Selasa, 30 Maret 2021

Draft

 "Mi. draft itu apa?" tanya de Olin dengan mulut penuh roti. Malam ini dia menemukan sebungkus roti mocca tergantung diatas keresek putih di kamar ini.

"oh iya de Olin tahu apa itu draft." lanjutnya lagi. Oh dia memang selalu tahu banyak sampai-sampai saya bingung memberi penjelasan saat dia tetiba bertanya tentang sesuatu yang ujung-ujungnya dijawab sendiri.

By the way kita sering bilang draft, terus draft itu apa sih? Tidak jarang kita mengetahui sesuatu dan faham maknanya tapi kalau diminta menjelaskanmah bingung. Kita? ah tidak, itu saya, saya sering seperti itu apalagi saat berhadapan dengan si sepuluh tahun yang memiliki segudang stock pertanyaan yang saat dijawab akan semakin banyak pertanyaan.

"Draft itu konsep." 

"iya de olin tahu, Mi." see, dia memang sudah tahu..


Balananjeur, 30 Maret 2021

Senin, 29 Maret 2021

Antologi Puisi dan Cerpen

 Beberapa waktu lalu ikut mendaftar proyek nubar alias nulis bersama untuk puisi dengan tema 'Aku', dan cerpen dengan tema  'Aku sudah berubah'. 

Saya sangat bersemangat ikut event ini, qodarullah baru seperempat tulisan Allah titipkan ujian yang luar biasa. Ujian yang membuat saya kesulitan berfikir, kalaupun dipaksakan maka kepala akan terasa sangat sakit disertai efek sakit lainnya. Ini ujian yang luar biasa, ada banyak hal yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk berhenti sejenak bukan hanya dari event itu tapi dari beberapa project lain termasuk berhenti sejenak dari media sosial FB maupun IG dan yang lainnya.

Awalnya saya memutuskan untuk mundur saja, saya kehilangann cara untuk meneruskan tulisan meski selama ini saya tetap menulis tapi untuk satu tema itu akan membutuhkan proses berpikir sedangkan saya sedang tidak mampu. Tetapi kemudian saya ingat, Aufa pernah membuat puisi untuk tugas daring bahasa Indonesia nya, lalu saya coba hubungi PJ event dan meminta izin untuk memasukkan puisi Aufa kedalam project antologi tersebut. MasyaAllah, Alhamdulillah PJ nya sangat wellcome dan memnyambut baik permintaan saya, akhirnya proyek puisi pun tunai.

How with cerpen? itu belum ada penyelesaian sedangkan saya masih tetap dalam kondisi yang belum berubah bahkan justru bertambah, saya tidak ingin bertambah parah karena itu saya katakan hanya bertambah. Setiap ujian memiliki level masing-masing kan? saya tidak sedang membandingkan ujian saya dengan orang lain tetapi justru ujian yang datang dari ke waktu dalam hidup saya sendiri.

Waktu merangkak pasti, H-1 deadline saya kirimkan naskah lama yang mungkin kurang ada kesesuaian dengan tema. Saya lampirkan beberapa catatatn kalau ternyata naskahnya tidak sesuai, namun Alhamdulillah..kembali hati dan lisan meriuhkan tahmid, Alhamdulillah naskahnya lolos.


Balananjeur, 30 Maret 2021

Sabtu, 27 Maret 2021

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) part 1

         New part Aa lagi menuju kampus impiannya. .

        Sebenarnya kami sudah menyarankan Aa untuk pilih kampus swasta dan menjadikan kampus itu sebagai prioritas utamanya, Aa juga sudah setuju dan mendaftar ke beberapa univesitas dan jurusan yang akan dituju. Tapi proses seleksi tetap diikuti diantaranya SBMPTN ini.

        SBMPTN atau seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri sudah dibuka satu menit setelah pengumuman SNMPTN, tepatnya jam 15.01. Tetapi Aa memilih mendaftar kemarin sore pada tanggal 26 Maret 2021 dengan ilmu politik unpad dan ilmu politik unsoed menjadi tujuannya.

       Tulisan ini saya fokuskan sebagai jejak dan sekaligus informasi bila ada yang kesulitan atau butuh informasi tentang SBMPTN.


Daftar LTMPT

Karena Aa sudah membuat akun saat mendaftar SNMPTN dulu, jadi sekarang tinggal log in dan mengklik pilihan seleksi lain yaitu SBMPTN. Klik pilihan UTBKSBMPTN trus isi form yang disiapkan satu persatu, dimulai dari melengkapi biodata terutama biodata orangtua karena biodata muridmah sudah tersimpan permanen disana. Biodata orang tua hanya terdiri dari nama ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu lalu penghasilan ayah dan Ibu.

Saya suka bingung kalau ngisi biodata saya, pas nulis pekerjaan disana tidak ada pilihan ibu rumah tangga. Ya kan Ibu rumah tangga mah tidak tergolong pekerjaan karena gajinya bukan nominal angka tapi langsung di gaji sama Allah.. So, sudah terbayang kan saya pilih opsi apa untuk pekerjaan? yups, that is tidak bekerja dengan penghasilan nol rupiah. Saya tidak mengada-ada karena memang seperti itu kondisi sebenarnya.

Dilanjutkan dengan memilih program study. Denger-denger sih bisa linjur dari saintek atau soshum, tapi buat apa sekolah milih sain atau sos kalau akhirnya milih linjur mah, Aa sendiri tetap di jalur soshumnya dan memilih 2 universitas dengan fakultas yang sama yakni ilmu politik. Why ilmu politik? next part saya ceritakan alasannya.

Yang ketiga mengunggah portofolio, yang ini di skip karena dalam notifikasinya dituliskan tidak membutuhkan portofolio.

Keempat memilih pusat UTBK, disarankan memilih yang terdekat dari rumah. Tadinya Aa pilih UNSIL untuk pusat UTBK nya, tapi ternyata UNSIL sudah full seat, akhirnya memilih UNPAD dan Alhamdulillah masih ada bangku kosong. Lokasi ujiannya nanti di UIN SGD Cipadung Gd. Lecture Hall Lab. PTIPD 3.4 pada hari Kamis tanggal 15 April 2021. Artinya? MasyaAllah hanya belasan hari lagi.

Yang terakhir mengunduh dan mencetak kartu pesetra. Well, kartu peserta ini harus dibawa saat UTBK nanti. Tentang dokumen apa saja yang harus dibawa, insyaAllah saya tuliskan di postingan selanjutnya.

Oh ya, jejak lainnya yang ingin saya tulis terkait pendaftaran SBMPTN ini adalah masyaAllah ternyata Aa tidak harus bayar biaya UTBK karena terdaftar KIP Kuliah. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal, ini mah rizkuminallah pisan masyaAllah. Padahal sudah mempersiapkan sejak jauh-jauh hari menabung untuk biaya kuliah dan persiapan kuliah Aa. 


Balananjeur, 27 Maret2021


Confused

 Cukup kaget saat menerima panggilan dari Ustadzah Helga yang menanyakan tentang kesiapan menjadi MC untuk acara parenting di SCB yang akan diadakan secara virtual ahad besok, bingung mau jawab apa. Inginnya sih jawab, "siap Ustadzah." tapi apalah daya, saya sedang tidak sanggup berucap by lisan. Sakit ini sedang membuat saya agak kesulitan berbicara, kalaupun dipaksakan maka jantung saya yang langsung protes.

Tapi saya bingung harus menjawab apa. Rasanya akan kurang sopan kalau saya jawab bahwa saya tidak bersedia, jawaban itu juga terasa nggak enak diucapkan karena biasanya saya tidak seperti itu. Namun saya tetap harus mengatakannya karena khawatir dan supaya ada persiapan untuk mencari MC lagi.

MasyaAllah, Alhamdulillah Ustadzah sangat memaklumi. Alasan pertama yang saya ajukan adalah bahwa saya sudah lama tidak ngeMC jadi khawatirnya acara justru akan berjalan kaku dan tak berwarna serta tidak 'hidup', Alhamdulillah Ustadzah mafhum. Ya, itu benar, sudah lama sekali saya tidak menjadi master of ceremony suatu acara. Kalau tiba-tiba jadi MC khawatirnya tegang trus acara yang digharapkan cair dan terasa hidup tetapi justru berubah kaku atau bahkan pabaliut. Thats not good enough of course.

Eh tapi tetiba jadi kepikiran buat belajar lagi. Well Ummi, come on, masih pantas di usia segini? hmm.. why not? eh kok jadi bermonolog, lha nulis disini sendiri sambil bermonolog.. hee..


Balananjeur, 27 maret 2021

Buku 20 Kesalahan dalam Mendidik Anak (Muqoddimah)


        Saat membereskan buku tiba-tiba saja pandangan saya tertuju pada buku yang di tulis oleh Muhammad Rasyid Dimas yang diterbitkan oleh Rabbani press ini. Kok asa ada janji yang belum tertunaikan terkait buku ini, tapi apaaaa gitu. Meuni blank begini memori teh, qodarullah setelah sempat hilang kesadaran lagi memori jadi ngblank lagi, loadingnya rada sulit. 

        Pas sedang menemani de Olin belajar, tiba-tiba saja ingat kalau saya pernah janji sama Ustadzah Suci untuk sharing buku ini. MasyaAllah ini janjinya sepertinya sudah lebih dari satu tahun yang lalu.. Astaghfirullah 'adziim, saya kok begidik ngeri membayangkan kalau setiap janji kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Sekecil apapun janji yang di buat, eh tapi nggak ada janji yang nilainya kecil karena setiap janji memiliki beban amanah yang pastinya sangat besar. 

        'Alaa kulli haal, saya mulai mencicil menunaikan setiap janji yang seolah terlupakan ini. Yang pertama janji sharing buku dengan tebal 224 halaman yang memiliki judul asli Siyasat Tarbawiyyah Khathiah ini. 

        Buku ini diterbitkan pertama kali oleh penerbit Dar Ibn Hazm, Beirut Lebanon pada tahun 1999 M/1420 H. Lalu diterjemahkan oleh Bu Sari Narulita dengan judul 20 kesalahan dalam mendidik anak dan diterbitkan oleh penerbit Rabbani press pada cetakan kesepuluh pada bulan Dzulqaidah 1430 H/Oktober 2009 M. 
       
        Saya jatuh cinta dengan buku ini sejak pertama kali melihat cover dan judulnya, nah kan fokus saya mah mudah teralihkan, tetiba ingat kisah beli buku ini. Waktu itu baru punya 3 anak, jadi baru sampai Aufa, pas jalan-jalan ke tobuk dekat kampus UNPAD Jatinangor lihat buku ini, ya udah ngolo ke suami buat beli buku ini. Saat itu kondisi ekonomi kami sedang kurang stabil, tapi saya tetap mrenghik minta dibelikan buku. Ya Allah kalau ingat hari itu teh suka malu sendiri, kok saya nggak empati banget ya.. 
      
        Well, kita abaikan kisah itu dan kembali ke tujuan nulis ini. 
   
        "Pendidikan anak adalah sesuatu yang sangat mendasar. Perannya tidak bisa digantikan oleh siapapun selain orangtua, kecuali dalam kondisi tertentu. Pendidikan anak juga merupakan bentuk pekerjaan yang mesti dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan pekerjaan gampangan, apalagi dengan sambil lalu. Dalam prakteknya tidak sedikit para orangtua yang kerap melakukan kesalahan dalam upayanya mendidik putra-putrinya, baik karena ketidakpedulian, sikap meremehkan maupun karena kelalaian. Sehingga sering kita dengar dan saksikan terjadinya penyimpangan anak-anak dalam masyarakat akibat pendidikan yang salah." (hal viii)

       Mendidik anak itu tak semudah saat kita baca buku parenting atau saat kita nyimak kajian yang membahas ilmu keorangtua an, banyak sekali permasalahan yang dihadapi saat mendidik diantaranya terjadi karena kesalahan kita sendiri saat mendidik anak. Well, buku ini memberi pencerahan tentang berbagai macam kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Penting banget dibaca oleh orang tua dan calon orang tua.. Saya teh bingung harus nulis apa, ini sebagai muqoddimah saja. InsyaAllah dalam catatan selanjutnya akan saya tuliskan tentang apa saja sih berbagai macam kekeliruan orang tua saat mendidik anak dan dampak yang ditimbulkan akibat kekeliruan itu. 

Balananjeur, 27 Maret 2021


Jumat, 26 Maret 2021

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Part Terakhir

        Again? Part terakhir? Yeah, here it is part terakhirnya disini. Karena sesi SNMPTN sudah berakhir, maka berakhir jugalah kisahnya tentang SNMPTN. Well, keseluruhan kisah yang saya tulis bukan terfokus pada informasinya tapi pada jejak-jejak dan pengalaman yang ingin saya simpan. Untuk mendapatkan informasi mah mudah, bisa googling di internet atau tanya-tanya yang lebih mafhum, namun catatan saya menyimpan sudut lain dari kisah yang ada di balik kisah-kisah itu. Eh ieu naon ? hahaha.

        Pada tanggal 22 Maret tepat jam 15.00 tidak kurang dan tidak lebih, pengumunman SNMPTN 2021 resmi di buka. Qodarullah 'alaa kulli syaiin, diantara 2 pilihan tidak satupun yang lolos. Sebagai informasi, Aa mengambil sastra arab dan sastra sunda di form pendaftaran karena melihat peluang kesana jauh lebih besar. Eh sebenarnyamah bukan hanya karena itu, tapi karena siaga kemungkinan lolos SNMPTN.

       Guru BK Aa merekomendasikan UNSIL dengan peluang lolos jauh lebih besar di banding peluang ke universitas lain. Itu pasti bukan hanya sekedar prediksi tanpa alasan, dan kami meyakininya. Namun karena peluang masuk itu juga lah akhirnya Aa (setelah musyawarah dengan kami) memutuskan mengambil universitas yang tidak direkomendasikan. Kok gitu? Alasannya adalah karena SNMPTN mah kalau lolos teh kan harus di ambil dan tidak ada peluang mengikuti UTBK setelahnya. Jadi peluang Aa hanya akan sampai di sana. Jadi keputusan memilih ke unpad dengan harapan kalau lolos tak perlu ragu ngambil karena jurusannya sesuai minat Aa, kalaupun tidak lolos juga tidak apa-apa karena masih ada peluang-peluang lainnya, baik itu lewat UTBK ataupun madiri.

        Beberapa teman sekelas Aa lolos SNMPTN ke UNSIL. Sebagian lagi tidak lolos termasuk Aa, tapi kami dan termasuk Aa bersyukur karena arrtinya Allah buka peluang lainnya untuk Aa. Kalau lolospun tentu bersyukur dan tidak perlu riweuh ikut UTBK, tapi karena Allah taqdirkan tidak lolos maka yang akan kami lakukan adalah mengucap hamdalah setelahnya. Laa ba'sa bih insyaAllah.

Selasa, 23 Maret 2021

Impian Umar

 

"Umar nggak nyangka, de Olin ternyata sudah sebesar ini. Serasa baru kemaren Umar gendong de Olin."
Begitupun ummi, Nak. Ummi masih merasa subhanalloh amazing pisan melihat kalian sudah sebesar sekarang.
Ummi sering mencoba mengingat-ingat bagaimana kalian kecil dulu. Ummi membuka diary masa kecil kalian, mencoba menuliskan kembali bagaimana kalian kecil dulu. Ah Nak, semua terasa seperti baru saja terjadi.
"Apa kami membuat ummi lelah?" ummi mencoba membuka kembali kenangan beberapa tahun silam saat engkau bertanya hal itu. Mungkin ummi pernah lelah, kurang tidur, dan semacamnya, tapi ummi lupa lagi rasa sebenarnya dan ummi benar-benar lupa dan merasa waktu yang berdetak sepanjang kebersamaan bersama kalian tidak pernah sekalipun membuat ummi lelah dan letih.
"Apa kami membuatmu lelah?"
"Tidak, Nak. Kalian tidak pernah membuat ummi lelah."

impian umar

catatan ini ditulis saat Umar sedang mengikuti MPLS di Mts Al Munawwaroh beberapa tahun yang lalu pada tanggal 18 Juli 2017

Ada Tabungan? (bagian 1)

        "ada tabungan?" ini salah satu rangkaian pertanyaan dari Ustadzah Maulida beberapa bulan yang lalu saat menelpon. Tulisan ini seharusnya sudah saya selesaikan sejak lama, tetapi jari saya suka lari kesana-kemari jadi banyak yang belum teerselesaikan salah satunya jejak ini. Saya sudah bertekad menuliskannya dan menyimpannya jejaknya di sini, seharusnya tekad itu saya tunaikan dan bersegera saat melakukannya agar ingatannya masih hangat untuk menjadi sebuah jejak yang juga pengingat.
        
        Mungkin ada sebagian orang yang bingung dan tidak mengerti alasan kenapa juga harus dituliskan, itu kebingungan yang wajar apalagi untuk orang yang memilih menyimpan sendiri hal-hal yang menurutnya tidak boleh diketahui orang lain, tapi saya memiliki pemikiran yang lain. Saya masih belum memiliki kalimat yang tepat untuk menguraikan alasannya, nanti kalau sudah ketemu diksi yang tepat insyaAllah akan saya uraikan lagi di blog ini. Yang pasti saya hanya ingin berbagi semampu saya, membantu meringankan karena saya meyakini tulisan akan sampai pada orang yang paling tepat mendapatkannya. Siapapun anda yang Allah tuntun untuk sampai di catatan kecil saya ini, izinkan saya berbagi kisah-kisah receh yang semoga membantu meringankan apapun  beban yang sedang anda pikul.

        Well, saya kan sedang mau berbagi tentang tabungan. hee..
         
        Saking grogi nya mendapat telpon Ustadzah, saya sampai salah jawab waktu Ustadzah tanya apakah kami memiliki tabungan ataukah tidak. Saya jawab, "ada di bjb, Ustadzah.' padahal aslinya bukan di BJB tetapi di koperasi yang dikelola kakak ipar saya. Rekening di BJB sendiri hanya untuk transaksi atau saat ada sesuatu yang butuh bantuan atm, untuk nabungmah saya merasa lebih nyaman kalau nabung di koperasi. InsyaAllah koperasinya juga bukan konvensional, ini koperasi yang dijalankan dengan sistem mudhorobah serta dikelola oleh orang-orang yang memahami ilmu syari'ah insyaAllah.
     

bersambung ke bagian 2


Membuat Saung

 


Sebelum akhirnya kembali dirobohkan, beberapa hari ini umar dan syamil sibuk mengkreasikan imajinasinya membuat saung istimewa.
Semua kreasi anak memang selalu istimewa.
Dengan memanfaatkan kayu2 bekas yang masih bisa terpakai, karung2 bekas yang sudah dibersihkan, tehel bekas yg juga sudah dibersihkan dan yang pasti semangat menuangkan ide yang pastinya sangat banyak.
Here it is my beloved son, Umar, dan sepupunya, Syamil.
Syamil bilang, "karena umar best friend syamil.. "
Dan pertemanan, harusnyalah menjadi sumbangsih bagi kemaslahatan ummat. Like them, membuat karya kecil hari ini untuk karya gemilang di hari esok.

Jejak ini di tulis di Tasikmalaya, 8 september 2016 saat Umar 11 tahun

Catatan Menjelang Akhir Maret (bagian 1)

         Ini hari kesekian setelah kembali menjalani hari-hari dalam bisu dan hening kamar. Hari ini saya masih disini, tetapi kini tanpa kekalutan seperti sebelumnya. Tanpa denyut kesunyian yang membuat rinai menderas hebat, atau gemerisik hati dalam ketakutan. Tidak, hari ini saya sudah lebih siap dengan kondisi yang masih sering tiba-tiba terjadi ini.

       Belum ada yang berubah secara signifikan, tubuh ini masih belum terbiasa menjejakkan langkah. Ingatan ini juga masih terbatas dalam beberapa hal, saya kesulitan berjalan tanpa lalanggeongan dan juga kesulitan untuk berkonsentrasi sedangkan ada beberapa naskah yang harus diselesaikan. Ya, saya harus menunaikan yang sudah di azzamkan, salah satunya menunaikan satu cerpen untuk proyek antologi.

        Saya belum pernah menulis fiksi, semua tulisan saya berdasar kisah yang benar-benar, "it is me."; kejadian, perasaan, pengalaman, pemikiran dan harapan. See, bahkan kaidah-kaidah kepenulisan yang baik dan benar pun di tabrak tanpa ampun tapi tetap dengan PeDe nya mempublikasikan tulisan lalu berikrar untuk membuat buku solo dan lebih banyak antologi. 

        MasyaAllah, apakah ini PeDe yang kurang tepat?

        I don't think so. Saya tidak perlu memikirkan tepat atau tidaknya posisi PeDe ini. Yang harus dan perlu saya lakukan adalah tetap menulis selama nafas ini masih berada pada tempatnya.

        Sempat terpikir khawatir di anggap tulisan sampah atau semacamnya, tetapi pikiran itu tidak lama. Saya buru-buru menepisnya karena pikiran seperti itulah yang justru menjadi sampah yang harus segera saya enyahkan. Boleh jadi akan ada yang berpikir catatan seperti ini tidak berguna, tapi saya meyakini akan ada yang merasa termotivasi dan mengambil ibrah dari catatan kecil ini. Jadi daripada sibuk dengan kekhawatiran yang tak perlu, lebih baik menyibukkan diri untuk meluruskan niat dengan tetap beramal. lalu biarkan Allah yang mengatur akhirnya.

        Well, kembali ke maksud awal catatan ini di tulis disini. But wait, memang maksud tulisannya apa sih? Hmm.. oh ya, saya harus scroll dulu ke atas untuk mengingat kembali ari saya teh lagi nulis apa. Sebentar saya scroll dulu yaa..

        Sepertinya ini tulisan tanpa tema alias tulisan suka-suka, sepertinya saya tetap harus membuat tema untuk tulisan ini. Baiklah, saya akan memasukkannya ke dalam, label catatan harian. Ada banyak kata yang ingin dituliskan, tetapi seperti saya katakan di awal tulisan, memori saya sedang agak sulit untuk di ajak sinkron. Loadingnya sedang agak lama, kalaupun dipaksakan maka siap-siap deh keringat dingin mengucur deras, tubuh kembali limbung, ujung tangan dan kaki terasa dingin, sesak dan semua gejala sakit lainnya berdatangan tanpa henti. Ini bukan sounding yaa, ini hanya kebiasaan yang coba saya tuliskan sebagai bagian jejak di sini.

        Saya memaksa diri saya sendiri untuk menulis minimal satu catatan perhari dan memostingnya disini. Bulan ini sudah tanggal 23 tapi baru ada 14 tulisan. 

       "itu karena aku sakit." ini bukan alasan yang tepat, maksudnya ini bukan untuk alasan. Sakit bukan alasan, toh selama menulis di hari-hari sebelumnya pun kondisi saya sedang dalam keadaan sakit. Tidak ada yang berubah, semuanya tetap sama. Kalaupun ada yang berubah hanya saat ini saya kesulitan membuka ingatan apalagi beerimajinasi untuk bahan cerpen.

      By the way tentang cerpen, apa saya mundur saja ya? But no, mundur atau menyerah itu hanya akan membuat luka dan saya tidak suka menghadirkan luka saat saya masih bisa membuat pilihan untuk bahagia.

       Bahagia? apa hubungannya? ya ada atuh. Menulis membuat saya bahagia. Saya senang saat menulis, seperti menemukan keseluruhan diri saya dan saya menyukai aktivitas ini. Seperti apapun hasil tulisannya, saya hanya sangat menyukai prosesnya. 

        Saya juga senang saat berjuang mewujudkan sesuatu yang sudah diikrarkan. Perjuangan seperti ini membuat saya merasa bahwa saya benar-benar ada dan hidup. Ini perasaan yang membuat saya merasa semakin bersemangat menunaikan segala yang sudah diazzamkan.

        Mata saya sudah mengantuk, saya akan lanjutkan catatan ini besok sambil menulis cerpen insyaAllah.


Balananjeur, 23 Maret 2021


bersambung ke bagian 2

Setelah

Setelah tiada, barulah kita memahami arti mereka untuk kita
Lalu dimana kita saat mereka ada?
Dimana kita saat mereka membutuhkan kita?

Setelah tiada,
Barulah kita mengerti apa itu cinta tulus tak bersyarat
Dan kita lupa bagaimana dulu kita memperlakukan mereka saat mereka ada
Kita lupa bagaimana dulu kita mencintai mereka dengan sisa cinta yang ada, bukan cinta yang luas ataupun cinta yang tulus, tapi sisa-sisa cinta setelah cinta pada yang lainnya
Kita lupa bagaimana dulu kita mengabaikan mereka saat mereka ada
Kita lupa bagaimana dulu kita mendelik pada mereka
Kita lupa bagaimana kita dulu mengeraskan suara kita pada mereka
Kita lupa dan merasa seolah kita paling mencinta, sedang luka semakin bernanah karena lupa yang menjadi sesal

Setelah Apa pergi, barulah saya menyadari bahwa arti kehilangan itu jauh lebih menyesakkan
Sedang waktu....ia tak bisa ditarik kembali
Tak bisa di ulang untuk sekedar menyimpan sedikit bakti kala beliau ada
Ataupun sekedar mengucap, "Apa, hatur nuhun." 
ah, kalimat ini terasa sakit saat kutuliskan
Dan kembali, aku menangis; sesal

Sahabat,
Bagaimana kabar ayah dan ibu Anda hari ini?
Jika mereka masih ada, tengoklah mereka! 
Ucapkanlah selalu hanya kalimat yang baik dengan intonasi yang lembut pada mereka!
Cerahkanlah raut muka mu untuk mereka!.

Minggu, 21 Maret 2021

Muhasabah

Segenggam kacang panjang yang di potong-potong dan ditumis bersama tempe menjadi menu makan siang kami siang tadi. Kacang panjangnya sendiri Alhamdulillah hasil panen dari pekarangan, begitupun dengan rawit, tomat dan daun bawangnya. Alhamdulillah, beberapa biji tanaman yang dulu di tanam biidznillah sudah bisa di panen, setiap hari dipanen Alhamdulillah.

Bagi saya, ini anugerah yang ... Subhanalloh... Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan.

Sangat tidak tahu malu sekali ya sahabat, jika udara yang kita hirup, air yang kita minum dan gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, anggota tubuh yang berfungsi dengan baik, tumbuhan yang Allah anugerahkan untuk memenuhi kebutuhan kita, hewan yang Allah sediakan untuk memenuhi kebutuhan kita, dan nikmat-nikmat Allah yang lainnya ini tak juga membuat kita bersyukur padaNya... 

Sangat tidak tahu malunya kita jika merasa bahwa semua yang ada pada kita hari ini ada karena kita, karena usaha kita, karena kerja keras kita... Hingga melupakan Allah karenanya..
Hingga kita enggan taat kepadaNya
Hingga kita melupakan hak-hak saudara kita karenanya
Hingga kita lupa...bahwa semua itu hanya titipan yang suatu saat harus dikembalikan pada pemilik sebenarnya...

"Robbana.."

Sabtu, 20 Maret 2021

Kenapa Harus Membuat Target?

Kenapa harus membuat target? 

Tak jarang kita temui banyak ibu atau orang tua baik ibu ataupun ayah membuat target-target tertentu bagi buah hatinya. Misal dalam usia 1 tahun harus sudah bisa calistung atau hafal 30 juz. Hee contohnya luar biasa pisan nya? 😁 misal mah suka-suka yang nulis ya 🤭

Sepenting apa harus membuat target tinggi untuk anak-anak, sampai kita lupa bahkan kita pun sering terbebani dengan target-target seperti itu? 

Kita membuat target anak usia 2 tahun harus sudah bisa ini dan itu sedangkan kemampuan kita tak cukup untuk membuat anak mampu memenuhi target kita. Ingat Bunda, salah satu kunci keberhasilan anak dalam memenuhi target yang kita buat terletak pada usaha kita, ibu nya. Pada kesungguhan dan sebesar apa kita berusaha. Kalau kita membuat target tapi kitanya sendiri malas-malasan bin ogah-ogahan mendampingi anak mah sama juga bohong. 

Atau kita membuat target tinggi untuk anak tanpa memperhatikan psikolgis anak atau kemampuan anak (dan kemampuan kita) sama saja nyuntrungkeun diri sendiri. 

So, daripada riweuh teu pararuguh sambil membuat beban buat diri kita sendiri juga beban berat buat anak, berhenti lah membuat target terlalu tinggi! 
Nikmati saja prosesnya, bermain lah dengan anak sepuasnya, jalani saja dengan penuh syukur dan gairah menciptakan ruang yang ramah anak. 

Lihatlah jauh ke dalam diri kita saat kita harus membuat target, sesuaikan dengan kebutuhan pokok anak dan periksa kembali niat kita. 

Berbahagialah dan jangan membebani diri sendiri saat anda bisa memilih untuk menikmati kebersamaan tanpa tekanan! 

Pengibar Bendera

"Ummi, hari ini teteh jadi pengibar bendera. Teteh kebagian yang bilang begini, bendera telah siap. Teteh tegang, mi." sebelum berangkat ke sekolah di hari Senin, sambil memakai sepatu dia bercerita tentang agendanya nanti di sekolah.

"Subhanalloh. Teteh tegang kenapa?" saya pancing dia bicara, curhat. Wanita membutuhkan banyak waktu dan kata untuk bicara, bahkan seusia Aufa pun seperti itu. 
Dan biasanya wanita, hanya dengan bercerita dan merasa nyaman bercerita, hatinya lebih plong setelah itu.

Kadang dia curhat, bercerita tentang sedih atau gundahnya hanya untuk mengeluarkan unek-uneknya, dia akan merasa lebih baik setelahnya meski itu tanpa solusi.

Karena itu wanita, membutuhkan seseorang yang bersedia menjadi pendengarnya untuk membuat dia merasa di mengerti. Hanya di dengarkan. 

Karena saya wanita, meski tidak semua wanita seperti itu, tapi Aufa termasuk salah satu yang seperti saya: butuh bicara dan di dengarkan. Seperti saat itu, saat dia merasa gundah karena tegang menghadapi moment yang menurutnya 'luar biasa.'

Dan pertanyaan seperti itu, biasanya membuatnya berani berbicara dan mengeluarkan semua rasa kurang nyaman di hatinya. Apa yang sedang dia rasakan, kenapa, kekhawatiran seperti apa yang dia pikirkan dan semua hal yang membuatnya merasa tegang..
Saya hanya bisa mendengarkan sambil sesekali menimpali ceritanya dengan kata-kata yang biasa saya ucapkan, "oh.", " wah", "subhanalloh..", " masyaAllah." dan lain sebagainya tanpa berniat memotong curhatannya.

Saya ingin dia bercerita pada saya, hingga hilang semua kata yang ia simpan dihatinya kala gundah atau gelisah atau perasaan-perasaan kurang enak lainnya. Saya ingin dia bercerita dan tetap bercerita sepanjang kami bisa saling bercerita dan mendengarkan... 

"Sekarang teteh sudah tidak tegang lagi, Alhamdulillah. Terimakasih ya, Mi. Terimakasih sudah mendengarkan teteh. InsyaAlloh teteh bisa." dia kembali bersemangat menatap harinya, Alhamdulillah...

Hari itu, Senin 6 Maret 2017, dia tersenyum karena akan jadi seseorang yang mengatakan dengan suara lantang, "bendera telah siap." 

Catatan ini di tulis saat teteh Aufa berusia 9 tahun

Kamis, 18 Maret 2021

Curcol

Sepulang dari Tasik, saya langsung marab hayam-hayam yang kelaparan, sok rame kalau hayam lagi lalapar teh. MasyaAllah rame pisan. 
Setelah di parab mah ayam-ayamteh langsung jarempe karena fokus ke parab. Saya suka pas lihat ayam 🐔🐓🐤 lagi pada makan teh, jadi hiburan tersendiri.. Hee.. MasyaAllah. 

Pas lihat teras, MasyaAllah banyak kotoran ayam. Kata kakang mah normalnya lihat kotoran ayam teh ibu-ibu mah langsung kukulutus teu eureun-eureun, nah karena saya punya kelemahan dina bab kukulutus, saya memilih untuk ambil air trus ngabanjur teras dan lanjut di pel. Mungkin saya tidak senormal itu untuk kukulutus, saya kurang pandai kukulutus, asa kurang manfaat nu aya kalahkah cape tapi ayam tetap BAB sembarangan 🤭, belum lagi ayamnya juga ayam punya sendiri. Jadi daripada kukulutus, lebih baik selesaikan apa yang harus diselesaikan. Biar nggak terlalu cape.. 

Saat sedang ngabanjuran teras, lihat tanaman MasyaAllah sudah mulai tinggi. MasyaAllah hadza kin fadhli Rabbi, sungguh Allah maha kuasa dalam menumbuhkan dan merawat sesuatu. 

Lalu seperti biasa, setiap pulang dari manapun saya akan kembali demam. Bukan demam tinggi sih, hanya demam ringan dengan seluruh tubuh yang terasa remuk. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal, semoga menjadi Thohuurun insyaAllah. 

Laptop

Qodarullah laptop Sekolah ngadat jadi harus beli laptop baru buat sekolah, jadilah kami ke Tasik buat survey laptop. Survey? Harusnya beli kan 🤭

Keliling dari planet, trus ke Asia Plaza, sehati, dan di daerah.. Hmm daerah mana etateh nya, pokoknya banyak toko kami datangi untuk mencari laptop dengan spek yang dibutuhkan dan tentu budget yang sesuai isi saku. 

MasyaAllah, perasaan dulu mah lihat harga rata-rata teh ada yang 4 juta ke bawah, naha sekarangmah 4 juta teh paling murah. MasyaAllah, lihat harganya oge sudah bikin muriding.. Marahal pisan, kalau ingin laptop dengan spek yang sesuai kebutuhanteh harganya belasan juta. MasyaAllah, tentu akan lain ceritanya bagi yang dompetnya tebal ku angka mah nya 😁. 

MasyaAllah.. 

Saya tanya ke penjaga toko, "kang, harganya sekarang mah jadi marahal ya kang? Ari dulu mah waktu kesini teh banyak yang harganya 3 juta an, sekarang mah paling murah yang ini ya kang, yang 4,5?"saya menunjuk salah satu laptop yang ada di rak kaca pajangan. 

"Iya teh. Jadi kan sekarang teh anak-anak sekolah atau kuliah teh pada daring. Jadi kebutuhan laptop juga meningkat. Nah ya gitu teh, kalau permintaan tinggi, harganya juga ikut naik. Tadinyamah sempat nggak ada barang, teh. Kosong nggak dikirim lagi karena produksi menurun, tapi sekarang ada lagi dengan harga yang juga wah." Jelas akang penjaga toko. 

"Asa lieur nya kang, ini yang butuh teh kan kebanyakan buat anak-anak sekolah sama kuliah. Usaha orang tuanya juga mungkin banyak yang keimbas kondisi sekarang, bahkan sebagian mungkin ada yang gulung tikar atau usahanya sepi. Asa kasihan juga kalau laptop yang sekarangmah jadi salah satu kebutuhan pokok para pelajar tapi justru harganya melangit kayak gini jadi sulit kebeli." Saya juga membayangkan diri saya sendiri yang sedang menabung buat beli laptop buat nomor 1 yang bersiap kuliah sama nomor 2 yang nanti pasti juga butuh laptop untuk tugas-tugas belajarnya. 

Oh ok.. Saya optimis bahwa Allah akan memudahkan dengan caraNya. Tapi asa sedih juga ingat cerita teh Icha kalau di Norwegia mah di masa daring teh anak-anak sekolah teh dapat fasilitas laptop dari pemda setempat secara cuma-cuma, trus ingat cerita kak Muni, Mahasiswi asal Malaysia yang sedang menempuh pendidikan di Princess Nauroh University. Kak Muni cerita kalau di PNU ada mahasiswa yang membutuhkan laptop, bisa pinjam ke university dan itu tanpa biaya apapun. Belum lagi kebutuhan lainnya yang terpenuhi dengan sangat baik, para pencari ilmu teh dimuliakeun pisan MasyaAllah. 

Sulung berkomentar, "Mi, kita tinggal di Indonesia, Mi." Mungkin maksudnya ingin mengingatkan bahwa 2 negara yang saya sebutkan di atas tidak bisa menjadi bahan 'ke-iri-an' saya 🤭

Kembali ke kisah laptop, eh kukurilingan nyari laptop. Akhirnya kami pulang tanpa membawa laptop, rada sesah sekarangmah tanpa laptopteh, tapi insyaAllah Allah akan mudahkan dan lancarkan selama kita yakin Allah akan berikan kemudahan dan jalan keluar. 

Balananjeur, 18 Maret 2021

Rabu, 17 Maret 2021

Waktu

         



         MasyaAllah,

         Begitulah waktu berlaku. Bahkan saat kita masih begini-begini  saja, waktu tetap tidak akan pernah diam meski sejenak hingga kita berubah menjadi lebih baik.

         Waktu tidak akan berhenti sejenak hanya untuk menunggu kita berubah menjadi ibu yang baik, menjadi pribadi yang baik. Ia akan terus berdetak, berjalan bahkan terasa berlari hingga akhirnya kita tersentak sendiri saat menyadari akan banyaknya waktu yang telah berlalu sia-sia, dan kita mulai menangisinya, menyesalinya.

        Suatu saat,

        Riuh suara canda tawa serta tangis dan teriakan anak kita akan kembali kita rindukan, seperti saya yang akhirnya faham arti rindu itu.

 Saat-saat kebersamaan bersama anak-anak menjadi hal yang sulit,

Sedang waktu terus beranjak meninggalkan kita yang semakin memndekati saat-saat perpisahan, saat-saat pertanggungjawaban.

        

Selasa, 16 Maret 2021

Dua Ribu yang Tidak Seberapa

:: Dua Ribu yang 'tak seberapa' ::

Matanya berkaca-kaca
Kemudian bersimbah airmata
Berkali menepuk pundak dia
Atas dua ribu yang seringkali terlihat tak seberapa..

Bulir bening kian menyapa
Berulang kali mengucap terimakasih dengan terbata
Mengucap banyak doa kebaikan untuk dia
Atas dua ribu yang seringkali terlihat tak seberapa...

Isak tangis kian mendera
Diantara sekian patah kata
Dan ba'it do'a yang tercipta
Atas dua ribu yang seringkali terlihat tak seberapa..

"Bibi, jangan seperti itu. Ini tidak seberapa." ucap dia sambil menahan Isak atas dua ribu yang seringkali terlihat tak seberapa..

"Tidak, neng... Itu sangat berharga. Itu sangat besar. Terima kasih...terima kasih.... Semoga Allah menggantinya dengan limpahan kebaikan." dan banyak rangkaian do'a yang terucap dari lisannya atas dua ribu yang seringkali terlihat tak seberapa...

Disini, aku membisu ... Menyaksikan semua itu tanpa kata
Dengan sesak yang kian nyata
Dua ribu yang seringkali terlihat tak seberapa..
Akan sangat berbeda nilainya bagi mereka yang memiliki rasa syukur pada rasa yang ada...
Pada apapun yang mereka terima...

Ciseupan, 11 Desember 2016

Terpeleset

Saya pernah terpeleset di teras belakang rumah kakak, Qodarulloh terburu-buru membuat saya terpeleset dengan banyak luka di telapak tangan kiri, seluruh tubuh bagian kiri sampai leher dan kepala.

Sakit? Sangat, subhanallah saat itu saya menangis. Sambil mencuci luka di tangan dengan banyak darah dan tanah terutama di telapak tangan dan lengan, saat itu saya juga menangis. Bukankah sunnatulloh saat kita menangis karena sakit yang dirasakan?! 

Olin kecil dengan tubuhnya yang sudah tak kecil lagi mengusap airmata dan kerudung coklat muda yang saya kenakan dari tanah yang menempel, dia memeluk saya erat dan berusaha menenangkan saya dengan tangan kecilnya yang terus mengusap lembut pipi dan kepala saya.

Sesaat saya lupa, saya seorang ibu yang terkadang suka jaim tidak mau terlihat lemah di depan anak-anak ( :D ). Dan Olin kecil membantu saya mengingatkan kembali dengan caranya yang istimewa, bahwa sesekali kita butuh menangis dan tidak apa-apa jika kita menangis di depan anak-anak kita.
Bahwa seringkali kita butuh 'rangkulan hangat' dari orang-orang yang kita cintai saat kita terjatuh. Dia juga mengajarkan saya akan pentingnya empati saat melihat orang lain terluka.

Ya, saya salah karena tidak hati-hati saat berjalan saat itu. Ah tidak, saya tidak berjalan tapi sedikit berlari karena mual yang saya rasakan. Saya bersalah, tapi Olin kecil mengingatkan saya untuk memberikan pelukan kehangatan tanpa perlu mengingatkan saya akan ketidakhati-hatian saya. Dia membantu saya mengingat akan kesalahan saya tanpa banyak kata.

Subhanalloh...
Betapa banyak pelajaran hidup yang bisa kita gali, pelajari dan ambil dari keseharian dan perjalanan hidup anak-anak. 

Saya malu saat menyadari akan jauhnya perbedaan saya dan mereka dalam menghadapi kondisi seperti itu.

Seringkali kita di posisi orang tua lebih sering menyalahkan anak-anak saat mereka terjatuh. Dengan alasan khawatir dan cinta kita salahkan mereka dengan kata-kata yang tak jarang menambah luka bagi mereka."Tuh kan, ibu bilang juga apa, kamu sih nggak mau nurut, jadinya jatuh kan..." atau kata-kata lain yang semisal. 

Jatuh atau terjatuh lalu menangis untuk kembali bangkit dan berdiri bukanlah hal yang tabu ataupun tidak boleh. Ada saat kita jatuh meski kita sudah sangat berhati-hati, ada saat anak-anak kita jatuh karena beberapa sebab, lalu kita dan mereka bangkit dan berdiri lagi. Adakalanya kita menangis karena luka yang kita rasakan saat kita terjatuh. 
Semua orang pernah mengalaminya, dan seperti halnya ujian hidup lainnya, jatuh pun bisa menjadi jalan kemuliaan ataupun justru menghinakan kita. 

Eh ieu teh nyerat naon? Sapertosnamah curhat..hee

Oh ya, kembali tentang cerita jatuh. Butuh sekian hari untuk pulih dari sakit karena terpeleset apalagi terpelesetnya tergolong berat (katanya sih begitu..hee..).
Melihat area lukanya memang tergolong agak berat, seluruh tubuh saya sangat sakit. Sulit menengok, sulit menggerakkan tangan dan beberapa kesulitan lainnya membuat saya menyadari akan nikmat Allah yang sering terlupakan.

Telunjuk yang sulit digerakkan membuatnya berduka saat mengingat ia yang seolah disia-siakan saat sehatnya.
Leher yang sulit menengok kiri kanan mulai berduka mengingat ia yang seolah-olah disia-siakan saat sehatnya, banyak sholat Sunnah yang terlewat sedang Allah tlah memberi banyak kesempatan diwaktu ia sehat. 
Lengan yang sulit di gerakkan membuatnya berduka mengingat ia yang kurang berkhidmat dan mengerjakan banyak kebaikan.
Kaki yang sulit dipakai untuk lama berdiri membuatnya berduka mengingat ia yang dulu kurang lama berdiri dalam sholat saat sehatnya..

Ah, sehat yang menjadi terasa mahal dan dirindukan..

Lalu sakit menjadi duka yang dalam?
Bahkan meski berduka dalam sesaat, ia tidak boleh hadir terlalu dalam..
Karena sakit adalah pengingat
Sakit adalah muhasabah
Sakit adalah sarana evaluasi diri
Sakit adalah ladang amal dan paha
Dan sakit adalah alarm paling tidak enak yang justru membawa banyak berkah kebaikan dan mudah-mudahan jadi penggugur dosa.

Alhamdulillah ... Sekian hari kemudian Allah pulihkan tubuh saya dari cedera itu.
Dan saya semakin teringat akan sakit yang dialami saudara-saudara saya di Palestina , di Suriah, di Rohingya, dan dibelahan bumi lainnya...
Katanya cedera saya lumayan agak berat, tapi tidak, cedera yang saya alami amat sangat ringan... Saaangat ringan hingga Allah izinkan saya untuk istirahat dan kembali pulih. Tapi yang di alami saudara-saudara kita di bumi jihad disana, mereka terluka, mereka berdarah... Dibawah desingan bom dan peluru....

Allohummanshur muslimiina fii kulli makaaan

Senin, 15 Maret 2021

Mengingat Ayah

Apa yang engkau ingat tentang ayah?

Bagiku ayah,
Mengingatnya... Aku teringat masa kecilku saat ayah memberikanku hadiah sebuah buku kisah masa kecil nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam..
Ukurannya seukuran kertas A4, dengan gambar pengiring cerita didalamnya..
Rosululloh tidak digambarkan serupa beliau shollallohu 'alaihi wasallam, tapi serupa cahaya bertuliskan nama محمد ..

Ayah memberikanku sebuah buku 
Selalu buku yang diberikan ayah
Buku kisah Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam, buku kisah para nabi, buku kisah Khulafaur Rasyidin, buku kisah para shahabat dan shahabiyah... Hingga yang ku cintai hanya mereka yang selalu kubaca, semua yang tak bosan kubaca itu menjadi sosok-sosok yang paling kucinta selain ibu dan ayahku

Suatu hari sepulang mengembala, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam membawa setangkai bunga yang diberikan pada bibinya, ibunda Ali bin Abi Thalib Rodiyallohu Anhu... MasyaAllah, aku jatuh cinta pada sosok mulia itu sejak hari itu, sejak kali pertama aku membacanya beberapa puluh tahun lalu saat usiaku belum belasan..

Ayah sepertinya tahu,
Aku suka membaca shiroh... Hingga lagi, lagi dan lagi beliau kembali membawakan untukku buku-buku shiroh yang lain, mulai dari yang tipis bergambar,  tipis tanpa gambar, agak tebal hingga menurutku tebal diwaktu itu; shiroh nabawiyah karya Ibnu Hisyam seingatku.

Aku mengingat ayah,
Hingga hari ini aku mengingat ayah,
Akan cintaku pada Nabi yang kucintai ... Pada para shahabat dan shahabiyah yang Rodiyallohu 'anhum...
Setiap kali membaca shiroh kembali kuingat masa kecilku
Masa kecil dengan buku kisah-kisah para nabi dan Rasul oleh-oleh Ayah dari kota Bandung

Apa yang engkau ingat tentang ayah?
Bagiku ayah...untukku ayah.. Mengingatnya mengingatkanku pada awal kecintaanku pada Rasul yang kucintai, pada para shahabat dan shahabiyah Rodiyallohu Anhum..
Mengingatnya mengingatkanku akan Muhammad kecil yang berlari riang memberikan setangkai bunga untuk bibinya sepulang dari mengembala..

"Robbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shogiiroo... Yaa Robbal aalamiin, tempatkan Apa di tempat terbaik di sisiMu, ampuni Apa, rahmati Apa.."

Jangan Aku

 "Neng, jadi nanti Neng sama teteh satunya lagi tinggal tentukan saja siapa yang jadi ketua dan siapa yang jadi sekertarisnya.!" Mendapati arahan dari Bu Nur, Divisi Tabligh PDA Kota Tasikmalaya membuat saya sedikit bingung dan cukup dilematis juga.

Saya tidak suka menolak saat di beri amanah, meski mungkin akan memberatkan tetapi biasanya saya akan tetap dalam kondisi, "saya siap.". Namun kali ini berbeda, saya tidak sedang dalam kondisi siap memikul tanggung jawab baru selain ssebagai Istri dan Ibu. Segala hal yang ditawarkan tidak bisa saya iya kan karena saya hanya sedang ingin di sini dengan aktivitas yang mulai saya nikmati ini. Membersamai anak-anak yang sebentar lagi akan usai, mendampingi suami dengan cara saya, dan melakukan banyak hal lain yang semuanya berkutat seputar rumah.

Saya tidak seperti yang lain yang bisa menyelesaikan tugasnya dengan sempurna, kondisi kesehatan saya yang semakin tak menentu membuat lebih sering abai pada tugas, tugas di rumah pun tak bisa diselesaikan dengan baik, lalu bagaimana bisa saya mengambil peran dan tugas baru yang tak sanggup saya pikul. Beban itu akan terlalu berat untu saya.

Saya kini sudah banyak berubah, jika dulu akan mengatakan, "ok, i will." saat di beri amanah, hari ini justru sebaliknya, saya akan mengatakan, "no, i can't do it."

Kondisi kesehatan dan keseharian saya di rumah yang masih membutuhkan perhatian besar bukan sekedar alasan tetapi sesuatu yang sedang sangat ingin saya selesaikan. Fisik ini membutuhkan penunaian hak nya, saya akan mulai berobat kembali. Tentu saja saya masih bisa melakukan banyak hal karena itu sakit bukan hal yang laik dijadikan alasan, tetapi bahkan untuk berjalan saja membutuhkan energi yang membuat saya kelelahan setelahnya hingga serasa rontok seluruh tubuh ini membuat saya tidak berani untuk memaksakan diri. Saya ingin diam dan menjeda kaki agar bisa beribadah dengan baik. Saya sangat mengenal bagaimana tubuh saya bekerja hingga merasakan sakit (kapan, karena apa), untuk itu saya dengan tegas mengatakan, "no, don't me."

Begitupun dengan fokus perhatian saya yang saat ini tidak ingin saya bagi.

So, Jangan aku!

Jumat, 12 Maret 2021

Doorprize dari RKI Kabupaten Tasikmalaya

MasyaAllah Alhamdulillah dapat hadiah dari RKI Kabupaten Tasikmalaya. Ini hadiah dari RKI yang kedua kalinya. Yang pertama waktu zoom meeting hari Ibu yang diadakan RKI Pamijahan Kabupaten Bogor, yang kedua di hari Gizi yang diadakan RKI Kabupaten Tasikmalaya. 

Tentu saja saya tidak mengikuti acara untuk mendapatkan hadiah, sejak mendaftar ikut acara sendiri saya bahkan tidak tahu akan ada hadiah doorprize seperti ini. Biasanya saya fokus ke tema acara atau apa yang akan di bahas selama acara, kalau saya tertarik ikut kalau tidakmah ya nggak usah ikut. Saya malas berpikir ribet, jadi hanya punya kriteria itu untuk mengikuti suatu acara. 

Tertarik sendiri tidak ujug-ujug datangnya, tertarik disini maksudnya karena saya yakin saya butuh ilmu itu atau acaranya tidak bentrok dengan kegiatan lain atau.. Hmm atau apa ya 🤔🤔.  Hee katanya nggak ribet, tapi untuk ikut kegiatan saja banyak pertimbangannya 🤭. 

'Alaa kulli haal, ini adalah anugerah yang MasyaAllah sangat luar biasa. Ya, hadiah ini menjadi kabar baik untuk suami dan anak-anak, "bulan ini ummi sudah dapat buku baru ya! Jadi nggak perlu lirik-lirik lagi OS." Hahaha mereka ternyata tahu kalau saya sering buka market place buat lihat-lihat buku 🤭

Kembali tentang hadiah doorprize dari RKI. Saat ada pengumuman bahwa saya termasuk yang beruntung mendapatkan hadiah doorprize dari 2 kriteria alias dapat 2 hadiah, saya kaget atuh. Kaget sekaligus bersyukur, masyaAllah seringkali Allah hadiahkan sesuatu yang kita butuhkan saat kita justru tidak ngeyel untuk mendapatkannya. 

Kriteria pertama sebagai penanya, oh ya saat acara itu saya nanya tentang kaitan sayuran hijau dengan reumatik. Saya serius ingin tahu jadi itu salah satu yang terlintas untuk ditanyakan. 

Kriteria kedua karena mengikuti webinar bareng anak-anak.. MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi. 

Tasikmalaya, 13 Maret 2021

Kamis, 11 Maret 2021

Way To Aisyiyah Ciawi

Judulnya suka-suka, nulisnya juga suka-suka, namun niatnya InsyaAllah tidak suka-suka karena niatnya InsyaAllah menjejak langkah di jalan Allah dan karena Allah, InsyaAllah. 

Apa kabar hari ini, sahabat fillah? 

Sudah beberapa hari sejak teteh Aufa kembali ke Bogor saya agak jarang menyapa blog ini ataupun menyapa anda, sahabat fillah yang InsyaAllah dirahmati Allah. 

Kabar saya InsyaAllah sangat baik, jauh lebih baik di banding awal-awal teteh Aufa berangkat. Biasanya setelah teteh Aufa berangkat, sesi galau dan sedih kehilangan bisa memakan waktu yang lumayan lama. Beberapa bulan masih sering terisak karena rindu; lihat kamarnya nangis, lihat buku-bukunya nangis, lihat sandalnya nangis, bahkan lihat teman-temannya saja nangis terus. Well, here it is me, the emosional mom 🤭. 

Apakah sekarang tidak sedih? Sedih pastinya tak bisa dihindari, bahkan sekarang rasa rindu sudah mulai bergema. Tapi untuknya, saya tidak boleh menjadi ibu yang lemah lagi. InsyaAllah saya akan lebih kuat, lebih tegar, lebih lapang dan lebih ikhlas. Bukankah kalimat, "ummi ridha padamu." Tak kan berarti tanpa kesungguhan sikap. Maka bismillah, saya akan berusaha lebih baik lagi untuk sungguh-sungguh dalam merealisasikan kata ridha yang diikrarkan. 

Well, karena disini saya ingin menuliskan tentang jejak seperti yang saya tulis dalam judul di atas, biarlah tulisan awal sebagai muqoddimahnya. Ini kan tulisan suka-suka, jadi kalau pabaliut kesana kemari juga bukan masalah 😁. 

Saya bilang sama suami, "saya sedang tidak ingin kemana-mana, saya ingin duduk di rumah membaca buku."

Suami mengangguk sambil tersenyum, beliau lalu mengatakan, "maukah Abi perlihatkan sesuatu yang membuat manfaat kehadiranmu lebih meluas?"

I see, beliau tahu saya lemah untuk menolak alasan ini. Saya selalu berharap bisa menebar manfaat agar keberadaan saya bisa menjadi seperti yang diazzamkan, "khoirunnaas anfa'uhum linnaas." Saya ingin menjadi seperti itu, bukan untuk aktualisasi diri atau sekedar mengikuti keriuhan karena sungguh saya lebih suka berkawan sunyi dibanding memeluk riuh yang membuat dada bergemuruh dengan pikiran yang berangsur keruh. 

Khoirunnaas anfa'uhum linnaas.. 
Beliau tahu saya akan luluh untuk itu. 

"Of course. But i just want to be the real me, don't ask me to do something that will make me feel overwhelmed because I wouldn't like it, for whatever reason. Keep listening to me about me, ok!" Beliau mengangguk setuju, saya memang seorang istri yang tidak suka terbebani dengan hal lain di luar tugas utama saya sebagai seorang ibu dan istri. Hidup itu membuka pilihan, bukan? So that's my choice. Don't ask me why, karena saya sedang tidak dalam kondisi siap berbagi alasan apalagi di debat 😁🤭. 

Finally, saya berada di Suka Resik dengan 20 orang lainnya yang berada di ruangan itu pada hari Kamis, 11 Maret 2021 siang itu. Terdiri dari 13 ayahanda dan 8 ummahat (termasuk saya). 

Kenapa saya menyebut ayahanda dan ummahat? Tetiba saya ingat ucapan seorang teman saat meminta suami ikut pencalonan pemuda muhammadiyah, beliau tertawa sambil mengatakan bahwa usianya bukan lagi usia yang tepat untuk itu, "oh iya lupa, sudah jadi alumni ya, sudah ayahanda sekarang mah." Kata teman kami waktu itu 😁. 

Yeah, beliau kini sudah bukan stock nya lagi untuk mengisi posisi di kepemudaan, harus ada pergantian kader atau hmm apa ya namanya 🤔🤔, intinya buka peluang buat real pemuda untuk mengepakkan sayap mamfaatnya dan suami di usia kepala 4 nya ini beranjak menuju manfaat selanjutnya. Kaderisasi itu sangat dibutuhkan dan kita juga harus siap dengan perubahan yang ada.. 

Ummahat? Karena yang meriung hari itu memang ibu-ibu .. Hee.. MasyaAllah . 

Banyak hal yang di bahas hari itu, diantara semua itu ada satu hal yang paling berkesan bagi saya, that is ghirah. MasyaAllah senang sekali melihat para ayahanda dan para ibunda yang memiliki ghirah yang luar biasa. Sesuatu yang membuat saya terdiam dan berkata pada diri saya sendiri, "Dede, look at this! still busy with your own reluctance?"

MasyaAllah.. Hadza min fadhli Rabbi.. 
Catatan pertama saya tentang perjalanan menuju Aisyiyah Ciawi saya cukupkan dulu sampai di sini. InsyaAllah untuk materi yang saya tangkap selama pengajian perdana hari itu saya tuliskan di catatan lainnya. 

Balananjeur masih terasa dingin, inginnya sih tetap rebahan apalagi saat fisik kembali di uji seperti pagi ini. 'Alaa kulli haal Alhamdulillah.. 

Selasa, 09 Maret 2021

Mengikat Hikmah

Selama kurang lebih 3 bulan di awal tahun 2006(An), bulan-bulan itu menjadi bulan penuh tarbiyah untuk kami. Kekurangan materi menjadi tarbiyah saat itu..

Berbekal beberapa kilogram beras yang masih tersisa dan rice cooker serta listrik yang masih menyala, kami bertahan dengan itu. Tanpa sepeserpun rupiah yang bisa kami gunakan untuk membeli minyak tanah (waktu itu memasak masih menggunakan minyak tanah), ataupun membeli lauk Pauk dan sayur mayur, sedang kami tinggal jauh dari keluarga dan sanak kerabat kami.

Tak ada garam pelengkap nasi, tak ada air matang untuk kami minum, hanya nasi matang dan air yang insyaAllah bersih dari kran yang kami konsumsi. Waktu itu terasa berat.. Ya, waktu itu sangat berat. Namun seiring berlalunya hari, semua itu menjadi pengalaman yang sangat indah.

Qodarulloh, Allah berkehendak memberi kami kelapangan materi 3 bulan setelahnya. Sedang di 3 bulan itu, Allah berkehendak menguji kami dan insyaAllah menguatkan kami dengan kekurangan sedang Umar kecil yang masih dalam proses di susui membutuhkan banyak zat gizi, begitupun Quthb yang masih balita. Tapi Allah maha tahu dan sebaik-baik pelindung, bahkan meski logika kita berpikir merasa kondisi seperti itu tidak baik apalagi untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, tapi tidak begitu menurut Allah. Allah menjaga hamba-hamba-Nya dengan caraNya bahkan dalam kondisi kekurangan sekalipun.

Setiap hari suami pergi melangkahkan kakinya menunaikan kewajibannya mencari nafkah di jalan Allah, MasyaAllah segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan untuk kami imam perjalanan terbaik, beliau tidak rela jika harta yang haram ataupun syubhat yang sampai kepada kami, dan beliau tetap berusaha berjuang untuk kami bahkan saat semua terlihat 'gelap'. Tak ada satu orangpun kecuali kami sendiri yang mengetahui kondisi dapur kami yang tidak lagi mengepulkan wangi makanan saat itu. Kami (saya dan suami) bertekad agar hanya kami yang tahu kondisi kami dan rumah kami. Kami hanya ingin merasakan nikmatnya tarbiyah tanpa belas kasihan makhlukNya..

Ya, saat itu kami berusaha tak membuka kata bahkan pada keluarga kami karena kami meyakini bahwa semua itu akan berlalu dan menjadi jejak kenangan yang mendewasakan dan menguatkan mental kami, insyaAllah.

Dalam perjalanan tarbiyah itu, Allah uji dengan sakitnya Umar. BAB nya hanya berupa lendir serupa 'daki' berwarna putih, mungkin karena kurangnya asupan makanan yang masuk ke ASI ibunya. Allah juga hendak menguji kami dengan Umar yang muntah-muntah dan menangis hampir tiap malam..

Setiap kali suami pulang, Quthb kecil berseru riang memeluk Abinya menanyakan kira-kira apa yang dibawa pulang oleh Abinya. Suami terlihat menahan riak airmata, memeluk sulung kecil dengan erat dan mengusap kepalanya lembut. Kondisi seperti itu bukanlah pilihan, tapi Allah maha memilih siapa saja hambaNya yang terpilih untuk menerima ujian seperti itu.

Saya dekati dia dan peluk dia, "Allah mencintaimu, sayang. Tidak semua orang mendapatkan ujian seperti ini, tidak semua orang bisa kuat dengan ujian seperti ini, tidak semua orang bersabar dengan ujian seperti ini. Allah maha tahu kemampuan kita, sayang. Dan Allah tahu kita mampu. Engkau pulang dengan selamat, itu sudah sangat cukup untuk ummi. Kelak sayang, suatu hari nanti dimasa depan, ini akan menjadi kenangan indah untuk kita. Saat dimana lidah, kerongkongan, lambung dan usus serta semua anggota tubuh yang lain lebih menikmati dzikrulloh tanpa disibukkan urusan lain. Tidak apa-apa sayang, Allah tahu engkau sudah berusaha, kami Ridho dan insyaAllah ikhlas. Ini bukan keadaan yang kita minta, tapi pilihan Allah untuk kita, dan kita meyakini bahwa pilihan Allah selalulah yang terbaik untuk kita.
Sayang, ujian yang dialami Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam dan para sahabat hingga hanya dedaunan yang mereka makan jaaauuuh lebih berat dari ujian yang kita terima. Engkau laki-laki yang baik, sebagai laki-laki, engkau juga suami dan ayah yang baik. Allah tlah memilihmu untuk menerima ujian ini, kami bangga dan semakin mencintaimu, bi." dia berkaca-kaca.

"Hapunten abi." ucapnya pelan.

"Sayang, Allah memberi kita ujian ini. Ini bukan suatu kesalahan yang membuatmu harus minta maaf pada kami.. Kami Ridho dengan keadaan ini, ini adalah kondisi yang Allah pilihkan untuk kita. Allah sedang mendidik ummi, abi dan anak-anak. Kita meminta pada Allah semua yang terbaik dari sisi Allah, dan inilah jawaban Allah. Jangan merasa bersalah sayang, ini bukan sesuatu yang harus membuatmu menundukkan kepala dihadapan kami. Engkau lihat kami tidak mengeluh, bukan? Jadi, mari nikmati prosesnya hingga Allah Ridho pada kita. Jika DIA berkehendak segera mengeluarkan kita dari kondisi ini, DIA akan segera mengeluarkan kita. Semuanya mudah saja bagi Allah. Tapi satu hal yang ummi inginkan, ummi ingin keluar sebagai pemenang yang membuat Allah tersenyum pada kita. Abi sayang, mari kita makan, Allah sudah memberikan hidangan terbaik untuk kita hari ini."

Dan hari itu, hidangan terbaik itu berupa nasi putih panas dan air bersih yang saya ambil dari kran. Alhamdulillah, maha besar Allah itu adalah nikmat luar biasa saat masih ada nasi untuk dimakan, air untuk diminum, serta udara untuk dihirup. Saya hanya membayangkan kemungkinan lain yang jauh lebih sulit dari itu, yaitu tidak tersedianya sedikitpun makanan, sedikitpun air dan udara bersih...atau, tidak adanya mereka bersama saya... Atau, desing mesiu, bom dan anyir darah tanpa sedikitpun pengganjal perut penguat tubuh. Demi Allah, saya begidig membayangkannya..Karena itulah, semua yang ada hari itu tetaplah jaauh lebih baik bagi kami.

Kehadiran suami, anak-anak dan saya sendiri yang masih diberi jatah usia menjadi nikmat Allah yang sangat besar. Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan..

Ya, kesulitan dan kekurangan materi 3 bulan di awal tahun 2006 itu kini menjadi hari-hari yang membuat kami tersenyum saat mengingatnya. Hari-hari itu menjadi tarbiyah yang insyaAllah membawa kebaikan untuk jiwa kami.

Hari ini kami tersenyum mengingat hari-hari itu.
Hari ini kami merenung mengingat hari-hari itu.
Hari ini kami tersungkur dalam sujud yang insyaAllah penuh kesyukuran mengingat hari itu.
Hari ini, kami semakin meyakini akan karunia dan kebesaran Allah dalam setiap detik yang kami lalui... Sungguh, tidaklah DIA memberikan kita sesuatu yang melebihi kadar kemampuan kita apalagi sampai sia-sia. "Yaa Robb yang maha adil, semoga kami termasuk golongan orang-orang yang bersyukur."

Untuk apa saya menceritakan ini disini? Percayalah ini bukanlah aib, ini kabar gembira sekaligus kabar 'kadeudeuh' dari kami untuk siapapun yang sedang Allah uji dengan kekurangan materi. "Bersabarlah, Allah tahu engkau mampu."
Untuk engkau yang membaca tulisan ini, untuk engkau yang mungkin sedang di uji sakit, kekurangan atau hal apapun yang membuatmu menahan tangis, yakinlah ada Allah yang tak pernah meninggalkanmu meski sejenak. Yakinlah akan adanya kemudahan setelah kesulitan... Yakinlah bahwa Allah memberimu ujian sesuai dengan kemampuanmu. Yakinlah pada Allah dengan sebenar-benarnya keyakinan, bersandarlah kepada Allah dengan sholat dan shabar sebagai penolong.!

Bagaimana saya bisa mengingat semua yang kami katakan? Hee...saya menuliskannya juga di diary saya. 

Abdi, #defa_s_hidayat, ummahat yang berharap masuk syurga sekeluarga . hee

Hhhh