Teh poci dan gula pasir yang dibeli umar dari hasil keringatnya sendiri ini bukan untuk bisnis es teh manis seperti yang umar lakukan sebelumnya.
Umar membelinya saat melihat stok gula pasir habis, sedangkan setiap aa quthb pulang dari pondok kami biasa berkumpul diskusi tentang banyak hal dgn ditemani teh manis hangat buatan umar.
"Mari bicara!" itu seperti narasi iklan teh sariwangi yang sekilas saya lihat di tv beberapa tahun lalu.
"Mari bicara!" juga salah satu dari sekian agenda rutin kami, bukan hanya saat c sulung ada di rumah. Tapi setiap hari tanpa agenda tepat jam berapa sampai jam berapa kami berkumpul untuk sharing banyak hal.
Teh manis jarang terhidang. Anak2 lebih suka teh tawar sebagai teman ngobrol saat aa sulungnya tidak ada. Jadilah teh manis menjadi minuman spesial karena hanya tersaji kala sulung ada di rumah.
Ekspresi cinta memang tak bisa dipaksakan, kadang tak bisa difahami oleh logika... Umar, aufa dan olin mengekspresikan cintanya...salah satunya dengan cara seperti itu. Kasih sayang yang seringkali membuat saya, ibu mereka...kagum pada mereka.
Hee....saya ngfans pada anak2 saya sendiri. Dan saya belajar banyak dari mereka :D :D
Teh poci dan gula pasir ini salah satu ekspresi cinta umar pada keluarganya. Sesuatu yang tak pernah saya lakukan ketika saya seusia umar, sehingga membuat saya menarik nafas penuh haru,"Robbi, nikmatMu yang mana yang pantas untuk hamba dustakan???"
~balananjeur,18022016~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar