pemuda dan pemudi yang bertambah besar setiap harinya. Lagi-lagi ummi belajar dan mungkin terkesan lambat memahami pelajaran baru ini. Seringnya ummi bersikap terlalu reaktif atas sesuatu, belum pandai memahami kalian bahkan seolah tak peduli harapan kalian....

Maafkan ummi untuk semua ketidaktahuan ummi ini, Nak 
Maafkan ummi atas proses belajar yang masih tetap dalam proses tanpa hasil maksimal yang membahagiakan kalian
Mohon maafkan kekurangan ummi, maafkan bahasa cinta ummi yang mungkin saja tak sesuai harapan kalian, Nak 

Balananjeur, Selasa, 7 Juni 2022

Senin, 06 Juni 2022

H-4

Terakhir kali menuliskan bab ini waktu menulis di H-48, setelah itu fokus membersamai Shalihah yang pulang dan waktunya berkumpul dengan anak-anak yang mulai jarang dilakukan berhubung mereka sudah memiliki tugas dan kesibukan masing-masing.

Well, hari ini H-4 sebelum anniversary yang ke-20. Inginnya sih saya tuliskan semua hal secara runut dan lebih teratur, konsisten juga menyelesaikan yang sudah diazzamkan. Namun ada beberapa faktor yang tak bisa saya hindari hingga akhirnya tulisan pun meloncat jauh dari H-48 langsung ke H-4 hahaha ..

Kali ini cerita tentang apa, ya? Hmm awalnya mau nulis tentang bab pertengkaran suami istri tapi kayaknya mau saya pending buat besok. Sekarang sudah jam 22.24, jadi nulis yang bisa cepat habis karena bingung nulis apa lagi saja 🤭. Sengaja nulis sekarang karena besok akan penuh dengan agenda kerumah tangga an mulai dari urusan dapur, rumah dan tentunya deterjen 😁.

So, mau berbagi cerita tentang apa, nih? 

Jadi tadi siang Kakang mengajak saya  ke Ciamis untuk nyervis laptop yang rusak sekaligus mengambil laptop lama yang sudah disimpan disana untuk di servis. Kakang bilang, "bawa bekalnya 200 rb ya Mi!" Please jangan bilang kekecilan yaa terutama anda yang uang sakunya unlimited, bagi kami nominal segini lumayan besar karena setengah honor bulanan dari sekolah. (Dipersilakan buat yang mau menebak honor guru berapa 😁).

Melihat kondisi laptopnya saya pikir akan butuh lebih tapi kakang justru berpikir sebaliknya, namun saya memilih mengikuti saran beliau untuk bawa bekal 200 rb. Ini termasuk untuk bensin dan jajan 🤭 . Kami bukan tukang jajan yang baik jadi 5 rb pun cukup untuk bekal.

Cukup? Iya, cukup. Kata cukup tak perlu dipanjang kali lebar kan yaa, karena ini perkara hati yang selalunya sulit dideskripsikan.

Cukup artinya tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Pas saja.

Sepanjang jalan kami ngobrolin banyak hal, inilah alasan saya suka di ajak jalan-jalan atau mendampingi beliau saat bepergian. Saat itu kami bisa ngobrol banyak, ngobrolnya juga enak karena bisa fokus satu sama lain selain fokus lihat jalan yang ramai 😁.

So, here it is about ngobrol.

Suami istri itu butuh ngobrol, ngobrolin apa saja. Dari mulai hal receh hingga ke hal-hal besar. Bukan hanya ngobrolin anak-anak tapi juga ngobrolin kondisi hati masing-masing.. 

Ngobrol itu bukan istri ngomong panjang lebar dan suami mendengarkan, tapi ada timbal balik nya. Katanya sih komunikasi dua arah, jadi saling menimpali lawan bicara.

Beberapa hari belakangan kami jarang ngobrol karena kesibukan beliau menghadapi akhir tahun pelajaran di sekolah. Saya mafhum jadi nyari waktu agar tetap bisa ngobrol.

Bersambung..

Balananjeur,  Senin, 6 Juni 2022

Pernah di Ghibahin, So Why?

Pernah dighibahin? 

Duh subuh-subuh udah ngomongin ghibah aja! Hee.. Well, just sharing biar yang pernah dighibahin nggak sedih terus. Biar keep smile, karena ghibahan orang tak lantas pantas membuatmu harus terpuruk.

Well, kayaknya (setahu saya) sering banget deh dighibahin (yang merasa pernah atau sering ghibahin saya bisa ngacung 😅). Meski keseharian menepi dari keramaian tapi kabar dighibahin tetap saja sampai, "eh De, ada yang bilang gini lho." Yaa namanya ghibah pastilah bukan sesuatu yang manis untuk ditelan. Ghibah itu sesuatu yang kita tak suka orang kalau orang menceritakan hal itu tentang kita, begitupun kabar yang sampai itu tentulah hal-hal yang bikin meringis, "kok niat banget menghabiskan waktu buat nguliti aib orang sih?" Hahaha

Reaksi saya? Jelas nggak senang dooong, pengennya langsung bilang, "asyik bener ya makan daging saya." Hahaha.. tapi kalau diikuti atau misal yang ngasih kabar itu dikomentari alias saya ikut-ikutan naskah dia maka saya pun jadi ikut berghibah. 

Misal saya lanjutkan cerita dia dengan kalimat, "padahal dia (yang ghibahin saya ) begini dan begitu, lho (yang negatif of course)."

Ah ghibah itu ngeri-ngeri sedap deh pokoknya, jadi daripada diladenin yang ujung-ujungnya bukan dapet pahala tapi malah amalan kita yang terkuras, lebih baik biarkan saja mau dighibahin juga asal bukan dari lisan kita. Biarin we orang lain mau ghibahin kita mah da itu mah urusan dia, urusan kita adalah bagaimana kita mengendalikan lisan atau jari kita sendiri. Wait, bukan hanya itu, hati juga perlu di jaga karena semua yang ada di hati bahkan sekedar gerentes nya pun akan diperlihatkan pada akhirnya. Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah. So, hati penting banget untuk kita perhatikan. Jadi daripada mikirin ghibahan orang apalagi sampai stress nggak bisa makan, nggak bisa tidur atau mempengaruhi kehidupan dan keseharian, lebih baik fokus mikirin sama ngevaluasi amal sendiri.
Fokus menjaga hati, lisan, jemari dan otak sendiri!

Ghibah itu ngeri-ngeri sedap, kayak list film yang pengen di tonton saja 😁. Ngeri nya gimana? Atuh kan kata Rasulullah shalallahu alaihi wa salam ghibah teh dosa, Ari dosa mah pasti ngeri atuh kan?! 

Allah Subhanahu wa ta'ala menegaskan dalam Al Qur'an surah Al Jasiyah [45] ayat ke 15 yang artinya, ''Barang siapa mengerjakan kejahatan (dosa) maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.” 

It's mean orang yang berbuat dosa itu bakalan dapat sanksi dari Allah baik di dunia dan kelak di akhirat. 

Di dunia? Orang yang berbuat dosa, hatinya itu tidak akan merasa aman atau tentram. Perbuatan dosa itu terus menghantui dirinya, nggak mau sampai orang lain tahu..  Salah satu hal terburuk dalam hidup itu saat hati tidak tenang. Karena hati itu kunci baik buruknya amal, jadi kalau hati nya nggak tenang, apa kabar amal lainnya? 

Kalau dalam ghibah, yang berbuat ghibah teh dibuat tidak tenang dengan ghibahannya. Yang paling ngeri itu kalau sampai kecanduan buat terus-terusan ngghibah, mulai tidak sadar kalau itu perbuatan dosa, dimatanya itu adalah kebaikan yang harus disuarakan. Kengerian dalam hidup teh kan saat hati sudah biasa aja saat melakukan perbuatan dosa. Kalau melakukan perbuatan dosa dianggap biasa dan malah jadi kebiasaan, sangat sulit untuk taubat kecuali atas Rahmat Allah.

Ghibah juga diibaratkan kayak makan bangkai, ih lebih ngeri kaaan?  Nggak kebayang itu makan bangkai saudara sendiri. Setiap hari bermanis wajah, saling bertegur sapa, eh dibelakang disantap dagingnya habis-habisan. Na'udzubillahi min dzalik. 

Kengerian selanjutnya, amal baik yang dilakukan terkuras alias ditransfer sama yang dighibahin. Ih asyik dong yang dighibahin, dicaci eh malah dapat transferan pahala..giliran yang ngghibah,amal baiknya zonk alias kosong karena sudah dibagikan cuma-cuma sama yang dighibahin.

Sedap nya? Kabitaa aja buat ngghibah teh. Seneeeeng aja buat ngomongin buruk nya si A sampai z teh,apalagi pada si A yang kita teh hasad banget sama si A teh.Semua tentang si A nyebelin dan pengen rasanya dikuliti. Belum lagi kalau orang-orang pada ngumpul ngomongin si A, gatel banget pengen nimbrung 😅

Nah kaaan,ketahuan. Yaa da emang gitu, gatel banget pengen ceritain aib si A, kalau bisa sih sampai si Z. Entah lewat lisan saat ngobrol dengan shohib atau lagi ngumpul sama teman atau mungkin tak jarang di majlis ilmu yang harusnya jauh dari ghibah.. yaa ghibah mah bisa dimana saja dan kapan saja tergantung suasana hati yang pengen ghibah 😅. 

Bisa juga lewat tulisan, yang pasti bukan tulisan di buku diary yaa.. ghibah mah mengabarkan ke orang lain, kalau buku diary mah hanya buat konsumsi pribadi jadi masuknya kriteria curhat pribadi 🤭, tapi itu tetap nggak baik yaa, apalagi Diary nya dikonsumsi publik juga. 

Ghibah lewat tulisan misal di media sosial... Manis banget ceritanya tanpa nyantumin nama atau inisial yang dighibah padahal tidak menutup makna ghibah itu sendiri. Bayangannya buat kebaikan, "aku tuh bicara fakta, lho.Jadi bukan ghibah!" Naah kan ghibah mah bicara fakta,yang nggak terbukti alias bohong mah namanya fitnah.

Well,lisan ini memang tak bertulang, jari ini meski bertulang juga nggak bisa mikir,tapi kita punya aqal dan pikiran pemberian Allah (eh kok malah nyanyi 🤭) jadi kita bisa memilah dan memilih apa yang harus disampaikan.

Yakin niiih masih mau ghibah?
Trus, kita mau ikut-ikutan ngghibah hanya karena kita dighibahin orang? 

Hanya? Dighibahin itu nggak enak, kok bilang hanya. Yaa kan saya sudah bilang, yang dilakukan orang lain sama kita itu urusan dia sama Allah. Urusan kita adalah apa yang akan kita pilih atau bagaimana sikap kita menghadapi situasi seperti itu.

Well, just writing for sharing..
Happy fun and selalulah taati Allah yaa!

Balananjeur, Selasa, 7 Juni 2022

Day 157

Karena ada yang bertanya, "ngapain sih nulis catatan kayak gini?" Tentu setelah melihat isinya yang persis catatan harian atau catatan sehari-hari bahkan kesannya kayak curhatan padahal sebenarnya bukan curhat tapi lebih ke mengungkapkan yang terlintas di pikiran, di rasakan juga yang dialami.

Well, kembali saya tuliskan sebagian alasannya disini. Hmm bab ini bukan tentang alasan namun tentang...  tentang apa ciiing? Hee..

Setiap orang bebas berasumsi. Sah-sah saja menganggap catatan ini sebagai curhatan hingga berseru dengan penuh semangat 45, "hey, curhat itu bukan fisik tempatnya! Curhat itu sama Allah!" MasyaAllah, sungguh pengingat yang baik meski sayangnya terasa tidak pada tempatnya untuk berseru seperti itu..

Kenapa tidak pada tempatnya? Hmm, saya kupas sedikit tentang bab ini ya sahabat.

Sekali lagi saya katakan bahwa kita semua bebas berasumsi atas catatan orang lain, tapi cukuplah asumsi itu untuk diri kita sendiri atau kalau mau Tabayyun dan mencari tahu maksud sebenarnya maka tanyakanlah pada si penulis catatan jadi tidak melulu berkutat pada, "aku rasa, maksud tulisannya adalah ..." Titik-titiknya diisi dengan ragam gelisah yang berkecamuk didada si penulis yang belum tentu benar.

Nah, bertanya pada penulisnya langsung membuat kita terhindar dari prasangka yang berkepanjangan. Oke, setiap orang akan bertemu dengan prasangka nya sendiri terhadap sesuatu, namun ada yang berprasangka baik ada juga yang buruk. Prasangka baik mah Alhamdulilah, tapi kalau terjebak dalam prasangka buruk maka ada baiknya nyari cara buat keluar dari zona prasangka buruk itu. Caranya apa? Setelah istighfar memohon ampunan Allah maka cara selanjutnya adalah fatabayyanuu, maka tabayyunlah! Tanyakan pada si penulis akan maksud tulisannya.

Kita semua bebas berspekulasi namun jangan karena bebas berspekulasi lalu merasa kalau spekulasi kita teh yang paling benar. Karena yang tahu maksud tulisan itu hanya si penulis itu sendiri, bukan orang lain, bukan juga orang disekitarnya.

But wait, setiap orang memang akan memandang sesuai kapasitas dirinya. Cerita sekalipun akan bertemu banyak pandangan yang berbeda.

Psikolog akan memandangnya melalui kacamata psikologi sesuai bidang keilmuannya, ekonom akan melihat berdasar ekonomi, ahli ini dan itu akan melihat sesuai bidang keilmuannya masing-masing. Penulis fiksi akan menemukan ide untuk menulis fiksi, penulis non fiksi pun sama, dan yang seneng ghibah akan menjadikannya bahan berghibah sebagaimana orang yang senengnya diam di zona prasangka buruk akan memandangnya dengan kacamata yang sama sesuai zona nya.

Begitulah.. namun, kita bisa keluar dari zona itu dan melihat dari kacamata lainnya meski bukan kacamata kita. Caranya? Fatabayyanuu, maka tabayyunlah!

Trus, apa sih Tabayyun teh? 

Tabayyun teh cek and ricek, meneliti, mencari kejelasan, mengklarifikasi ataupun menganalisis, karena seringkali faktanya itu tak sesuai dengan fikirku ataupun kata orang-orang.

Tak jarang kaan kalau kita membaca suatu berita lalu otak kita sibuk memikirkan maksud si penulis ataupun kebenaran berita itu, atau kita membaca tulisan atau postingan teman kita di media sosial atau bahkan story' WA atau apapun, lalu otak kita sibuk dengan fikiran kita sendiri, "kayaknya dia lagi nyindir saya, deh." Atau, "statusnya kok kayak buat saya." Atau, "curhat terus!" Padahal standar curhat tiap orang itu beda-beda, kalimat yang menurut kita curhatan boleh jadi buat orang lain mah bukan. Penulis mah hanya menyampaikan suatu ayat (misal) bahkan tidak sampai mikir, "mudah-mudahan si A baca." Apalagi niat nyindir.. 

Naah saat fikiran kita berada dalam kondisi seperti itu maka alangkah lebih baik untuk Tabayyun, cari kebenaran faktanya dan lepaskanlah rasa-rasa atau pikiran yang berujung pada prasangka yang buruk.

Well, pertanyaan, "ngapain sih nulis catatan kayak gini?" insyaAllah akan saya jawab dalam catatan selanjutnya, insyaAllah.. tapi kalau ada mood nulis yaa. Kalau belum mood mungkin jadi pe er 😅

Balananjeur, Senin, 6 Juni 2022

Minggu, 05 Juni 2022

Day 156

Pernah nggak bertemu saat dimana enggak mau ketemu siapapun atau bertegur sapa dengan siapapun diluar keluarga inti atau orang-orang tertentu saja? 

Saya menanyakan hal itu karena saya sedang mengalaminya. Saat di depan rumah kakak saya bertanya, "De, nggak nanya sama teh (sebut saja namanya teh Ana)?" Kebetulan beberapa meter dari tempat saya berdiri ada teh Ana yang hendak naik mobil.

Saya menggeleng pelan, saya hanya sedang tidak nyaman bertegur sapa. Kadang kalau ketemu orang lain teh terasa menguras energi meski hanya sekedar nanya atau ditanya meski tak jarang justru merasa senang luar biasa, hari ini kondisi pertama lah yang saya rasakan jadi saya memilih untuk menghindari siapapun kecuali (sekali lagi) orang-orang tertentu yang list nya hanya akan ketahuan kalau saya bertemu orangnya.

Misal berjumpa teteh A trus tiba hati teh merasa klik aja buat ngobrol sama dia, yaa sudah artinya saya masih bisa berbincang dengannya. Kadang ketemu teteh B tapi hati tiba-tiba merasa cape padahal belum ngobrol, nah itu artinya saya harus menepi karena kalau tidak maka akan ada tubuh yang kembali ngedrop.

Akibatnya sampai ke tubuh? Iya, benar sekali dan memang begitu adanya.

Jangan minta alasan kenapa karena yang saya tahu kalau saya senang bertegur sapa dengan siapapun namun ada saat dimana saya pilih-pilih teman interaksi.

Balananjeur, Ahad, 5 Juni 2022

Kamis, 02 Juni 2022

Day 153

Pernah ada hari dimana ..

Ummi bisa mendengar tawa kalian sepuasnya,
Mendengar tangis dan teriak keusilan kalian

Menyaksikan rumah yang kalian berantakan, seolah tak mau lihat rumah beres teh

Berebut minta perhatian ummi
Berebut pengen ngomong duluan
Berebut pengen duduk dipangkuan ummi
Berebut ini dan itu sampai akhirnya berteriak, "ummiiiii..."

Lalu kalian menangis sesenggukan dipelukan ummi
Tertawa riang dan merenggut kesal didepan ummi
Atau hanya tersenyum simpul karena sesuatu

Saling berlomba mengambil tugas di rumah, meski akhirnya bukannya beres tapi malah semakin berantakan hingga akhirnya ummi kembali turun tangan. Kerjanya jadi double, ekstra, tapi... membahagiakan

Kertas-kertas berseliweran, buku tulis sekolah pun semakin tipis karena dipakai membuat kapal-kapalan dan kalian asyik tertawa bahagia hingga Abi protes setiap kali kalian minta buku baru, "baru kemaren beli buku, sudah habis lagi?"

Kalian pun tertawa senang karena Abi tetap membelikan buku dan patlot serta penghapus, kegirangan setiap kali ummi dan Abi mengajak ke toko buku tapi kemudian menangis sampai berguling di lantai karena buku yang kalian inginkan tidak kami penuhi. Kalian senang sekali beli buku bacaan ataupun buku tulis..

Tumpukan cucian ummi penuh dengan tanah sawah ataupun Balong
"Maaf ummi, tidak sengaja!" Ucap kalian saat ummi tanya kenapa bajunya selalu penuh tanah Ledok bahkan baju seragam putih pun tak luput dari tanah. Atau, "guyang itu menyenangkan, Mi." Kalimat pembelaan yang membuat ummi tak berkutik, ummi senang saat kalian senang..

Tapi, kalian membuat ummi menangis saat tengah malam mengigau karena panas dan ummi hanya sendirian di rumah
Tidak ada yang bisa ummi mintai bantuan
Hingga akhirnya ummi diajarkan dan semakin meyakini, ummi tidak sendirian, ada Allah yang tak pernah meninggalkan meski sejenak dan pada Allah lah kita memohon pertolongan..

Kalian,
Membuat ummi belajar
Belajar mencintai tanpa kata tapi
Belajar untuk meluruskan niat
Belajar untuk terus belajar..
Dan sampai hari ini ummi masih tetap belajar.
 

Balananjeur, Kamis, 2 Juni 2022

Rabu, 01 Juni 2022

Day 152

1.

Saya memulai pagi dengan masak nasi, kebetulan hari ini anak-anak libur jadi selama masak teh saya bisa duduk disini sambil melihat adik Umar yang sedang mengerjakan tugasnya. Dia tidak membolehkan saya membereskan kertas-kertas ini, tapi saya ibu yang tidak mau tahu alias tetap saja dibereskan meski dia protes 😂

Hari ini tugas opsih diberikan pada anak-anak karena kondisi kesehatan kembali ngedrop, tidak terlalu ngedrop sih hanya .. imunnya mulai protes saja, imun ini sedang bekerja lebih aktif menyerang dibanding hari-hari sebelumnya. Lalu saya akan memilih diam dulu sejenak dan membiarkan anak-anak menyelesaikan tugas opsih..

Tapi saya sedang ingin mencuci pakaian, jadi saya akan menunggu sampai hari tidak terlalu dingin untuk mulai mencuci. Karena jika memaksakan dalam kondisi ini seolah ngundang alergi.. Allohumma 'aafinii..

Oh iya, adik Umar sedang membuat rancangan suatu bangunan dan menghitung RAB nya. 



2.
Jadwal selanjutnya.

Hmm saya mulai merasakan keanehan menjadi ibu seperti yang sering saya ceritakan pada anak-anak, "jadi ibu itu aneh, nak."

Dimana letak keanehannya?

Diantaranya adalah..ibu merasa senang saat diberikan kesempatan mencucikan pakaian, sepatu ataupun tas anak-anak. 

MasyaAllah, tahukah anda,sahabat? Saking senangnya saya sampai menangis. Ini tangis kegembiraan..

Saat saya meminta izin pada anak-anak untuk mencucikan sepatu dan tas juga pakaian mereka lalu mereka mengizinkan, MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi, itu adalah anugerah yang sangat besar dari Allah. Sudah cukup lama sejak mereka mulai mencuci pakaian mereka sendiri dan tidak mengizinkan saya mencucikan untuk mereka.

Nah, aneh kaan? Waktu anak-anak kecil biasanya ibu mengeluhkan cucian yang selalu menumpuk dan seolah ada lagi dan lagi tapi tetap saja senang saat mencucikan nya. Lalu setelah anak-anak besar dibuat senang dan rindu dengan cucian.

Well, sudah menyapa ibunda di rumah kah? Sudah bertanya kabar hatinya atau sekedar mendengar ceritanya? Saya kini seorang ibu dan memahami rasa itu ..
Telponlah jika jauh dan bertanyalah kabarnya serta dengarkan suara hatinya atau berceritalah padanya! Izinkan ia mendengar suara anda..


3.
Kadang bertemu orang yang seneng banget bilang, "makanya punya sawah sendiri biar nggak usah beli beras!" Atau, "makanya jadi petani biar nggak perlu beli ini itu."

Hmm, pada orang yang enggan menyaring kata seperti itu kadang pengen jawab dengan kalimat yang pedas sepedas sambal geprek yang saya ulek tadi. Tapi saya tidak pandai mengurai kalimat pedas jadi hanya bisa mendoakan siapapun yang pernah mengucap kalimat seperti itu agar Allah selalu memudahkan dan melancarkan segala urusannya.

Well, ini drama ibu yang berasnya harus beli dan banyak orang di luar sana yang mengalami hal serupa. Kalau tinggal di kampung mah tak jarang ketemu kalimat yang sama, "makanya ..." 

Tak jarang..

Untuk anda, semoga Allah urusan anda dan kita semua. 

Mari tahan lisan untuk tidak mengomentari kesulitan orang lain dengan hal-hal yang tidak solutif untuk mereka! Hmm, tak perlu juga mengomentari cara orang lain dalam mengatur rumahnya! 
Mari diam dan saling mendoakan saja!

Tak jarang yang selanjutnya..

Hmm apa ya 🤔🤔 sebentar, saya ingat-ingat dulu. Oh iya, tak jarang selanjutnya adalah berjumpa orang yang akan bilang, "masa gitu aja nggak bisa!"

"Masa gitu aja nggak bisa!" Bisa dalam urusan apa saja, saya kesulitan mengingat-ingat apa yang kira-kira bisa dijadikan contoh 🤭

Oh iya, ada yang punya banyak balita di rumah trus rumahnya berantakan and then netizen pun dengan leluasa berkomentar, "masa gitu aja nggak bisa." Atau kalau dalam bahasa Sunda mungkin akan ada yang bilang "ni teu boga kahayang pisan. Cing atuh beresan Imah teh." Atau kalimat lain yang lagi-lagi saya masih kesulitan membuat contoh kalimat kecuali 2 kalimat itu yang pernah saya dengar dari cerita orang lain 😁.

Tak jarang,

Untuk anda yang berada di posisi dikomentari, peluk hangat dari saya, Anda mungkin mengalami hal berat selama mengurus para balita dan rumah. Jangan khawatir, jangan merasa gagal, jangan bersedih hati.. bukan hal buruk jika rumah berantakan oleh anak-anak, tak apa-apa untuk mengambil istirahat meski rumah akan menjadi bak kapal pecah. Tubuhmu butuh istirahat, kesehatan mentalmu pun butuh di jaga, biarkan engkau berusaha menjaga kewarasan untuk menjadi ibu yang bahagia dan mendampingi anak-anak dengan bahagia. Maafkanlah mereka yang membuatmu mengurut dada! Semoga Allah melapangkan dan memudahkan segala urusan anda!"

Dan untuk yang menjadi komentator, MasyaAllah semoga Allah memuliakan anda dengan lisan yang membawa keberkahan.

Tak jarang..

Balananjeur, Rabu 1 Juni 2022

Hhhh