Minggu, 28 Februari 2021

Husnudzon

"Ummi, ada ortu yang bilang begini sama anaknya, 'kamu itu harus rajin belajar, biar dapat ranking bagus, trus nanti naik panggung, dikasih hadiah sama bu guru!'. Menurut ummi, bagaimana orangtua yang seperti itu?" dug, jantung saya serasa berhenti berdetak mendapati pertanyaannya siang ini.

"Kalau ummi yang bicara seperti itu sama teteh, bagaimana perasaan teteh? Bagaimana pendapat teteh?" dia menyimpan sendoknya yang berisi sayur bayam kembali ke piringnya. Bola matanya agak berputar, seperti biasanya kalau dia sedang berpikir.

"Teteh tidak mau ummi mengatakan seperti yang dikatakan ibu-ibu itu. Teteh lebih suka yang seperti sekarang, saat ummi hanya bertanya apa yang teteh pikirkan, apa yang teteh rasakan, bagaimana pendapat teteh. Teteh tidak mau ummi meminta teteh belajar untuk dapat ranking bagus, tapi teteh senang ketika ummi mengajari teteh dan kita bisa belajar bersama dengan sungguh-sungguh." dia memelukku, ah sepertinya dia mulai khawatir..

"Sayang, teteh Aufa sayang. Ummi itu ummi teteh, ummi tidak perlu seperti ibu-ibu yang lain untuk menjadi ummi teteh, kan?" dia mengangguk

"Dan anakku sayang, maukah teteh jika teteh melakukan sesuatu lalu orang-orang sibuk membicarakan teteh karena sikap teteh itu, nak?"

"Tidak, teteh tidak mau."

"Begitupun mereka, nak. Mereka juga tidak suka jika kita membahas tentang mereka dibelakang mereka.
Putriku sayang, putri ummi nu sholihah, ada saatnya kita harus menutup lisan kita rapat-rapat atas sesuatu, ada juga saat kita boleh berbicara. Mari jaga prasangka baik kita, nak!"

"Husnudzon, mi?"

"Iya Nak. Husnudzon."

Catatan ini di tulis di Balananjeur, 18 Juli 2017 waktu Aufa berusia 9 tahun. 

Haji Wada

Kisah yang kami baca ba'da Maghrib tadi tentang Haji wada'. 
Membaca kisah itu selalu ada hati yang berdenyut, sakit sekali... Ada airmata yang berderai, sedih...
Itu adalah haji terakhir Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam... Dan kami mulai membayangkan tentang hari itu, dengan denyut dan airmata melalui kisah yang dibacakan Aufa.

"Aku telah meninggalkan di tengah kalian sesuatu yang sekali-kali kalian tidak akan tersesat sesudahnya, selagi kalian berpegang teguh kepadanya, yaitu kitab Allah.

Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada Nabi lagi sesudahku dan tidak ada ummat lagi sesudah kalian. Ketahuilah, sembahlah Robb kalian, dirikanlah sholat 5 waktu kalian, laksanakan lah puasa Ramadhan kalian, bayarkanlah zakat kalian dengan suka rela, gunakanlah haji di baitullah dan ta'atilah waliyul Amri kalian, niscaya kalian masuk Surga Robb kalian.

Tentunya kalian bertanya-tanya tentang diriku. Lalu apa yang kalian katakan?"

Mereka menjawab, "kami bersaksi bahwa engkau telah bertabligh, melaksanakan kewajiban dan memberi nasihat."

Lalu beliau bersabda sambil mengacungkan jari telunjuknya ke langit dan mengarahkannya kepada orang-orang, "yaa Allah, persaksikanlah!" beliau mengucapkannya tiga kali.

Adapun yang berseru di hadapan orang-orang menirukan sabda beliau ini adalah Rabi'ah bin Umayyah bin Khalaf.

Setelah Nabi shollallohu 'alaihi wasallam selesai menyampaikan pidato, turun firman Allah,
"Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmatKu dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian." (QS Al Maidah : 3)

Umar bin Khattab yang mendengarnya tak kuasa menahan air matanya. Ada yang bertanya, "mengapa engkau menangis?"

Dia menjawab, "sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan."

Setelah pidato itu Bilal bin Rabah melantunkan adzan dan di susul iqamat. Kemudian Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam mendirikan sholat Dzuhur bersama orang-orang. Setelah Bilal melantunkan iqamat lagi, beliau menyusulinya dengan sholat ashar, dan tidak ada sholat di antara keduanya.

Catatan ini ditulis saat Aufa berusia 9 tahun di Balananjeur, 28 Februari 2017

Teteh Kembali Ke Pondok (H-6)

Bismillahirrahmanirrahim. 

Ustadz dan Ustadzah yang dimuliakan Allah. Semoga setiap kebaikan yang Allah hadirkan dari lisan dan akhlaq putera-puteri kami menjadi shodaqoh jariyah yang Pahalanya tiada dikenal putus hingga bila-bila.Sungguh suatu karunia yang sangat besar dari Allah yang telah memberi kami kesempatan bisa memeluk kembali setiap detail kisah perjalanan putera-puteri kami sekaligus mendampingi mereka belajar dari rumah dan belajar kembali banyak hal baru dari dan tentang mereka selama ini kisahnya hanya bisa kami simak melalui dering telepon diakhir pekan. MasyaAllah 2 bulan ini adalah anugerah yang sangat besar yang Allah berikan untuk kami, ini seperti menjawab kerinduan besar kami sekaligus mengobati hutang pengasuhan. MasyaAllah kepulangan ananda kerumah adalah kabar gembira yang membuat kami tersungkur dalam tahmid yang dalam. 

Ustadz dan Ustadzah yang dihormati Allah.. 

Banyak hal baru yang kemudian kami dapati dari ananda, sekian waktu ditempa di SCB dan membuat kami tersadar bahwa ingatan kami tentang ananda akan menjadi kenangan masa kecil mereka, semua yang menjejak dalam memori kami sebelumnya adalah kisah masa kecil mereka dan hanya sebagian kecil yang masih ada dalam diri mereka. Ya, mereka kini bukan lagi si kecil nan lugu yang senantiasa menempel kemanapun kami pergi atau senantiasa menjadikan kami sebagai rujukan dan referensi dalam segala hal. 

Kami kini menyadari bahwa mereka kini memang sudah beranjak semakin besar, dunia mereka bukan lagi berkutat sekitar kami, kerinduan mereka bukan hanya berkutat sekitar kami, referensi mereka bukan hanya dari kami, bahasan mereka bukan hanya tentang kami dan senyuman atau tawa dan bahkan tangis mereka bukan hanya bersumber dari kami. 

Ada kawan perjalanan selama yang selama ini mengiringi yang kemudian menjadi pengisi kisah-kisah mereka. Ada asatidz dan ustadzat yang keilmuannya menjadi rujukan, ada medan perjalanan lain yang membuat kami tersadar, "benarlah kiranya bahwa kami hanya memiliki 12 tahun pertama untuk mendampingi mereka. Tugas kami selanjutnya adalah mengantarkan ia ke gerbang baru kehidupannya, mendampingi ia dalam munajat do'a dan keikhlasan dan berlapang atas dekap kerinduan yang semakin erat setiap waktunya. Tugas kami adalah berjuang guna mengantarkan mereka menuju ke gerbang kemandirian bukan hanya mendekap erat mereka seolah mereka milik kami yang tak boleh dilepas. Kami hanya dititipi dan mereka bukan lagi si kecil yang dunianya berputar sekitar kami".

 Ustadz dan Ustadzah, 

Selain hati yang terpaut pada sahabat-sahabat shalihah yang membersamai kisahnya selama di SCB serta Ustaadzat yang membimbing dan menggamit erat jemari mereka hingga berhasil melalui masa isak tangis kerinduan demi mencari ilmu di jalan Allah, kami melihat banyak hal yang semakin membuat kami mendekap syukur semakin erat. 

Kami melihat minat belajarnya sangat tinggi terutama dalam mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan dirinya sebagai seorang muslimah, mempelajari diennya, mempelajari shirah dan juga tarikh, Bahasa Arab dan semua hal yang berkaitan dengan Al Qur'an dan Al Hadits juga pelajaran-pelajarannya di sekolah. 

Hampir 2 bulan ini mendampinginya belajar
daring, MasyaAllah membuat kami takjub akan bagaimana @pendidikanbaznas mendidiknya hingga ia menjadi seseorang yang selalu haus akan ilmu. 

Setiap hari seolah ada yang seolah ia 'kejar', seminar-seminar yang berkaitan dengan kebutuhannya akan ilmu diikutinya, buku-buku yang berada dirumah pun ditelusurinya, pelatihan-pelatihan vía online dikuti, training motivasi membuat semangatnya semakin menderu. Gawai yang ia pegang berisi banyak sekali ebook buku bacaan dan pelajaran.Mencari link-link pertemanan baru dengan orang-orang yang memiliki 'ruh' yang sama, ruh cinta ilmu. 

"Ummi ternyata WAG yang teteh ikuti sangat banyak." MasyaAllah dan memang sangat banyak grup pembelajaran yang dia ikuti vía WAG. Dia selalu senang saat ada saudari sesama muslimah yang saling mengingatkan akan tujuan penciptaan dirinya, siapa dia, apa yang harus dia kerjakan dalam menunaikan misi nya sebagai khalifah fil ardh, bagaimana ia harus menjalani setiap proses perjalanannya serta akan kemana ia kembali nanti. 

Dia bergegas memperbaiki diri saat diingatkan, dua bergegas menjadi yang pertama bangkit memulai suatu kebaikan, dia berusaha menjadi agen kebaikan dengan harapan harta zakat yang mengalir dalam darahnya menjadi gemuruh doa keberkahan bagi semuanya. 

"Di dalam darah ini ada harta ummat, ada doa ummat juga doa ummi dan abi juga ustadz dan ustadzah, ada perjuangan keikhlasan ummi abi merelakan, ada perjuangan muzakki, ada perjuangan para amil serta ustadz dan ustadzah. Teteh harus amanah atasnya. "Kalimat ini mungkin tak akan muncul dari si kecil dalam kenangan, tapi ia terucap dari lisannya yang hari ini yang sudah bukan si kecil kami lagi. MasyaAllah waktu membawanya berlari menjadi lebih bijak dan kami belajar banyak hal baru lagi tentangnya, darinya.. 

Ustadz dan ustadzah, 
2 bulan ini adalah anugerah.. Belum genap 2 bulan, selain birrul walidain yang kami dapati, ada banyak kisah lain yang membuat lisan kami basah dengan tahmid. MasyaAllah Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat, sungguh suatu karunia yang sangat besar dari Allah yang telah menghadirkan nikmat dalam porsinya yang tepat serta mencukupkannya dengan segala kebaikan lainnya.

Apakah 2 bulan cukup? Setiap bunda tidak akan merasa cukup saat mendampingi putera-puterinya, selalu saja ada kalimat-kalimat, "serasa baru kemarin." Atau, "tiba-tiba saja." Lalu menangis menyesali akan waktu yang ternyata sudah berdetak sedemikian kencang membawa buah hati kembali menyusuri langkahnya lagi..
Hati Bunda itu unik, kasih dan syukurnya juga unik, bahasa dari merasa cukupnya juga sangat unik. Tetapi karena Bunda tercipta dengan desain yang unik juga, pilunya perpisahan tidak akan membuatnya kehilangan rasa syukur InsyaAllah..

'Alaa kulli haal Ustadz dan Ustadzah, Jazakumulloh Khairan katsiroon atas semua perjuangan dan bimbingannya bagi putera-puteri kami baik selama putera-puteri kami di pondok maupun saat menjalani PJJ. Terima kasih untuk tetap membimbing dan mengarahkan juga mendoakan, MasyaAllah selalu senang setiap kali ada kabar ta'lim karena kami juga bisa ikut duduk menyimak di samping Puteri kami. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal.. jazakumulloh Khairan katsiroon 🙏🙏

Catatan ini di tulis di Pagerageung, 20 Februari 2021

RKI Sharing (Hari Gizi Nasional)

"Nak, di photo ya, siapa tahu Ummi dapat doorprize (😅)" 

"No." Serempak sekali mereka menjawab. 

MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi.. Bagi saya, sungguh anugerah yang luar biasa saat bisa mengikuti Webinar yang diadakan RKI hari ini. Jazakumullah khairan Katsiran kanggo Bu Ofie yang sudah memberikan informasinya, MasyaAllah insyaAllah menjadi jariyah buat Ibu. 

Syukur apa yang terpanjat setelah kegiatan ini? 

1. Belajar adalah kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki dan perempuan. Belajar sepanjang hayat, tidak mengenal usia ataupun tempat. Saya senang saat bisa belajar, dada saya bergemuruh setiap kali mendapat kesempatan untuk menghadiri 'majelis' tholabul ilmu.. Bukan sekedar menggugurkan kewajiban (semata). Dan inilah syukur yang kedua yang terpanjat saat mengikuti webinar ini. Saat hati masih berbinar senang mengikuti majelis keilmuan. 

Syukur kedua? Ini poin pertama, tapi kok syukur kedua? Hee. Syukur pertama adalah saat Bu Ofie memberi kabar majelis yang insyaAllah diberkahi ini. 

MasyaAllah Alhamdulillahilladzii bi ni'matihii tatimmushshoolihaat, saya senang saat di ingat. Saya bahagia bertemu hari dimana ada sahabat yang mengingat saya saat ada majelis keilmuan, MasyaAllah ini anugerah yang luar biasa. 

Ada kalimat yang pernah saya dengar, "sahabat adalah seseorang yang ada di saat sedih." Bagi saya bukan seperti itu, tetapi sahabat adalah seseorang yang mengingat, "ada majelis ilmu, oh Dede ajakan!". Seseorang yang mengajak pada kebaikan dan mengingat kita untuk berjalan beriringan dalam kebaikan serta mengingatkan kita untuk berjalan dan istiqomah dalam kebaikan. 

MasyaAllah ini anugerah. 

2. Belajar adalah yang darinya tidak tahu menjadi tahu. 

Inilah syukur selanjutnya. Banyak hal yang awalnya tidak saya tahu dan melalui webinar ini Allah berikan kesempatan untuk tahu hal-hal yang tadinya tidak saya ketahui (bahkan semakin ingin tahu dan ingin mencari tahu 🤭 ). 

Seperti? Terutama dalam pemenuhan gizi remaja. Sebagai ibu dari 3 remaja dan 1 calon remaja (🤭) saya sering mencari tahu harus seperti apa sih saya sebagai ibu, semuanya berkutat seputar sikap. Namun saya lupa hak lain yang harusnya saya perhatikan, that is pemenuhan gizi anak. Bukankah itu sangat penting. 

Maksud saya adalah ilmu. Akan lebih baik saat kita melakukan sesuatu berdasar ilmu, dengan sanad keilmuan yang jelas jadi pas nyiapin sesuatu teh tidak asal. Selama ini saya menyiapkan makanan nu asanamah tos sesuai kebutuhan gizi, setelah tahu ilmunyamah (meski sedikit hee) ternyata semua itu hanya asumsi saya semata. Saya menyiapkan sesuatu yang 'asal kenyang saja', atau, 'asal mereka makan' saja dan asal-asal yang lain padahal sesuatu yang asal kurang baik. Benar sekali kata Ustadz Aris, membersamai anak itu tidak bisa asal-asalan biar hasilnya juga tidak asal, termasuk dalam pemenuhan gizi yang tentu bersumber dari ayat kuluu wasyrobuu min rizkillahii halaalan thoyyiban, yang halal dan thoyyib. Untuk tahu yang thoyyib itu butuh ilmu.. 

MasyaAllah RKI, mangga atuh adakan acara lanjutannya lagi tentang ini. Hee.. 

Inilah syukur selanjutnya. 

3. Saya juga bersyukur saat bisa duduk ngariung bersama anak-anak menyimak acara meski mereka ngariungnya dipertengahan acara. 

Tidak mudah ngariung bersama seperti ini apalagi saat mereka semua sedang pada PJJ dan teteh Aufa di pondok. Qodarullah hari ini RKI memberi kami kesempatan untuk menyimak bersama; ngariung, berbagi senyum dan sekaligus mendapat ilmu. 

MasyaAllah seolah sayap-sayap malaikat menaungi menghadirkan berjuta senyum hingga jauh ke lubuk hati. 

Biasanya hanya bisa ikut webinar bersama teteh Aufa (sejak Aufa PJJ), qodarullah ini webinar kedua setelah webinar tentang Andalusia yang bisa kami hadiri bersama. 

"Teteh akan rindu dan ingat saat-saat duduk bermajelis bersama Ummi seperti ini." Tergugu kami menyimak untaian kata hati nya, diantara syukur seringkali terselip air mata dan kini saya merasakannya. 

"Boleh ummi ikut diphoto nya sama teteh?" Dia mengangguk seolah tahu gemuruh hati Ibu nya, photo di webinar hari ini akan menjadi photo pertama kami saat mengikuti webinar dan mungkin sekaligus terakhir sebelum dia kembali ke pondok. Inginnya sih berphoto dengan semua anak, namun MasyaAllah mendapatkan perizinan dari mereka bukanlah hal yang semudah mengedipkan mata. 

4. Syukur yang menjadi pengiring kisah ba'da webinar hari ini adalah syukur yang terpanjat dari lisan mujahidah shalihah kami, saat teteh Aufa tersenyum dengan netranya yang basah, "teteh bersyukur karena di pondok teteh, kebutuhan gizi kami diperhatikan dengan sangat baik. Kalau ada apa-apa tinggal bilang ke Ustadzah dan Ustadzah akan langsung merespon. Teteh bersyukur 'alaa kulli haal, juga atas ummi abi yang mengikhlaskan teteh disana."

Akan banyak kalimat syukur lain yang bukan hanya memenuhi ruang hati dan lisan kami tapi juga diksi saat semua itu harus dituliskan satu demi satu dalam baris-baris kalimat. Saya memilih menuliskan sebagiannya, alih-alih mengirim catatan kesan materi malah catatan perasaan. Hee.. 

'Alaa kulli haal jazakumullah khairan Katsiran🙏🥰

Bu Ofie dan RKI jazakumullah khairan Katsiran🙏🥰

Teh Hariyani, jazakumullah khairan Katsiran kanggo ilmunya.. MasyaAllah insyaAllah sangat bermanfaat 🙏🏻🥰

Defa S Hidayat
Balananjeur, 28 Februari 2021

Rabu, 24 Februari 2021

Ingin Sekali Aku

 Ingin sekali ku ikat hatimu agar tertanam cinta yang kuat kepadaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar amal yang terpatri hanya karenaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar khusyu hatimu yang hanya kepadaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar syukur tak bersyarat terpatri kuat kepadaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar pandangan matamu selalu terjaga karenaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar lisanmu selalu terjaga karenaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar tha'at dan tawadhdhu' serta zuhud dan qona'ah karenaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar hatimu selalu terpaut akan masjid karenaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar lisan, hati, fikiran dan segala amal mu komit dan konsisten dalam dzikrulloh padaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar lafadz-lafadz Alloh, lantunan ayat-ayat Al Qur'an serta kalimah thoyyibah senantiasa menghiasi lisan dan pribadimu

Ingin sekali ku ikat hatimu agar hatimu selalu terpaut pada tekad seorang hamba yang menjadikan setiap gerak amalnya untuk beribadah kepadaNya

Ingin sekali ku ikat hatimu agar ilmu yang kau dapat membuatmu semakin mendekat kepada Alloh

Ingin sekali ku ikat cintamu agar hanya kelembutan dan tutur baik budi bahasamu di setiap detik yang kau miliki...

Maafkan jika cinta yang kami miliki tak sesuai harapanmu

Maafkan jika cinta kami tak seindah bayanganmu

Maafkan jika cinta kami belum bisa engkau fahami

Maafkan... Karena harapan yang kami pupuk sangat besar padaNya untukmu.

Maafkan..karena kemewahan yang kami maksud adalah pengendalian diri dan kesederhanaan ...

Maafkan..karena kami tetap ingin sekali mengikat hatimu..


Menuju Tuntas

 Saya khawatir tak lagi memiliki waktu, dada saya saat ini terasa sakit yang teramat sangat. Sungguh tangan ini terasa lemah tapi saya khawatir kalau setelah ini saya tak lagi memiliki kesempatan dan tak lagi bisa menulis sedangkan ada banyak hal yang belum saya tuliskan padahal saya sudah janjikan tulisannya di sini.

Proses SNMPTN sulung belum selesai saya tuliskan, proses tumbuh kembang anak-anak juga pengalaman lainnya selama membersamai anak-anak adalah janji saya yang belum saya tuntaskan ataupun tunaikan dengan baik.

Bismillah.. semoga jejak yang akan dan sudah dituliskan ini menjadi hujjah dihadapan Allah kelak


Pagerageung, 24 February 2021

Selasa, 23 Februari 2021

Teteh Kembali Ke Pondok (H-11)

 H-11


"Kok sudah H-11 saja? artinya sudah semakin dekat. How can i...?" saya tidak meneruskan kalimat kegalauan saya karena pasti bukan waktu yang tepat, waktu pasti akan menghapus air mata, dan sebagai ibu, saya harus kuat.

Pagi ini saya siapkan singkong goreng untuknya, dia sedang muroja'ah dan bersiap menyetorkan hafalan kepada Ustadzah via VCall WA saat saya ketuk kamarnya. Duhai saya akan kehilangan dan merindukan momen ini.. Tapi bagaimana lagi, langkah dan harinya bukan untuk di sini, masa depannya berada di sana, dan sebagai ibu, saya harus kuat.

"Ummi bingah bisa angkat dan main sama teteh, terima kasih sudah mau ikut ummi." Sore itu dia menggenggam jemari ini yang katanya jadi kecil sambil berjalan bersama ke warung mang Obri di dekat Masjid Al Ali. Saya bahagia saat bisa berjalan bersamanya seperti itu, salah satu impian saya saat anak-anak besar adalah bisa berjalan bersama seperti itu. Momen itu akan lama untuk terwujud kembali, saya akan menangis dengan kerinduan. Tapi sebagai Ibu, saya harus kuat.

"Teteh, kita pulangnya jalan kaki yuk! Ummi ingin punya moment lebih lama lagi sama teteh. Kalau naik mobil atau motormah nyampe rumahnya cepet, kalau jalan kaki mah kita bisa ngobrol lebih lama. Ummi bisa bareng sama teteh lebih lama." Dia mengangguk mengiyakan meski jarak dari puskesmas ke rumah kami bukanlah jarak yang dekat. Dia, gadis kecil kami yang selalu memahami isi hati kami bahkan meski tak kami ucapkan, memeluk kami dengan empati dan memandang jauh ke dalam sorot mata kakmi untuk menembus melihat seperti apa keadaan kami, dia tak perlu kata tapi cukup dengan melihat untuk memeluk kami. Ah akan seesak hati saat ia tidak ada, tidak ada lagi yang berkata, "teteh tahu apa yang ummi rasakan." atau, "teteh tahu abi sedang sedih karena teteh mau pergi.". Kami akan mulai mengais rindu kembali, akan ada rinai yang kembali menderas. Tapi sebagai ibu, saya harus kuat.

Saya memang tak sekuat itu, bahkan meski azzam telah diikrarkan, hati ini tetap hati seorang Ibu. Bagaimana hati seorang ibu? ia menangis tapi ia Ridha, ia sesak tapi ia ikhlas melepas, ia terluka tapi ia berlapang hati.


#hatiibu untuk #aufa_13y #perjalananaufa

Senin, 22 Februari 2021

Teteh Kembali Ke Pondok (H-12)

Hari ini saya dan #aufa_13y pulang pergi ke puskesmas dengan berjalan kaki, banyak yang tidak menyangka kalau gadis yang berjalan bersama saya adalah Aufa karena Aufa dalam ingatan mereka adalah gadis kecil dengan tubuhnya yang mungil sedangkan gadis yang berjalan bersama saya sudah jauh lebih tinggi dari saya.

Seperti seorang teman yang tinggal di dekat pasar Pagerageung yang terkaget-kaget saat berjumpa kami dan mendapati gadis yang berdiri di samping saya adalah Aufa kecil yang dulu sering menangis ingin ikut ngajar di TK.

Aufa tersenyum ..

Oh ya, jadi ceritanya hari ini kami harus ke puskesmas karena kondisi kesehatan kami sedang di uji, baik saya maupun Aufa harus sama-sama menjalani pengobatan untuk suatu keadaan. Karena motor hijau sedang agak ngadat dan motor satunya lagi sedang berangkat ke sekolah, jadilah kami memutuskan berangkat dengan berjalan kaki.

Saya senang saat bisa berjalan kaki bersama anak-anak, menggenggam tangannya yang hangat, berbagi kisah dan tawa bersama. Cuaca panas tak membuat kami letih karena harapan menjejak kenangan lebih besar dari sekedar merasai letih.

Sesampai di Genteng, kami memutuskan naik angkutan umum sampai puskesmas. Dengan ongkos masing-masing 2 ribu rupiah, Akang sopir yang ramah mengantarkan kami sampai ke tujuan dengan selamat.

Alhamdulillah kami mendapat nomor antrian 38 dan 39 itupun hanya ada kami berdua sebagai pengunjung hari itu. Kami langsung dipanggil dan di periksa sesuai urutan. Saat pemeriksaan Aufa, dokter meminta saya keluar. Tubuhnya memang lebih tinggi dari saya tapi dia tetap gadis kecil kami yang masih berada dalam tanggungan perwalian kami, ah apalah maksud saya, kekhawatiran seorang ibu memang selalu jauh lebih besar dalam hal kecil sekalipun.

Akhirnya karena protokol kesehatan, Aufa kami harus menghadapi sendiri proses pemeriksaannya hari itu. Sungguh sepanjang meninggalkannya hati saya merasa tidak tenang.. Mengingat dia harus menghadapi sendiri keadaannya hari itu sedang saya ada di sana dan bisa mendampinginya membuat saya merasa tidak nyaman.


bersambung

H-12 Teteh Kembali Ke Pondok


Salah satu kebiasaan Ayah di pagi hari adalah melihat sekilas ke kamar Puterinya. Saat itu Puterinya biasanya sedang shalat, bibir Ayah menyungging senyum bahagia mendapati Puterinya ada di sana dengan ruku' dan sujudnya.
Asa baru kemarin saya tuliskan catatan H min sekian teteh mau pulang ke rumah, lalu saat teteh sudah ada di rumah dan terasa tiba-tiba saja sudah mau berangkat lagi.
Catatan ini saya tulis sebagai jejak dan ingatan sekaligus pengingat, suatu hari dia bisa mencari jejak kenangannya melalui catatan Ibu nya.
Baiklah, semua hanya masalah waktu.. seharusnya saya memang sudah mempersiapkan diri sejak awal, nyatanya persiapan hati saya justru untuk perpisahan saat lebaran nanti. Dan tidak ada satupun daun yang jatuh kecuali atas kehendak Allah, begitu juga alur perjalanan hidup manusia semuanya terjadi atas kehendak Allah. Kembalinya teteh ke pondok pun sudah menjadi ketetapan dan tak luput dari kehendak Allah, karena itu tidak ada yang jauh lebih baik untuk di genggam kecuali "kami ikhlas dan kami Ridha."
Kalau bertanya apa kabar hati mah tentu saja sedih, tapi setiap ibu pasti akan merasakan hal yang sama saat harus berpisah dari buah hatinya. Tapi sudah kami putuskan untuk mengais sedih dengan gemuruh pinta pada DIA sang maha pencipta, karena memang inilah tugas kami: membersamai untuk mengantarkan.
Akhirnya, akan ada kebiasaan Ayah yang menjadi kenangan penuh kasih yang tersimpan dalam ingatan Puterinya. Suatu hari saat teteh @aufa_satiella ingat Abi, teteh akan ingat sosok yang berdiri di depan pintu kamar teteh sambil tersenyum dengan mata berbinar.

Balananjeur, Selasa, 23 Februari 2021

Keinginan Ummi


"Mi, sudah lama aa tidak makan sama sambel buatan ummi." kalimat ini begitu manis terdengar, semanis saat dia menyiapkan pundaknya sebagai sandaran kala umminya agak 'limbung'. Semanis saat dia tersenyum manis sambil mengatakan, "ummimah kan baik."

Semanis saat dia pulang dan mengucapkan salam sambil tersenyum lalu berseru, "ummmiii, aa pulaang."

Ah Nak... Kebahagiaan seorang ibu ternyata sesederhana ini, ya? Sederhana yang mahal.

Ya... Nak, kesederhanaan seperti itu terasa istimewa dan sangat mahal lebih dari apapun yang menurut sebagian orang menjadi sesuatu yang istimewa dalam hidup.

Mobil mewah, rumah megah, hmmm... Apa lagi, ya??? Semua itu Nak, tak lebih baik dari kebaikan Budi pekerti yang ditunjukkan seorang anak pada orang tua dan orang-orang disekelilingnya.

Nak,

Saat banyak remaja kehilangan jati dirinya sendiri karena sibuk dengan pembenaran 'masa pencarian jati diri', ummi percaya bahwa harapan itu masih ada. Harapan akan para pemuda Islam yang tidak hanyut dalam arus gelombang pembenaran yang tidak benar...

Pemuda Islam yang tidak hanyut dalam arus zamannya sendiri..

Pemuda Islam yang jadi tonggak-tonggak kebangkitan Islam.

Nak,

Umar bertanya pada Ummi, "Ummi, apa yang ummi inginkan? Kami akan mewujudkannya, InsyaAllah."

Tahukah kalian, anakku sayang...

Hari ini, ummi hanya berharap agar kalian terjaga dari perbuatan dosa, baik dosa kecil apalagi dosa besar. Ummi berharap agar kalian terhindar dari makanan yang haram dan syubhat, terhindar dari semua keburukan dunia dan fitnah-fitnahnya.

Dan kelak Nak, anakku sayang....

Ummi berharap kalian semua masuk syurga. Syurga yang Allah janjikan pada orang-orang yang mendapat Ridho Nya.

Nak, semoga kalian senantiasa mencintai Allah jaaaaauh diatas segalanya, dan Allah pun mencintai kalian.

Inilah keinginan Ummi, Nak.

Nak,

Jalan didepan sana nanti akan lebih terjal, penuh onak duri dan segala cemoohan dari para pencemooh. Bersabarlah dan kuatkan keshabaranmu!!

Allah sebaik-baik pelindung kan selalu melindungi kalian, InsyaAllah.

"Mi, sudah lama aa tidak makan sama sambel buatan ummi." pemilihan kalimat yang baik saat engkau menginginkan sesuatu, bukan kalimat perintah apalagi bentakan seperti yang pernah ummi dengar di suatu tempat dari anak seusiamu.

Nak, hatur nuhun... Terima kasih sudah menjadi bagian dari kami.

Terimakasih selalu berkhusnudzon atas kami.

Terimakasih selalu memperlakukan kami dengan cara yang istimewa.

Nak,

Semoga Allah memberkahi usia kalian dan meridhoi kalian.

Semoga Ummi sehat agar bisa selalu membuatkan sambal kesukaan kalian.


 Catatan ini di tulis di Pagerageung, 23 mei 2017

Minggu, 21 Februari 2021

Membuat ATM Baru

 Kisah Hari Ini :


Beberapa pekerjaan tak bisa dilakukan karena sakit yang kembali menyapa, namun menjelang siang aku paksakan diriku untuk berdiri dan mengerjakan banyak hal yang belum ditunaikan.

Ada kartu ATM yang tertelan dan harus segera di ganti. Saldonya mungkin tidak seberapa dan mungkin bagi sebagian orang bukan hal besar yang harus disayangkan, tapi bagi saya ini memiliki nilai yang besar karena disana ada keringat dan kerja keras sang tulang punggung.

Hal pertama yang saya lakukan setelah berhasil berdiri tanpa limbung adalah membersihkan diri dan bersiap ke bank untuk membuat karrtu ATM. Umar yang tadinya mau mengantarkan tugas ke sekolah memilih mengantarku terlebih dahulu. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Bank tujuan, Alhamdulillah aku mendapat nomor antrian 1 dari 1 orang yang berkunjung. Suasana hari itu memang lumayan sepi tanpa pengunjung, didalampun hanya ada pak satpam, teteh teller dan akang manajer, oh ya ada akang OB juga yang tadi sedang beres-beres di luar.

Pak Satpam melayani dengan sangat ramah begitu juga akang manajer.
"Teteh kartu ATM yang dulu nya kemana?" Tanya akang manajer.
"Kartu ATM nya tertelan." jawabku.
"Sudah berapa lama?" tanyanya lagi.
"Kurang lebih setahunan." Sambil mencoba mengingat-ingat akupun menjawab asal. Ya, itu memang sudah sangat lama dan aku lupa tepatnya kapan.
"Teteh, karena kejadiannya sudah lama, jadi untuk menerbitkan kartu ATM yang baru harus ada surat kehilangan dari kepolisian. Sebenarnya kalau baru semingguan bisa langsung di proses, hanya saja karena sudah lama jadi meskipun tertelan tapi masuknya jadi kehilangan."Akang manajer menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi yang intinya menerangkan bahwa penerbitan ATM baru itu harus dengan keterangan kehilangan duru dari kepolisian.

Sebenarnya cukup berat kalau harus ke kantor polisi untuk mengurus ini, tapi tetap saja akhirnya aku berangkat ke kantor polisi. (pengalaman pergi ke kantor polisi nanti aku tulis di postingan tersendiri).

Setelah surat keterangan kehilangan ada di tangan, aku kembali ke bank dan menandatangani formulir pembekuan kartu ATM lama serta form penerbitan ATM baru.

"Teteh pembuatan ATM baru ada biayanya 20 ribu rupiah." Alhamdulillah di saku ada uang sisa belanja tadi pagi jadi proses penerbitan ATM baru pun bisa berjalan dengan mulus sampai akhirnya aku punya ATM baru dengan saldo seperti saat punya ATM (hahaha). Waktu tunggu aktivasi ATM sekitar 1 x 24 jam jadi harus menunggu seharian sampai bisa berkunjung ke mesin ATM untuk aktivasi.

Pagerageung, 22 Februari 2021

Sabtu, 20 Februari 2021

Kebiasaan Umar

 Seperti biasa setiap jam ini, mendengarkan cerita Umar selalu sangat menyenangkan untukku.

Setiap dua hari dalam seminggu dia menginap di rumah uwa nya, dan tepat jam setengah 4 atau kurang dari itu, dia pulang ke rumah dengan saya atau suami yang membukakan pintu untuknya.
"Kok ummi/abi tahu itu suara langkah kaki Umar?" tanyanya jika dia pulang dengan saya atau suami yang mengenali suara langkah kakinya dari jarak berapapun yang terjangkau pendengaran.
Dan kini, kami berbincang tentang suara langkah, salah satunya. How, why, what, when, dan where tetap jadi pertanyaan yang selanjutnya melahirkan diskusi ringan anak dan ibu. Lalu bagaimana bisa membedakan suara langkah kaki yang sampai saat ini faktor 'biasa mendengar' dan feeling masih menjadi alasannya, dan suara langkah kaki siapa saja yang di kenali.
Mungkin bagi orang dewasa, bahasan ini tidak penting. Tapi sesuatu yang terlihat kurang penting bagi orang dewasa, seringkali justru sangat bermanfaat untuk anak-anak.
Mereka sedang belajar. Mereka sedang menggali, mengumpulkan dan mengolah informasi dengan caranya yang bukan tidak mungkin, metodenya jauh berbeda dengan orang dewasa.
Merek sedang berpikir. Dan mereka seringkali memikirkan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh orang dewasa.
Sakitnya aa Quthb dan Olin menjadi obrolan selanjutnya, termasuk dia sendiri yang sedang mengabaikan sakitnya.
Dia juga kembali bercerita tentang Lego besar yang rencananya akan dia beli jika uang celengannya sudah mencukupi.
"Umar, putraku sayang... Jika Umar sedang makan atau minum sesuatu, dan Umar mendapati orang lain di sekitar Umar, tawari mereka ! Allah suka hambaNya yang berbagi."
"Bagaimana kalau mereka menolak ?"
" yang penting Umar telah berusaha berbuat baik. Dan orang lain yang Umar tawari, boleh menerima ataupun menolak. Seperti juga Umar yang boleh menerima atau menolak tawaran orang lain."
Sebenarnya, ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan padanya melalui pesan di penutup obrolan tadi itu. Tapi memanjangkan kalimat pada anak justru menjadi sulit dalam penyampaian amanahnya.
Bersama anak-anak itu, fungsi telinga harus lebih di utamakan daripada lisan.
Suatu saat dia akan mengerti, bahwa yang Allah hisab dari dirinya adalah amalannya sendiri, bukan amal orang lain.
Suatu saat dia akan mengerti, bahwa memberi teladan itu bukan dengan menilai amal orang lain.
Suatu saat dia akan mengerti, bahwa berbuat baik itu tanpa di iringi imbalan ataupun penilaian kecuali dari Allah.
Suatu saat dia akan memahami, bahwa di manapun dia berada...dia adalah seorang muslim yang harus senantiasa menjaga ibadahnya, perilakunya serta jiwa dan raganya untuk selalu tunduk pada aturanNya.
"Aa Quthb, aa Umar, teteh Aufa, de Olin... Semoga Allah senantiasa menuntun langkah kalian untuk menjadi muslim dan muslimah yang Hanif dan Hanifah.!"

Catatan ini ditulis pada 30 januari 2017

Kriteriamu, Sudahkah Itu Juga Kamu?

Saat memutuskan, 'oh, saya harus segera mengakhiri masa lajang.' , apa yang pertama kali anda lakukan?

Ini pertanyaan yang pas Untuk para single_er di manapun berada, dan akan lebih tepat di jawab oleh mantan-mantan single yang kini telah berbahagia dengan pasangan hidup yang di idamkan
😃

Ada yang bersedia menjawab?
Seorang lajanger atau single_er, ketika memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya, seringkali diiringi harapan mendapat pasangan yang 'sempurna' dimatanya. Sempurna wajahnya, sempurna bentuk tubuhnya, sempurna senyumannya, sempurna cara tertawanya, sempurna gaya bicaranya, sempurna akhlaq dan kepribadiannya, sempurna keluarganya, sempurna kebaikan-kebaikan lainnya.
Tetapi pada saat bersamaan dia sering sekali lupa bahwa orang-orang terbaik hanya di peruntukkan untuk orang-orang terbaik juga sehingga dia lebih asyik membuat kriteria dan mencari calon istri/suami yang sesuai kriterianya dan enggan memantaskan dirinya untuk mendapat pendamping yang terbaik menurut pandangannya.
Dia lupa dan enggan memantaskan diri agar pantas berdampingan dengan pendamping yang suci, yang khusyu sholatnya, yang tartil bacaan Qur'an nya, yang hafidzoh.
Dia lupa dan enggan memantaskan diri agar pantas berdampingan dengan pendamping yang terjaga aqidah dan akhlaqnya. Dia lupa dan enggan memantaskan diri agar pantas berdampingan dengan pendamping yang lembut jiwanya, tegas sikapnya, halus budi pekertinya, cinta pada Robbnya, dan santun budi bahasanya.
Duhai para lajanger, tidak adikku sayang... Tidak seperti itu caranya. Perbaikilah dirimu menjadi seperti apa yang engkau tulis di list kriteria pendamping harapanmu.
Dia lupa dan enggan memantaskan diri agar pantas berdampingan dengan pendamping yang raut wajahnya selalu menebar senyum, pendamping yang selalu menebar kebaikan dan berlomba dalam kebaikan. Dia lupa dan enggan memantaskan diri dan hanya sibuk membuat list kriteria serta mencarinya dengan segala kemampuan. Ada 4 model pasangan suami istri yang tertulis dalam Al Qur'an. 1. Nabi Muhammad dan Khodijah (suami istri tha'at pada Allah) 2. Fir'aun dan Asiyah (suami durhaka, istri thaat)
3. Luth dan istrinya, Nuh dan istrinya (suami thaat pada Allah, istri durhaka) 4. Abu lahab dan istrinya (suami istri durhaka pada Allah) Lajanger, kalian mau memilih model yang mana? Ingin mendapat pasangan yang rajin tahajud. Kaliannya suka tahajud, nggak? Ingin mendapat pendamping yang rajin tilawah. Kalian nya rajin tilawah, nggak? Ingin mendapat pendamping yang gemar bershodaqoh. Kaliannya gemar shodaqoh, nggak? Kaliannya bagaimana sholatnya? Bagaimana ketaatannya? Ingin mendapat pendamping yang suci.
x
Kaliannya menjaga diri, hati dan pandangan kalian?
Ingin mendapat pendamping yang khusyu sholatnya, tunduk dan patuh pada Robbnya. Ashlih nafsaka, perbaiki dirimu, ok !! Duhai lajangers, Pantaskan dirimu agar layak bersanding dengan pendamping berkualitas..!! Enggan memperbaiki diri??? Stop bermimpi !!! Teruntuk engkau yang cintaku padamu menjadi kebaikan, insyaAllah... Aa Quthb, aa Umar, teteh Aufa dan de Olin... Semoga menjadi pribadi yang berakhlaqul Karimah dan berhaq atas pendamping yang berakhlaqul Karimah. Yang mu'minun, qonitun dan shobirun...yang mu'minah, qonitah dan shobiroh...
Tasikmalaya, 22 Februari 2021

Kamis, 18 Februari 2021

Balananjeur, 18 Februari 2021

 Waktu saya cerita tentang aktivitas di hawu, saya tidak sedang bermaksud mengabarkan kalau saya punya hawu :D tapi hanya ingin berbagi perasaan dan pengalaman saja bahwa siduru dan masak dengan tungku kayu itu sangat menyenangkan.


Kalau lihat di google gambar-gambar kitchen kekinian yang MasyaAllah luar biasa bagusnya, sering terpikir, "pingin punya kitchen seperti itu." Tapi saya ingat lagi bahwa yang paling saya butuhkan bukan dapur seperti apa, kalau melihat keinginan juga dapur yang paling saya inginkan bukan dapur yang seperti saya lihat di google. Saya hanya ingin dapur yang hangat, bukan hangat karena api di dapur yang menghangatkan tetapi dapur dimana saya bisa ngariung bersama anak-anak sambil siduru dan berbincang tentang banyak hal. Saya hanya ingin dapur dengan tungku kayu dimana masakannya menjadi pengingat antara anak-anak dan saya. Saya hanya ingin dapur dengan hawu yang membuat saya benar-benar tinggal di kampung halaman.

Saat saya bercerita tentang hawu, itu karena saya ingin berkisah tentang sudut lain yang mungkin tidak sahabat lihat. Seperti saya yang senang mendapati kisah perjalanan orang lain dan merasakan manfaat yang besar dari kisah yang saya baca dari perjalanan sahabat-sahabat saya itu, semoga kisah kecil yang saya bagikan ini juga membawa manfaat meski sangat kecil dibanding kisah-kisah lain yang bisa ditemui di sekeliling.

Selasa, 16 Februari 2021

Rabu, 17 Februari 2021



 Ini seperti ruang me time, satu ruang diantara ruang-ruang lain yang Allah titipkan. Saya senang duduk di sini, siduru sambil menunggu nasi matang atau air untuk mengisi termos ngagolak (mendidih).


Saya senang duduk siduru disini sambil mendengarkan suara cericit burung di atas kabel, kongkorongok suara ayam nu saling bersahutan, meski api dari Hawu terasa panas tetapi udara di sekitar sini terasa sejuk dan dingin karena dapur ini masih dapur terbuka tanpa dinding di sisi kanan atau belakangnya. Saya suka saat duduk di sini.

Kadang bisa sambil membaca, atau menulis seperti sekarang atau kadang bisa sambil nyuci dan melakukan pekerjaan lainnya. Pagi ini saya hanya duduk sambil menulis dan sesekali niup Hawu yang apinya padam, bagi saya niup Hawu itu tidak semudah yang di lihat karenanya saya sering mengapresiasi diri saya sendiri setiap kali berhasil niup Hawu sampai api na ngaburahay seperti ini. Saya katakan terima kasih untuk diri saya sendiri karena bersedia melalui episode ini.

Saya senang saat duduk di sini, terasa hangat untuk yang sering kedinginan. Bisa menghangatkan kaki yang sedang di uji bengkak kembali, MasyaAllah itu sungguh anugerah. Melihat ke arah samping depan ada tatangkalan pelakan mamah, di belakang ada Torn air dan tangga menuju dapur mamah. Biasanya ada Abang, Ana dan Hujaimah memanggil, "Wawa Wang Ameung!" Tapi pagi ini mereka belum ke sini.

MasyaAllah semua ini #jurnalsyukurdefa

Tips Menghadapi Tahun Ajaran Baru

       Tahun ajaran baru yang bertepatan dengan hari raya beberapa tahun terakhir ini lumayan membuat para orang tua yang memiliki anak sekolah lebih dari satu lumayan 'repot'.

       Saya teringat tulisan Ayah saya (Allohu yarham) di majalah bina dakwah yang beliau tulis di awal tahun 90 An. Beliau menulis dalam rubrik khusus 'Gerentes Hate' tentang kondisi seperti yang sedang terjadi sekarang ini. 

       Kondisi 'repot' di tahun ajaran baru ini sangat terasa oleh orang tua dengan banyak anak (Apa sendiri tiap tahun menyekolahkan 5 orang anak dan 1 sepupu kami. Jumlah yang lumayan..hee).

       Dan itu terjadi pada kami sekarang, saat semua anak kembali ke bangku sekolah sedangkan baju-baju seragam mereka harus mulai diganti karena ukurannya yang semakin kekecilan.

       Kebutuhan seragam (baju, kerudung, sepatu, celana, dsb), buku-buku tulis, tas, dan semua yang berhubungan dengan itu.. Semua itu bukan hal yang bisa tiba-tiba ada setelah kita mengatakan, "ok, i'll buy it."

       Tidak, semua kebutuhan itu tidak ujug-ujug criiing ada di depan mata.

        "Saya bingung. Anak-anak butuh ini itu, sedangkan sepeser rupiahpun kami tak punya." jika sebagian orang tua mengatakan hal seperti ini, bukan karena mereka ingin mengeluhkan keadaannya, mereka hanya butuh bicara dan ada baiknya kita mendengarnya tanpa berkomentar apapun padanya.

        Hatinya sedang gundah, tapi dia tidak akan mengalah. Percayalah!

        Hari-hari seperti ini, keberadaan para aghniya yang dermawan untuk meringankan beban para orang tua, saudaranya seaqidah, sangat di butuhkan. Untuk meringankan meski hanya sedikit dari banyak beban yang mereka pikul di pundak mereka..

        Dengan cara apa? Mari kita lihat kiri kanan tetangga kita, adakah yang membutuhkan uluran tangan kita?

        Kita? Memangnya saya juga aghniya? Kekayaan itu semuanya milik Allah.

       Jadi?

       Mencari pinjaman atau menjual barang yang bisa di jual menjadi pemandangan biasa ketika tahun ajaran baru.

        Ada yang bahkan menggadaikan maharnya untuk membeli buku tulis anak-anaknya. Ada? Ada, dan saya menyaksikannya.

        Subhanalloh, begitulah orang tua... Kalimat, "yang penting mah kebutuhan anak-anak tercukupi" bukan hanya slogan semata, karena ia nyata, nyata ada dan berlaku di sekitar kita..

        Disini saya ingin berbagi pengalaman agar tahun ajaran baru tidak membuat kelimpungan karena besarnya kebutuhan sedangkan anggarannya tak tersedia.

  1.  Sejak jauh-jauh hari, buatlah list kebutuhan untuk tahun ajaran baru sekaligus lebaran (jika itu bertepatan dengan lebaran). Tentukan anggaran maksimal untuk semua list yang di buat.
  2. . Buat pos tabungan khusus untuk berusaha memenuhi anggaran yang sudah di buat. Usahakan jangan mengusik pos ini untuk keperluan apapun.
  3. Hindari hutang. Berhutang membuat kita kesulitan mengatur pos tabungan. Menghindari bukan berarti tidak boleh sama sekali, untuk sebagian orang seringkali berhutang justru menjadi semacam pecut untuk berusaha bekerja lebih giat agar bisa memenuhi semua pos anggaran termasuk usaha melunasi hutang. Allohu a'lam.
  4. Membuat pos khusus dan tidak mengusiknya bukan berarti mengajak kita untuk pelit bin kikir. Membuat list anggaran lalu menabung untuk kebutuhan itu justru seharusnya membuat kita jadi semakin semangat dan bergairah untuk bersedekah lebih banyak dari sebelum-sebelumnya. Jika untuk urusan hari esok di dunia saja kita rela menabung, apalagi untuk urusan akhirat yang kekal.
  5. pepatah 'berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu lalu bersenang-senang kemudian' sepertinya kalimat yang tepat untuk menggambarkan proses ini. Lupakan hal-hal konsumtif, tahan dulu untuk membeli sesuatu yang tidak terlalu di butuhkan.
  6. Gajinya tidak cukup untuk ditabung? Jangan dulu beranggapan gajinya terlalu kecil dan sedikit untuk disisihkan, pikiran kita mempengaruhi rasa lapang dan syukur di hati kita.

       Jika kita berpikir kalau rizki kita sedikit dan membuat kita sulit apalagi untuk menabung, maka hati kita akan sempit dan akan begitu juga dengan kehidupan kita. Sebesar apapun rizki yang Allah beri, tak kan membuat kita merasa cukup apalagi sampai merasa berlebih jika rasa syukur tak ada didalam hati.

       Namun sebaliknya, jika kita berpikir akan cukup dan banyaknya rizki yang Allah berikan insyaAllah Allah akan lipatkan rizki kita dengan hati yang lapang, materi yang selalu berlebih meski nominal yang ada seolah tak masuk akal untuk menjadikannya berkecukupan bahkan berlebih.

      Rizki Allah memang tidak pernah akan bisa di matematika kan oleh otak terbatas manusia.

       Bersyukurlah dan berusahalah, insyaAllah Allah yang akan memudahkan jalannya.

 

 

Aa Mengikuti Seleksi Beasiswa Perintis (bagian terakhir)

 "kok bagian terakhir? emang sudah finish?" buat yang lolos seleksi wawancaramah belum finish soalnya masih ada sesi wawancara dan learning camp, tapi perjalanan Aa dalam seleksi ini sudah selesai sampai pada pengumuman kelolosan yang bisa di lihat di link https://drive.google.com/file/d/1VwduTPhY-GOg3BEtHrWbAHCl1B_1Q7zE/view.

Kami terbiasa mencari hikmah sebelum shabar harus di genggam, jadi jauh sebelumnya yang dipersiapkan itu bukan hasil yang sesuai harapan tapi hati yang harus lapang menerima apapun keputusanNya, sekali lagi bahkan daun yang jatuh pun tak lepas dari skenario dan kehendak Allah , perjalanan anak Adam pun ada dalam genggamanNya, jadi kami persiapkan hati untuk tidak ngeyel pada apapun pilihan Allah untuk hidup kami (termasuk anak-anak). Itulah cara kami mempersiapkan bekal bagi mereka, bekal untuk mereka tetap 'hidup'.

Tidak setiap yang diingini berwujud nyata muncul di depan kita lalu menjadi milik kita, seringnya justru ia menjauh dan tak pernah sedikitpun menoleh ke arah kita, karena apa? karena Allah tahu apa yang paling tepat untuk kita dan yang paling tepat menurut Allah bukanlah sesuatu yang sangat diinginkan hati tetapi sesuatu yang benar-benar tepat untuk kita. Allah tahu, tempat Aa bukan di BP dan BP juga bukan untuk Aa jadi Aa tidak lolos.

Bagi kami Aa bisa sampai ke tahap ini saja masyaAllah syukurnya sangat luar biasa, tahmid itu meresap jauh hingga ke dasar hati. Tapi bukan ngeyel untuk lolos di akhir meski do'a terpanjat ke arah itu. Setiap proses yang Aa jalani adalah anugerah, dan hasil bukanlah sesuai kata orang, "oh berhasil ya." atau, "oh tidak." tetapi saat ia bersungguh-sungguh melalui setiap prosesnya lalu ia sandarkan keseluruhan niatnya karena Allah dan ia berlapang dada atas apapun keputusan Allah, sungguh itu cukup bagi kami.

Lalu bagaimana dengan dia? Alhamdulillah Aa terlihat lapang dan menerima, mungkin karena setelah ini dia bisa lebih fokus mempersiapkan ujian yang sudah semakin dekat serta mempersiapkan diri untuk mengikuti jalur-jalur pendaftran PTN. 'Alaa kulli haal, Aa kini terlihat lebih tenang dan lapang menghadapi setiap prosesnya.

'Alaa kulli haal Alhamdulillah.


Tasikmalaya, Sabtu, 13 Februari 2021

Balananjeur, 16 Februari 2021

 Awal pagi ini Umar mengambil alih semua pekerjaan dimulai beberes rumah, nyapu, nyuci dan lain-lain, dia faham Umminya sedang dalam kondisi yang kurang baik untuk mengerjakan semua itu.


Terkadang saya masih memaksakan diri, tapi adakalanya mata tetiba menyapa kantuk yang sangat. Saya tidak tahu kenapa, setelah itu yang bisa saya lakukan hanya berwudhu lalu diam sampai kantuk hilang. Saya tidak bisa membaca saat itu, menulispun tak sanggup karena jika dipaksakan akan terasa sesak jadi saya memilih duduk di kursi ruang tamu sambil menyandarkan punggung ke dinding kursi dan berdzikir semampu saya, saya ingin tetap ingat karena itu saya pilih untuk tidak tidur meski kantuk teramat berat.

Sejak ada masalah pada syaraf tulang belakang saya memang sering merasakan kantuk seperti ini, bukan karena kurang istirahat di malam hari. Saya tidak tahu apa hubungannya dengan kondisi saya atau mungkinkah faktor umur juga berpengaruh? Olin kami sering mengatakan kalau mata saya memiliki sorot yang letih, padahal saya tidak merasa letih hanya saja akhir-akhir ini memang sering mengantuk, kantuk yang membuat dada saya sakit secara bersamaan.

"jangan banyak fikiran!" atau kalimat lain yang semisal mungkin berasal dari empati dan perhatian yang baik, tapi tidak setiap keadaan terjadi karena beban fikiran.

Setiap orang memiliki ujian hidupnya, ada yang menyimpannya namun saya memilih menceritakannya dengan harapan semoga suatu saat jika saya tlah tiada jejak-jejak yang terrtulis itu nantinya menjadi penyemangat bagi mereka yang di uji dengan ujian yang sama.

Sore ini kantuk sudah mulai berkurang namun sesak tetap menjadi pengiring setia kisah di hari ini, mulas yang sangat dan tahukah engkau sahabat saya bahagia karena saya masih tetap bisa berdiri, berjalan, berbincang dengan mamah, makan nasi putih dengan asin bolocot dan sambal di rumah mamah tadi, lalu ikut Abang mengirim berkas ke JNE dan membeli makanan ringan di perjalanan. Saya sangat senang karena hari ini masih bisa memeluk erat senyum manis shalihah kami dengan jilbab putihnya yang besar, bisa menyimak kisah sulung dengan pendaftaran SNMPTN nya yang belum difinalisasi, Umar dengan absensi kelasnya, dan Olin dengan cerita projectnya, saya juga senang saat Abang pulang dari sekolah membawa oleh-oleh nangka yang sangat harum lalu beliau mengizinkan saya mencicipi meski sedikit padahal selama ini saya tidak boleh mencicipi nangka karena masalah lambung. Saya senang dan saya bersyukur atas hari ini, atas hari dimana saya masih bisa bernafas, duduk agak lama, menyaksikan setiap polah anak-anak, atas siduru di depan hawu, atas Abang yang tak bosan menyimak kata, atas jejak dan atas jemari ini yang kembali bisa menulis jejak.

#jurnalsyukurdefa

Hhhh