Senin, 27 Februari 2023

Ummi Ikut Seleksi

Sejak awal cuma pengen, "cobain ya Bi!" Jadi tidak ada niatan atau minat untuk lolos, pure pengen nyoba setelah sekian lama hanya jadi pendorong, pendukung sekaligus penonton anak-anak kalau lagi pada seleksi.

Setelah drama hujan-hujanan mengurus pemberkasan true akhirnya lolos administrasi auto bingung, "gimana kalau lolos?" Idih, pede banget ya? Emang.. hahaha. Saya tidak siap menang, setidaknya untuk saat ini jadi situasi terburuk yang ada dalam bayangan teh gimana kalau menang karena kalau nggak lolos mah artinya sesuai harapan sedangkan saya tipikal yang berjuang sungguh-sungguh dan sebaik mungkin dan insyaAllah pede aja peluang lolosnya besar insyaAllah. Berbekal apa? Berbekal keyakinan.

"Kok malah takut lolos? Nggak mau lolos?" Tanya kang Wawan

Saya masih ingin seperti ini, tinggal di rumah .. apalagi dalam kondisi sakit seperti ini agak sulit jika harus keluar dan beraktivitas di luar rumah. Yang paling utama adalah sekarang sudah hari-hari menjelang kelulusan de Olin dan adik Umar, rasanya berat jika harus menghabiskan banyak waktu di luar meski saat di rumah pun tidak benar-benar fokus and full time dengan mereka. Saya hanya ingin menyaksikan dengan kehadiran saya di rumah.

Hal lainnya nanti saya ceritakan dalam bab tersendiri kenapa saya akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan dan berharap tidak lolos. insyaAllah saya share dalam bab tersendiri yaaa...hee

Balananjeur, Senin, 27 Februari 2023

Kunjungan Ke Rumah Ustadzah Zahra


Bogor, Ahad, 26 February 2023

Notes : MasyaAllah Jazakumullah Khairan katsiran kepada Ustadzah dan keluarga ❤️❤️

Minggu, 26 Februari 2023

Antara Mengkritisi dan Memberikan Perhatian 🀭


Yaaah jiwa kritikus na mulai muncul lagi. Mungkin efek sakit gigi jadi bawaannya sensitif 😁 tapi memang kalau kita melihat sendiri suatu kekeliruan teh harusnya ambil bagian dalam saling mengingatkan bukan cuma diam saja. Jangan hanya jadi penonton apalagi pengekor! Tapi ambil bagian lah, berkontribusilah! Jangan hanya seneng ngeluh tapi tidak menjadi bagian dari solusi... Yaaah meski bagian dari solusinya bagean ngritik πŸ˜‚ la ba'sa bih. But Defa, kritislah pada tempatnya! Jangan apa-apa dikritisi tapi diri sendiri tidak mau diperbaiki 🀭

Kang Wawan sudah bilang, "nggak usah nanyain ini itu atau ngomentari apalagi sampai ngoreksi." Tapi untungnya saya tetap memiliki kemerdekaan saya sendiri jadi bisa tetap do what I want to do, what I want to say, what I want to... Apapun Weh selama saya yakin. Bagi saya, cinta itu bukan cuma diam.. bukan cinta namanya kalau diam-diam ae mah πŸ˜€

Balananjeur, Ahad, 26 February 2023

57

Sakit Gigi

Sejak semalam qodarullah gigi geraham kanan atas sakit, karena daya tahan tubuh tidak terlalu baik jadi sakitnya pun ekstra. Cukuplah jadi alasan buat nangis ... Lagi? Hahaha.. 
"Rabbi, ini bukan tangis tidak Ridha, Engkaupun Maha Tahu. Ini sangat sakit, Rabb.." setelah mencurahkan perasaan jadi bisa tertidur nyenyak.

Minum Paracetamol untuk meredakan sakit. Hmm ada dua kondisi sakit dimana seluruh tubuh dan air mata saya bereaksi. Yang pertama saat flu, yang kedua sakit gigi. Dua kondisi itu membuat saya tidak bisa melakukan apapun. Bahkan hari ini saja dari pagi hanya rebahan dengan bantal yang ditangkupkan di kepala, ikut kang Wawan sebentar ke panwas saat sakit agak reda dan kembali ke rumah saat sakit kembali terasa. Tidur menjadi cara paling mudah agar tidak menangis lagi, tidak terasa sakit lagi.

Alhamdulillah hikmahnya jadi banyak minum padahal biasanya sangat sulit minum, agak pemalas dan suka lupa 🀭
Tapi ... Tidak masuk makanan jadi perut terasa sangat panas. Sepertinya sakit gigi nya memang karena panas dalam jadi sore nya saya usahakan untuk makan nasi dengan sop iga yang dibelikan kang Wawan. Rasanya cukup untuk menambah energi setelah sebelumnya sangat lemas hingga tidak kuat untuk duduk.

Sakit gigi itu :
1. Nggak mau denger suara sekecil apapun
2. Pengennya nangis meski nangis tidak meredakan sakit.
3. Jangankan makan berat, minum aja rasanya enggan. Tapi harus tetap dipaksakan 
4. Jangan ajak berbicara!
5. Jangan dulu memikirkan apapun, karena akan membuat sakit kambuh jika ada saja satu hal yang tetiba terpikir apalagi bikin nggak nyaman. So, be relax!
6. Menyikat gigi memang tidak membantu, tetapi pengennya gosok gigi lagi dan lagi.
7. Kalau dibolehkan dan memang bisa tidur mah enaknya tidur saja
8. Minum obat pereda sakit memang tidak ada jaminan sakitnya bakalan reda, tapi coba aja dulu mudah-mudahan sakitnya reda
9. Makannya bubur atau sop biar nggak bikin mulut nggak nyaman saat mengunyah.


Well, here it is this day..

Balananjeur, Ahad, 26 February 2023

56

MasyaAllah begitulah rezeki, hakikatnya memang MasyaAllah luar biasa. Bukan hanya kita bisa megang lalu digunakan untuk biaya makan misalkan namun ada banyak hal lain yang perlu kelegowoan setelah kita menyadari, "uang yang diterima seolah sekedar lewat saja."

Yups, Kali ini yang ingin saya ceritakan disini adalah tentang rezeki berupa uang.

Sabtu pagi kang Wawan memberikanku amplop sebesar Rp.200.000,- 
Seneng banget soalnya qodarullah tidak sedang memegang uang serupiahpun, jadi saat menerima teh langsung terbayang beli beras, telur, bekal sekolah anak-anak dll. Sttt jangan bandingkan dengan yang uangnya no digit yaa! Soalnya saya terbiasa senang dengan berapapun yang didapat, bahkan jika itu sejumlah 5 ribu rupiah maka yang ada dibenak adalah bahwa uang itu cukup untuk bekal sekolah anak yaaah minimal buat de Olin yang uang sakunya sebesar 5 rb perhari.

Kalau lihat di beranda IG ada lagu yang bilang bukan tas mewah atau apalah dan apalah, saya bahkan tidak terpikirkan untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Yang terpikir sekarang hanyalah seputar anak-anak baik itu kebutuhan makan, pendidikan dan semua tentang mereka. 

Qodarullah wamaa syafa'ala... Sabtu siang motor kang Wawan harus di servis dengan biaya 185 rb rupiah. MasyaAllah laa Haula walaa quwwata illaa Billah, sesaat saya menangis terbayang akan bayangan saya sebelumnya untuk mengalokasikan uang itu ke pos mana saja. Namun, inilah rezeki itu... Bukan saat kita menerima namun saat akhirnya kita mengeluarkannya kembali.

"Pasti ada hikmahnya." Inilah yang kemudian menjadi keyakinan saya dan akhirnya menerimanya, "ya sudah, memang sudah seharusnya seperti itu. Ummi Ridha." Padahal sebelumnya sempat juga berdebat sampai-sampai kang Wawan bilang, "biasanya ummi nggak marah seperti itu." Iya, saya memang sempat berdebat dengannya dan itu semata dilakukan agar saya tak menyimpan rasa kesal 🀭 
Wanita itu butuh berkata-kata πŸ˜‚

MasyaAllah Inna nashrullohi qoriiib.

Balananjeur, Sabtu, 25 Februari 2023

Jumat, 24 Februari 2023

55

Ini salah satu buku favorit saya. Minggu lalu saya menyimpannya bersama buku-buku de Olin di rak buku de Olin, biasanya aman-aman saja sampai tadi pagi saat hendak mengambil sisir rambut yang jatuh ke belakang rak tiba-tiba saya menemukan tanah basah khas jalan rayap. Laa Haula walaa quwwata illaa Billah, bagian belakang rak buku de Olin qodarullah dimakan rayap. Minggu kemarin masih baik-baik saja dan saya biasa membersihkan tiap sudut hingga buku-bukunya seminggu sekali jadi tahu pasti kalau minggu kemarin belum ada rayap disana.

Awalnya pengen nangis terutama pas lihat beberapa buku seperti buku favorit saya ini ujung-ujung kertasnya dimakan rayap. Sedih? Tentu saja. Siapapun akan merasa sedih jika sesuatu yang disukainya rusak atau semacamnya. 
Inginnya langsung nangis karena yaaah saya hanya bisa nangis untuk meluapkan rasa, tapi tersadarkan dengan ingatan, "kenapa sisir rambut yang dipegang erat itu jatuh ke belakang rak, kayaknya Allah mau ngasih tahu kalau ada makhlukNya yang sedang memakan rak dan hendak merusak buku-buku itu." MasyaAllah Alhamdulillah biidznillah buku-bukunya terselamatkan.. semua itu atas izin dan karunia Allah. Meski rak nya tidak bisa diselamatkan , it's ok yang penting buku-buku nya selamat. Semoga buku-buku de Olin ini mendapat ruang yang lebih baik lagi insyaAllah.

Laa Haula walaa quwwata illaa Billah..
Alhamdulillah 'alaa kulli haal.

Balananjeur, Jum'at, 24 Februari 2023.

Kamis, 23 Februari 2023

Dear Kang Wawan (bagian 1)

Setiap kali kang Wawan berangkat ke luar kota selama lebih dari sehari ah tidak bahkan setiap baru berangkat pun selalu ada hati yang dibawa berlari dan saya mulai tidak tahu bagaimana memulai hari. Oh tidak, ini harus segera diperbaiki.. saya tidak sebucin ituπŸ˜‚ hanya merasa ada yang kosong saja. Biasanya untuk memperbaikinya saya hanya perlu diam sejenak untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran , hanya beberapa menit sampai tubuh mulai bereaksi untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Ini hanya soal kebiasaan; biasanya menyiapkan segelas kopi, biasanya deeptalk about anything dipagi hari, biasanya ketawa bareng karena suatu hal atau bahkan saling mengusap airmata karena suatu sebab... Yaaah kebiasaan yang hilang ataupun saat mengantarnya berangkat dengan pelukan dan riuh do'a.

Hey dear, apa kabar? Belum satu jam tapi kok rasanya sudah sangat lama padahal setiap hari dari jam ini sampai sore atau malam hari aku memang sendirian πŸ˜‚ tapi tetap saja saat engkau pergi agak jauhan dari tempat kerja dan menginap rasanya tetap terasa ada yang hampa. See, isterimu si melankolis yang tangguh πŸ™„πŸ˜…

FII amanillah berkendaranya ya, fii amanillah selama di perjalanan hingga sampai tujuan lalu kembali dengan hati yang selamat. Bawakan aku segudang kisah yang akan kusimpan dalam jejak yang tak ku lihat.. perjalananku memang terbatas, sama terbatasnya dengan pandanganku yang mulai semakin kabur. Ah, sepertinya aku harus kembali menyerah dan memakai kacamataku kembali.

Kang , konon katanya yang dimaksud Rahmah dalan sakinah mawadah warahmah itu yaaa salah satunya rasa sayang dan nggak nyaman aja kalau berjauhan teh. Tenang kalau bareng, sakinah. 

MasyaAllah 'alaa kulli haal fii amanillah ya .. aku sengaja menuliskan ini untuk kau baca kelak

Balananjeur, Kamis, 23 Februari 2023

54

Akhir-akhir ini saya kadang bingung mau nulis apa. Buat blog aja kadang cuma nykrinsutan instastory sendiri trus disimpan di blog .. tujuannya tetap seperti tujuan awal; menyimpan jejak.

Banyak jejak yang berlalu sekedar, "oh pernah ada kisah seperti itu." Tapi karena tidak dituliskan, kalau misal ada ibrahnya teh maka hanya berlalu sekedar kenangan saja. Jadi saat ada yang bertanya, "teh de, kenapa teteh suka menulis?" Atau bahkan pertanyaan yang cenderung bikin Ill feel misal, "curhat itu bukan di tulis." Saya bisa menjawab dengan penuh keyakinan alasan kenapa saya merasa harus menuliskannya. 

Tulisan receh dengan pengalaman yang mungkin terkesan biasa saja, "setiap kata akan sampai kepada mereka yang Allah perkenankan untuk sampai. Setiap cerita akan diambil saripati hikmahnya sekecil apapun oleh mereka yang akan mencari hikmah dan pembelajaran dari setiap kisah." Alasan lainnya, saya ingin anak cucu dan keturunan saya mengenal saya melalui pemikiran saya.. dan pemikiran bisa didapat dari tulisan pemiliknya. Tidak peduli seperti apapun rupa tulisannya, sereceh apapun .. setelah jasad menyatu dengan tanah kelak, setiap tulisan akan menjadi pesan dan sejarah hidup saya untuk anak cucu dan keturunan serta orang-orang yang ditinggalkan. Yah, menulis adalah cara saya menyiapkan hari esok; didunia dan saat berpulang kelak.

Hari-hari ini saya membuat email khusus atas nama suami dan anak-anak lalu mengirim surat via email mereka masing-masing. Saya bercerita banyak tentang hari ini kepada mereka; apa yang dirasakan, dialami, dipikirkan bahkan diharapkan. Bukan untuk mereka baca hari ini, namun kelak saat qodarullah taqdir perpisahan menyapa.

Saya juga menulis surat untuk diri saya sendiri terkadang untuk saya di masa depan dan terkadang untuk saya di masa lalu. Yaaah, tidak banyak yang bisa saya lakukan. Saya hanya memiliki lebih banyak waktu untuk menulis, membaca dan melakukan kegiatan ibu-ibu pada umumnya.

Mendapati pesan seorang teman saat meminta nasihat seolah menarik kembali memori sendiri, suatu hari saya meminta nasihat seorang teman.. kondisiku sedang sangat membutuhkan nasihat, "Dede itu ...." Jawabannya adalah hal-hal terkait aib yang dia dengar dari orang lain, "de, kata si Anu Dede itu begini dan begitu. Harusnya Dede itu...." Waktu itu saya shocked. bayanganku tentang nasihat adalah bukan seperti itu. Saat saya shocked, saya mulai berpikir lagi, "kenapa saya harus shocked? Boleh jadi itu cara Allah mengingatkan. Lisan ini tetap dalam kendali Rabbul 'aalamin, begitupun dengan hati dan apa yang terucap dari lisan orang tidak akan terjadi kecuali atas kehendak Allah. Kenapa hati saya merasa ingin mendapatkan nasihat? Kenapa lisan saya mengucapkan permintaan itu? Kenapa minta nasihatnya kepada dia? Kenapa dia menasihati dengan cara seperti itu?" Saya malas berpikir hal-hal diluar kendali diri sendiri ,misal terkait motif orang lain atau mungkin orang lain kesal kepada saya dsb. Yang kemudian saya yakini setelah itu adalah, "pasti Allah punya rencana kenapa seperti itu. Allah kayaknya sedang ingin menunjukkan bahwa saya harus segera mengevaluasi diri." Mengevaluasi bukan berarti menyalahkan diri sendiri, mendengar pendapat orang lain tentang kita (bahkan jika yang didengar adalah hal buruk yang tidak ingin kita dengar) bukanlah berarti fokus pada apa kata orang karena tak jarang justru kritikan dari orang lain lah yang menjadi cermin paling jujur atas kita, membentuk kita menjadi lebih baik.

Tidak merasa nyaman dengan kritikan adalah hal yang wajar karena kita adalah manusia. Siapa juga yang ingin dikritik apalagi jika kritikannya sampai kepada kepribadian kita segala?

Tapi jika kritikan yang sampai justru bukan cerminan diri kita, ya sudah abaikan saja dan kita berserah pada apapun penilaian orang tentang kita. Persepsi orang tentang kita adalah urusan mereka dan bukan urusan kita. 

Namun tetap pada akhirnya melalui kritikan itu kita bisa berkaca; memuhasabah diri kita. Dibandingkan pujian yang tidak jarang justru membuat kita abai pada kekurangan. 

Balananjeur, Kamis, 23 Februari 2023

Selasa, 21 Februari 2023

52

Tekadnya sih membersihkan pekarangan dari rumput liar yang bertambah banyak lalu motong daun dan ranting tumbuhan, trus nyuci dan melakukan semua tugas harian. Tapi... Qodarullah wamaa syafa'alaa hanya bisa mengerjakan 30 persen dari yang sudah diazzamkan dikarenakan kondisi fisik yang kembali ngdrop.

Laa Haula walaa quwwata illa Billah.

Balananjeur, Selasa, 21 Februari 2023

51

Yaaah telat 1 hari lagi, rencananya kemarin nulis untuk hari ke-51 ini, qodarullah jadinya marathon lagi untuk 2 hari. Nggak apa-apa yang penting tetap nyimpan jejak..

Kemarin mengirimkan berkas pendaftaran untuk suatu posisi di suatu lembaga, tapi setelah mengirimkan berkas hati saya kok merasa tidak nyaman apalagi mengingat kesehatan yang sering banget drop eh ini malah nyari kesempatan untuk beraktivitas fisik disaat tubuh tidak bisa diforsir.

Kehujanan dan rasa tidak nyaman sukses membuat jantung kembali protes, sendi pun tidak mau kalah. Laa Haula walaa quwwata illa Billah.. diantara sekian banyak kompetisi, baru kali ini saya berharap untuk tidak lolos. Saya hanya ingin tetap tinggal di rumah dan beraktivitas serta memberikan kontribusi dari rumah.

Balananjeur, Senin, 20 February 2023

Jumat, 17 Februari 2023

48

Sehari tapi rasanya seperti sudah sangat lama, ummi memang tidak terbiasa melalui seharian tanpa Ade ya. Saat Abi bilang mau ngajak de Olin ke Pangandaran, ummi oke saja karena yakin Ade pasti bakalan senang main kesana. Tapi tetap saja ummi rindu... Biasa selalu ada Ade yang nggak bisa diem 😁

 Balananjeur, Jum'at, 17 Februari 2023

Kamis, 16 Februari 2023

47

Sebenarnya kalau ngobrol sama suami mah nggak pernah satu tema alias banyak aja yang dibahas, mulai dari ngbahas yang dirasakan, yang dipikirkan, tentang anak-anak, tentang dia, dan masih banyak hal lagi. Hmm yang bernama suami pasti paham dong gimana cepatnya istri berkata-kata atau sebanyak apa ide nya bercerita.. yaah, kaum kami memang tercipta dengan kemampuan berbahasa yang luar biasa Weh pokoknyamah. Jadi jangan seneng dulu kalau mendapati istrinya dieeem aja! Tanya hatinya, siapa tahu dia merasa tidak aman dan nyaman bercerita kepadamu wahai suami. Daaan saat dia tidak merasa aman dan nyaman padamu, maka cobalah untuk memperbaiki caramu dalam berkomunikasi dengan istrimu!

Well, ini adalah pembelajaran kesekian dalam berumah tangga.. selalu ada saja yang bisa dibahas istri pada suaminya. Nggak pernah kehilangan ide untuk bercerita. Hmm kayaknya kalau semua ide cerita itu dituangkan ke dalam catatan, MasyaAllah akan banyak judul buku yang terbit lalu bisa diambil manfaatnya oleh lebih banyak orang lagi.

Beberapa hari ini kami mulai belajar lagi tentang hidup berumah tangga, sambil mengevaluasi diri dan saling mengingatkan visi yang ingin kami capai bersama. 

Hmm... Dalam berumah tangga itu perlu ada minimal satu orang yang siap untuk selalu bilang, "ada yang harus kita bicarakan dan selesaikan saat ini juga!" Yah, ada yang ngarurusuh itu penting. Yang kedua, perlu juga ada yang bersedia mengalah saat yang satu sedang keukeuh. Yang ketiga, perlu ada yang mau meminta maaf lebih dulu meski dia nggak salah. Yang keempat, perlu ada yang banyak bicara serta perlu juga ada yang siap menjadi pendengar. Kelima, perlu juga untuk sesekali berdebat (bertengkar πŸ˜‚). Keenam, perlu ada yang bersikap lembut dan lunak. Ketujuh perlu ada yang bersikap tegas. Kedelapan, perlu sesekali menuntut. Kesembilan, perlu ada yang siap membantu pekerjaan pasangan. Sepuluh dan seterusnya masih banyak lagi kayaknyamah yang bisa didiskusikan terkait berumah tangga.

Bukan berarti istri yang harus seperti ini dan suami seperti itu, tetapi terkadang istri perlu lembut dan terkadang juga perlu menjadi tegas, begitupun dengan suami. 

Berumah tangga itu memang proses belajar dan ibadah yang panjang, harus siap saling mengingatkan bukan hanya saling mengurai kata cinta ala remaja. Harus siap saling mengalah namun harus juga siap untuk saling membangun kepribadian.

Balananjeur, 16 Februari 2023

Rabu, 15 Februari 2023

46

Ada banyak tempat yang ingin saya kunjungi, ada banyak hal yang ingin dilakukan.. ini bukan karena saya ingin menghadiahi diri sendiri karena telah melewati fase mengurus anak sampai anak bungsu kami menjelang dilepas untuk mondok.. ah iya, saya sangat tahu kapasitas diri; banyak sekali kekurangan saat mengurus dan membersamai anak-anak, dan anak-anak yang paling merasakan bagaimana kurangnya saya saat mendampingi mereka jadi ini bukan hal yang perlu dihadiahi karena hadiah sesungguhnya adalah disisi Allah Rabbul 'aalamin 

Aa Quthb sudah semester 4 dan beranjak mandiri dan MasyaAllah Alhamdulillah menunaikan kebutuhannya sendiri, bahkan kendaraanpun dibeli dengan hasil keringatnya sendiri biidznillah. Adik Umar sebentar lagi akan kami lepas untuk meraup pengalaman yang lebih luas dan ilmu seluas-luasnya untuk bekal hidupnya nanti, teteh Aufa jauh di sana berjuang mencari ilmu di jalan Allah. Dan de Olin pun akan kami lepas untuk mondok... Yah, misi membesarkan dan membersamai sejatinya belum usai.

Namun.. saya tetap merancang dan membuat rencana; apa yang akan saya lakukan nanti, apa yang akan kami (saya dan kang Wawan) lakukan, membayangkan keseharian yang pasti akan mulai berbeda karena tetap saja misi pertama yakni membesarkan anak sudah selesai.

Ah iya memang belum usai seluruhnya..

But wait, kayaknya itu bukan misi pertama pasca pernikahan deh. Karena misi pertamanya adalah fase perkenalan namun qodarullah di fase itu hadir 2 balita jadi misi pertama pun berbarengan dengan misi membesarkan anak; saling mengenal dan bersama membesarkan anak. Saya tidak dulu menulis saling memahami karena saya tahu bahkan fase mengenal yang berbarengan dengan mengurus anak saja akan membawa banyak perubahan dan pastinya bukan hal mudah jadi saya abaikan sementara misi saling memahami dan mengerti mah. Sambil proses saja.

Jika ada yang bertanya siapa yang paling aktif menentukan goal dan mengusahakan tercapainya misi, saya paling riuh merangkai kata, "aku punya hati dan mimpi untuk bersama masuk syurga Allah. Tidak akan kubiarkan apapun menghancurkan harapanku, bahkan kondisi kesehatanku sendiri." Dan kang Wawan adalah partner terbaik dalam kondisi apapun.. kami memiliki visi yang sama dan itu cukup membantu memudahkan saat menjalani misi tak mudah di fase pertama.

Saya mengenalnya dan semua hal tentangnya; makanan yang disukai dan tidak disukai, hal-hal yang disukai dan tidak disukai, apa yang bisa mempengaruhinya, bahkan percaya deh.. saya tahu apa yang sedang dia pikirkan dan rasakan. Saya mengenalnya namun tidak berarti saya memahaminya..
Begitupun dengan dia, semua tentang saya dan apapun yang ada di benak dan pikiran saya akan dengan mudah ditebaknya bahkan apa yang mau saya ucapkan. Namun sekali lagi, bukan berarti kami saling memahami dan mengerti 

Saya rasa, mengenal dan memahami atau pun mengerti adalah dua kondisi yang berbeda. Yang mengenal belum tentu memahami. Misal saya lagi pengen ngobrol tapi saya tahu dia lagi pengen sendiri:
- jika saya memahami kondisinya maka alangkah baiknya jika saya mengurungkan keinginan saya dan membiarkannya istirahat 
- saya tahu dia lagi cape tapi saya nggak mau tahu pokoknya dia harus dengerin saya πŸ˜‚

Misi pertama memang belum benar-benar usai, tapi saya meyakini bahwa misi itu mendekati kata beres. Yaah minimal saat kami melihat de Olin sudah mulai puber πŸ˜‚

Tadi kang Wawan mengusap kepala saya dan mengatakan, "Teh Defa, istriku yang kunikahi dengan cinta karena Allah..terima kasih untuk mau berjuang bersamaku, menerima yang sedikit dariku dan tidak menyerah dengan segala kekuranganku atasmu. Jangan menangisi semua yang tlah lalu, engkau sudah berjuang dengan baik dan aku tidak melihat kecuali kebaikan dari dirimu. Engkau menjadi dirimu dengan segala idealisme yang kau perjuangkan, mendampingiku mengarungi samudera yang membuatku tak goyah saat badai menerpa, mendampingi anak-anak dengan baik.. aku tahu lebih dari yang orang lain tahu bagaimana engkau menangis setiap hari karena engkau khawatir ego meruntuhkan keibuanmu. Sayangku, jangan menangisi ketidaksempurnaan.. tidak apa-apa, engkau sudah berjuang dan berusaha dengan maksimal. Berbahagialah dan hapus air matamu. Aku sangat berterima kasih padamu dan tetap mencintaimu dan melihatmu sebagai teh Defa yang aku tahu, sebagai Dede Fatimah Shalihah istri yang kucintai."

Aduhai... Akan kusimpan kalimat manis ini dilubuk hatiku dan dalam catatanku..

MasyaAllah Jazakumullah Khairan katsiran atas kalimat yang baik, kang Wawan .. meski engkau bukan tipe yang akan dengan mudah mengucap kata cinta 🀭

Balananjeur, Rabu, 15 February 2023

Selasa, 14 Februari 2023

45

Jam 16 lebih 5 menit kang Wawan menemani saya silaturahim ke rumah kakek, hmm beliau sepupu dari kakek saya Allahu yarham. Sudah sangat lama saya tidak mengunjungi beliau, kali ini kami (saya dan kang Wawan) kembali memetakan langkah untuk menyusuri kembali jalan-jalan yang pernah saya tapaki sebelum bergelut dalam dunia membersamai anak-anak. Yah, kali ini anak bungsu kami sudah besar dan saya ingin melakukan banyak hal setelah menyelesaikan misi terakhir ini.. 

Hmm sebenarnya misi nya belum benar-benar usai, tapi setelah de Olin masuk Mts nanti yang direncanakan masuk pondok, lalu adik Umar kuliah, Aa Quthb kuliah, teteh Aufa juga mondok, saya memiliki lebih banyak waktu yang kalau tidak dimanfaatkan dengan baik maka bisa dipastikan saya akan kesepian dan merasa tidak berarti. Saya tidak ingin bertemu perasaan seperti itu jadi kami mulai merencanakan bagaimana kami (terutama saya) akan memanfaatkan hari-hari saya selain di rumah dengan agenda nulis, baca dan berkebun, rencana ngajar anak-anak di rumah, trus apa lagi? Silaturahim.. saya senang agenda ini karena silaturahim bisa mengajak otak saya untuk tetap bergerak dan mengevaluasi diri. Alasan apa ini? Ini memang alasan yang dibuat-buat...intinya sore inisaya mengunjungi kakek yang karakternya sangat mirip ayahanda Allohu yarham. Usianya tlah senja namun semangat fiisabilillahnya tak pernah padam, aktif Mengkader da'i-da'i muda, masih membina para murobbi, tidak pernah melewatkan waktu shalatnya tanpa berjamaah di masjid.. MasyaAllah nanti saya ceritakan lebih banyak tentang beliau, kakek yang ketika saya berjumpa akan membuat saya agak berteriak memanggil dengan senang, "Akiiii..." MasyaAllah Alhamdulillah atas kesehatan yang baik di sore ini

Kami berbincang dengan bahasa Sunda yang akan saya translate ke dalam bahasa Indonesia saat saya menceritakannya disini.

"Aki, waktu kecil saya sering di ajak Apa (Ayah saya) silaturahim. Berkeliling ke rumah saudara, Karib dan kerabat yang tidak semuanya saya ingat. Setelah Apa tiada, saya mengunjungi semua saudara dan sahabat Apa yang saya ingat, semoga menjadi bakti saya pada Apa. Setelah disibukkan dengan agenda mengurus rumah dan anak-anak, saya memilih untuk menepi dan diam di rumah sampai de Olin bisa saya lepas. Rasanya aneh, Ki.. tiba-tiba kami akan kembali berdua sampai tiba saat anak-anak pulang ke rumah. Tapi Aki, ditengah keterbatasan fisik dan banyak hal lain cucu Aki ini masih memiliki harapan memberikan manfaat bagi orang lain, entah seperti apa dan bagaimana, doakan agar usia saya diberkahi ya Ki."

"AA Quthb sudah semester 4, adik Umar tahun ini masuk kuliah, teteh Aufa kelas 10 SMA sebentar lagi kelas 11, de Olin sudah mau masuk Tsanawiyah. Aki, mohon doakan agar kami menjadi orang tua yang shalih ya Ki. Mohon doakan anak-anak agar menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, yang membawa bobot LAA ilaaha illallah bagi bumi."

"Aki, ceritakan padaku beberapa kisah tentang saudara-saudaraku yang tidak aku tahu!" Dan masih banyak lagi curhatanku pada aki. Bkarena mata saya sudah dalam mode setengah Watt 🀭 jadi besok saya tuliskan di sini semua yang akan saya simpan sebagai jejak, silaturahim kami ke rumah Aki; beberapa kisah yang kami dapat dan jadikan sebagai pembelajaran yang baik dari pengalaman orang-orang shalih , insyaAllah 

Balananjeur, Selasa, 14 Februari 2023

Senin, 13 Februari 2023

44

Menjelang Maghrib jantungnya berontak lagi. Setelah 2 hari membaik qodarullah kembali sakit. Saya tlp kang Wawan yang sedang berada di kantor panwascam, "dear, sakit lagi." Waktu itu yang terbayang, "kayaknya setelah ini mah the end." Yaaah namanya orang lagi sakit, bayangan itu yang mengintai. Jadi kalau ada yang bilang, "jangan bikin suami yang lagi kerja panik!" Silakan saja dengan argumennya karena dalam pandangan saya bersama itu saling, diantaranya saling tahu what happened dengan pasangannya.

De Olin mengambilkan air minum dan madu bawang lalu memijat punggungku setelah mengolesnya dengan minyak telon. Rasanya mulai membaik...tapi, pencernaan tetiba ikut berontak. Saya harus menggigit ujung banyak dan mencengkram tangan kang Wawan saat sakit tiba-tiba menghunjam, rasanya seperti.. mulas saat mau melahirkan. Laa quwwata illaa Billah, saya menangis tapi saya katakan pada kang Wawan, "saya ingin menangis dan tertawa secara bersamaan." Saya tahu, ini tidak baik tapi sakit yang sangat membuat saya berpikir seperti itu.

Setelah bangun tidur, saya ceritakan awal gejala muncul namun sekarang sepertinya sudah kembali membaik, "saya tahu hanya perlu memaksakan diri seperti biasanya. Rasanya memang sesak dan sakit, tapi apa lagi yang ku punya? I am alone but I know cara buat survive and I have it." Lalu mulailah saya kembali mengeja aksara, menarik nafas perlahan lalu mengatur emosi agar tak mempengaruhi kondisi fisik. Saya tahu ini tak mudah, namun bukanlah selama ini sudah terlalui?


Mungkin ada yang bertanya kemudian berpendapat, "kenapa hal seperti ini di share?" Atau, "cukup disimpan saja." Hmm baiklah, saya hanya memang sedang bercerita.. dan berharap jika anda berada dalam kondisi kesehatan yang dikit-dikit drop, peluk hangat dari saya .. I know rasanya, saya bisa merasakannya. Jangan merasa sendiri dan tetaplah kuat! It's ok, akan berlalu hari-hari sesakit itu. Kuatlah dan lapangkan hati!


Balananjeur, Senin, 13 Februari 2023

Minggu, 12 Februari 2023

43

Ada perbedaan pengelolaan waktu saat anak-anak masih kecil dan sekarang, nggak?

jawabannya sebenarnya tidak jauh berbeda antara waktu anak-anak masih kecil dengan saat mereka sudah besar. Bedanya hanya:
1. waktu anak-anak masih kecil mah mengerjakan apapun sambil momong anak: nyuci sambil gendong, masak sambil gendong, shalat pun sambil gendong, kecuali mandi mah saya nggak bisa bawa anak. Saya tidak nyaman membuka aurat meskipun mereka masih bayi.. 
Naah fleksibel terutama saat ini, kalau anak sedang sangat membutuhkan saya maka saya menunda dulu jam mandi sampai dia bisa ditinggal. 
eits, saya tidak menyarankan untuk jadi ibu yang tidak mandi yaaa! Hanya menunda jadwalnya sampai anak siap ditinggalkan.
Trus untuk hal-hal lainnya mah tetap berjalan kecuali... Hmm kadang anak teh kan nangis kalau diajak aktivitas meskipun dia aman dalam gendongan kita. Saat itu misal dia pengennya kita duduk aja main sama dia..naaah, saat itulah saya melepaskan semua pekerjaan apapun baik nyuci, masak, opsih and etc untuk menemani dia sambil diberikan pengertian kepadanya, "Nak, temani ummi nyuci ya! Cucian ummi hari ini sangat banyak, kalau ditinggal terlalu lama khawatirnya nanti bau dan nggak bersih. Allah suka dengan orang-orang yang bersih." Yaah pinter-pinternya ibu ngajak ngobrol kayak gimana soalnya saya bukan tipe ibu yang pandai komunikasi bahasa bayi jadi cenderung serius meski sama bayi (waktu itumah gitu). 

Of course bayi mah mana ngerti apa itu nyuci, tapi itung-itung latihan berkomunikasi dengan anak jadi banyak-banyaklah ngobrol dengan balita nggemesin itu.

2. Perbedaan kedua adalah.. waktu anak-anak masih kecil mah kita kan masih belajar, baru banget jadi pelajar di rumah tangga. Yaaah siswa dan siswi baru yang baru masuk kelas dan nggak ngerti apa-apa. Butuh bimbingan sekaligus pengertian dari lingkungan, istilahnyamah support system yang baik agar proses belajarnya nggak bikin tersendat atau malah layu sebelum pernah berkembang.

Bener-bener kayak naik roller coaster deh. Belajar memanage ini dan itu sambil belajar saling kenal satu sama lain. Maklumlah satu tahun nikah langsung dikasih amanah momongan, dan terus berlanjut selang 2 tahun. Adaptasi masih berlangsung eh udah harus adaptasi dengan keadaan baru; jadi istri and suami sekaligus ibu dan ayah. 

Mulai dari list aktivitas yang seringnya hanya tercatat dalam planner tanpa benar-benar dijalankan, nangis karena merasa semuanya tidak sesuai rencana, sampai fase emosional merasa gagal pun pernah. Hidup jauh dari keluarga dan family, tetangga dekatpun berjarak sekitar 150 meter an dari rumah dan itupun diluar gerbang... Bener-bener kayak terisolir dari dunia banget pokoknya.

Mulai jatuh bangun biar fokus pada rel yang diazzamkan hingga mencapai tujuan, tapi ternyata tidak mudah apalagi salah satu dari kami belum ada yang mau menurunkan ego, "aku maunya begini." Kalimat itu masih jadi argumentasi paling apik yang mudah diucapkan.

Rencana tersusun dan sangat ideal; bangun jam berapa, mandi, masak, opsih, mandiin anak, baca buku, nulis, silaturahim, Dhuha, dll... Semuanya tersusun rapi dalam buku agenda. Rapi banget, seolah semuanya akan terlaksana namun nyatanya...jreng jreng jreng jreng: anak-anak rewel, rumah yang berantakan dan nggak pernah rapi. Setiap dirapikan, berantakan lagi dan lagi. Allahu Akbar, baru aja mulai takbiratul ihram anak nangis entah karena pengen pup, berantem, pengen makan, gerah .. pokoknya selalu ada why nya.
Baru aja megang pensil (waktu itu belum kenal nulis di blog 🀭) anak-anak udah ada yang nangis lah, minta ini lah, pengen nulis lah, pokoknya macam-macam deh. 
Ibu nggak punya waktu untuk dengan tenang menunaikan tugas dan agendanya tanpa anak. Itulah kemudian yang saya pelajari dan saya mulai mengatur cara agar semuanya bisa dilakukan dengan anak ada dalam semua agenda kegiatan saya. 

Berat siih, tapi mendingan berat nyuci bareng anak-anak daripada cucian nggak kelar-kelar karena anak heboh dan rewel. Anak-anak biasanya happy diikut sertakan dalam aktivitas ibunya. Please jangan bilang, "nanti anaknya kedinginan!" Atau, "emang anaknya rewel terus?", Atau, "kenapa nggak dititipkan saja!" Karena setiap orang memiliki ceritanya dan saya tidak sedang bercerita teori namun sedikit pengalaman.

Saya harus menjaga kewarasan dan juga aktivitas ruhiyah saya, sesibuk apapun menjadi ibu tidak boleh ada alasan, "saya tidak bisa melakukan apapun." Atau, "semuanya berantakan." Seperti sebelumnya.. bismillah, saya mulai belajar lagi.

Alhamdulillah meski proses belajarnya lama dan tidak jarang kalau sekolahmah mungkin bakalan dapat nilai minus namun pada akhirnya biidznillah bisa menuntaskan satu demi satu yang direncanakan. Meski banyak rencana yang hanya sekedar rencana alias nggak kesampaian, saya tidak menyesal karena sudah merencanakan dan itu lebih baik daripada tidak memiliki perencanaan sama sekali.

Well, perbedaannya tidak banyak kan? Yes, hanya sedikit. Meski baru 2 poin ini yang saya ceritakan tapi kebayang kan kalau sesuatu yang anda lihat dan membuat anda berkomentar, "dia pinter menej waktu." Ternyata tidak sepintar itu. Dia hanya menyembunyikan kerepotannya dan sedang belajar dikelas yang lama. Hee..

Barakallahu Lana wa lakum.

Balananjeur, Ahad, 12 February 2023

Sabtu, 11 Februari 2023

SPAN PTKIN part 1

Kemarin pagi A Umar bercerita tentang kesempatan mengikuti span ptkin, saringan masuk universitas Islam negeri dengan jalur nilai rapot. 
"Tapi tidak ada yang mengisi list." Ujarnya lagi.

"Adik juga nggak ngisi list?" Tanya saya.

"List nya juga nggak ada." 

"Kalau listnya nggak ada, artinya bikin list nya, dik!"

Saya tahu...dia memang enggan masuk UIN, "di UIN juga ada arsitektur, dik. UIN Malang, Surabaya.. nah, adik bisa coba kesana."

Dalam benaknya, UIN itu yaa tentang Syariah mu'amalah, adab, tafsir, dan sebagainya 😁

Bersambung..

Balananjeur, Ahad, 12 February 2023

42

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi, cukuplah Allah.. MasyaAllah sungguh cukuplah Allah atas kita.

Setelah berbincang dengan Bunda-Bunda shalihahnya SCB tentang jadwal nlp ananda hari ini, saya mencoba menghubungi nomor asrama dan MasyaAllah biidznillah teteh sendiri yang mengangkatnya.

"Sekarang jadwal siapa ya Nak?" Saya bertanya khawatir ini bukan jadwal ananda sehingga mengganggu jadwal temannya.

"Ummi, ini teteh." MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. Tadinya saya pikir bukan teteh yang mengangkat tlp namun ternyata teteh sendiri yang mengangkat tlp.

"Sekarang sudah masuk jadwal teteh?" 

"Iya Mi, sekarang jadwal teteh."

MasyaAllah setelah drama degdegan khawatir ketinggalan waktu nlp seperti Minggu kemarin, biidznillah Allah berikan kesempatan untuk menelpon tepat saat sudah masuk jadwal nlp teteh dengan teteh sendiri yang mengangkat tlp nya.

MasyaAllah.. laa Haula walaa quwwata illaa Billah.

Kondisi kesehatannya sedang di uji, saya bisa merasakannya dari suaranya. Bahkan meski ananda mengatakan baik-baik saja, ibu akan selalu tahu kondisi sebenarnya, bukan? "Shalihah, ummi tahu teteh sedang dalam ujian sakit. La ba'sa thohuurun ya Nak, Allah hadirkan ujian sejatinya untuk mengangkat derajat hambaNya, menyucikannya dan membersihkannya, menempanya menjadi pribadi yang lebih baik..semoga Allah kuatkan teteh, berikan teteh berlipat kesabaran dan ketaqwaan. Semoga menjadi ladang amal shalih kanggo teteh. Sungguh Nak, ummi faham bagaimana dan seperti apa, bagaimana berat dan sakitnya, tidak apa jika engkau ingin menangis dan mengadukan sakitmu pada ummi. Tidak apa, Nak.. sungguh akann selalu baik keseluruhan urusan seorang muslim Nak, karena ia memiliki syukur dan shabar sebagai teman perjalanan. Dan shabar itu, Nak..tidak menghilangkan ekspresi kemanusiaan kita. Menangis bukan berarti tidak shabar. shalihah, tidak apa jika engkau merasa ingin menangis. Ya Allah syafakillah syifaan aajilan, la ba'sa thohuurun insyaAllah."


"ummi damang?" Dia ingin saya menceritakan kabar saya tanpa menutupinya, "kalau ummi sakit atau ada apa-apa, kabari teteh agar teteh tahu dan mendoakan ummi!" 

Duhai buah hati ummi... 
Hati ummi, Nak..

"Ummi memang qodarullah sempat sakit, Nak. Tapi sekarang sudah baik-baik saja. Ummi sedang sangat sehat, sangat bahagia karena bisa mendengar suara teteh, karena bisa menelpon teteh dan tlp nya langsung teteh yang mengangkatnya. MasyaAllah nak, ini anugerah dari Allah."

Saya berusaha untuk bercerita banyak hal padanya agar hatinya riang. Saya tahu, tak mudah dalam kondisinya saat ini.. saya sangat memanhami itu. Saya yakin, dia ingin menangis memeluk saya , hanya itu yang biasanya membuatnya pulih dan saya kini menangis mengingatnya..

Sungguh cara Allah mentarbiyah tak jarang justru membuat kita menangis. Virus flu yang menyapa kemungkinan besar mempengaruhi kekebalan tubuhnya, autoimun yang kembali aktif dan saya menangis mengingatnya. MasyaAllah itu tak mudah dan saya tahu dengan pasti, "Robbana kuatkan dia, kuatkan dia, kuatkan dia." Hanya itu yang dipinta 

"Teteh sayang, ummi tidak akan memintamu untuk pintar dalam segala hal, untuk unggul dalam banyak hal. Ummi hanya ingin Puteri ummi sehat, bingah, Istiqomah dalam jalan-jalan kebaikan. Engkau tahu Nak, ummi dan Abi selalu bersyukur dengan keshalihahanmu, dengan baiknya Budi pekertimu dan kami selalu bangga padamu."

Balananjeur, Sabtu, 11 Februari 2023

Jumat, 10 Februari 2023

41

Hari ini saya belum cerita ya 🀭
Penting banget gitu bercerita? Yaah terkadang dirasa penting untuk mengembalikan segala sesuatu ke tempat seharusnya. 
Misal? Kadang kita lupa tujuan kita apa, jadi karena fokus nglihatin orang lain jadilah sibuk membandingkan pencapaian orang lain dengan kita yang seolah masih jalan ditempat. 
Trus apa hubungannya dengan bercerita? Bercerita dulu aja..nanti juga dapat jawaban apa sih hubungannya 😁

Hari ini kondisi jantung saya berangsur membaik, hmm saya harus berterima kasih kepada kang Wawan yang setia mendengarkan istrinya melafaz sakit sampai sabar saat istrinya nangis keras-keras dibawah bantal 🀭
Banyak nanya ini dan itu terkait perkembangan kabar meski kelihatan, soalnya saya kan ada di depan dia πŸ˜… ,"masih sakit?", "Palih mana yang sakit?" Mau tidur, lagi tidur, bangun tidur langsung mijitin punggung. Kebiasaan kalau jantung sedang diuji biasanya dipijit seperti itu. Nyiapin air minum, nggak marah saat saya emosional dan bilang, "I still I can do anything. Jangan bantu aku karena aku masih bisa melakukannya. Jangan kasihani aku karena aku tidak suka dikasihani!" πŸ˜‚ Sekarang setelah diingat-ingat itu kalimat yang enggak bagus banget untuk diucapkan isteri kepada suaminya 🀭 tapi kami sepakat untuk, "katakan saja apa yang mengganjal!" But, kalimat kekesalan saya itu jangan ada yang niru yaa..hee.. itumah Hanya efek PMS saja. 

Well, 'alaa kulli haal Jazakumullah Khairan katsiran buat kang Wawan ❤️

Biasanya kalau jantungnya yang kambuh, pemulihannya agak lama. Tapi mungkin karena tahu kang Wawan akan pergi selama beberapa hari jadi usaha untuk pulih teh jauh lebih keras dari biasanya, "ya Allah, besok kuatkan ya Allah." Kalau ditanya,"masih terasa sakit?" Of course masih, tapi sekarang mah sudah bisa ini itu lagi dan I am happy with it. Hanya harus menjaga agar tidak terlalu sedih atau terlalu senang.. soalnya dalam kondisi seperti ini, sedih sedikit saja efeknya lumayan fatal dan itu pernah kejadian. Saya ingin mengontrol diri saya sendiri; pikiran, emosi, perasaan dan hal-hal yang bisa saya kendalikan biidznillah. 

Alhamdulillah 'alaa kulli haal sudah bisa masak lagi, nyetrika, ke pagerageung, hmm apa lagi ya? Intinya nggak rebahan terus. And here I am, I am writing and sharing about apapun yang ingin saya share. Apa kabar semuanya? Semoga selalu sehat dan baik-baik saja ❤️

Balananjeur, Jum'at, 10 Februari 2023

40


Balananjeur, Kamis, 9 Februari 2023

Rabu, 08 Februari 2023

39

Sebenarnya kalau saya urutkan pun kayaknya nggak bakal semua tertuangkan, karena perjalanan pembelajarannya masih on going jadi fase belajarnya pun masih tetap dalam masa penelitian..belum tahu ujung kisahnya akan seperti apa dan bagaimana. Namun saya ingin mengurai beberapa pelajaran yang membuat saya seperti berkejaran dengan ego saya sendiri saat menjalaninya. Lalu berdebat dan mendebat hingga akhirnya saya tahu, "jadi, ternyata seperti itu." Hingga tak jarang so²an ngasih tips buat mereka yang sedang memulai perjalanan .

1. Pelajaran pertama. "Kok kamu gitu." 
Sebelum menikah yang ada didalam bayangan adalah hari-hari penuh romantisme baik dengan kata maupun sikap. Terpikir bahwa seperti apapun aku dan seperti apapun dia, kami akan tetap saling menerima apa adanya tanpa membuat syarat dan menuntut ini dan itu. Realitanya, berumah tangga tidak selalu dipenuhi kata-kata cinta ataupun semerbak aroma kemesraan, tidak juga selalu tentang aku terima kamu apa adanya dirimu. Saling menuntut untuk sesuai tipe ideal masing-masing, ternyata doi bukan tipikal yang senang mengumbar kata cinta seperti kita. Mulai lah terhempas di dunia nyata yang tak sesuai ekspektasi..
Ada yang seperti itu? Saya yakin banyak


Trus gimana dong solusinya? Tenaaaang, di awal berumah tangga mah masanya adaftasi. Jaim nya nggak perlu lama-lama 🀭 hmm saya sih gitu. 

Well, pelajaran kedua..

2. "Kita bakal cocok nggak ya? Soalnya kita beda banget."

Saya yang akan berpikir panjang sebelum mengatakan sesuatu meski sekalinya bicara akan banyak kata yang keluar, menimbang bermanfaat atau benarnya kata sebelum diucapkan dan doi yang akan langsung mengatakan sesuatu tanpa memikirkannya dulu. See, beda banget kan? πŸ˜…

Saya yang dengan mudah mengekspresikan rasa senang, sayang, sedih, tapi tidak tahu cara menampilkan marah (waktu awal nikah 🀭), dan dia yang no ekspresif. Beda banget, kan? 

Bentar...bentaaaar... Jangan dulu koment manusia emang beda! Saya kan hanya cerita kalau saya menemukan pelajaran baru lainnya dan saat itu keyakinan, "perbedaan diantara kita, pemberi warna dikehidupan." (Auto nyanyi lagu nya snada 🀭) seolah terabaikan.. lupa kalau memang perbedaan itu suatu keniscayaan. Eh ingat siiih tapi... Pengennya doi itu ngerti kalau saya inginnya dia pun sama dengan saya. Hahaa.. 

Mulai deh hati teh menghitung perbedaan demi perbedaan, mulai dari cara bicara, cara makan, dan lain sebagainya pokoknya tidak ada yang terlewat.. yups, menghitung perbedaan yang kok rasanya jauh lebih banyak. 

Bagaimana cara menghadapinya? Sttt bentar deh kita bikin dulu kisi-kisi masalahnya πŸ€—

3. "Bukan asal aku dan kamu semua akan baik-baik saja." 
Tahu kaan gimana lihainya permainan cinta? Dalam benak teh yang penting, "aku dan kamu bersama." Yah, yang penting bersama orang yang dicinta tak peduli seperti apa nantinya atau bagaimana nanti. 
Oh nooo, ternyata bukan seperti itu. 
Baiklah, masa bulan madu mah (ehm) masih happy saja, prinsip 'yang penting bareng kamu' masih jadi alasan we'll happy seolah sudah happily ever after Weh.

Nyatanya... Kemudian mulai deh bermunculan, "makan bukan pakai cinta." Hahaha..

4. "Please deh jangan intervensi aku! Aku memang isterimu, tapi aku memiliki kebebasan untuk mengatur diriku sendiri!" 
Menu materi belajarnya makin bikin bad mood. Terbiasa ngleader tapi sekarang apa-apa ada yang ngingetin harus begini, baiknya begitu. "Oh no, aku terbiasa nyuruh bukan disuruh." 
"Ini hidupku, meski kamu suamiku tapi kamu nggak berhak mengatur aku harus bagaimana dan seperti apa."

5. "Itu keluargamu, bukan keluargaku." 
Duh duh duh.... Makin segala ada ya dalam biduk. Ternyata kita bukan hanya menikahi suami kita tapi juga mulai nambah ruang lingkup interaksi sosial yang butuh jaim banget biar nggak bikin kita jadi sasaran intervensi keluarga baru itu.

Jaim banget. Yang biasanya tegas, harus terlihat lembut karena sekalinya tegas langsung deh dapat teguran dari keluarga baru. Sure bukan teguran langsung tapi dari bisikan yang tetap saja kedengaran.

Biasanya tidak mengerjakan pekerjaan rumah seperti ngpel ataupun masak buat seisi rumah, eh tiba-tiba saja harus memaksakan diri untuk melakukan ini dan itu karena kalau terlihat malas-malasan seperti waktu lajang maka tunggu aja peristiwa jadi bahan diacuhkan atau dapat label pemalas. 

Semua ini karena masih belum saling mengenal..

Sampai puncaknya merasa letih karena merasa tak bebas menjadi diri sendiri, padahal keluarga sendiri mah nggak pernah protes tentang kepribadian kita. Nerima banget apa adanya kita.

Belum lagi kalau harus tinggal serumah dengan keluarga suami karena belum ada dana untuk tinggal sendiri.

Nah trus gimana? Saya malas berdebat atau nyimpan pemicu konflik jadi saya ajak dia bicara, "ngobrol yuk!" Itu kali kedua saya mengajaknya bicara dengan kalimat ajakan, "ngobrol yuk!" (Yang pertama di hari pertama usai ijab) Dan dia tahu kalau saya sudah mengatakan itu berarti ada yang urgen untuk dibicarakan.

Komunikasikan!

Saya tidak ingin ngebatin yang efeknya pasti tidak baik untuk perjalanan kedepannya.
Perjalanan hidup bareng dia adalah perjalanan yang ingin dilalui sepanjang usia dari sejak resmi menjadi istrinya, kalau diwarnai acara membatin sendiri, bagaimana bisa bahagia? 

Saya katakan padanya harapan saya dalam berumah tangga, apa yang saya suka dan tidak suka, bahwa saya akan selalu mengajaknya berbincang tentang banyak hal dan sayapun mengharapkan dia melakukan hal yang sama. Untuk selalu saling mengingatkan goal/visi bersama, bahwa visi kita adalah Jannah oriented dan kami harus saling mengingatkan. Dan banyak hal lain yang saya bicarakan dengannya.. termasuk rasa tidak nyaman dan pokoknya semua yang terpikir untuk diobrolkan.

Sejak itu,saya tidak lagi membatin, "kok gini", "kok gitu" dan semacamnya. Dan inilah yang kemudian saya pelajari sebagai pelajaran pertama di kelas yang lama ini: komunikasi.

Sindangtamu, Rabu, 8 Februari 2023

Bersambung 

Selasa, 07 Februari 2023

Hisablah!

Beberapa hari ini saya lebih banyak membagikan kisah atau sekedar lintasan pikiran, pengalaman dan buku yang saya baca di instastory. Tidak ada alasan khusus untuk itu, hanya sedang ingin menuliskannya disana. 

Seorang kawan (lagi-lagi perkataan teman 😁) mengatakan, "teh Dede adalah tipe yang akan memikirkan apa yang akan dikatakan, dituliskan, dilakukan ataupun dipublish."

Saya mulai membuka ingatan, "benarkah seperti itu?" Namun sekeras apapun berusaha tetap saja saya kesulitan menilai diri saya sendiri. Saya tetap berusaha menghisab diri namun bukan demi bisa memberikan penilaian tetapi untuk mengamalkan keyakinan, "hisablah dirimu!" Lalu memperbaiki yang kurang... Ah yang pesti harus ada usaha, meski sampai letih dan berdarah-darah; usaha untuk memperbaiki diri. Bahwa hari ini haruslah lebih baik dari kemarin.

Namun baik itu bukan karena kriteria orang lain atau sekedar rasa kita semata, "aku udah jadi orang baik." Bukan dan tidak seperti itu, baik itu tetap akan menjadi proses panjang yang titik akhirnya adalah saat kita bertemu Allah sebagai nikmat tertinggi yang diberikan kepada orang-orang yang diRidhaiNya. 
Allahu Rabbana, menuliskan ini disertai hati yang penuh harap agar Allah kumpulkan dalan barisan orang-orang yang mendapat RidhaNya. Aamiin yaa Robbal 'aalamiin 🀲🏻

Saya kembalikan kisah pada 'hisablah'. Saya tahu, ini tidak akan pernah selesai karena setiap hari pun selalu saja ada yang harus di hisab, di evaluasi dan diperbaiki. Terkadang proses perbaikannya membutuhkan waktu dan energi yang tidak sedikit, bertemu lelah hingga ingin menyerah, bertemu sakit hingga ingin menjerit...pasti tidak akan mudah, karena jalan kebaikan selalunya lebih banyak diiringi hal-hal yang akan membuat pipi basah dengan air mata.

Saya kini bertanya kepada diri, "Defa, berkacalah dengan jujur! Perbaikilah,sebagai dirimu! Bukan karena orang-orang disekitarmu, baik itu suami maupun anak-anakmu. Menjadilah versi terbaik dirimu sendiri!

Balananjeur, Selasa 7 February 2023

#kisahyangkupunya_defa 
#catatandefa

Prolog

Seseorang yang ku kenal mengatakan, "sepenting itukah berkisah?" Ada juga yang mengatakan, "apa pentingnya kisahmu buat orang lain?", Ada juga kalimat, "cukuplah diatas sajadah."

Saya menghargai semua kalimat itu, lalu sempat mengiyakan hingga hilang minat menuliskan apapun. Merasa, "ah iya, benar juga. So' penting banget aku ini sampai apa-apa di kisahkan. Emang apa pentingnya itu buat orang lain?" Lama bergumul dengan kata tanya yang sama hingga sekian lama menjeda dari aktivitas menulis. Ah, bukan menulis sepenting itu, hanya berkisah seputar 'kisah yang kupunya'. Ya, hanya seputar itu dan nggak penting-penting banget.

Tapi... Saya mulai berpikir lagi, "saya menulis bukan karena merasa jadi orang penting." Namun karena saya hanya ingin menuliskan 'kisah yang kupunya' untuk diri saya sendiri di hari esok, untuk anak-anak yang kelak akan membaca kembali.. dan boleh jadi ada saja sedikit dari sekian kisah yang akan berarti untuk orang lain yang membaca. Agar mereka yang sedang dalam fase yang saya ceritakan tidak lagi merasa sendiri dan yakin bahwa selalu ada hikmah dan akhir dari setiap kisah.

Saya akan tetap menulis, mengisahkan yang sedikit dan terkesan nggak penting-penting banget.. meski saya tahu kelak saya akan dilupakan, tulisan saya mungkin hanya dibaca sekilas saat muncul diberanda. Saya akan tetap menulis biarpun hanya akan dibaca sebatas kilasan dan dilupakan. Saya akan tetap menulis karena saya yakin setiap hurup yang keluar akan memiliki peluang menjadi amal ibadah saya. Seperti kata kang Wawan suatu hari, "tak ada yang sia-sia dari yang dilakukan seorang muslim, bahkan satu huruf yang terucap pun akan menjadi ibadah jika diniatkan karena Allah. Islam itu memiliki aturan dan syumul dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali dalam huruf yang keluar dari lisan ataupun jari kita. Semuanya akan ada perhitungannya."

Bismillah saja.. bismillahirrahmanirrahim..

#prolog
#kisahyangkupunya_defa
#catatandefa 

Balananjeur, Selasa, 7 February 2023

38

Ceritanya agak horor.. setidaknya buat saya. Tadinya saya simpan untuk diri saya sendiri meskipun agak merinding dan membuat saya langsung lari memegang tangan kang Wawan, namun akhirnya saya bagikan kisahnya pada kang Wawan dan seseemang yang ada disana. Lalu akhirnya dipublish juga disini.. 

Ini sebagai jejak saja, belum tahu ibrahnya apa.

Menjelang ashar tadi saya dan kang Wawan ke suatu tempat, tepatnya sungai yang dijadikan tempat rekreasi. Disana kebetulan sedang sepi pengunjung, hmm pengunjungnya hanya saya dan kang Wawan. Kami kesana dengan tujuan ngopi sambil ngobrol berdua di tempat dimana kami bisa leluasa ngobrolin apapun yang sedang mengganjal tanpa khawatir didengar anak-anak. Yups, terkadang kita butuh suasana lain untuk ngobrol. 

Suasana benar-benar sepi, persis seperti saat sebelum tempatnya dijadikan tempat wisata. Alhamdulillah warung didekat sungai masih buka dengan Mang pemilik warung yang sedang memperbaiki tempat duduk di warungnya. Kami duduk disana lalu memesan kopi, saya menyeduh pop mie sendiri sebagai teman ngopi dan ngobrol. Namun bukannya ngobrol berdua, kami malah ngobrol dengan Mang pemilik warung. Banyak hal yang diobrolkan... Ya ngalor ngidul lah tapi Alhamdulillah mendapatkan banyak insight yang bisa saya jadikan pembelajaran dalam hidup insyaAllah. Memang yaa, sesekali kita butuh keluar dan ngobrol dengan orang lain untuk menyerap banyak hikmah dalam kehidupan yang bisa kita jadikan ibrah dalam perjalanan.

Ditengah sesi ngobrol tiba-tiba saya merasa mulas dan izin untuk ke kamar mandi. Kamar mandi tempatnya di dekat sungai, bersebelahan dengan langgar kecil. Sempat terpikir untuk membereskan mukena yang ada di Mushola yang terlihat berantakan.. oh ya, saat datang tadi, dari jembatan saya sempat melihat ke arah musholla dan melihat tumpukan mukena disana. 

Sesaat saya mengagumi kejernihan airnya, "MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat." Ucap saya pelan lalu perlahan saya dorong pintu kamar mandi yang tertutup, agak hati-hati karena khawatir ada orang di dalam. Meski saya tahu tidak ada siapa-siapa, tapi sering khawatir saja kalau lihat pintunya nutup mah; khawatir ada orang namun tentu saja saya tidak bisa bertanya apakah ada orang di dalam atau tidak karena suasana benar-benar sepi hanya ada saya, kang Wawan, Mang warung, seseakang yang menjaga saung di atas, dan ibu pemilik rumah yang tempatnya agak jauh dari tempat kami duduk.

Saat saya buka pintunya saya dengar suara ketawa yang agak beda, saya pikir itu hanya suara pintu berderit. Karena penasaran saya coba lagi tutup dan buka pintu tapi tidak ada suara pintu yang berderit dan suara ketawa masih terdengar jelas, "hi hi hi hi hi." Tiba-tiba bulu kuduk saya berdiri, "Allahu Akbar.. Hasbiyallah wani'mal wakiil ni'mal Maulaa wani'man Nashir. Laa Haula walaa quwwata illaa Billah." Lisan melafaz kalimat thayyibah dan kaki secepat mungkin berlari kembali ke tempat kang Wawan yang sedang duduk bersama mang pemilik warung.

Saya tidak ingin merasa takut apalagi sering saya katakan kepada anak-anak untuk tidak boleh takut akan hal-hal seperti itu, namun nyatanya saat dialami sendiri tetap saja saya merasakan adanya aroma ketakutan itu. Saya tidak berani menceritakan kepada kang Wawan, pada awalnya. Karena khawatir pada Mang pemilik warung, khawatirnya jadi mengganggu usahanya. Saya hanya diam sambil berharap segera pulang..

Sampai akhirnya Mang pemilik warung bercerita tentang beberapa kejadian yang dialami beberapa pengunjung; kejadian aneh di beberapa tempat, sama seperti yang dialami tadi. Bedanya saya mendengar suara dan orang lain mah melihat sesuatu. Na'udzubillahi min dzalik, saya meminta kepadaNya untuk tidak melihat hal-hal yang tidak perlu dilihat, salah satunya hal seperti itu. 
Karena Mang pemilik warung bercerita, akhirnya saya pun menceritakan kejadian tadi. 

Kang Wawan langsung bertanya, "kenapa ummi baru cerita sekarang?" Saya jawab kalau saya khawatir mengganggu usaha orang lain. Saya juga katakan padanya kalau saya ingin segera pulang dan beliau langsung menggamit tangan saya untuk pulang. Menghalangi saya dari melihat ke arah yang membuat saya sempat ketakutan..

Tak boleh takut, saya pun tidak ingin takut. Namun saya ingin mengakui dulu rasa takut yang ada untuk membuangnya dan melangkah kembali tanpa memeluk rasa takut.

Terima kasih yang banyak kepada belahan jiwa yang sudah mendengar dan berusaha melindungiku dari rasa takut itu.

Balananjeur, Selasa, 7 February 2023

Senin, 06 Februari 2023

37

Sesekali kita merasakan lelah, tidak apa, itu manusiawi kok. Nggak mungkinlah manusia nggak faham arti lelah. Selalu on terus, selalu on fire dan nggak pernah ketemu lelah. Why? Karena kita manusia.

Apa yang akan kita lakukan saat merasa lelah? 

Sebelum kang Wawan berangkat ke SDIT kami sharing tentang banyak hal... Oh ok, saya yang banyak melafaz kata tentunya. Setelah seharian, eh 2 hari tidak memiliki waktu khusus buat ngobrol berdua jadi pagi tadi jadi saat kami ngobrol banyak hal tentang 2 hari yang terlewat. Itu cara saya berdamai dengan diri saya sendiri secara keseluruhan; mencipta saat-saat untuk ngobrol.

Diantara yang kami obrolkan adalah tentang... Of course ibu selalunya memiliki banyak cerita tentang anak dan itulah yang menjadi bahan obrolan ibu. "Simpan hp mu dan dengarkan aku! Aku ingin kau menatapku saat kita berbincang!" 
"Listen to me dan jangan teralihkan dengan hal apapun, jangan pikirkan apapun untuk saat ini dan dengarkan aku!" Hahaha... Saya memang si otoriter yang tidak bisa dibantah. Hmm kadang-kadang πŸ˜…

Hey, ibu juga memiliki stock cerita tentang dirinya; perasaannya, lintasan pikirannya, dan semua tentang dirinya. Ibu mengingat semua kisah yang membuatnya merasa harus ada yang mendengarkan terutama suaminya, "aku nggak nyaman dengan...." Terangkailah banyak diksi membentuk sebab ketidaknyamanan untuk kemudian menjadi alasan menerima keadaan, dan ibu hanya butuh didengarkan. Itulah yang saya rasakan dan saya meyakini itu juga yang dirasakan ibu lainnya; didengarkan suaminya.

Btw tentang mendengarkan, Aa Quthb kemaren bilang, "istri Aa nanti pastilah akan selalu mengunjungi ummi dan mengajak ummi berbincang agar ummi tidak kesepian." MasyaAllah, bagi saya itu kalimat yang MasyaAllah sangat keren yang diucapkan pemudanya kang Wawan ini. 
Dia mencintai ibunya dan kelak akan menjadi seseorang yang insyaAllah memuliakan isteri, ibu mertua dan putrinya.

Well,sore kemarin saya mengunjungi emak setelah 5 hari tidak kesana. Emak menyambut dengan penuh suka cita, "Nyai kamana wae geus 5 Poe teu kadieu." Awalnya saya tidak tahu sudah berapa hari tidak kesana, tahunya yaaa dari emak. Hee..

Saya tidak mengatakan tentang sendi yang sakit atau kaki yang terasa kaku, saya katakan padanya bahwa saya sangat ingin mengunjungi beliau namun qodarullah baru bisa saat itu. Emak memperlihatkan celamis yang beliau beli, katanya untuk saya, MasyaAllah. Lalu korset pinggang untuk kang Wawan biar nggak sakit pinggang. Bertanya banyak hal dan saya pun kabarkan padanya banyak hal yang saya harapkan bisa menjadi kabar bahagia buat emak. Ibu selalu suka kisah tentang anaknya, tidak terkecuali emak.

"bi, A Quthb bikin essay, bagus banget lho bi. Ummi sampai speechless bacanya. MasyaAllah pisan Weh. Nanti aku kirimkan via wa ya essaynya biar Abi juga baca."

"Pasti pinter nulisnya, ikut umminya." Entah kenapa, saya senang dengan pujian itu... 

"You know dear, Aku kadang merasa sedih setiap kali ketemu orang terutama saudara yang selalunya bilang kalau semua anak Abi itu mirip Abi. Aku jadi ngerasa sendirian..aneh ya, tapi itu kadang-kadang. Aku juga jadi mikir kayaknya meski basa-basi nggak perlu lah kita membahas fisik anak si A lebih mirip ke ayah atau ibu nya, karena kalau seringmah justru bikin orang itu nggak nyaman. Bukan nggak mungkin kan Bi?" Seperti biasa, dia menyimak.. berusaha mencerna seperti apa yang kurasakan dan berempati dengan memberikan pelukan. Pelukan suami pada isterinya itu berpahala. insyaAllah.

Beberapa hari lalu saya ngobrol dengan kang Wawan terkait the power of communication, salah satunya untuk ngobrolin apapun dengan terutama suami kita. Jangan pernah ada ganjalan atau sesuatu yang menghambat komunikasi. Jangan sampai ada ingatan, "kalau aku ngomong gini nanti reaksinya gimana?" Atau, "boleh nggak aku ngomongin ini sama suami?" 

Dia ...teman perjalanan kita. 

MasyaAllah benarlah ternyata, hidup berumah tangga adalah fase belajar yang tak pernah usai
Tetapi aduhai saudariku sayang, aduhai diriku..
Jangan hanya menuntut suami untuk mendengarkan dan berempati atas kita!

Dia pun sama dengan kita.. memiliki hati dan rasa

Dengarkan ia, simak suara hatinya, biarkan ia mengistirahatkan pikirannya dengan melakukan hal yang ia sukai, berikan ia waktu untuk sendiri. Berceritalah saat ia siap untuk menyimak kita..
Cintai ia dengan cinta yang benar
Jadilah kawan perjalanan yang baik untuknya!

Ummahat.. marilah untuk tidak banyak memberikan tuntutan ataupun syarat dalam mencintai!

Balananjeur, Senin, 6 Februari 2023

Hhhh