Saya menulis dalam surat untuk teteh bahwa saya membayangkan subuh nanti setibanya di Bogor Abinya ini akan menggendong tas dan menjinjing kardus berisi oleh-oleh buat teteh.. biasanya kami berdua menjenguk teteh namun sekarang qodarullah tidak memungkinkan karena kondisi saya.
Ah saya menangis saat menuliskan ini, membayangkan Ayah yang seringnya minta ditemani Ibu untuk menjadi teman perjalanan namun hari ini berangkat sendirian.
Setelah menunaikan shalat Maghrib Ayah di antar adik Umar ke full Budiman, "Alhamdulillah sampai disana bertepatan dengan kedatangan Bus jadi Abi langsung naik Bus dan berangkat. Umar juga langsung pulang." Cerita Umar sesampainya di rumah, bertepatan dengan Ayah yang mengirim pesan WA, "sayang, Abi sudah di dalam Bus, sudah dalam perjalanan menuju putri kita untuk menyampaikan peluk sayang tiada tara Ummi." Kami memang sering memakai kalimat seperti ini..
Untukmu Ayah bagi putrinya, fii amanillah ...
Sudah lama sejak terakhir kali nulis surat dengan tulisan tangan buat teteh. Setiap kali mengirim paket yang selalu diminta teteh pastilah surat, "teteh merasakan kehadiran ummi melalui surat itu." MasyaAllah shalihah, membuat ummi terharu itu tidak sulit ya Nak π₯Ίπ€
Teteh tidak tahu kalau Abinya sedang berangkat kesana, Abi ingin memberi kejutan untuk putrinya, katanya. Semoga terlaksana kejutan manis itu..
Kembali tentang surat. Melalui surat saya sedang berbagi kisah, berbagi perasaan, berbagi pengalaman, berbagi harapan, berbagi pemikiran dan yang paling utama adalah mengajaknya untuk bercerita melalui cerita yang disampaikan.
Shalihah, apa kabar? insyaAllah surat cinta ummi sampai padamu Sabtu besok.
"waktu Abi sampai di full Budiman, ternyata Bus dengan tujuan Leuwiliang sudah berangkat jadi Abi naik Bus jurusan pondok cabe dulu. Sesampainya di rest area untuk istirahat, Abi langsung pindah ke Bus jurusan Leuwiliang." Cerita Abi melalui pesan WA.
"Abi sekarang sudah berada di Bus Tasik-Leuwiliang." Ceritanya lagi.
Saya memang memancingnya untuk terus berbagi kabar. Seperti saya tuliskan di postingan sebelumnya, beliau biasanya selalu minta ditemani saat melakukan perjalanan (kecuali perjalanan untuk pekerjaan), "tidak ada teman ngobrol." Katanya. Jadi saya ajak beliau ngobrol melalui WA agar beliau tetap merasa saya temani.
"Jok yang terisi hanya 6 jok, Mi. Satu jok untuk satu orang. Ditambah sopir dan kondektur jadi 8 orang."
"MasyaAllah, Abi bisa duduk selonjoran atuh kitumah."
"Iya. Nanti kalau mau tidur tinggal selonjoran." Jawabnya.
MasyaAllah tabarokalloh..
Pukul 00.21 pagi Abi mengabarkan kalau beliau sudah sampai di Jl. Baru Yasmin. Melalui photo mah terlihat seolah nggak ada aktivitas di sana teh padahal masih ada lalu lalang kendaraan.
Oh ya pernah pas tahun 2019 waktu penjengukan bulan November kalau tidak salah, kami berangkat berdua dengan bus jurusan Tasik-Parung dan turunnya di jl Baru Yasmin. Biasanya kami memakai Bus jurusan Bubulak jadi turunteh di terminal bubulak tapi hari itu bus yang biasa kami naik hanya memiliki 1 jok kosong sedangkan kami berdua. Sopir bus sangat memperhatikan kenyamanan penumpang jadi kami tidak di beri tumpangan karena khawatir menjadi tidak nyaman jika salah satu diantara kami tidak mendapat kursi. Karena sudah malam akhirnya kami memilih naik bus lain yang lewat setelahnya, kebetulan jurusannya ke Bogor jadi yang penting sampai dulu ke Bogor urusan sampai ke sekolah ananda mah dipikirkan kemudian..hee..
Alhamdulillah kami turun di jl Baru Yasmin, di pertigaan tidak jauh dari tempat kami turun banyak anak kecil sedang menunggu kendaraan. Saya pikir anak-anak itu santri yang akan melakukan perjalanan karena mereka berpakaian ala santri, komplit dengan sarung, peci dan Koko. Saya perkirakan rata-rata usianya masih usia 9-11 tahun an, ada sekitar 100 anak atau mungkin lebih.. banyak sekali.
Abi meraih tangan saya mengajak menjauh, "kita bisa kesana kan, bi? Bertanya angkot atau ojek yang bisa kita tumpangi." Ujar saya menunjuk ke arah kerumunan.
"Mereka anak-anak p*nk yang sedang nyegat truk mi. Lebih baik kita cari tempat lain." Sambil menjinjing dus dan tas bawaan Abi menggenggam tangan saya dan mengajak berjalan menjauh.
"Aku pikir itu santri, sayang."
"Bukan, itu anak-anak p*nk. Ummi tidak akan nyaman melihat pemandangan seperti itu."MasyaAllah selalu perasaan saya yang menjadi pertimbangan π₯°
Satu jam kemudian datang seorang bapak dengan motornya lalu berhenti di dekat kami, "A, mau naik ojek?" Kami mengiyakan. Biasanya kami cukup hati-hati kalau di tempat baru tapi hari itu yang dibenak kami adalah kami ingin segera sampai ke cirangkong dan istirahat di masjid yang dekat ke asrama putri kami.
"Ayo kang, mau saya Carikan ojek satu lagi buat tetehnya?"
Saya menggeleng sambil menjawab, "kalau bareng aja gimana?"
Oh ok, saya lumayan takut juga kalau naik ojek sendirian, di tempat baru pula.
"Kalau gitu di dempet saja ya kang. Sini kardus sama kreseknya disimpan di depan.. khawatir tetehnya sudah kelihatan cape. Tujuannya ke mana, kang?"
Kang ojek langsung melajukan kendaraan membelah dingin udara jam 02 pagi itu setelah meyakini kami sudah duduk dengan baik.
Abi meminta untuk diturunkan di terminal bubulak karena kami akan melanjutkan dengan naik angkot jurusan Leuwiliang nantinya.
Oh iya sebelumnya kami sudah menyepakati ongkos yang harus dibayarkan. Akang ojeg sangat baik dan memudahkan MasyaAllah Alhamdulillah.
Sepanjang perjalanan akang ojek cerita tentang rombongan anak-anak yang kami lihat, ternyata memang benar itu bukan santri seperti perkiraan saya namun anak-anak p*nk yang berpakaian ala santri..
Rabbanaa.. saya menangis mendengar itu. Mereka masih kecil, usia kelas 4 SD sampai SMP an, masih masa-masa nya butuh orang tua dan masa-masa dikhawatirkan ortu...tapi jam itu mereka sedang berusaha nyegat mobil-mobil besar yang lewat untuk mereka tumpangi. Nyegatnya bukan di pinggir jalan namun sampai menghadang di tengah jalan. Yaa Rabb π₯Ίπ₯Ί
Jam 1 malam beliau mengirim kabar sudah sampai di pasar Leuwiliang dan turun di sana.
"Abi disana sepi, ya?" Tanya saya.
"Sebenarnya rame, mi. Banyak orang disini. Tapi Abi sendirian.." oh ok, beliau ingin mengatakan thats he need me π
"Aku disini, sayang. You are not alone.. i can't sleep you know it so well." Yah, setelah menikah saya kesulitan memejamkan mata saat kekasih hati tidak ada di sisi. Bahkan meski kabar tiba dengan selamat sudah didengar tetap saja mata sulit terpejam.
"Iya sayang. Sok geura bobo, Abi baik-baik saja!" Dan entah kenapa kalimat ini sukses membuat saya tertidur lelap, menjelang shubuh sampai adzan shubuh berkumandang saya baru tersadar kalau saya sudah tertidur biidznillah hanya dengan sebuah kalimat, "iya sayang. Sok geura bobo, Abi baik-baik saja!"
MasyaAllah sungguh luar biasa kalimat bekerja...
Oh iya, kami juga pernah lewat pasar itu. Waktu itu kami bertiga bersama Umar dalam perjalanan angkot menuju cirangkong. Angkot melaju cukup kencang sedangkan kami masih belum familiar dengan jalan menuju SCB, i mean kami masih beradaptasi dengan jalan dimana kami harus turun.
Angkot melaju kencang melewati pasar Leuwiliang, kami ingat kalau perjalanan kami ke SCB tidak pernah melewati pasar ini. Oh see, kami terlambat menyadari hingga turun agak jauh dari pasar. Setelah itu menyeberang untuk naik angkot menuju tempat tujuan..
MasyaAllah setiap tempat memiliki kisah dan sungguh saya bersyukur atas semua kisah itu. Bersyukur atas perjalanan hari itu, bersyukur bisa ke SCB bersama Umar karena diantara ke-3 saudara teteh, Umar agak sulit diajak bepergian. Hari itu justru paling semangat, menggendong tas dan membawa kardus makanan.. MasyaAllah, saya bersyukur atas bertemu teteh hari itu. Lalu berjumpa Ustadzah suci dan ustadzah Rina untuk pertama kalinya. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi..
Shubuh ini beliau shalat shubuh di masjid ini. "Ba'da shubuh Abi istirahat dulu disini ya Mi. Nanti siang ke SCB nya."
Saya tahu dia pasti lelah, perjalanan kesana apalagi sepanjang siang sebelum berangkat banyak pekerjaan yang diselesaikannya segera agar Sabtu ini bisa menunaikan Haq Shalihah kami untuk dijenguk dan mendapatkan Haq kebersamaannya tanpa dibagi dengan hal lainnya ataupun pekerjaan lainnya. Saya biasanya agak keras (bahkan pada suami π
) kalau dalam masalah istirahat ba'da shubuh. Kecuali sedang sakit dan dalam perjalanan, selain itu tidak ada tidur ba'da shubuh.
Tapi keras versi saya hanya sekedar bilang, "Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak mengajarkan untuk tidur ba'da shubuh." Just it π€
Keras yang benar-benar kerasnya berlaku untuk diri sendiri, saya tidak membolehkan diri saya untuk tidur setelah shubuh kecuali saat sakit berat atau dalam perjalanan. Itupun lumayan sulit karena tidak terbiasa π.
Kembali melintas dalam ingatan, beberapa kali kami singgah untuk shalat shubuh dan istirahat sebelum bertemu teteh di masjid itu. Karena dekat dari jalan raya dan ta'mirnya selalu Wellcome kami bisa langsung kesana setelah turun dari angkot. Biasanya kami sampai disana sekitar jam 3 pagi, lalu langsung wudhu dan shalat beberapa raka'at, minum air putih dan makan cemilan sambil ngobrol menunggu adzan subuh. Setelah shalat shubuh tilawah beberapa ayat dan minta izin untuk istirahat disana sampai jam 7 an. Izin untuk ikut membersihkan diri juga.
Pentingkah minta izin? Bagi saya itu penting. Nanti saya ceritakan alasannya insyaAllah.
"Abi sekarang dilantai atas, Mi. insyaAllah setelah istirahat, mandi dan sarapan segera menyampaikan peluk sayang ummi buat teteh.'
MasyaAllah setiap perjalanan, riuh tahmid dan doa serta cinta disana.
Untukmu ayah yang memuliakan anak perempuan, yang berusaha mengisi penuh kantung cinta anak perempuannya, semoga Allah mencintaimu dan memuliakanmu..
Abi @wawanridwan75, hatur nuhun sayangku ❤️
Finally, kami bisa memeluk sebagian jejaknya lagi.. kisah ini saya tuliskan terpisah insyaAllah.
Kakang sedang menunggu Bis saat mengirimkan photo ini, "berangkat dari sini jam 6, Mi. Alhamdulillah tadi pulang teh tepat saat waktu kunjungan habis."
"Alhamdulillah jadi Haq putri kita untuk dikunjungi ditunaikan sampai benar-benar tunai ya Bi, insyaAllah putri kita bahagia."
"Iya teteh terlihat sangat senang."
Sedikt obrolan menemani waktu menunggu Kakang. Disini saya kembali berusaha mengusap air mata, antara senang Kakang pulang dan sedih juga berpisah lagi dengan teteh. Ah ya sepanjang penjengukan ini kami bisa ngobrol banyak, Kakang yang kesana namun serasa saya juga ikut kesana karena kami bisa tetap berkomunikasi sebagaimana saat saya yang kesana. Terlihat berbinar bola matanya, ceria sekali ia bercerita, "teteh kaget waktu lihat ada Abi. Teteh nggak tahu Abi mau datang."
"Teteh seneng kan?" Tanya saya
"Iya Mi, seneng banget."
"MasyaAllah Alhamdulillah kalau teteh senang. Itu yang kami harapkan."
Memenuhi kantung cinta anak perempuan itu sangat diperlukan, ini salah satu cara kami untuk menunaikannya. Meski jarak pastinya membuat lelah namun cinta ayah pada ananda membuat nya tak terlalu mengenal kata lelah, "putri kita membutuhkan kita." Selalu itu yang ia ucapkan setiap kali ada jadwal penjengukan.
"Lisannya selalu mengatakan tidak apa-apa kalau tidak bisa menjenguk, teteh faham. Tapi Abi khawatir ada sisi hatinya yang kosong dan terluka." Ah ia pun mengucapkan kalimat yang sama dengan yang sering saya ucapkan. Kami yang selalu khawatir membiarkan ada sudut hatinya yang terluka karena kami..
Jam ini Bis yang ditumpangi kakang masih belum berangkat. Jadwalnya benar-benar on time, MasyaAllah. Beliau sengaja memilih naik dari Leuwiliang lagi untuk turun di Pamoyanan. Kalau melihat jadwal mungkin akan sampai rumah dini hari nanti..
MasyaAllah fii amanillah Bii @wawanridwan75
Pukul 18.07 menit bus melaju menuju Tasik, "penumpangnya hanya 2 orang Mi." MasyaAllah laa Haula walaa quwwata Illaa billah auto mendoakan pak Supir agar Allah berikan kesabaran berlipat dari rezeki yang Allah mudahkan dan lancarkan.
Kebayang kalau hanya 2 orang terus dan tidak ada penambahan penumpang sampai Tasik, ongkos perorang teh 120 rb dikalikan 2 jadi 240 rb. Bensin saja tidak akan tertutupi dengan pemasukan untuk 1 kali perjalanan pulang itu.
Pada jam 20 an Abi mengabarkan kalau penumpang sudah lebih banyak. MasyaAllah Alhamdulillah.. ikut senang mendengarnya.
Umar menyiapkan diri kalau-kalau Abi harus di jemput, "tapi pulangnya sekitar jam 1 atau 2 dik."
"Nggak apa-apa, jam berapapun tetap Umar jemput. Bangunkan saja kalau Abi sudah sampai Pamoyanan ya Mi!" MasyaAllah Alhamdulillah atas pemuda yang bisa diandalkan.
"Separuh jiwa Abi dan Ummi tertinggal di Bogor, Mi." Kini saat mengucapkan kalimat itu disertai gemuruh doa agar hati ia yang sedang mencari ilmu di jalan Allah semakin Allah lapangkan dan ikhlaskan. Sungguh kami dan dia akan sama-sama berjuang demi dirinya agar lebih baik di hari esoknya.
Umar menunggu Abi menghubungi untuk di jemput begitu juga saya yang tidurnya menjadi asal merem karena khawatir tiba-tiba Abi butuh kami.
Qodarullah Allah membuat kami tertidur sampai tepat pukul 01.30 dini hari pintu diketuk dengan lumayan keras, mungkin biar kedengaran..hee..
Umar dengan sigap membuka pintu, saya menyusul belakangan.
MasyaAllah Alhamdulillah Abi pulang dengan selamat dan jauh lebih bugar, "tadi Abi tidur di Bus. Jadi tidak terlalu ngantuk lagi." Ujarnya saat ku cium punggung tangannya.
"Abi keluar dari gerbang tepat saat waktu penjengukan habis, lalu ada motor yang mau ke depan jadi Abi ikut karena khawatir bus yang akan Abi tumpangi keburu berangkat. Naik angkot hanya bayar 4000 Mi, turun di Galuga jam 5 kurang eh ternyata bus berangkatnya jam 6 jadi Abi nunggu dulu di sana sambil ngobrol sama Ummi di WA." Sesuai harapan saya, beliau menceritakan pengalamannya Alhamdulillah.
"Bulan besok akan ada penjengukan lagi, rasanya nggak tega kalau tidak di jenguk ya Mi." Duhai kita yang akan selalu memikirkan apa kabar hatinya dibanding lisannya yang berucap, "tidak apa-apa tidak di jenguk juga, teteh faham kok." Tetap saja ingatan akan dia yang mungkin menunggu kami tak bisa kami halau.
Balananjeur - Bogor, Malam Sabtu-Malam Minggu, 28-30 Januari 2022