Selasa, 30 Agustus 2022

Day 244

Membersamai de Olin artinya siap menarik nafas panjang apalagi saat ikut kompetisi 😅😂 MasyaAllah semua ikut heboh mengingatkan, "Ade, duduknya yang bener!", 
"Ade, ngerjainnya yang tenang!",
 "Ade, Fokus!", 
"Ade atuh nggak boleh sambil ngagambar!", "Ade jangan teriak-teriak!" , 
"Ade nggak usah sambil marah-marah!" dan masih banyak kehebohan lain yang ujung-ujungnya berakhir dia yang ngambek, "udah udah nggak usah ikut heboh! De Olin yang lagi ujian kok malah kalian yang pada heboh!"

MasyaAllah memang dia yang sedang ujian yaa, lalu kenapa kami yang jadi heboh 😅
Well, tenaaaang... Tenaaang! Here it is de Olin yang sering bikin semua heboh trus minta kami semua buat nggak heboh but dia sendiri selalunya paling heboh 🤭.

Jam 15 ini dimulai dengan kompetisi IPA dengan durasi waktu 40 menit terdiri dari 40 soal it's mean 1 menit untuk 1 soal. Lalu berlanjut ke soal matematika pada jam 16-15 dengan durasi waktu yang sama. Matematika lebih heboh dari sebelumnya karena de Olin sekarang sedang agak kesulitan bertemu soal matematika.

Saya tanya, "padahal nilai matematika Ade selalu besar, kok sekarang bilang susah?"

Dia jawab, "di sekolah itu semuanya di tuntun jadi nilainya besar-besar." 

Oalaaah.. padahal biasanya de Olin memang mahir di bidang ini namun sejak pandemi menyerang lalu mulai seneng nggambar di media digital jadi mulai agak kesulitan. Hmm pe er ummi inimah insyaAllah.

Well, ini kisah hari ini.

Balananjeur, Selasa, 30 Agustus 2022

Senin, 29 Agustus 2022

Tentang Aufa (bagian 2)

Oleh : Dede Fatimah Shalihah


Aku melihat ibu yang tak kuasa menahan deras laju air mata setiap kali tangannya bergetar mengobati setiap inci kulit putri kecilnya, ah tidak tapi gadis remajanya. Ia menahan deru gemuruh di hati agar putrinya tetap kuat seperti biasanya. Ibu itu hanya ibu yang seringnya akan menangis lebih keras saat ada sesuatu yang membuat anaknya terluka, bahkan saat anaknya sendiri tidak memperlihatkan luka hatinya.

Aku disini, melihat ibu yang sedang mencabut aneka rimpang dan tumbuhan yang ia yakini bisa menjadi ikhtiar untuk kesembuhan putri kecil yang kini telah remaja itu. Ia mengambil beberapa rimpang dan membersihkannya dengan berselimutkan doa di setiap helaan nafasnya, berharap usahanya Allah jadikan wasilah kesembuhan putri yang selalu ada dalam setiap dentang doanya.

Ia memarut rimpang-rimpang itu dan menggodog sebagiannya serta menyimpan sebagian lainnya untuk obat oles. Ibu itu tak henti dengan doa-doanya, meminta kepada sang pemilik kehidupan agar IA melihat ini sebagai usaha dan doa bagi buah hati dan Allah kabulkan.

Tangannya Kembali bergetar setiap mengoleskan bahan racikan itu ke seluruh tubuh Ananda yang dala sakitnya akan tetap mengatakan, “jangan menangis, Mi! Teteh baik-baik saja.” Lalu adakah ibu yang meyakini anaknya baik-baik saja sedangkan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana anak gadisnya dipenuhi ruam yang terasa panas, gatal dan sakit pada saat bersamaan.

Ya, aku masih disini melihatnya yang kini menangis diam-diam di atas sajadahnya sambal mengadukan kelemahan hatinya pada Allah yang Maha Menguatkan. Betapa rapuh menyelimuti setiap denyut nadinya, sesak menyapanya, ini bukan tentang dirinya namun pada buah hati yang dikasihinya.

Aku melihat dari ujung mata pada netra lain di ruangan sebelah, gerimis jua menyapanya, ia gadis remaja yang tahu akan tangis ibunya.

“Apakah sakit?” tanya ibu kala mengobati gadis remajanya itu.

“hanya sedikit perih.” Jawab Aufa pelan. Hanya sedikit, tidak itu tidak sedikit, cara dia menarik dan mengeluarkan nafas jelas terlihat bahwa itu tidak sedikit perih tapi sangat perih.

“kalau tidak karena Allah, apa yang kira-kira engkau lakukan?” demi mengetahui tingkat sakitnya, ibupun mengganti kalimat tanyanya.

“mungkin teteh sudah menjerit kesakitan.” Jawaban itu cukup menggambarkan seperti apa sakitnya.

Aku tahu pasti bahwa tingkat sakit setiap orang itu berbeda. Saat kau berselancar di dunia maya dan mengetikkan nama penyakit yang dideritanya akan kau temui banyak rupa dan cerita. Setiap orang memiliki rupa dan cerita yang berbeda, tentang autoimun adalah segala tentang belajar memahami signal tubuh sendiri. Setiap orang memiliki alarm tubuh yang tidak sama, tingkat sakit yang tidak sama bahkan alasan yang berbeda saat kambuhnya. Jika ada yang mengatakan stress pikiran sebagai penyebab terbesar selain alasan lainnya, mungkin saja itu benar tapi itu tidak tepat disematkan pada Aufa. Aufa memahami tingkat stressnya sendiri, emosi yang stabil dan pasrah serta Ridha pada ketentuan Allah baik ataupun buruknya. Lalu pada Aufa, mungkin saja fisiknya yang Lelah namun dia tidak menyadarinya jadi kalau ada yang mengatakan kelola stress emosinya maka itu tidak selalu tepat untuk setiap orang karena masing-masing tubuh memiliki tingkat penerimaan tersendiri dalam menghadapi dan memahami sesuatu. Tidak setiap gejala autoimun terjadi karena ketidakmampuan mengelola stress atau manajemen stress dirinya kurang baik namun setiap gejala autoimun berpotensi menghadirkan stress bagi penderitanya.

"Kasih tahu Ummi kalau sakit ya Nak!" Ibu tetap khawatir jika Aufa kesakitan saat Ibu mengobatinya.

"Ummi jangan khawatir, teteh baik-baik saja." Akan selalu kudengar kalimat yang sama atau kalimat lainnya, "maafkan teteh ya Mi!" Setiap kali ibu mengobati Aufa dengan obat yang diraciknya sendiri.

Balananjeur, Agustus 2022

Day 243

Ada yang kemudian terasa hilang, ya itu adalah saat-saat membuat racikan obat di pagi hari lalu menyiapkan air hangat untuknya. Menyiapkan minuman yang saya racik untuknya dan menyiapkan air hangat untuk mandinya. Mengoleskan obat yang juga hasil racikan sendiri dan menyiapkan vit D3 untuknya atau mengajaknya berjemur dan ngobrol serta mengoleskan minyak zaitun untuknya. 

Ada yang kemudian terasa hilang, namun kemudian saya kembali belajar bahwa menjadi ibu bukan tentang saya ingin seperti apa atau ingin apa tapi saya ingin anak-anak merasakan kehadiran saya terutama saat sakitnya.

Balananjeur, Senin, 29 Agustus 2022


Tentang Aufa (Bagian 1)


Oleh: Dede Fatimah Shalihah 


"Tentang Aufa",
Ini caraku memulai kisah, tentangnya sejak hari aku bercerita tentangnya. Ia, gadis kecil yang kini tlah resmi bermetamorfosa menjadi gadis remaja Ummi dan Abinya. Gadis remaja yang mencintai Allah dan RasulNya serta ummi abi dan saudara-saudaranya. Aku melihat cinta itu nyata adanya, terpancar dari bola matanya yang bersinar teduh, dari perilaku dan kesantunannya serta dari alasan jika ada gelisah menyapa; gelisah karena apa.

Ya, jika ada gelisah menyapanya, bukan perkara dunia yang menyilaukan yang membuatnya menatap resah namun keistiqomahan yang membuatnya tak henti menadah pinta, “Yaa Muqollibal quluub. Tsabbit Qolbii ‘alaa diinik.” Ia, gadis remaja yang menghawatirkan hati dan langkah yang menyimpang dari jalan Allah.

Sudah lebih dari satu bulan ini Allah uji dia dengan sakit, dia tidak pernah sekalipun mengeluh bahkan sekedar kata, “aduh” atau kata, “sakit.” Pun tak pernah didapati dari lisannya yang suci. Lisan suci yang tak pernah melafazkan kalimat bohong, buruk ataupun jorok itu senantiasa mengucap hamdallah bahkan dalam sakit yang menderanya.

Itu bukan sakit yang membuat penderitanya dengan mudah mengucap, “aku baik-baik saja.” Setidaknya itulah yang ku lihat dari kondisinya saat ini. Tapi lihat bagaimana ia tetap menata adabnya pada Rabb yang menciptakan sakit untuknya, “aku baik-baik saja.” Ucapnya yakin, seyakin senyum yang tersungging dari bibir yang darinya kalimat thayyibah tak pernah usai terlafal, seyakin sorot Netra yang berbinar dan seyakin saat ia tetap berdiri dengan tegar menghadapi sakitnya dengan hatinya yang tegar, “ini dari Allah. Allah Maha Tahu batas kemampuanku. Ini dari Allah, Allah Maha Tahu cara mendidik setiap hamba dan Allah akan membantu menguatkan.”

MasyaAllah, laa haula walaa quwwata illaa billah. Sungguh kalaulah bukan karena Allah yang menguatkan, tak akan ia setegar itu.

“Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah mendengarku.” Ternyata kalimat peneguh sekaligus pengingat yang kulihat dituliskannya di dinding kamar bertahun yang lalu itu menjadi cerminan dirinya kini. Ia sangat yakin bahwa apa yang terjadi padanya hari ini adalah cara Allah menjaganya dari keburukan. Penjagaan Allah yang selalu bersama, melihat dan mendengar bahkan suara hatinya sekalipun.

Dia, Aufa.
Suatu hari dia bercerita, “bukankah sesuatu yang berada dalam aturan itu adalah yang harus kita patuhi, ta’ati tanpa kata tapi.” Ada sendu dipelupuk matanya. Aku menyimaknya dengan seksama, ada apa dengan hatinya hingga sendu itu begitu kentara.

“sesuatu yang dilarang artinya haram untuk dilakukan.” Bening itu di ujung netranya yang gelisah. 

“aku bersalah karena pernah memasukkan makanan yang dilarang. Ustadzah melarang membeli makanan dan minuman dari luar asrama, biasanya aku menjaga diri untuk tidak memasukkan apapun yang dilarang itu sampai suatu hari aku tidak tahu kalua sedikit makanan yang ku cicipi itu adalah makanan yang dibeli dari luar, makanan yang berada dalam larangan dan peraturan asrama dan aku bersalah karena tlah memasukkannya ke dalam tubuhku. Aku berniat untuk meminta maaf tapi belum juga kulakukan karena keburu pulang ke rumah.”

Akan ada hari baginya untuk memohon maaf dan meminta agar menghalalkan makanan ataupun minuman yang tlah berada dalam aliran darahnya, aku menyimak ketakutannya dengan mata berkaca-kaca. Bulir bening menghiasi kedua pipinya yang pucat, jika ia takut maka selain takut berpaling dari agama Allah, ia juga takut melakukan maksiat dan memasukkan makanan ataupun minuman yang tak halal baginya.

Aku menyimaknya, bahkan saat menjelang tengah malam kala ibu menuliskan huruf demi huruf menguraikan keresahan hati gadis remajanya lalu menyampaikannya pada Ustadzah agar menghalalkan segala makan dan minum si gadis remaja serta memaafkan kesalahannya, aku pun menyimaknya. Jam itu menjelang tengah malam saat si putri kecil yang kini tlah remaja itu terlelap, ibu yang jua menangisi gelisah yang sama bersujud di penghujung malamnya, “Rabbana, terima amal kami dan anak-anak kami hari ini. Ampuni kesalahan kami dan anak-anak kai hari ini, lindungilah kami dan anak-anak kami dari hal-hal yang tidak Engkau sukai. Rahmati dan Ridhailah kami dan anak-anak kami.” Lalu satu persatu nama anaknya disebut sambal menangis dan memohom ampunan dan rahmat Allah atas mereka.

Aufa, ia pun disebutkan dalam do’anya. Ibu itu menangis mengingat sakit yang dihadapi dan akan dihadapi gadis kecilnya. Ibu itu juga menangis mengingat ketegaran Aufa kecil yang kini sudah remaja.

Ya, Aufa adalah gadis kecil yang sangat tegar dalam pandangannya. Kala seluruh tubuhnya di uji sakit pun kalimat thayyibah dan penuh kesyukuran tak pernah lepas dari lisannya, ibu itu menangis mengingatnya, “Rabbana, Engkau titipkan pada kami keistimewaannya maka bantulah kami untuk menjaganya, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik penjaga dan maha luas rahmatnya.”

Aku disini tetap menyimaknya, terdiam di balik asa mendoakan mereka yang saling memeluk dalam doa. Kala putri kecil yang kini menginjak remaja itu terbangun saat ibu Kembali lelap, gadis itu yang kini menengadahkan tangan dengan bercucuran air mata, “Robbana, hamba Ridha dan hamba ikhlas. Sungguh duhai Allah, padaMu sang pemilik hati kuadukan semua rasa dan harapan, jaga ummi dan abi yaa Allah.”

Kini aku, disini menyimak dengan tangis sesak, tentang Aufa yang baru bab pertama kuceritakan Kembali. 
Aku akan Kembali bercerita tentang Aufa si gadis kecil yang penuh kelembutan dan sopan santun dan kini tlah bermetamorfosa menjadi gadis remaja dengan kelembutan dan kesantunnanya yang senantiasa menjadi bingkai dirinya.

Aku disini, nanti, akan bercerita Kembali tentang Aufa yang belum selesai kuceritakan.

Balananjeur,  Agustus 2022

Kamis, 18 Agustus 2022

Day 231

Beberapa hari ini tidak terlalu banyak berinteraksi dengan ponsel maupun media sosial. Menulis di blog pun seolah hanya sekedar; sekedar menyimpan jejak, "hey, inilah kisahku hari ini!" Kurang lebih seperti itu arti sekedar yang saya maksud 🤭 menulis pun saat hari sudah agak malam agar tetap bisa mencurahkan perhatian pada mereka yang sedang lebih butuh perhatian. Meski diksi bergema didinding ingatan, setiap huruf seolah berlarian menembus dinding memori tapi inilah yang kupilih hari ini, "bahkan meski aku butuh menulis, anak-anak lebih membutuhkan aku."


Ya, saya adalah seorang ibu.

Setiap kali berbincang dengan mereka, ingatan masa kecil dan kelucuan mereka berkelebat layaknya slide film di ujung netra, "MasyaAllah Nak, masih ingatkan kalian saat itu.. " lalu berurai kisah masa kecil yang selalunya menjadi ingatan paling berharga yang dimiliki ibu.

Ya, saya adalah seorang ibu.

Lalu, saya melihat lintas peristiwa itu membuat diri berdiam di hari itu. Ingatan tentangnya membuat diri bersikap seolah peristiwa itu baru saja terjadi. Meski tlah berubah fisik mereka, tlah berubah cara mereka memandang hari.. tetap saja dalam benak ini mereka adalah anak-anak di hari itu, hari dimana saya akan bertanya, "apa yang dirasakan sepanjang hari ini?" Atau, "hari ini kalian ngapain aja?" 

Ah, ibu..

Pagi ini ke puskesmas, membersamai Shalihah memeriksakan diri sekaligus mendapat surat keterangannya. Ingatan ibu ini kembali mengembara ke hari disaat satu demi satu dari mereka berada dalam gendongan untuk diperiksa di sana jika kondisi kesehatan sedang di uji. 

Ibu ini selalu punya cara membuat benang merah ingatan demi ingatan.

Lalu jemari tanpa sadar menadah pinta, "Rabbana, sembuhkan dan kuatkan! Sembuhkan dan kuatkan! Sembuhkan dan kuatkan!" Tiba-tiba hanya itu yang mampu keluar dari lisan.

Saya berikhtiar untuk merawatnya dengan cara saya, mengajaknya mengenali signal dan alarm tubuhnya sendiri agar ia lebih aware kedepannya. Lebih faham bagaimana dan harus seperti apa ia nanti. 

Ya, untuk sementara inilah yang akan saya lakukan. Seperti saat merawat empat anak sekaligus yang qodarullah terkena typus, itulah yang akan dilakukan hari ini; merawatnya dengan ikhtiar yang saya yakini akan baik untuknya insyaAllah.

Saya hamyalah seorang ibu yang ingin berusaha dan membersamai dengan benar
Meski akan banyak kekurangan yang tercipta, namun semoga memenuhi kantung cinta mereka dan ingatan yang menenangkan bahwa saya, ibunya, akan ada untuk mereka, insyaAllah.

Balananjeur, Kamis, 18/8/2022

Rabu, 17 Agustus 2022

Kompetisi



Masih ingat tentang cerita kompetisi yang diikuti de Olin? Hee, yups leres pisan that is kompetisi hmm Jabart Drawing Competition yang diadakan beberapa waktu yang lalu. 

Setelah melalui semua alur mulai dari pendaftaran, bikin gambar sesuai tema meski dia bilang, "enggak tahu sih, ini sesuai tema atau enggak." Lalu kami (saya dan Abinya) katakan padanya kalau tahu itu salah satu makanan khas Jawa barat. Intinya mah kami hubung-hubungkan Weh biar dia tambah semangat berkarya dan ... Kami juga ingin dia yakin pada usahanya selain meyakinkannya bahwa kami mendukung dan mengapresiasi usaha dan karyanya.

Qodarullah karyanya tidak masuk nominasi 20 besar. Awalnya dia terlihat kecewa, yaa wajar kan namanya anak-anak ikut kompetisi, harapannya pasti menang. Eits, orang dewasa juga kalau ikut kompetisi kebanyakan (atau mungki pasti) berharap menang. Tapi Alhamdulillah dia belajar mengevaluasi diri dari ketaklolosannya masuk nominasi. MasyaAllah hal yang sangat baik adalah saat kita belajar dari 'kekalahan' kita. Saya tidak ingin menuliskan kekalahan sebagai kegagalan karena bagi saya itu bukan kegagalan. Kalah menang adalah hal biasa, saat kita mengakui ada kemenangan maka bukan hal menyakitkan saat kita akui juga ada yang namanya kekalahan.

Maka, bukan belajar dari kegagalan kalau dalam kompetisi mah tapi belajar dari kekalahan. Belajar dari yang menang ... Belajar untuk semakin menggali potensi diri. Kalau kata gagalnyamah hanya gagal menang saat ini saja, insyaAllah Allah siapkan kesempatan lainnya untuk meraih kemenangan sesuai harapan. Dan kemenangan terbaik adalah menang dari diri sendiri; melawan rasa minder, menang melawan kemalasan, menang untuk tetap berusaha dan meluruskan niat dengan niat yang benar (karena Allah).

Well neng Kalifa Firdausy Fahrin, selamat untuk usaha yang baik nya. Selamat untuk semangat berkompetisi dan mengasah kemampuannya. Selamat atas usahanya menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.

MasyaAllah tabarokalloh shalihah #kalifafirdausyfahrinjourney 

📷 17 Agustus 2022 hari ini didepan sekolah

Balananjeur, Rabu, 17 Agustus 2022

Alhamdulillah


MasyaAllah Alhamdulillah tsumma Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat.

MasyaAllah Alhamdulillah hadza min Fadhli Rabbi. Saya ingin menyimpan jejak ini sekaligus menuliskannya. insyaAllah someday insyaAllah.

'alaa kulli haal Jazakumullah Khairan katsiran Zakat_ku 🙏❤️

Balananjeur, Rabu, 17 Agustus 2022

Day 230

Setelah 3 tahun, ini kali pertamanya lagi mengukir memori 17 Agustus an disini bersama kami, namun dengan suasana yang berbeda. Aduhai hati, ada yang berdenyut kala ku ceritakan ini bahkan pada belahan jiwa sekalipun. Aku tahu pasti, ini bukan hal yang mudah untuk ditelan tanpa mengunyahnya perlahan sedang itu terasa pahit lalu terasa sakit untuk ditelan kemudian mencernanya butuh waktu yang lama hingga ia utuh di terima oleh tubuh. Ya, seperti itulah yang terjadi. Namun, lihatlah bagaimana ia berucap, "nggak apa-apa. Aku baik-baik saja." Padahal sakit disekujur tubuh tak bisa ditutupi dengan kata terutama pada ibu yang bersamanya sejak ia berdetak untuk pertama kali dirahimnya.

Aduhai, kata apa yang paling tepat untuk melukiskan rasa? Tentang ia yang akan mengatakan, "ini dari Allah, ya udah nggak apa-apa. Ini pasti yang terbaik dan aku Ridha." Hingga kalimat demi kalimat penyerahan diri secara total dan prasangka baik akan taqdir menghiasi lisan dan akhlaknya dan aku tahu pasti itulah cerminan hatinya. Sungguh semua yang terlihat adalah cerminan hati yang tersembunyi..

Meski air mataku tak henti luruh

"Duhai  Allah, lapangkan hatiku seperti lapangnya! Namun Allah, sungguh hamba Ridha.." 

Balananjeur, Rabu, 17 Agustus 2022

Sabtu, 13 Agustus 2022

Day 226

18.38

Beberapa jam menuju keberangkatan Abi ke Bogor, kami bertiga (saya, kakang, Umar) ngariung di ruang tengah sambil makan dengan ayam geprek sebagai menu nya. 

Keberangkatan Abi kali ini bukan hanya untuk menjenguk namun menjemput. insyaAllah untuk sementara hingga kondisi kesehatannya membaik, saya akan merawatnya insyaAllah.



19.00
Anak-anak rajin mengukur tinggi badannya sendiri di kusen pintu kamar depan. Berjejer angka, nama dan tahun saat pengukuran itu mulai dari saat berdirinya rumah ini hingga saat ini. Meski sejak beberapa tahun tinggal 2 nama yang masih ada jejak ukurannya karena dua lainnya sudah mengembara di bumi Allah yang lainnya.

Ba'da Maghrib ini saya dibuat tertawa saat Umar mengajak saya melihat kembali angka yang tertera di kusen pintu kamar depan ini, kembali membuka lintasan peristiwa saat pertama kali teteh aufa berlari memintaku mengukur tinggi badannya di sana. Ya, teteh yang memulainya. Si tipe melankolis yang lebih tegar dari Ummi yang melankolis.

Kami mulai menyibak kembali kilasan kisah yang berbisik di balik ingatan, "Ummi, lihat teteh lebih tinggi dari a Umar!"
"Ufa, nanti A Umar pasti bakalan lebih tinggi dari Ufa."
"Ummi, de Olin kapan bisa setinggi kakak-kakak de Olin."
"Ummi, Aa Quthb paling besar, akan menjaga ummi dan adik-adik."
MasyaAllah anak-anak di hari itu.

Baiklah, ibu memang tempatnya menyimpan memori ..

'alaa kulli haal anak-anak ummi yang insyaAllah dirahmati dan diberkahi Allah, semoga Allah semakin mencintai kalian dan Ridha atas kalian dan kami.

#catatandefa

Balananjeur, Sabtu, 13 Agustus 2022

Jumat, 12 Agustus 2022

WA Story


Yang atas mah wa story nya Aa Quthb yang sedang diskusi bareng dosen. Yang bawah wa story' adik Umar yang sedang membuat proyek konstruksi jembatan.. this time with wa story' dua pemuda kang Wawan 😁

MasyaAllah tabarokallohu lakum Aa dan Adik.

Balananjeur, Jum'at, 12 Agustus 2022

Day 225

Saya menyelesaikan tugas menulis untuk dua event di hari yang sama di H-1, sudah menuju DL memang, tetapi selalu ada yang terasa berbeda jika sudah DL, jantung seolah terpacu kencang untuk menulis dan....tentu saja menyelesaikan naskah tulisan itu agar pantas disebut tulisan yang layak dibaca 😁. 

Beberapa hari ini bukannya segera nulis buat event tetapi hanya sibuk berpikir, "apa yang harus dituliskan?" Hmm tepatnya, "apa yang ingin saya ceritakan?" Soalnya kalau mau nulis teh pasti sibuk bercerita jadi pertanyaan awal setiap kali mau nulis teh, "Defa, sekarang mau cerita tentang apa?". 

Ini kisah hari ini setelah de Olin berangkat ke tempat kemah .. 

Oh iya, ini kali pertama de Olin berangkat kemah, tidur jauh dari ummi. Tidur dan seharian di luar rumah.. MasyaaAllah tabarokalloh de Olin sudah sangat bersemangat sejak awal pagi, langsung pakai baju seragam lanjut pakai atribut Pramuka and then minta berangkat sendiri tanpa diantar ummi abi. Tahu saja ummi Abi pengen ngantar jadi auto bilang, "jangan ngantar yaaa! De Olin sudah besar." Trus berpesan agar ummi tidak menangis, "jangan nangis ya Mi! De Olin tidak lama kok."

MasyaAllah Allohu yubaarik lahuu de Olin. Jam 18.23 ummi dan Abi sudah merasa kehilangan saja, kangeeen MasyaAllah.

Balananjeur, Jum'at, 12 Agustus 2022

Rabu, 10 Agustus 2022

Pejuang Keluarga di Rumahku

"Bunda, apakah ini tak kan merepotkan Ayah?" pertanyaan ini kerap datang setiap kali biaya tagihan sekolah dan kuliah datang. Bahkan untuk uang makan harian pun selalu diawali kata tanya, "bolehkah kami?" disertai kata, "tapi kalau tidak merepotkan Ayah dan Bunda." dan, "bagaimana dengan Bunda di rumah, Bunda masih ada uang kah? Bagaimana adik-adik uang saku nya?"

MasyaAllah Alhamdulilah tsumma Alhamdulillah. Empati seperti ini tentu sangat membesarkan hati ayah yang untuk mendapatkan 100 ribu rupiah akan merelakan dirinya untuk tidak memiliki waktu libur demi keluarga.

"Saya bisa melakukannya." Kalimat ini senantiasa menjelma bentuk profesionalisme kerja setiap kali tawaran pekerjaan datang. Tiba-tiba ada yang butuh dibuatkan buku, Snack untuk suatu acara, ada yang butuh dibuatkan ini dan itu. Yang ada dibenaknya hanyalah, "ini akan sangat berarti bagi istri dan anak-anak."

Perkenalkan, beliau seorang guru honorer di sebuah sekolah madrasah Tsanawiyah swasta dengan jam kerja dari hari Senin sampai Sabtu. Gajinya 500 ribu perbulan, dengan 4 orang anak yang satu diantaranya sudah memasuki semester 3 sebuah universitas swasta di kota kami. Dua diantaranya duduk di sekolah menengah atas dan yang terakhir duduk di tahun terakhir Madrasah Ibtidaiyah.

Apakah anda akan membayangkan biaya yang harus dipenuhi oleh punggungnya yang menahan berat yang hanya mampu diringankan dengan do'a oleh istrinya yang sakit-sakitan? Jangan membayangkannya karena itu bukan hal yang harus dibayangkan! Namun suatu hari salah satu anandanya bertanya, "Bunda, benarkah gaji Ayah gaji guru honor?" saat ini dia baru tahu kalau ada yang bernama guru honorer dan guru PNS, dan di saat yang sama ia baru tahu ada perbedaan gaji diantara keduanya.

"Bukankah gaji guru honorer itu kecil, Bun?" ini bukan pertanyaan karena dia mengetahuinya entah dari siapa.

"Apa engkau pernah merasa kesulitan dengan gaji yang diterima Ayah?"

"Tidak, Bunda. Aku tetap makan, tetap jajan dan menabung. Aku juga tetap berbagi saat aku mampu."

"Itulah Rizki Allah, Nak. Tak ada hubungannya sama sekali dengan nominal gaji. Karena Allah akan tetap mencukupi kebutuhan kita dengan caraNya. Yang akan kami lakukan adalah tetap berikhtiar semaksimal mungkin sebagai bagian dari amal ibadah kami."

Dan ikhtiar maksimal yang saya maksud adalah dengan mengerjakan pekerjaan lain di waktu liburnya, meski hanya dua kali dalam satu bulan dia tetap melakukannya dengan penuh dedikasi juga pekerjaan lain yang seringnya menyita waktu luangnya. Itulah amal ibadah yang dia ikhtiarkan untuk keluarganya dan Allah cukupkan rezekinya dengan caraNya.

Cukup artinya, bukan berarti setiap kebutuhan keluarganya selalu terpenuhi tanpa kendala. Tapi cukup artinya Allah hadirkan hati yang siap.. siap menghadapi kendala dan keluar dari kendala itu bukan sebagai pengeluh. Ya, cukup adalah hati yang lapang bahkan saat ia kekurangan materi sekalipun.

Ada yang pernah mengatakan, "kenapa tetap memilih jadi guru dengan gaji segitu?" 
Coba tanyakan juga, "bagaimana jika tidak ada yang mau menjadi pendidik karena hanya fokus pada gaji yang didapat?" Setidaknya harus ada yang mau berkorban demi mendidik anak bangsa. 

Ia akan tetap tersenyum senang mendapati amplop ditangan meski ia tahu isinya hanya cukup untuk membeli beras untuk satu bulan kedepan. Dia tetap tersenyum hingga Allah tetap hadirkan senyum itu di setiap penghuni rumahnya.

"Bukan Ayah yang menghidupi kalian, yang memberi kalian makan ataupun membiayai sekolah kalian. Allah lah yang memberikan kita Rezeki untuk memenuhi semua kebutuhan itu. Maka selalulah mengingat dan memujiNya dalam segala keadaan." MasyaAllah, inilah Ayah .. pejuang keluarga yang tetap menjadikan Allah sebagai sandaran dalam segala keadaan. Yang senantiasa berprasangka baik kepada Allah dan memaksimalkan ikhtiar sebagai bentuk ketaatannya pada Rabbnya serta tanggung jawabnya pada keluarganya.

Siap kok diceritakan? Heee... Ini untuk memenuhi give away yang diadakan zakatku. MasyaAllah tabarokallohu lakum untuk semua pejuang keluarga dimanapun berada. Semoga Allah mudahkan dan lancarkan segala urusan. Semoga Allah lapangkan setiap kesempitan. Karena rezeki bukan hanya terletak pada jenis pekerjaan ataupun nominal uang yang ada di rekening ataupun amplop.. ya, kita membutuhkan itu namun ada yang paling penting untuk disimpan di dada kita, "hayatunaa kullahaa ibadah, hidup kita keseluruhannya adalah ibadah. Pekerjaan kita adalah ibadah, dan menerima yang sedikit ataupun banyak juga ibadah. Allah sang pemberi Rezeki tidak akan menyia-nyiakan usaha kita."

Selamat berjuang dan berbahagia dengan Allah dihati kita. #zakatku


Balananjeur, Kamis, 11 Agustus 2022

*Sebuah catatan untuk give away di IG Zakatku

Day 224

Salah satu perkara yang tak mudah untuk dilakukan adalah memulai suatu perkara. Ya, memulai untuk melakukan sesuatu itu tidaklah mudah. Dalam menulis pun seperti itu, membuat prolog tulisan terkadang terasa lebih sulit dibandingkan mengembangkan tulisan itu sendiri.

Tapi saya sedang memaksa otak untuk tetap berpikir dan jari untuk tetap menuliskan hasil pengolahan data di otak jadi yang penting nulis aja dulu, perkara apa yang dituliskan nanti di cek belakangan 🤭

Tenaaang, saya masih memiliki batasan-batasan tersendiri dalam menulis, jadi meskipun prinsipnya nulis aja dulu tapi tetap dalam kerangka batasan itu sendiri.

Jam 2.41
Setiap bangun saya akan mengevaluasi diri, "kemarin makanan apa saja yang masuk ke tubuh?" Pasalnya karena lambung terasa di aduk-aduk dan kembung lalu kalau duduk atau bangun langsung limbung sedangkan lambung berusaha mengeluarkan isinya alias muntah. Sungguh setiap kali muntah saya masih akan menangis meski entah karena apa.

Saya tidak terlalu yakin untuk mengartikan arti tangisan saya sendiri karena.. terkadang saya menangis karena merasa sakit, terkadang menangis karena lemas, terkadang lelah karena muntah-muntah, terkadang juga karena sebab lain jadi arti tangisan secara keseluruhan tak bisa didefinisikan secara pasti.

Lalu sekarang disertai gusi yang.. you know how rasanya kalau sakit gigi dan gusi, so sick bikin teu pararuguh perasaaan. Aa lirik lagu yang menggambarkan gimana rasanya sakit gigi, "lebih baik sakit gigi daripada sakit hati." Saya katakan kalau itu tidak benar, sakit gigi itu bikin sakit hati jadi tidak ada yang menjadi pilihan.

Ada dua catatan yang sedang saya selesaikan, satu untuk project nubar dan satunya lagi untuk suatu event. Sampai saat ini masih berpikir apa yang harus dituliskan terutama apa sih yang ingin disampaikan. Apa yang ingin saya sampaikan atau ceritakan atau kebaikan apa yang ingin saya tularkan? Itu yang biasa menjadi dasar kepenulisan meski saya sendiri tahu bahwa diri ini bukanlah orang yang baik. 

Ah lagi-lagi saya hanya akan berhusnudzan termasuk pada diri sendiri karena apa yang kita pikirkan tentang kita akan kembali pada kita, akan menjadi itulah kita. Well, tubuh saya baik-baik saja dan insyaAllah sebagai pribadi sedang berusaha menjadi pribadi yang baik.


2.56
Adzan awal berkumandang, Umar sebentar lagi bangun untuk sahur shaum ayyamul bidh, mungkin saya akan memintanya untuk sahur bubur ayam atau nasi kuning di pasar karena di rumah tak ada apapun yang bisa dijadikan menu sahur.

Lalu, ingatan saya juga pada Aufa dan Aa Quthb, "apa kabar mereka?

Kemarin rencananya kami akan mengunjungi Aa Quthb dengan membawa nasi timbel tapi qodarullah Aa sedang ada kegiatan yang mendadak di kampus jadi kami pun membatalkan keberangkatan.

Dan Aufa, saat vcall kemarin saya melihat gejala sakitnya bertambah. Hati ini hanyalah hati seorang ibu, sakitnya melebihi yang sakit itu sendiri. Tiap hari berkawankan derasnya air mata kala ingatan tentangnya hadir dan seringnya memang kilasan ingatan itu menggema, "apa yang dirasakan anakku?" Menjadi kata tanya yang menjelma derai air mata.

Ini karena saya tahu bagaimana rasanya, karena itulah ingatan tentangnya tak pernah lepas dari isi kepala. Hanya butuh penanganan dan pendampingan awal yang tepat terutama dari keluarga dalam hal ini dari ibu dan ayahnya, itu yang ada dalam benak saya. Karena apa? Karena saya pun pernah di posisi itu. 

Menghadapi sakit yang kemudian menjadi sakit yang kambuhan itu tidaklah mudah. Tapi saya meyakini, penanganan dan pendampingan awal akan sangat baik untuknya di hari esok.


Balananjeur, Kamis, 11 Agustus 2022

Day 223

Sembari menunggu kakang dan anak-anak pulang saya memanfaatkan waktu dengan menyetrika dan membereskan semua lemari pakaian di rumah. Mulai dari lemari Umar, Aa Quthb, teteh Aufa, de Olin dan berakhir di lemari kami.

Membereskan ulang semua pakaian dan mengklasifikasikannya sesuai fungsi dan jenis; pakaian sehari-hari, baju formal, baju sekolah, kaos, kemeja, celana panjang, celana pendek, gamis, rok, dalaman, batik, dll.

Alhamdulillah kami tidak memiliki terlalu banyak pakaian jadi proses bebenah pun tidak terlalu menyita banyak waktu sehingga bisa tetap baca buku setelahnya. Sebanyak apapun pekerjaan di rumah, baca buku mah harus tetap dilakukan begitupun dengan menulis karena ini merupakan salah dua dari sekian aktivitas yang saya butuhkan. Kebutuhan itu kembali pada diri masing-masing, dan bagi saya menulis dan membaca itu merupakan kebutuhan. Saat kebutuhan tidak tertunaikan, apa yang kira-kira terjadi? Seolah ada yang kurang, perasaan seperti itu yang hadir saat yang kita butuhkan tak tercukupi.

Saya memiliki banyak waktu luang yang bisa saya manfaatkan dengan leluasa untuk mencukupi dua kebutuhan ini. Dan sekali lagi, kebutuhan itu kembali pada diri setiap orang. Sesuatu yang saya butuhkan belum tentu dibutuhkan orang lain, termasuk dalam pekerjaan pun seperti itu. Saat kita bisa mengerjakan pekerjaan bertani misalkan, belum tentu dengan orang lain. Saat kita nyaman dan baik-baik saja dengan usaha berdagang, belum tentu orang lain pun sama dengan kita. Karena itu, sangat tak pantas bagi kita jika menuntut orang lain untuk memiliki cara hidup yang sama dengan cara kita, dalam hal apapun.

Dalam hal apapun, tanpa terkecuali.

Balananjeur, Rabu, 10 Agustus 2022

Selasa, 09 Agustus 2022

Day 222

Seorang ibu sebutlah namanya ibu Ania, usianya menginjak kepala 8. Ya, dalam hitungan bulan usianya genap 80 tahun, setidaknya itulah yang beliau tahu dari Ibunya.

Beliau bercerita, tentang sepi yang menyapanya meski dikelilingi banyak orang disekitarnya. "Entah apa yang membuat ibu merasa kesepian sedangkan banyak orang disekitar Ibu." 

Riak kecil bersemayam di ujung netranya yang keriput, ada riak kerinduan disana, itu yang kulihat. Namun beliau, ibu yang tegar dengan sunyi dan kerinduannya itu.

"Ibu punya 4 anak, satu perempuan dan 3 laki-laki, semuanya sudah berkeluarga dan memiliki anak. Mereka semua anak-anak baik, dalam pandangan ibu mereka anak-anak yang sangat baik dan sopan." Ah, saya teringat Emak dengan 4 anaknya. Emak juga memiliki 4 anak, 1 perempuan dan 3 laki-laki. Apakah kerinduan seperti ini juga ada dalam benak emak? Saya mulai bermonolog dengan hati sembari menyimak kisah ibu Ania.

Tapi tunggu dulu, apakah kiranya yang membuat netra ibu Ania diselimuti riak yang basah? 

"Suatu hari salah satu anak ibu melakukan perjalanan, dia tinggal jauh dari rumah ibu dan dia bersama keluarganya melakukan perjalanan. Perjalanan itu melewati jalan ke rumah ibu." Saya mulai membuat skema cerita sendiri setelah mendengar pembuka kisahnya. Alurnya mungkin bahwa anak beliau tidak mampir mengunjungi beliau dan beliau..terluka. Ah, ini spekulasi saya dan saya menyimpannya untuk diri sendiri lalu memilih untuk kembali mendengarkan.

"Dia mengabari ibu bahwa dia sedang melakukan perjalanan bersama keluarganya, tapi.. apakah sesulit itu untuk mampir mengunjungi ibu tua ini? Tapi Nak, ibu memaksakan diri ibu sendiri untuk hanya berprasangka baik padanya karena ibu menyayanginya sampai salah satu menantu Ibu mempertanyakan 'padahal bisa mampir dulu, sesulit itukah?' ibu kembali terpikir lagi, ya benar sesulit ibukah menjumpai ibu yang tlah renta ini?" Saya melihat duka itu kentara dari bola matanya yang gelisah.

"Ibu tidak boleh terluka demi anak-anak, ibu tidak boleh terluka. Ibu harus sabar, harus ikhlas." entah kenapa kalimat ini terdengar seperti, "nak, jaga hati ibumu!"

Ibu yang lain bercerita, sebut saja namanya Bu Syaima, 75 tahun. "Suatu hari ibu sakit." air mukanya berubah sendu di awal prolognya.

"Ibu cerita sama menantu ibu kalau ibu sedang ingin makan ikan. Dia menyarankan untuk membeli sedangkan di saat yang bersamaan dia juga bercerita kalau dia baru membeli ikan." dia membuang nafas sejenak, membuang sesak yang menyapanya.

"Ini masalah sepele, tapi ibu tetap berpikir apakah sesulit itu sekedar menawarkan satu saja ikan yang dia beli untuk ibu yang sedang ingin makan ikan? Hanya karena dia mengatakan dia baru membeli dan ibu tak menemukan orang yang menjual ikannya saat ibu bercerita itu. Ibu juga tak juga mendapat tangkapan ikan dari tambak ikan ibu."

"Tapi ibu tidak boleh terluka karena anak ataupun menantunya. Ibu harus ikhlas dan sabar."

"Apakah sesulit itu?" kalimat ini mewakili rasa hati ibu yang terluka lalu ia mencoba membalut lukanya dengan mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terluka, untuk sabar dan ikhlas.

Saya mulai melihat, seseorang tidak hanya memetik apa yang ditaburnya. Dua ibu itu adalah anak dan menantu yang sangat baik bagi orang tua dan mertuanya hingga akan pantaslah baginya untuk bertanya, "sesulit itukah?" 

Bu Ania dan Bu Syaima hanya menabur kebaikan lalu Allah berkehendak mereka untuk memetik gulma juga di sekitar pohon yang mereka tanam. Sungguh Allah pasti memberikan pengajaran dalam setiap kejadian. 

Balananjeur, Selasa, 9 Agustus 2022

Senin, 08 Agustus 2022

Day 221

Ini biasa terjadi, setiap kali mau nulis teh sering dibuat bingung, "nulis apa ya?" Bukan karena nulisnya sih tapi tulisan yang boleh di share atau dipublish atau tidak. 

Jadi sebelum meneruskan tulisan saya pun memilih menikmati waktu sehat dengan bermain. Bermain? Iya, benar-benar bermain , bermain bersama bayi satu tahun yang kini bertambah ceriwis.

Saat mengajak Arka bermain di pekarangan rumah, saya melihat seekor kucing berwarna hitam berjalan mendekati tangkal serai. Saya perkirakan kucing itu sedang mencari tempat buang air besar but wait ternyata kucing itu mau buang air kecil.

MasyaAllah banyak ayat kauniyah yang saya temukan dari kejadian si kucing yang buang air kecil disana karena saya meyakini bahwa Allah pasti punya rencana kenapa langkah kaki kucing sampai disana, kenapa kucing itu memilih pipis disana. Allah pasti punya rencana, ada maksud dan hikmah yang harus saya gali dari peristiwa yang saya lihat didepan mata ini.

Kenapa kita harus mencuci sayuran yang akan kita masak atau konsumsi, MasyaAllah Allah mengabarkannya melalui kucing yang pipis didepan saya itu. 

Allah memberikan rezeki untuk semua makhlukNya tanpa terkecuali lalu dengan alasan apa kita khawatir akan rezekiNya?! 

Ini dalam rangka memaksakan diri untuk tetap menulis saat qodarullah kondisi kesehatan kembali menurun.

Balananjeur, Senin, 8 Agustus 2022

Minggu, 07 Agustus 2022

Day 220

"udang, ada apa dengan udang ini?" Tidak ada apa-apa dengan gambar udang ini, saya hanya sedang ingin bercerita tentang pemuda yang menggambar udang ini. Gambar yang dibuatnya saat dia berusia 13 tahun dan cerita yang akan saya tuliskan disini tak ada kaitannya dengan udang karena ini kisahnya hari ini.

Well, it is about Umar. Umar yang dulu pernah bilang, "ummi punya biografi 2 Umar; Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Nanti ditambah 1 biografi Umar lagi yaitu Umar bin Wawan." MasyaAllah insyaAllah, Nak. Umar akan mencatatkan sendiri kisahmu dengan amal dan Budi pekertimu. Dan ummi akan membantu mencatatkan sebagian jejak untuk diingat, jejak ini kan menjadi bagian dari sejarahmu juga.

MasyaAllah dik, namamu Umar, insyaAllah Allah berkahi nama yang tersemat di dirimu; Muhammad Umar Yasin. insyaAllah nama itu menjadi do'a kebaikan bagimu didunia dan akhiratmu, insyaAllah.

Nak, hmm ummi biasanya manggil 'dik'. Ya, dik, MasyaAllah Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat ummi melihat engkau bertambah besar dan semakin faham dirimu sendiri. Semakin tahu tanggung jawab dirimu baik sebagai hamba Allah maupun sebagai anak, adik, kakak dan ummat secara keseluruhan. 

MasyaAllah terjaga langkah kaki di 5 waktu fardhu mu hingga berjamaah di masjid tak pernah tertinggal, shaum Sunnah dan amaliyah yaumiyah mu semakin terjaga di usiamu ini,shalih. MasyaAllah tabarokalloh semoga Allah karuniakan hanya catatan amal baik yang mengisi setiap lembaran kisahmuBeberapa hari yang lalu adik bercerita, MasyaAllah ini cerita yang membuat ummi terharu hingga hanya bisa berucap, "MasyaAllah tabarokalloh adik."

"Pagi ini Umar bertemu ucapan yang sangat keren dari seorang Bapak yang Umar temui dalam perjalanan menuju ke sekolah. Bapak itu mengatakan bahwa bagi orang tua lebih tenang saat anak-anaknya berangkat ke sekolah dengan menggunakan angkot. Umar ingat kekhawatiran ummi, ternyata memang seperti itu lah orang tua." MasyaAllah... Redaksi kalimatnya tidak utuh, ada beberapa penggalan kata yang harusnya ummi tuliskan tapi karena kemampuan memori ummi sedang terkendala jadi ummi tuliskan dulu sebagian yang teringat dan sekali lagi membuat ummi terharu. Bagi Umar itu adalah ucapan yang sangat keren karena mengingatkannya pada kekhawatiran Umminya. Membuatnya menyadari bahwa orang tua akan selalu khawatir dan ia mulai menyusun tekad untuk tak membuat orang tua khawatir.

Bahwa orang tua mencintai dengan bahasa yang berbeda-beda dalam satu waktu, insyaAllah Umar pun semakin memahami itu.

Kemudian karena pemahamannya dia semakin terbuka pada ummi Abi dan membiarkan ibu ini mengikuti langkah kakinya saat ibu merasa harinya sunyi. "Boleh ummi ikut, dik?" Dia membolehkan dengan penuh sopan dan santun. Seperti kemarin saat ummi ingin berjalan kaki bersamanya ke Pagerageung.

MasyaAllah Alhamdulilah tsumma Alhamdulillah 

Masih tentang adik Umar. Jam 3 pagi ini saya terbangun mendengar suara pintu dapur yang perlahan dibuka, biasanya saat berhalangan saya tidak bangun jam ini tapi saat mendengar pintu dapur dibuka saya pun bergegas bangun, teringat kalau hari ini Umar mau shaum Tasu'a dan esoknya Asyura.

Saya mendekati Umar yang sedang menyiapkan beras untuk dimasak, "Adik mau sahur, ya? Mau ummi bantu?" Tanya saya. 

"Teu Kedah, Mi. Sawios ku Umar wae." Jawabnya sambil mengalihkan pembicaraan pada rute pawai Agustus yang akan diadakan pada 17 Agustus nanti.

Saya pun memilih mengambil pakaian kotor dan merendamnya dengan deterjen, menemani adik Umar yang sedang menyiapkan sahurnya sendiri.

MasyaAllah pemuda 17 tahun yang baru saja di photo untuk KTP pertamanya ini berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan tangan dan usahanya sendiri. Ummi mencatatkan ini disini untuk mengingatnya dan menyimpan jejak kisahnya "dik, mau ummi bantu?" 

"Tidak usah, Mi. Biar Umar saja yang kerjakan."

MasyaAllah tabarokalloh shalih. Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan 

Balananjeur, Ahad, 7 Agustus 2022

Sabtu, 06 Agustus 2022

Suatu Masa

Seperti apa kita saat anak-anak berada dalam rahim kita, seperti itulah mereka terbentuk kelak. Saya meyakini ini setelah melihatnya sendiri..

Hmm memang tidak utuh seperti itu karena ada faktor lain yang kelak membentuk anak-anak kita diantaranya pola asuh dan lingkungan sekitar tapi kebiasaan ibu selama hamil dan menyusui juga memiliki peranan penting.

Empat kali Allah izinkan untuk menikmati kehamilan, persalinan lalu proses mengASIhi, empat kali juga melalui proses yang tak sama.

Kali pertama dilalui dengan sensitif, ini itu serba salah. Well, itu pengalaman pertama. Tapi saya tetap diri saya yang masih berusaha tenang dan berpikir, "kalau saya seperti ini, bagaimana dengan bayi saya nanti?" Lalu mencoba mengarahkan kesensitifan itu agar menjadi langkah kebaikan (harapan saya). Caranya, lebih aktif interaksi dengan Al Qur'an agar bapernya bukan karena hal-hal yang tidak perlu dibaperi.

Masa itu saya masih lah Dede si suka mendebat, kalau mikir teh keras, keras juga pada diri sendiri dalam menunaikan aturan yang dibuat sendiri, merencanakan agenda harian dan termasuk tipe yang tidak suka ada aturan yang terabaikan atau rencana harian yang tidak terlaksana dengan baik. Segala sesuatu harus berjalan teratur dan tertata.. saya si otak kiri yang juga tidak mudah memberi permakluman untuk sesuatu yang menurut saya, "itu bisa dilakukan kalau benar punya niat." 

Pokoknya Dede hari itu idealis pisan Weh. Tapi insyaAllah ngemong ke anak kecil terutama ponakan yang banyak 🤭Kehamilan kedua, lebih fleksibel. Tetiba suka banget menggambar denah.. hmm mungkin karena sudah mulai ada keinginan punya rumah sendiri jadi senengnya bikin denah. Setiap kali lihat kertas sama patlot teh bawaannya pengen gambar denah dan bangunan rumah. Seneeeeng banget kalau gambar itu teh. Kalau kehamilan pertama mah ketemu kertas teh auto nulis artikel, cerpen, opini atau apapun yang serba tulisan Weh. Nah kalau dikehamilan kedua ini justru bikin desain rumah sama buat RAB nya yang masih ala-ala. 

Kalau ke toko buku yang dilihat teh buku yang ada desain rumahnya selain buku bertemakan sejarah yang teteeeeep jadi incaran 🤭

Kondisi emosi lumayan stabil, belajar dari pengalaman pertama agar sensitif nya ditujukan buat yang kita tadabburi di Al Qur'an dan Hadits saja. 'alaa kulli haal baik kehamilan pertama dan kedua saya masih si introvert yang kurang seneng baur ngariung sama orang lain. Senengnya di rumah ngurus anak sama baca buku.

Jangan bayangkan rumah beres dan rapi karena saya di rumah terus! Justru sebaliknya, rumah kami adalah rumah yang tidak pernah beres 😁

Saya senang beberes tapi karena mudah tumbang karena sakit jadi kadang pas beberes teh cepat-cepat rehat karena muncul gejala. Naaah waktu hamil anak kedua ini saya si tipe yang jarang beberes karena alasan itu. Berbeda dengan kehamilan pertama yang senengnya beberes kamar.

Hamil anak ketiga, saya si tipe kalem dan senangnya husnudzon. Saat sakit datang bersyukur, yakin saja kalau ini yang terbaik dari Allah. Saat ada yang ghibahin Oge nggak kesel, bawaannya biasa aja dan yakin bahwa Allah maha tahu cara menjaga kami. Kali itu saat keyakinan begitu besar... Meski saya tipe yang agak rudetan. Kalau rudet karena sesuatu teh tidak lagi protes tapi langsung diam tidak banyak bicara, tapi itu tidak berlangsung lama hanya sebentar langsung lupa Weh. Merasa tidak nyaman karena sesuatu langsung diam sampai akhirnya muncul lagi keyakinan,"oh Allah teh memang menghendaki seperti ini." Setelah itu sudah, happy lagi.

Hari itu saya kembali menjadi Dede yang hidupnya terjadwal alias punya jadwal yang runut tapi tidak lagi keras pada diri alias tetap lebih fleksibel saat menjalankan semua list agenda itu. 

Saya mulai belajar memahami dan meyakini taqdir Allah dengan usaha yang benar (harapannya sih sesuai syariat). Semakin senang baca shirah dan menghafal Al Qur'an. Hobinya baca Riyadush shalihin dan Bulughul maraam..

Kalau nulis, fokusnya nulis jurnal harian. Nggak suka mikir yang berat-berat padahal waktu hamil anak pertama mah saya yang senangnya mikir hal-hal yang kata kang Wawan mah berat, begitupun hamil anak kedua mikirnya masih berat tapi dengan tema yang berbeda 🤭
Kehamilan terakhir mah senangnya nulis dan baca buku. Hmm kayaknya inimah tiap episode kehamilan juga gitu 🤭 oh iya, inimah memang bukan hanya waktu hamil, makanya kalau diberi pilihan, "masak atau baca?" Saya pasti milih baca. Atau, "nyuci atau nulis?" Pilihannya pastilah nulis.. see, ibu ini enggak banget ya 🤭

Well, it is khotimul hmmm hamilnya. Waktu hamil terakhir mah bawaannya mager karena kondisi kesehatan semakin menurun. 4 bulan pertama hanya bisa rebahan, kalau berdiri teh langsung banyak bintang. Padahal punya 3 anak yang satu diantaranya masih balita. MasyaAllah Alhamdulilah saat itu sulung dan nomor 2 bantuin Umminya yang sedang tidak bisa melakukan apa-apa ini.  

Sebelum dan setelah berangkat kerja Abinya handle pekerjaan, Aa Quthb sering membuatkan nasi goreng sepulang sekolah (padahal waktu itu masih kelas 1 SD). Jagain adik-adiknya... MasyaAllah ngemong banget. Kalau Abi sudah berangkat kerja dan Aa berangkat sekolah, Umar yang jagain Aufa dan Umminya. MasyaAllah.

Saya waktu itu si mager yang disamping bantal harus selalu ada buku. Tidak nyaman kalau sampai tidak baca buku atau nulis teh... Kali ini nulisnya lebih ke mengkritisi masalah-masalah sosial. Kritis pisan padahal sedang lemah-lemahnya bin lemas tapi otak teh harus terus mikir. 

Saya juga senang menyembunyikan airmata. Jadi kalau sakit trus pengen nangis teh ditahan sebisa mungkin.


Dikemudian hari tepatnya hari ini, saya melihat itu dalam diri anak-anak. Ada yang seperti ini dan seperti itu, gambaran saya saat hamil dulu hingga akhirnya saya mulai meyakini; kita saat hamil adalah gambaran anak-anak yang akan kita lahirkan. Sekali lagi memang tidak utuh persis semuanya seperti itu karena ada faktor lain yang membentuk mereka terutama saat mereka mulai bisa berpikir sendiri dan menentukan kepribadiannya melalui hasil proses berpikir dan pengamatannya sendiri. Namun, ada baiknya kita sebagai ibu menjaga kesehatan ruhiyah dan amaliyah kita selama kehamilan.

Balananjeur, Ahad, 7 Agustus 2022

Day 219

Sudah lama sejak terakhir kali jalan kaki berdua dengan adik Umar, Alhamdulillah biidznillah hari ini bisa kembali jalan kaki berdua dengannya. Ini seperti ngdate tapi dengan agenda.. hahaha

MasyaAllah Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah setelah malam tadi hanya terpikir, "Pengen deh jalan kaki sama adik Umar." Trus minta sama Allah, "ya Allah.." cuma itu pintanya karena selebihnya hanya ada dalam hati.
Trus pagi-pagi bilang sama teteh Aufa via wa ke ustadzah Zahra, "Ummi mau joging ke Pagerageung sama A Umar."

MasyaAllah Alhamdulillah hadza min Fadhli Rabbi. A Umar tetiba bilang mau ke Kecamatan untuk photo pembuatan KTP. Hmm ini kali pertamanya bikin KTP jadi saya berencana membujuknya biar bisa ikut.

"Dik, boleh nggak kalau ummi ikut?" 

Well, saya kini menjadi ibu yang mencari cara agar bisa ikut anak-anak 😁 hmm mengikuti langkah kaki anak saat ia luang. 
Bukan hal mudah juga menunggu mereka membolehkan. Di usia ini anak-anak mulai tidak suka diikuti 🤭

Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat, Alhamdulillah hari ini bisa berjalan kaki berdua bersama Umar. Menyimak cerita Umar selalu membahagiakan meski tak jarang dia bertanya, "ummi faham cerita Umar?" Atau, "ummi nggak faham ya?" Ya, meski saya kurang bisa menyimpan memori insight ceritanya ataupun harus mengerutkan kening untuk memahami isi bahasannya tapi sungguh saya menyukai ceritanya, saya menyukai tema apapun yang ia bahas. Saya suka apapun yang dibahas anak-anak ... Semoga mereka meyakini bahwa saya benar-benar menyukainya.

Umar sedang ingin menikmati tahun terakhirnya di SMK dengan belajar lebih baik serta memperluas jaringan pertemanan. Umar juga berkisah tentang dampak sampah plastik dan bagaimana dia menghindar pemakaian plastik agar tidak menjadi salah satu penghasil sampah yang sulit terurai yang artinya menzhalimi alam dan orang lain. Umar bercerita tentang geopolitik, hmm ini tema yang sering dibahasnya sejak kecil. Umar juga bercerita tentang adab para pencari ilmu sekaligus bagaimana pemuda pemudi harusnya menjaga diri dan menundukkan pandangan karena Allah. 

Umar bercerita tentang saat-saat ia bersama teman-temannya mulai dari teman MI, teman Mts hingga teman SMK. Bagaimana progress masa depannya setelah keluar dari SMK. Kalau langsung kuliah semoga masuk arsitektur dan akan naik sepeda ke kampus, kalau ternyata lanjut kerja dulu dia akan 
menabung untuk kuliah mandiri di jurusan arsitektur.

Banyak hal lagi yang dia ceritakan. Ingin sekali saya tuliskan semuanya. insyaAllah saya tuliskan dalam catatan tersendiri.

Balananjeur, Sabtu, 6 Agustus 2022

Kamis, 04 Agustus 2022

Day 218


Ada juga daily vit D3 1000IU tapi harganya lumayan mahal, 31-50 rb nya berisi 10 tablet kalau tidak salah sedangkan saya membutuhkan 10 tablet perhari jadi kehadiran vit D3 dari IPI ini MasyaAllah Alhamdulillah sangat membantu. 

Harganya dari apotek disini 12 rb berisi 75 tablet, jadi beli 2 botol teh cukup untuk 15 hari. Sekarang beli buat teteh Aufa juga tapi belum bisa dikirim sekarang. 

Kemarin keliling ke tiap apotek qodarullah adanya yang udah plus vit C di CDR harganya 45 rb an meski kebutuhan suplemen vit C dan K juga banyak tapi untuk saat ini tetap nyari yang harganya tidak sampai menguras saku nya kang Wawan. Kebayang kaan kalau sehari menghabiskan biaya buat suplemen minimal 50 rb, berapa fulus yang dibutuhkan untuk sebulan.Laa Haula walaa quwwata Illaa billah, hasbiyallah wani'mal wakiil ni'mal maulaa wani'man nashiir,ini menjadi ikhtiar saya untuk meringankan beban dan tanggung jawab yang dipikul suami; meringankan biaya pengeluaran 😅.Bantuannya sangat tidak seberapa ya tapi semoga jadi amal shalih yang diridhai Allah.

Kenapa tidak memaksimalkan vit D dari sinar matahari atau makanan yang mengandung vit D? Itu dia, salam kondisi ini, pemanfaatan vit D dari sinar matahari maupun makanan yang mengandung vit D tetap belum mencukupi kebutuhan jadi butuh bantuan suplemen. 

Inimah persis kayak lagi sesak nafas, semaksimal apapun untuk berusaha memaksimalkan oksigen disekitar tetap saja butuh bantuan selang oksigen agar bisa kembali bernafas dengan lancar dan lega. MasyaAllah see, bukankah sehat itu nikmat yang luar biasa. Nggak perlu obat,nggak perlu oksigen, cukup fokus beramal shalih tanpa ada kendala sakit inilah atau itulah. 

Tapiiii, jika di uji sakit, jangan ngeluh juga! Itu juga nikmat, MasyaAllah nikmat sakit itu memang membuat kita terkadang dan mungkin seringnya tidak bisa melakukan apa-apa. Semua serba terkendala. Namun Allah janjikan pahala yang sangat besar bagi orang yang di uji sakit lalu dia bersabar dengan ujian itu. Apa itu? Allah hapuskan untuknya dosa-dosanya. MasyaAllah laa Haula walaa quwwata Illaa billah .


Balananjeur, Jum'at,5 Agustus 2022

Rabu, 03 Agustus 2022

Day 217

3.55

Dik,
Ummi ingin menyiapkan mene sahurmu. Tapi apalah daya, energi ummi kembali seolah terkuras habis padahal tak ada pekerjaan berat yang ummi lakukan. Bukan pekerjaan berat ataupun ringan malah, karena ummi baru bangun tidur namun pencernaan ummi sedang protes terutama lambung yang kemarin ummi isi mie basho pedas. Hmm mungkin protesnya lambung yang membuat ummi merasakan kembali lelah yang sangat ini.

04.07
Ummi tetap saja tidak tega membiarkanmu sahur sendirian berkawankan sepi, ummi pun bangun dengan menggunakan sisa energi.. tepatnya energi yang masih tersisa. Ummi tanyakan kabar pagi dan sahurmu.

Ummi lihat adik sedang sahur dengan mie sambal hijau yang adik beli sore kemarin dari teh Nunuy, Nasi nya ummi prediksi pasti minta dulu ke mah Dede 🤭 yaa karena ummi tak pernah punya nasi hangat kalau jam segini mah.

"Gasnya habis, Mi." Ucapmu pelan. 

Kalau gas habis, berarti adik masak di rumah Mah Dede juga. Oh wait, sepertinya adik sedang menanakkan nasi karena adik tidak akan menceritakan bab gas kalau hanya sekedar buat masak mie. 
Ummi segera membuka pintu dapur dan melihat benar saja magic pot itu diam manis di atas kompor, adik memang sering memasakkan nasi untuk kami. MasyaAllah mengurangi pekerjaan ummi, artinya mengurangi beban kerja jantung, artinya lagi membantu ummi untuk menyiapkan kembali energi untuk segar.

4.18
Dik, 
Adik masih menikmati sahur adik saat ummi kembali dari rumah Mamah. Oh iya, ummi juga akhirnya harus ke rumah mamah untuk ikut menanak nasi biar ngagolak. Alhamdulillah pintu dapur mamah belum dikunci lagi jadi ummi tak harus menunggu mamah atau fty membukakan pintu.

Mamah baru menyelesaikan witir dan sedang rebahan sebentar saat ummi kesana. Ummi minta izin menanak nasi lalu berbincang sebentar dengan mah Dede di kamar mah Dede.

Mah Dede menceritakan tentangmu, dik. Tentangmu yang mau sahur. Ummi pun menimpali, "Umar mau shaum Senin Kamis, Mah."

MasyaAllah kami bersyukur atas usahamu untuk taat salah duanya dengan senantiasa shalat fardhu berjamaah di Masjid dan mengerjakan Shaum Senin Kamis. MasyaAllah tabarokalloh, Alhamdulillah hadza min Fadhli Rabbi.

Obrolan kesana kemari sembari menunggu air nasi ngagolak atau mendidih. Ummi juga ceritakan tentang adik yang sering memasakkan nasi dan terkadang mencucikan pakaian. Bahwa hari ini pun adik sedang memasakkan nasi namun qodarullah gas nya keburu habis.
Lalu mamah bertanya tentang Barra' dan Huzaifah, bagaimana cara mereka nanti naik bis ke Jakarta. Mamah menanyakan itu karena jalannya yang sepertinya tidak muat kalau buat bis mah. Kecil dan berkelok-kelok. Hee..
Ummi bilang agar kita tunggu kabar tanggal 6 saja untuk tahu bagaimana mereka berangkat ke Jakarta 😅


4.26
Adik,
Adik membuat teh manis sendiri. Ummi kembali tak bisa membantumu menyiapkan menu sahur sekedar teh manis sekalipun karena sekembalinya dari rumah mamah kepala ummi terasa sakit, sangat sakit. Namun meski terasa sakit, ummi masih ingin menulis dulu.

Balananjeur, Kamis, 3 Agustus 2022

Day 216

Disetiap perjalanan selalu ada kisahnya masing-masing, bukan hanya masing-masing bimakna setiap orang karena pada satu orang pun tidak selalu cerita yang sama di setiap harinya.

Wait, ari saya teh lagi nulis apa ini teh? Kadang suka bingung mau nulis apa, tapi demi bisa mencatat jejak untuk 365 hari utamanya menjaga keistiqomahan menulis karenanya nulis aja dulu dan tentu saja otak pun sambil di ajak mikir kira-kira apa yang bermanfaat untuk menjadi bahan tulisan yang dibagikan. I mean dibaca orang lain.

Pagi ini Balananjeur cerah, Alhamdulillah biidznillah meski diiringi mual muntah seperti hari-hari sebelumnya tapi Allah mampukan untuk membereskan rumah, menyapu, mencuci piring, masak nasi dan sayur mayur lalu lanjut manen bunga Telang. MasyaAllah ini nikmat yang luar biasa. Setelah melalui episode ambruk bin tumbang tidak bisa melakukan apapun, masih diberikan kesempatan untuk bisa melakukan sesuatu saat kondisi tubuh tidak baik-baik saja menjadi anugerah tersendiri yang nilainya MasyaAllah tiada tara.

Hari ini saya berencana ke rumah Emak, sudah dua hari ini tidak bertemu Emak, "apa kabar, Emak?" Umar mengatakan kalau Emak menanyakan kami. Hmm, mungkin emak sudah rindu. Hee..

Qodarullah harus menyiapkan energi besar kalau berjalan kaki ke rumah Emak seperti dulu teh, well kondisi kesehatan kembali menjadi alasan tak mudah untuk kembali menapaki jejak sekedar berjalan kaki ke rumah Emak. Mudah lelah yang lelahnya sangat disertai gejala sakit lainnya kalau kecapekan akhirnya memilih untuk menunggu kang Wawan libur agar ada yang mengantar by motor kalau mau ke rumah Emak teh.


9.17

Perjalanan membawamu.. bertemu denganku, ku bertemu kamu. Lirik lagu dari tulus ini tetiba saja menusuk ingatan, entah apa maksud dunia, eh maksud hati saat menuliskan ini.

Kini kami di rumah Emak, mencium telapak tangan emak dan mencium kening beliau sambil mengucapkan doa dan permintaan maaf kami atas beliau. Kami memohon maaf atas silaf dan khilaf kami, atas jarangnya kami ke rumah emak. 'alaa kulli haal yang boleh jadi membuat emak tak senang.



20.01
Tidak semua tercatat, beberapa jejak tertinggal dalam ingatan meski hati sangat ingin menyimpannya dalam catatan agar jejaknya tetap tersimpan. Saya tidak bisa menyimpan semua jejak dalam gambar, tak pandai membuat video agar jejaknya melekat dalam ingatan hingga kemudian hari... Bahkan catatan pun masih semoodnya alias ikut mood.

Banyak hal yang sebenarnya masih ingin diceritakan tapi saya akan putuskan sampai disini untuk hari ini.

Hey, apa kabar? Semoga baik-baik saja ..

Balananjeur, Rabu, 2 Agustus 2022

Hanya Tentang..

Ada juga yang tak pandai berbasa-basi, diantaranya... Saya. 
Saya bahkan tidak tahu cara berbasa-basi; baik itu basa-basi biasa-biasa saja ataupun basa-basi yang baik dan benar. Ah forget it, saya memang hanyalah saya yang tahu cara membaca apalagi jika itu buku yang berkaitan dengan .. sejarah. 

Saya mencintai buku-buku yang berkaitan dengan sejarah hingga dada ini berdebar kencang setiap kali melihat sampul buku di market place sekalipun. Padahal usia sudah tak lagi muda.. well lagipula meskipun ada debar seperti itu tetap tak membuat tangan meraih ujung saku untuk membeli buku karena sekarang waktunya untuk kebutuhan anak-anak. Hmmm entah kapan terakhir kali beli buku untuk diri sendiri, setiap ada pak kurir kirim buku selalunya berupa hadiah sebuah kompetisi yang diikuti demi mendapat hadiah buku nya. 

'alaa kulli haal Alhamdulillah MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi, bukan tentang siapa yang membeli tapi cukup dengan syukur atas hadirnya buku itu untuk segera ditadabburi. 

Kali ini saya pun kembali mengejar buku lainnya 🤭
Dan kembali dengan senang hati saya akan mensyukurinya saat buku itu mendarat di rumah ataupun Allah taqdirkan untuk tetap berdiam manis dalam list buku yang ingin dibaca. La ba'sa bih, saya akan bercukup diri dengan harapan dan usaha untuk mendapatkan tanpa memotong anggaran untuk anak-anak ataupun merengek minta dibelikan 😅 

Saya juga akan bercukup diri atas kesempatan untuk menunggu dengan cara membaca kembali buku-buku yang ada di rumah. Alhamdulillah 'alaa kulli haal... Bukankah diberikan kesempatan untuk memiliki suatu keinginan dan berjuang untuk mewujudkan keinginan itu adalah suatu nikmat? Maka saat keinginan belum terwujud atau ditangguhkan pun MasyaAllah itu adalah nikmat yang luar biasa. MasyaAllah Alhamdulilah 'alaa kulli haal. 

Kang Wawan tadi mengatakan bahwa jika beliau diberikan rezeki materi yang berlebih maka akan banyak buku yang boleh istrinya borong, katanya. Kami tertawa dengan ingatan seperti itu. Hanya sebuah kalimat, MasyaAllah cukup dengan kalimat baik seperti itu sangat membahagiakan.

Lalu saya tanyakan padanya, "buku apa yang paling diminati istrimu, sayangku?" Beliau menjawab, "Sirah Nabawiyah karya Syaikh Al Mubarakfury.". 

"Lalu?" Tanya saya. 

"Sejarah para sahabat."jawabnya.  

"Lalu?"tanya saya lagi.  

"Kisah tabi'it tabi'in, para Nabi dan Rasul, semua yang berkaitan dengan sejarah, itu yang paling disukai isteri Abi."ujarnya yakin. 

"Abi tahu, saat kita nonton televisi tadi pagi. Saat ada tayangan tentang kota tua di Spanyol, ummi pasti ingin langsung mengambil buku dan membaca kisah Andalusia lagi." 

MasyaAllah sejelas itu kah? Ya, saya memang ingin membuka banyak lembaran kisah terkait Andalusia saat melihat acara yang memperlihatkan kota tua di Spanyol. See, jantung saya seolah berlompatan kegirangan saat akhirnya saya kembali membaca...

Namun sayang, dahaga malah semakin menyapa. Saya memerlukan lebih banyak literatur dan buku referensi selain yang ada di rumah. Saya butuh membaca. 

Lalu saya ingat anak-anak dimasa kecil, bagaimana mereka kegirangan setiap kali saya bacakan buku sejarah.. ah,saya merindukan mereka.

Balananjeur, Rabu, 2 Agustus 2022

Selasa, 02 Agustus 2022

Day 215

14.46

Dear teteh Aufa,
Siang ini ummi mendapat pesan WA dari Mama Salma yang mengabarkan bahwa beliau bertemu teteh dan teteh akan menghubungi ummi via vcall WA. MasyaAllah qodarullah 'alaa kulli syaiin ummi sedang tidak memegang hp karena hp nya dibawa de Olin ke Sekolah. Hari ini jadwal les bahasa Inggris jadi agar tidak bolak-balik ke rumah akhirnya hp pun dibawa sejak pagi ke sekolah.

Hati ummi lumayan sedih mendapati vcall WA teteh tidak terjawab, rasanya seperti tersayat namun bagaimana lagi bahkan quota internet pun tidak ada. Ummi harus menangis dan menghela nafas agak lama untuk kemudian mengikhlaskannya. Maksudnya, mengikhlaskan vcall WA teteh yang qodarullah tidak terbalas.


15.23

Ummi ikut Abi ke Ciawi untuk memperbaiki printer di red cafe. Ummi masih terpikir tentang kabar teteh, sedih rasanya saat diberikan kesempatan bisa melihat dan mendengar suaramu tapi... Qodarullah 'alaa kulli syaiin ya shalihah, sungguh sangat mudah bagi kita mengimani taqdir baik namun ujian berat untuk jua mengimani taqdir yang syarrihi. Astaghfirullahal adziim ..

Sepanjang perjalanan Abi mengajak ummi berbincang tentang banyak hal. Hmm, sepertinya Abi sedang mencoba menenangkan hati ummi agar tidak fokus pada kata tanya, "apa kabar putri ummi?" dengan hati dan mata yang bercucuran. Ah, ummi belum jua sekuat seharusnya, Nak. Masih ada deras air mata menjadi kawan setia setiap kali derai ingatan tentangmu menghampiri. Tidak tepat kalau dikatakan menghampiri karena ingatan itu datang setiap waktu meski Alhamdulillah tidak sampai membuat ummi mengabaikan kewajiban-kewajiban lainnya.

Teteh Aufa sayangku,
Biasanya setiap pagi ummi berjalan -jalan bersama Arka ke jalan Ciseuti, menikmati sinar matahari pagi yang katanya kandungan vit D nya sangat baik bago kesehatan, melihat hijau pesawahan dan tentu melenturkan otot kaki yang lemas. Tapiiii pagi ini ummi memilih diam di rumah sendirian, menikmati kesendirian dengan membuka laptop Aa Umar dan membuka galeri photo serta video lawas tentaaaaang...kalian. ah apalagi yang paling diminati ibu yang hatinya sedang kehilangan kecuali segala sesuatu tentang kalian.

Ada banyak gambar photo dan video yang kembali membuat ummi menangis. Sesekali tertawa melihat kelucuan kalian. MasyaAllah sungguh Maha Baik Allah yang menghadirkan anak-anak shalih dan shalihah yang pernah menggemaskan pada masanya. Ummi katakan pernah menggemaskan pada masanya karena tak mungkin kan kalau kalian tetap menjadi anak menggemaskan di usia ini 😅.

Well, ummi mendapati video Aa Quthb di SMAN 6 Tasikmalaya sedang berorasi di dalam kelas. MasyaAllah senang sekali melihatnya.. lalu video Aa waktu lomba debating di salam persis waktu Aa kelas.. hmm kelas 2 atau 3 ya ? 

Laluuuu ada video saat A Umar membangun kota dengan bangunannya di pekarangan rumah kita dengan menggunakan pasir. Sendirian dan penuh kegembiraan.. lalu sepupu-sepupunya ikut bergabung hingga pekarangan ramai dengan arsitek cilik.

Selanjutnya ummi dibuat tertawa sekaligus menangis saat mendapati video teteh yang sedang kebelet pipis dan minta de Olin mengambilkan sandal untuk teteh, suaranya nyaring, "Olin..Oliiin, Enggal atuh ih!" Usia teteh masih sekitar 7 atau 8 tahun an saat itu. Lucuuu sekali tingkah kalian.

Dan ada de Olin yang ingin menyanyikan lagu Allah turunkan hujan dengan bahasa Inggris.. MasyaAllah so cute she is.

MasyaAllah Shalihah, ummi bersyukur kepada Allah atas semua hari itu. Atas hari ini dan insyaAllah atas hari-hari yang belum terjadi. 'Alaa kulli haal, ummi bersyukur kepada Allah atas kalian semua, Nak. Atas kesempatan membersamai kalian selama ini; membersamai tawa ataupun tangis kalian, membersamai setiap momen masa kecil baik saat sehat maupun sakit kalian. Ummi bersyukur kepada Allah atas semua itu, Shalihah.


15.56
Ini tujuan utama Abi ke Ciawi, ke multi grafika digital printing untuk membuat spanduk. Ummi duduk di kursi ini sambil menulis catatan yang akan ummi simpan di blog. Berpikir apa yang akan ummi tuliskan hingga akhirnya tulisan ini lah yang keluar..

Shalihah, 
Ummi masih disini. Selalu agak lama kalau ikut Abi, ya Nak. Hmm.. tadi ummi mengirim wa pada mama Salma dari Hp Abi terkait teteh. Ummi menanyakan kabar teteh.

Shalihah, 
Ummi menangis lagi, Nak. Apa baik-baik saja bagimu dalam kondisimu hari ini, Nak?

Sepertinya ummi harus menepi dulu sejenak dan menganggap catatan ini selesai dulu sampai disini, ya , Nak. Ummi perlu mengambil nafas dulu ..

Ciawi, Selasa, 2 Agustus 2022

Day 214

Kembali tentang Jabart Drawing Competition..

Tanggal 31 Juli hari terakhir SubmisiJabartWacom sekaligus jadwal posting reels IG. Alhamdulillah de Olin sudah submisi karyanya pada tanggal 30 Juli. Cuma pas mau mosting reels, Ig yang didaftarkan kok nggak bisa diakses. MasyaAllah lupa password jadinya ngotak-atik dulu biar bisa masuk IG nya neng Kalifa yang @ini.time_id. 

Shalihah cilik ini punya banyak akun IG, semuanya biasanya dipakai untuk mosting hasil karyanya meski seringnya postingannya tidak dipublish lama, hanya satu atau dua hari setelah itu pindah masuk arsip. Nggak kayak ummi yang lebih banyak mublish dan nyimpan sedikit di arsip.

Wait, ini bukan ngomongin akun IG, Miii! Well, fokus lagi ke... mosting reels di akun IG!
Naah kan IG nya di utak-atik dulu biar bisa masuk, but setelah bisa dipulihkan qodarullah harus menunggu 30 hari sampai akun bisa kembali di akses. 

Kami lupa apakah mosting reels IG wajib atau tidak tapi akhirnya de Olin tetap mosting tapi di akun lainnya. Saya sempat protes, "kok pakai akun lain? Kan data yang dikirim di form akun yang ini.time_id? Atuh Ade mah akun teh ni banyak-banyak amat..." bla bla bla dan seterusnya weh emak-emak banget 😅

"Ade, kok nggak pakai caption? Kok nggak ngemention yang punya acara? Kok nggak pakai hastag? Atuh gimana cara panitia menemukan karya Ade? Apalagi dikirimnya kan nggak di akun yang didaftar kesana?" 

MasyaAllah serba-serbi de Olin ikut kompetisi memang selalu heboh, bikin heboh seisi rumah soalnya de Olin masih, "da de Olin pinginnya gini, nggak mau gitu." Out of aturan kompetisi Weh maunya teh 😅
Sampai ummi Abi lumayan lama menjelaskan tentang fungsi aturan dan why harus diikuti. Yaa, ini semua terkait adab, hmm saya kaitkan masalah ini dengan perkara adab.

Finally, episode posting reels IG pun selesai tanpa caption karena quota Ig nya keburu habis dan kebetulan seluruh penghuni rumah sedang tidak memiliki quota data untuk diteathering kan, jadi akhirnya bismillahi tawakkaltu 'alallah dengan karya yang masuk gform saja.

Gambar apa yang dibuat de Olin? Tahu dengan 1 rawit merah. Why tahu, bukan segala sesuatu terkait keramahan warga Jabar dan keindahan alamnya? Karena dia inginnya ngirim tahu dengan judul 'Semua Tentang Tahu.' 

Saya hanya ingin mengapresiasi usahanya, catatan ini akan menjadi pengingat tentang dia di hari kemarin.

'alaa kulli haal, kami hanya mendampingi dan saya membuat catatan kisah serta mendaftarkan keikutsertaannya dan hal-hal lainnya de Olin yang urus sendiri; bikin karya, submit karya, mosting reels Ig,dll.

Apa yang diharapkan dari mengikuti kompetisi? Perjuangan dan Sportivitas. 

Laa Haula walaa quwwata Illaa billah, semoga Allah catat setiap niat baik dan segala yang sedang kita usahakan sebagai kebaikan.

#kalifafirdausyfahrinjourney

Balananjeur, Senin, 1 Agustus 2022

Hhhh