(1)
Ini akan menjadi bahasan yang bikin ngantuk bin 'lelenggutan'
Tapi, aku hanya sedang ingin menuliskan ini, disini
Ada sesak yang kembali menyapa
Ku yakini bisa terleraikan
Saat aku berkisah ; Tentang Aku
(2)
Di depanku tabung kotak berukuran 21 inch
Ada Dik Doank disana
Dan aku, Defa tanpa Doank
Aku, Dede Fatimah Shalihah dengan nama pena yang diambil dari menyingkat nama; Defa S Hidayat
Teman di dunia maya sebagiannya memanggilku, "kang."
Ah, aku tak ingin mempermasalahkan hal seperti itu
Cukup bagiku mengenalkan diri, "Aku seorang ibu yang berbahagia."
Aku bahagia dengan predikat, hmm statusku sebagai ibu
Aku bahagia menjadi ibu bagi anak-anakku
Dan aku bahagia menjadi belahan jiwa bagi lelaki yang 20 tahun lalu berjanji menjaga dan menyayangiku tanpa jeda
Ya, aku Defa, Dede Fatimah
Usiaku 2 tahun lagi kepala 4
Aku ibu dari 4 anak
Aku, istri dari lelaki baik yang menerimaku tanpa mengeluh
(3)
Mengeluh adalah salah satu ciri manusia bernyawa
Akupun _mungkin atau memang_ sering mengeluh
Selalu saja ada alasan untuk dikeluhkan
Selalu saja ada cara untuk mengeluh
Seolah mengeluh sudah menjadi bagian dari kita
Ah, kali inipun keluhan yang ingin disampaikan
Keluhan? Iya, keluhan. Titik tanpa koma dan tak menerima tanda tanya
Ke eL U Ha A eN, KELUHAN
kata kerjanya, mengeluh.
Aku, disini, berbincang tentang keluhan.
(4)
Mengeluh..
Jika engkau diberi kesempatan untuk mengeluh,
Apa yang sedang ingin dikeluhkan?
Lalu, jika engkau diberikan kesempatan untuk mengeluh tentang aku,
Apa yang ingin dikeluhkan tentang aku?
Ceritakan padaku dan aku akan mendengarkan
Akan ku simak baik-baik hingga kudapati kesimpulan keseluruhan cermin diriku
Bukankah aku harus bercermin salah satunya dari kata orang? Maka silakan mengeluhlah tentang aku, di depanku.
Lalu, berikan aku kesempatan untuk membenarkan ataupun menyanggah
Sungguh, aku ingin berlaku adil
Termasuk pada diriku sendiri
(5)
Emak bercerita, ya aku disini di rumah Emak, menemani emak yang sendirian di rumah.
Dan didepanku kini, ada emak yang bercerita.
Aku pamit menulis sebentar dan emak mengangguk membolehkan.
Emak bercerita, tentang kue bolu yang kebanyakan
Beliau memintaku mencicipinya, ada dua varian bolu yang terhidang
Tapi aku, si _rujit_ kalau dalam makanan
Aku menikmati makan kue bolu dengan beberapa syarat, dua diantaranya adalah bahwa kue bolu itu tidak boleh terlalu manis karena aku tak bisa beradaptasi dengan rasa manis yang terlalu serta ..entah anda akan percaya atau tidak kalau aku hanya bisa menikmati makanan yang senyum pembuatnya terkembang saat memasaknya. Jika tidak? Lidahku menolaknya.
Ini rumit untuk yang bersedia memasak untukku
Alasan macam apa kalau saat masak harus dengan perasaan senang. Senyum yang ku maksud adalah hati yang senang
Namun, ini juga alasan aku menghadirkan bahagia saat memasak
Agar orang-orang terkasih bisa menikmati makanan yang kubuat dan sajikan dengan hati yang gembira.
Dengan hati yang gembira..
(6)
Aku jarang masak
Entah sakit yang akan ku jadikan alasan
Ataukah alasan lainnya, yang pasti aku memang jarang masak.
Kalaupun masak, hanya beberapa jenis masakan yang kubuat
Tak pernah lebih dari 3 macam untuk sekali masak. Rata-rata nya sih 1 atau 2 macam
Selebihnya .. aku tetaplah _pemalas_ yang baik untuk urusan dapur
_pemalas_ yang memilih masak seadanya, tidak meributkan diri hari ini mau masak apa dan besok masak apa. Cukup lihat isi saku dan sesuaikan
Ya, saya terlalu _malas_ untuk merencanakan urusan dapur yang kalau direncanakan tak jarang membuat syukur hanya bertahan seputar konsep
Masak saja apa yang sesuai dengan isi saku dan kebutuhan.
Ini aku, tentangku..
(7)
Aku pernah berkisah
Kegiatanku di dapur adalah kegiatanku dalam hening
Ya, aku suka suasana hening dan tak suka keriuhan
Riuh membuat kepalaku sakit lalu dada berdebar.. tekanan darahku bergolak
Aku tak nyaman dengan riuh..di dapur
Itu sekarang, saat anak-anak sudah beranjak besar
Saat aku menikmati waktu sendiriku jauh lebih lama dibandingkan aku yang dulu
Saat anak masih kecil,
Tak masalah bagiku riuh
Celoteh dan bahkan teriakan hingga tangis mereka menjadi musik pengiringku saat masak
Tapi setelah semua berlalu, lama berlalu
Aku mulai menikmati hening
(8)
Selalu ada alasan untuk pulang
Sejauh apapun melangkah
Pulang selalu menjadi akhir kisah
Aku pulang
Menikmati semilir angin sepanjang jalan Pagerageung-Balananjeur
Aroma bulir padi senantiasa menyegarkan penciuman
Aku pulang
Selalu menyenangkan saat kaki melangkah
Satu, dua, tiga, aku tak bisa berhitung sampai batas berhenti
Angka sekian berlalu kembali ke angka satu, begitu seterusnya
Lalu kuputuskan untuk hanya menghitung huruf; kebaikan apa yang bisa kulakukan hingga akhir nomor aku berpijak
Apa yang bisa membuat Allah Ridha.
Aku pulang.
Ciseupan, Ciranca, Balananjeur.
Sabtu, 18 Juni 2022