Minggu, 30 Januari 2022

Ummi Kena Cacar (bagian 7)

MasyaAllah, tepat satu minggu saya terkena cacar, lesi-lesinya mulai mengering. Ruam kemerahan sudah tidak  sebareuh sebelumnya namun gatal-gatal mulai menyerang. Katanya gatal pasca cacar itu luar biasa dan itulah yang terjadi, luar biasa gatalnya. 

Gatalnya bukan hanya di area yang terkena cacar saja tapi hampir seluruh tubuh terasa gatal. Kalau dalam bahasa Sunda mah asa merang.  Yups merang means ateul anu retem. 

MasyaAllah itulah yang sekarang sedang terjadi dan untuk menguranginya saya memilih menikmati fase nya. Mandi dengan air hangat dan dingin trus pakai salep untuk area yang masih ada ruam dan bekas lesi juga memakai pakaian yang menyerap keringat.

Balananjeur, Ahad, 30 Januari 2022

Ummi Kena Cacar (bagian 6)

Teteh Aufa yang sedang menjadi teman ngobrol Ummi by vcall WA bertanya kaget saat Ummi agak berteriak kesakitan, MasyaAllah telinga kanan serasa berdengung keras, entah ada apa disana yang pasti sangat sakit. Oh ya bagian dalam dan daun telinga memang terkena cacar juga namun sakit seperti ini terbilang baru.

Mungkin lesinya mulai mengering dan mengotori bagian dalam telinga jadi selain membuat telinga berdengung juga terasa sakit.

Oh ya sejauh ini tidak memantang makanan. Apapun yang kami yakini halal dan thayyib serta tidak harus sampai nyari kesana kemari alias apa yang tersedia insyaAllah saya nikmati dengan kesyukuran insyaAllah.

Ada ikan asin, telur, sayur, lalapan, apapun ayo saja. Eteh mengingatkan untuk tidak makan ikan asin karena khawatir gatal-gatal, MasyaAllah sungguh baik sekali eteh karena mengingatkan dan memberikan perhatian.. tapi adiknya ini memang bandel, ikan asin pun tetap di makan.hee

Balananjeur, Sabtu, 29 Januari 2022

Horeee Aa Quthb Pulang

Setelah kemarin kita nyurpresin teteh Aufa, hari ini kami yang mendapat surprise kepulangan Aa.

Beberapa hari yang lalu Aa memang pernah bilang rencana pulang, qodarullah sedang banyak kegiatan di kampus jadi kalaupun pulang kemungkinan tidak lama kata Aa teh. Saya bilang pulangnya kalau saya sudah sembuh karena khawatir nanti ketularan, tapi hati mah pengen Aa pulang cepat. Kangen Aa ada di rumah.

Tadi pagi nanya lagi kira-kira kapan Aa bisa pulang, Aa tidak bilang kapan tapi akan mengusahakan untuk pulang jadi saya tidak bisa terlalu berharap hari ini Aa bisa pulang.

Hari berjalan seperti biasa, ba'da Ashar Abi minta di antar ke tukang cukur rambut. Sepanjang jalan kami cerita tentang Aa, saya katakan harapan saya akan kepulangan Aa. Nggak apa-apa meski sebentar yang penting Aa ada di rumah dulu..hee..

Pas nyampe rumah, saya lihat kok kayak ada sepatu Aa, "ada Aa Quthb ya?" Saya berseru senang menanyakan pada de Olin dan adik Umar yang berada di rumah. Saya lihat ke kamarnya dan MasyaAllah ini kejutan termanis hari ini. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi..

Aa pulang ...

Balananjeur, Ahad, 30 Januari 2022

Sabtu, 29 Januari 2022

Menjenguk Teteh


Saya menulis dalam surat untuk teteh bahwa saya membayangkan subuh nanti setibanya di Bogor Abinya ini akan menggendong tas dan menjinjing kardus berisi oleh-oleh buat teteh.. biasanya kami berdua menjenguk teteh namun sekarang qodarullah tidak memungkinkan karena kondisi saya. 

Ah saya menangis saat menuliskan ini, membayangkan Ayah yang seringnya minta ditemani Ibu untuk menjadi teman perjalanan namun hari ini berangkat sendirian.

Setelah menunaikan shalat Maghrib Ayah di antar adik Umar ke full Budiman, "Alhamdulillah sampai disana bertepatan dengan kedatangan Bus jadi Abi langsung naik Bus dan berangkat. Umar juga langsung pulang." Cerita Umar sesampainya di rumah, bertepatan dengan Ayah yang mengirim pesan WA, "sayang, Abi sudah di dalam Bus, sudah dalam perjalanan menuju putri kita untuk menyampaikan peluk sayang tiada tara Ummi." Kami memang sering memakai kalimat seperti ini..

Untukmu Ayah bagi putrinya, fii amanillah ...

Sudah lama sejak terakhir kali nulis surat dengan tulisan tangan buat teteh. Setiap kali mengirim paket yang selalu diminta teteh pastilah surat, "teteh merasakan kehadiran ummi melalui surat itu." MasyaAllah shalihah, membuat ummi terharu itu tidak sulit ya Nak πŸ₯ΊπŸ€­

Teteh tidak tahu kalau Abinya sedang berangkat kesana, Abi ingin memberi kejutan untuk putrinya, katanya. Semoga terlaksana kejutan manis itu..

Kembali tentang surat. Melalui surat saya sedang berbagi kisah, berbagi perasaan, berbagi pengalaman, berbagi harapan, berbagi pemikiran dan yang paling utama adalah mengajaknya untuk bercerita melalui cerita yang disampaikan. 

Shalihah, apa kabar? insyaAllah surat cinta ummi sampai padamu Sabtu besok.

"waktu Abi sampai di full Budiman, ternyata Bus dengan tujuan Leuwiliang sudah berangkat jadi Abi naik Bus jurusan pondok cabe dulu. Sesampainya di rest area untuk istirahat, Abi langsung pindah ke Bus jurusan Leuwiliang." Cerita Abi melalui pesan WA.

"Abi sekarang sudah berada di Bus Tasik-Leuwiliang." Ceritanya lagi.

Saya memang memancingnya untuk terus berbagi kabar. Seperti saya tuliskan di postingan sebelumnya, beliau biasanya selalu minta ditemani saat melakukan perjalanan (kecuali perjalanan untuk pekerjaan), "tidak ada teman ngobrol." Katanya. Jadi saya ajak beliau ngobrol melalui WA agar beliau tetap merasa saya temani.

"Jok yang terisi hanya 6 jok, Mi. Satu jok untuk satu orang. Ditambah sopir dan kondektur jadi 8 orang."

"MasyaAllah, Abi bisa duduk selonjoran atuh kitumah."

"Iya. Nanti kalau mau tidur tinggal selonjoran." Jawabnya.

MasyaAllah tabarokalloh..

Pukul 00.21 pagi Abi mengabarkan kalau beliau sudah sampai di Jl. Baru Yasmin. Melalui photo mah terlihat seolah nggak ada aktivitas di sana teh padahal masih ada lalu lalang kendaraan.

Oh ya pernah pas tahun 2019 waktu penjengukan bulan November kalau tidak salah, kami berangkat berdua dengan bus jurusan Tasik-Parung dan turunnya di jl Baru Yasmin. Biasanya kami memakai Bus jurusan Bubulak jadi turunteh di terminal bubulak tapi hari itu bus yang biasa kami naik hanya memiliki 1 jok kosong sedangkan kami berdua. Sopir bus sangat memperhatikan kenyamanan penumpang jadi kami tidak di beri tumpangan karena khawatir menjadi tidak nyaman jika salah satu diantara kami tidak mendapat kursi. Karena sudah malam akhirnya kami memilih naik bus lain yang lewat setelahnya, kebetulan jurusannya ke Bogor jadi yang penting sampai dulu ke Bogor urusan sampai ke sekolah ananda mah dipikirkan kemudian..hee..

Alhamdulillah kami turun di jl Baru Yasmin, di pertigaan tidak jauh dari tempat kami turun banyak anak kecil sedang menunggu kendaraan. Saya pikir anak-anak itu santri yang akan melakukan perjalanan karena mereka berpakaian ala santri, komplit dengan sarung, peci dan Koko. Saya perkirakan rata-rata usianya masih usia 9-11 tahun an, ada sekitar 100 anak atau mungkin lebih.. banyak sekali.

Abi meraih tangan saya mengajak menjauh, "kita bisa kesana kan, bi? Bertanya angkot atau ojek yang bisa kita tumpangi." Ujar saya menunjuk ke arah kerumunan.

"Mereka anak-anak p*nk yang sedang nyegat truk mi. Lebih baik kita cari tempat lain." Sambil menjinjing dus dan tas bawaan Abi menggenggam tangan saya dan mengajak berjalan menjauh.

"Aku pikir itu santri, sayang."

"Bukan, itu anak-anak p*nk. Ummi tidak akan nyaman melihat pemandangan seperti itu."MasyaAllah selalu perasaan saya yang menjadi pertimbangan πŸ₯°

Satu jam kemudian datang seorang bapak dengan motornya lalu berhenti di dekat kami, "A, mau naik ojek?" Kami mengiyakan. Biasanya kami cukup hati-hati kalau di tempat baru tapi hari itu yang dibenak kami adalah kami ingin segera sampai ke cirangkong dan istirahat di masjid yang dekat ke asrama putri kami. 

"Ayo kang, mau saya Carikan ojek satu lagi buat tetehnya?" 

Saya menggeleng sambil menjawab, "kalau bareng aja gimana?" 
Oh ok, saya lumayan takut juga kalau naik ojek sendirian, di tempat baru pula.

"Kalau gitu di dempet saja ya kang. Sini kardus sama kreseknya disimpan di depan.. khawatir tetehnya sudah kelihatan cape. Tujuannya ke mana, kang?"

Kang ojek langsung melajukan kendaraan membelah dingin udara jam 02 pagi itu setelah meyakini kami sudah duduk dengan baik.

Abi meminta untuk diturunkan di terminal bubulak karena kami akan melanjutkan dengan naik angkot jurusan Leuwiliang nantinya.

Oh iya sebelumnya kami sudah menyepakati ongkos yang harus dibayarkan. Akang ojeg sangat baik dan memudahkan MasyaAllah Alhamdulillah.

Sepanjang perjalanan akang ojek cerita tentang rombongan anak-anak yang kami lihat, ternyata memang benar itu bukan santri seperti perkiraan saya namun anak-anak p*nk yang berpakaian ala santri..


Rabbanaa.. saya menangis mendengar itu. Mereka masih kecil, usia kelas 4 SD sampai SMP an, masih masa-masa nya butuh orang tua dan masa-masa dikhawatirkan ortu...tapi jam itu mereka sedang berusaha nyegat mobil-mobil besar yang lewat untuk mereka tumpangi. Nyegatnya bukan di pinggir jalan namun sampai menghadang di tengah jalan. Yaa Rabb πŸ₯ΊπŸ₯Ί

Jam 1 malam beliau mengirim kabar sudah sampai di pasar Leuwiliang dan turun di sana.

"Abi disana sepi, ya?" Tanya saya.

"Sebenarnya rame, mi. Banyak orang disini. Tapi Abi sendirian.." oh ok, beliau ingin mengatakan thats he need me 😁

"Aku disini, sayang. You are not alone.. i can't sleep you know it so well." Yah, setelah menikah saya kesulitan memejamkan mata saat kekasih hati tidak ada di sisi. Bahkan meski kabar tiba dengan selamat sudah didengar tetap saja mata sulit terpejam.

"Iya sayang. Sok geura bobo, Abi baik-baik saja!" Dan entah kenapa kalimat ini sukses membuat saya tertidur lelap, menjelang shubuh sampai adzan shubuh berkumandang saya baru tersadar kalau saya sudah tertidur biidznillah hanya dengan sebuah kalimat, "iya sayang. Sok geura bobo, Abi baik-baik saja!"
MasyaAllah sungguh luar biasa kalimat bekerja...

Oh iya, kami juga pernah lewat pasar itu. Waktu itu kami bertiga bersama Umar dalam perjalanan angkot menuju cirangkong. Angkot melaju cukup kencang sedangkan kami masih belum familiar dengan jalan menuju SCB, i mean kami masih beradaptasi dengan jalan dimana kami harus turun. 

Angkot melaju kencang melewati pasar Leuwiliang, kami ingat kalau perjalanan kami ke SCB tidak pernah melewati pasar ini. Oh see, kami terlambat menyadari hingga turun agak jauh dari pasar. Setelah itu menyeberang untuk naik angkot menuju tempat tujuan..

MasyaAllah setiap tempat memiliki kisah dan sungguh saya bersyukur atas semua kisah itu. Bersyukur atas perjalanan hari itu, bersyukur bisa ke SCB bersama Umar karena diantara ke-3 saudara teteh, Umar agak sulit diajak bepergian. Hari itu justru paling semangat, menggendong tas dan membawa kardus makanan.. MasyaAllah, saya bersyukur atas bertemu teteh hari itu. Lalu berjumpa Ustadzah suci dan ustadzah Rina untuk pertama kalinya. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi..

Shubuh ini beliau shalat shubuh di masjid ini. "Ba'da shubuh Abi istirahat dulu disini ya Mi. Nanti siang ke SCB nya."

Saya tahu dia pasti lelah, perjalanan kesana apalagi sepanjang siang sebelum berangkat banyak pekerjaan yang diselesaikannya segera agar Sabtu ini bisa menunaikan Haq Shalihah kami untuk dijenguk dan mendapatkan Haq kebersamaannya tanpa dibagi dengan hal lainnya ataupun pekerjaan lainnya. Saya biasanya agak keras (bahkan pada suami πŸ˜…) kalau dalam masalah istirahat ba'da shubuh. Kecuali sedang sakit dan dalam perjalanan, selain itu tidak ada tidur ba'da shubuh.

Tapi keras versi saya hanya sekedar bilang, "Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak mengajarkan untuk tidur ba'da shubuh." Just it 🀭

Keras yang benar-benar kerasnya berlaku untuk diri sendiri, saya tidak membolehkan diri saya untuk tidur setelah shubuh kecuali saat sakit berat atau dalam perjalanan. Itupun lumayan sulit karena tidak terbiasa 😁.

Kembali melintas dalam ingatan, beberapa kali kami singgah untuk shalat shubuh dan istirahat sebelum bertemu teteh di masjid itu. Karena dekat dari jalan raya dan ta'mirnya selalu Wellcome kami bisa langsung kesana setelah turun dari angkot. Biasanya kami sampai disana sekitar jam 3 pagi, lalu langsung wudhu dan shalat beberapa raka'at, minum air putih dan makan cemilan sambil ngobrol menunggu adzan subuh. Setelah shalat shubuh tilawah beberapa ayat dan minta izin untuk istirahat disana sampai jam 7 an. Izin untuk ikut membersihkan diri juga.

Pentingkah minta izin? Bagi saya itu penting. Nanti saya ceritakan alasannya insyaAllah.

"Abi sekarang dilantai atas, Mi. insyaAllah setelah istirahat, mandi dan sarapan segera menyampaikan peluk sayang ummi buat teteh.'

MasyaAllah setiap perjalanan, riuh tahmid dan doa serta cinta disana. 

Untukmu ayah yang memuliakan anak perempuan, yang berusaha mengisi penuh kantung cinta anak perempuannya, semoga Allah mencintaimu dan memuliakanmu..

Abi @wawanridwan75, hatur nuhun sayangku ❤️

Finally, kami bisa memeluk sebagian jejaknya lagi.. kisah ini saya tuliskan terpisah insyaAllah.

Kakang sedang menunggu Bis saat mengirimkan photo ini, "berangkat dari sini jam 6, Mi. Alhamdulillah tadi pulang teh tepat saat waktu kunjungan habis."

"Alhamdulillah jadi Haq putri kita untuk dikunjungi ditunaikan sampai benar-benar tunai ya Bi, insyaAllah putri kita bahagia."

"Iya teteh terlihat sangat senang."

Sedikt obrolan menemani waktu menunggu Kakang. Disini saya kembali berusaha mengusap air mata, antara senang Kakang pulang dan sedih juga berpisah lagi dengan teteh. Ah ya sepanjang penjengukan ini kami bisa ngobrol banyak, Kakang yang kesana namun serasa saya juga ikut kesana karena kami bisa tetap berkomunikasi sebagaimana saat saya yang kesana. Terlihat berbinar bola matanya, ceria sekali ia bercerita, "teteh kaget waktu lihat ada Abi. Teteh nggak tahu Abi mau datang."

"Teteh seneng kan?" Tanya saya 

"Iya Mi, seneng banget."

"MasyaAllah Alhamdulillah kalau teteh senang. Itu yang kami harapkan." 

Memenuhi kantung cinta anak perempuan itu sangat diperlukan, ini salah satu cara kami untuk menunaikannya. Meski jarak pastinya membuat lelah namun cinta ayah pada ananda membuat nya tak terlalu mengenal kata lelah, "putri kita membutuhkan kita." Selalu itu yang ia ucapkan setiap kali ada jadwal penjengukan.

"Lisannya selalu mengatakan tidak apa-apa kalau tidak bisa menjenguk, teteh faham. Tapi Abi khawatir ada sisi hatinya yang kosong dan terluka." Ah ia pun mengucapkan kalimat yang sama dengan yang sering saya ucapkan. Kami yang selalu khawatir membiarkan ada sudut hatinya yang terluka karena kami..

Jam ini Bis yang ditumpangi kakang masih belum berangkat. Jadwalnya benar-benar on time, MasyaAllah. Beliau sengaja memilih naik dari Leuwiliang lagi untuk turun di Pamoyanan. Kalau melihat jadwal mungkin akan sampai rumah dini hari nanti..

MasyaAllah fii amanillah Bii @wawanridwan75 

Pukul 18.07 menit bus melaju menuju Tasik, "penumpangnya hanya 2 orang Mi." MasyaAllah laa Haula walaa quwwata Illaa billah auto mendoakan pak Supir agar Allah berikan kesabaran berlipat dari rezeki yang Allah mudahkan dan lancarkan.

Kebayang kalau hanya 2 orang terus dan tidak ada penambahan penumpang sampai Tasik, ongkos perorang teh 120 rb dikalikan 2 jadi 240 rb. Bensin saja tidak akan tertutupi dengan pemasukan untuk 1 kali perjalanan pulang itu.

Pada jam 20 an Abi mengabarkan kalau penumpang sudah lebih banyak. MasyaAllah Alhamdulillah.. ikut senang mendengarnya.

Umar menyiapkan diri kalau-kalau Abi harus di jemput, "tapi pulangnya sekitar jam 1 atau 2 dik."

"Nggak apa-apa, jam berapapun tetap Umar jemput. Bangunkan saja kalau Abi sudah sampai Pamoyanan ya Mi!" MasyaAllah Alhamdulillah atas pemuda yang bisa diandalkan.

"Separuh jiwa Abi dan Ummi tertinggal di Bogor, Mi." Kini saat mengucapkan kalimat itu disertai gemuruh doa agar hati ia yang sedang mencari ilmu di jalan Allah semakin Allah lapangkan dan ikhlaskan. Sungguh kami dan dia akan sama-sama berjuang demi dirinya agar lebih baik di hari esoknya.

Umar menunggu Abi menghubungi untuk di jemput begitu juga saya yang tidurnya menjadi asal merem karena khawatir tiba-tiba Abi butuh kami.

Qodarullah Allah membuat kami tertidur sampai tepat pukul 01.30 dini hari pintu diketuk dengan lumayan keras, mungkin biar kedengaran..hee..

Umar dengan sigap membuka pintu, saya menyusul belakangan.

MasyaAllah Alhamdulillah Abi pulang dengan selamat dan jauh lebih bugar, "tadi Abi tidur di Bus. Jadi tidak terlalu ngantuk lagi." Ujarnya saat ku cium punggung tangannya.

"Abi keluar dari gerbang tepat saat waktu penjengukan habis, lalu ada motor yang mau ke depan jadi Abi ikut karena khawatir bus yang akan Abi tumpangi keburu berangkat. Naik angkot hanya bayar 4000 Mi, turun di Galuga jam 5 kurang eh ternyata bus berangkatnya jam 6 jadi Abi nunggu dulu di sana sambil ngobrol sama Ummi di WA." Sesuai harapan saya, beliau menceritakan pengalamannya Alhamdulillah.

"Bulan besok akan ada penjengukan lagi, rasanya nggak tega kalau tidak di jenguk ya Mi." Duhai kita yang akan selalu memikirkan apa kabar hatinya dibanding lisannya yang berucap, "tidak apa-apa tidak di jenguk juga, teteh faham kok." Tetap saja ingatan akan dia yang mungkin menunggu kami tak bisa kami halau.

Balananjeur - Bogor, Malam Sabtu-Malam Minggu, 28-30 Januari 2022

Jumat, 28 Januari 2022

Ummi Kena Cacar (bagian 5)

Hari ini kembali mual muntah, telinga kiri terasa berdengung juga berdenyut sakit sekali. Pengen nangis tapi alih-alih nangis malah ngajak Kakang buat ke Ciseupan menjenguk Emak. Saya pikir tidak akan terlalu masalah selama saya memakai masker dan menjaga jarak, saya juga butuh suasana baru agar tak melulu berkutat dalam rasa sakit.

Kakang mengiyakan dan kami langsung berangkat kesana. Ah ya tidak langsung berangkat karena ke bank dulu untuk suatu keperluan (saya tuliskan dalam postingan terpisah tentang cerita ke bank pagi tadi). Setelah dari Bank kami membeli Ayam goreng krispi 2 karena Kakang sedang ingin sarapan di rumah Emak. 

Sesampai di rumah Emak, Emak sedang mencuci piring. Saya cukup khawatir Kakang protes lagi, Kakang tidak suka melihat Emak melakukan pekerjaan rumah di usia beliau sekarang.. Yaa, saya pikir ini hal yang wajar dan memang harus dirasakan seorang anak untuk ibunya.

Saat bersiap pulang, saya sisipkan beberapa lembar uang yang tadi kami terima dari tunjangan fungsional guru honorer suami dari bank tadi ke dalam genggaman tangan emak, kali ini emak tidak menolak dan menerima. Biasanya emak selalu menolak sampai akhirnya kami memaksa (ini bukan bentuk kekerasan yaa ..hee).

Memang tidak seberapa, namun kami merasa emak sedang sangat membutuhkannya. Memang tak seberapa karena ini pun dari tufung honorer yang .. para guru honorer di kampung kami pasti tahu nominalnya berapa.

Berlanjut ke acara pulang, telinga masih terasa berdengung.. namun hari ini saya harus membereskan segala keperluan yang akan dibawa kakang ke Bogor jadi sakit itu pun kembali tak terasa sebagai beban. Yang ada hanya rasa senang karena membayangkan wajah ceria putri kami saat nanti mendapati Abi nya menjenguknya. Ah ingatan akan kebahagiaannya membuat hati saya berbunga .. namun ada sudut hati yang basah, saya juga merindukannya.

Saat membereskan pakaian yang akan dipakai kakang tetiba saya ingat bahwa saya belum makan, jam sudah menunjukkan angka 10.24 .. waktu sarapan sudah lama berlalu, makan pagi pun sudah bukan waktunya. Pantas saja asam lambung terasa naik, saya memang sering lupa waktu makan. Akhirnya saya memutuskan menunda pekerjaan untuk menunaikan hak tubuh mendapatkan makanan, obat sudah tidak lagi di konsumsi karena penerimaan lambung yang langsung muntah-muntah.

Tekanan darah sepertiinya kembali menurun, saya bisa merasakannya dari tubuh yang limbung. Tapi karena saya merasa senang dengan bayangan putri kami yang tersenyum mendapati ayahnya didepan matanya, limbung itu tak terlalu dirasa.

Euceu bertanya perkembangan kondisi saya, "Dede kumaha ayeuna?" 
Saya jawab Kalau sekarang sudah jauh lebih baik insyaAllah.

Ya, saya sudah jauh lebih baik dan insyaAllah menuju sehat.

Balananjeur, Jum'at, 28 Januari 2022

Kamis, 27 Januari 2022

Ummi Kena Cacar (bagian 4)

Bagian yang ada di dalam kurung itu maksudnya hari, jadi ini hari ke-4 setelah saya tahu bahwa saya terkena cacar.

Karena nafsu makan tidak terlalu baik jadi fokusnya sekarang yang penting ada makanan yang masuk tidak lagi terfokus harus makan nasi karena kalau dipaksakan malah jadi mual dan muntah. 

Tadi siang makan contoh dan pisang goreng buatan mamah, tadinya mau bikin telur rebus tapi kelupaan jadi sepanjang hari ini hanya makan 3 suap kupat tahu, goreng comro dan pisang goreng juga pisang muli. Hmm apa lagi ya? Cuma minum yang banyak .

Obat terpaksa dihentikan karena lambungnya tidak kuat, jadi ba'da minum obat teh lambung langsung mules. Ya udah dihentikan saja dan Alhamdulillah sekarang sudah tidak mulas lagi.

Tekanan darah katanya rendah, hanya 80/60. Makanya lumayan puyeng kalau mau berdiri atau jalan kaki teh tapi tak ada rasa sakit saat ingatan tentang anak menggelayut mesra di ujung mata. Kakang berencana nengok teteh Aufa jadi saya menyiapkan beberapa hal yang bisa dibawa kakang ke pondok.

Ikut kakang ke warung teh Nunuy untuk belanja beberapa makanan, eh sampai sekardus tapi bukan hanya makanan namun juga alat mandi dan lain-lain yang biasa dibutuhkan perempuan.

Kakang awalnya melarang, tapi saat saya yakinkan bahwa saya akan baik-baik saja akhirnya beliau membolehkan dengan syarat tidak boleh terlalu cape. 

Oh well, tidak ada rasa cape saat hati dipenuhi harapan.. harapan mendapati senyum dari anak-anak lebih dari apapun dan itu sudah sangat membahagiakan.

Saat di warung teh Nunuy kepikiran belanja buat Aa Quthb juga, tapi karena uangnya tidak mencukupi jadi insyaAllah kalau kakang gajian saya mau belikan kebutuhan Aa juga untuk dikirim ke sana.

Ah ibu, padahal anak-anak sudah melarang, mereka melarang untuk memikirkan hal-hal yang sudah bisa mereka kerjakan sendiri tapi ibu dipenuhi keinginan untuk bisa memenuhi apa yang masih bisa ibu lakukan untuk mereka. Tolong jangan katakan ibu ini tidak mendidik anak untuk mandiri! karena ibu ini yakin apa yang dilakukannya ini tidak mempengaruhi kemandirian yang sedang di ajarkan.

Kembali pada kisah belanja disaat kondisi kesehatan sedang di uji. Saya memakai masker guna menjaga agar virus yang sedang menyapa tidak sampai mencari tempat lain untuk berinkubasi, menjaga jarak juga saya lakukan.

Setelah selesai membantu teh Nunuy ngpackaging barang, saya jinjing dus itu dengan perasaan senang. Selalu ada rasa senang jika itu untuk buah hati; tentang Aa Quthb, Aa Umar, Teteh Aufa dan juga de Olin. Semuanya memiliki tempat istimewa di hati,dan semua tentang mereka membuat saya senang.. pun hari ini saat saya menjinjing dus sambil berjalan kaki pulang ke rumah, ada perasaan senang yang membuat saya tidak lagi merasakan sakit.

Sesampainya di rumah langsung minum yang banyak dan membereskan beberapa pekerjaan rumah yang belum saya selesaikan.

Bahagia mempercepat proses penyembuhan.. ternyata itu benar dan saya merasakannya.

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi.

Balananjeur, Kamis, 27 Januari 2022

Selasa, 25 Januari 2022

Ummi Kena Cacar (bagian 3)

1.
Awal pagi dimulai dengan muntah-muntah sampai lemas tidak bertenaga, pas keluar kamar mandi langsung sempoyongan dan bergegas masuk kamar karena khawatir pingsan lagi. 


2.
Agak sungkan keluar rumah dalam kondisi bruntusan karena cacar, memang sih hanya sedikit sekitar 5 ruam kecil di pipi kanan tapi hawatir ketemu orang dan berpotensi menularkan. Bukan malu karena ada ruam di wajah tapi belum terlalu faham proses penularannya bagaimana jadi untuk jaga-jaga memilih meminimalkan potensi penularan dengan menjaga kontak dengan orang lain (pun yang serumah) agar rantai virusnya terputus sampai di saya.

Eh emang bagaimana awal saya kena cacar? Tertular kah? Nah saya juga tidak tahu, inilah qodarullah wamaa syafaa 'alaa, semaksimal apapun usaha kita untuk terhindar dari sesuatu, saat Allah berkehendak, Kun fa yakun. Jadi, maka jadilah! Dan tugas kita adalah fasta'iinuu bishshobri washsholaat, yakin saja pada pilihan Allah dengan tetap menjaga ketaatan padaNya. Sakit apapun bukan musibah besar, musibah terbesar kita adalah saat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam wafat jadi setelah hari itu tak ada lagi musibah besar yang membuat kita harus merasa seolah berada di titik nadir. 

Wait, what is it? Hmm karena ditambah penyakit penyerta rasanya memang lumayan jadi saya katakan pada diri saya sendiri untuk, "tak apa-apa saat menangis karena sakit, namun tetaplah pada jalan Allah untuk bershabar dengan shabar yang baik! Allah tahu batas kemampuanmu, Allah tahu kamu mampu karena itu Allah uji engkau dengan ujian ini. Ishbirii, semoga menjadi penggugur dosa dan Allah Ridha padamu."

Rasanya seperti apa? Saya ceritakan karena komplikasinya, rasanya seperti ...hmm MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal, itulah yang Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ajarkan saat kita mendapati sesuatu yang boleh jadi tidak membuat kita nyaman. MasyaAllah Alhamdulillah atas kesempatan kembali menyeka airmata saat sakit, kembali menepi yang insyaAllah hanya sementara, kembali mengevaluasi diri karena sakit menjadi sarana evaluasi diri yang MasyaAllah luar biasa.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa- dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun- daunnya”.(HR.Bukhari no 5660 dan muslim no 2571).

MasyaAllah, ini adalah kabar gembira. Ini adalah janji Allah dan Allah tak pernah ingkar janji..


Balananjeur, Rabu, 26 Januari 2022

Senin, 24 Januari 2022

Ummi Kena Cacar (bagian 2)

1.

Setelah minum obat lalu mengolesi lesi dengan salep tetiba mata terasa sangat mengantuk, MasyaAllah Alhamdulillah biidznillah tertidur lelap dari jam 8 pagi sampai jam 10.

Hmm bukan lelap sampai tidak mendengar apa-apa sih, tetap bisa mendengar suara bahkan langkah kaki de Olin pun tetap bisa didengar. 

Sebelum minum obat, de Olin menyiapkan nasi dengan sayur bening dan gorengan. Alhamdulilah perut dalam keadaan terisi saat minum obat.


2.

Yang paling terasa sakit itu sepertinya ruam yang berada di telinga, MasyaAllah terasa seperti di tusuk-tusuk dan berdengung dan tentunya gatal yang sangat. Pengennya di garuk tapi tidak mungkin, bahkan menggaruk yang di pipi kanan atau dekat bibir saja tidak berani. Rasanya memang pengen di garuk tapi asa kebayang gimana perihnya.

Katanya sih memang bakalan bikin sakit karena nyerang syaraf yang ada di area yang ada ruam atau lesi nya itu jadi karena normalnya seperti itu ya udah dinikmati saja. Alhamdulillah 'alaa kulli haal.

Meski sakit, meski gatal, meski pengen nangis, tapi Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk bersabar insyaAllah.

Oh iya, saya tidak tahu apa hubungan cacar dengan masalah pencernaan, namun yang pasti sejak siang tadi lambung kembali terasa sakit. Sakitnya membuat saya harus menutup mulut dengan bantal agar kalau teriak teh tidak sampai kedengaran sama orang lain. Saat akhirnya saya menuliskannya disini bukan karena saya ingin orang lain (yang membaca catatan ini) tahu tapi siapa tahu ada yang mengalami hal yang sama jadi tidak terlalu berduka saat mengalami hal seperti ini. 

Alasan lainnya sebagai kabar bagi saya saat Allah berikan kesehatan lagi agar saya lebih bersyukur atas nikmat sehat yang Allah berikan. Dan nikmat sehat itu haruslah saya manfaatkan sebaik-baiknya karena ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan saat saya sakit. 

Seperti apa sakitnya? Hmm seperti apa ya πŸ€” yang pasti sakit banget. Untuk ikhtiar pengobatannya saya menggodog kunyit karena dari dokter teh tidak dikasih obat buat lambungnya. Oh iya jadi ingat, kan kalau minum Paracetamol teh suka sakit ke lambung, jadi sepertinya itu penyebab sakit lambung.

Naah karena cacar ini penyebabnya dari virus varicella zooster dan kalau sebabnya dari virus mah biasanya pengobatannya dengan cara istirahat yang cukup, menjaga pola makan dan pola mikir (initeh lagi mikirin apa atuh πŸ˜…), jadi saya putuskan untuk mengurangi dulu aktivitas fisik, tidur yang cukup dan makan yang lebih teratur.

Selama ini memang kurang istirahat, makan juga sering lupa jadi moment sakit ini menjadi sarana pengingat juga bagi saya. Yaa saya hanya diamanahi tubuh yang semestinya harus saya jaga ini..

Balananjeur,  Selasa, 25 Januari 2022

Ummi Kena Cacar (bagian 1)

Rasanya gatal banget tapi nggak berani menggaruk, nyeri juga, panas seperti terbakar, nyanyautan dan seperti ditusuk-tusuk, ada meriang, sesak dan juga demam.

Sebenarnya ini bukan hari pertama, sudah hampir tiga hari wajah sebelah kanan teh ada ruam merah, lanjut di telinga dan dekat bibir bawah. Saya pikir alergi biasa karena selama ini mudah dan sering alergi, atau karena kondisi imun sedang kurang baik biasanya jadi mudah sakit.

Ternyata kata dokter teh ini mah campak. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal, laa ba'sa thohuurun insyaAllah.

Auto mengingat-ingat masa-masa merawat trio waktu kena cacar 12 tahun yang lalu. Alhamdulillah ada catatannya jadi ada sedikit pengalaman yang insyaAllah bisa dijadikan panduan. Nanti saya share lagi catatannya yaa..

Balananjeur, Senin, 24 Januari 2022

Minggu, 23 Januari 2022

Day 22

https://melukisaksara84.blogspot.com/search/label/rumah

Setelah ada yang membahas tentang rumah, tetiba kepikiran untuk melanjutkan catatan ini. Bab pondasi mah benar-benar dari tabungan sendiri nah pas bab ngbangunmah ada uluran bantuan juga pinjaman.

Jadi kalau ada yang berpikir kami mandiri tanpa bantuan, itu keliru. Dan kayaknya nggak bakalan ada orang yang lepas dari bantuan orang lain.. this is life.

"ah saya mah mandiri, nggak pernah dibantuin." 

Wait, emang ciri kemandirian teh nggak dibantuin sama sekali? Oh No.

Mandiri itu bukan berarti nggak pernah dibantuin atau minta bantuan. 

But, kita nggak bisa lepas dari saling membantu; kita yang dibantu atau kita yang membantu. Why? Karena kita tidak hidup sendirian.

Yakin niiiih nggak pernah dibantu atau minta bantuan orang lain sama sekali???

"Hey, pagi-pagi sudah ngomongin ini!"Hee..

 Tiba-tiba kepikiran buat nulis bab kemandirian. insyaAllah buat catatan di blog di hari ke-22 dari 365 hari.

Oh ya, bab pondasi tidak benar-benar dari sendiri sih, uangnya yang full dari hasil nabungmah. Tanahnya tanah warisan, trus dibantuin beli bahan sama A U, trus dibantuin masak nya ku mamah, di bantuin nghandle anak-anak ku eteh, di bantuin bikin pondasi sama tukang dan Laden meski dibayar tapi tetap dibantuin yaa.

See, kita tidak pernah benar-benar hidup sendiri sampai merasa tidak pernah dibantu.

Jadi, ada bahasan rumah seperti apa yang mengusik hingga kepikiran untuk melanjutkan tulisan? Saya masih menimbang-nimbang apakah itu bisa saya bagi atau mungkin akan tetap saya ceritakan dalam catatan saya namun saya harus mencari cara dan kalimat yang makruf saat menuliskannya. Kenapa? Karena setiap huruf yang keluar bahkan tulisan ini harus saya pertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak dan saya khawatir kalau catatan saya tentang bahasan itu hanya lahir dari ketidaknyamanan semata, jadi saya harus mengolahnya dulu, insyaAllah.

Balananjeur, Sabtu, 21 Januari 2022

Day 21

Saya mau nulis bab apa ya? Kehilangan ide? Nggak sih, banyak hal yang ingin dituliskan trus kesulitan fokus pada satu hal jadinya bingung ini teh mau nulis perihal apa.

Oh ya, kayaknya bab Fokus lagi deh, berhubung beberapa hari ini sedang sering gagal fokus. Lagi ngobrolin apa larinya jadi apa, lagi nulis bab apa yang dibahas apa.

Beberapa hari ini atau mungkin banyak dari catatan saya fokusnya kesana kemari, dalam catatan kali ini saya tidak akan menuliskan solusi agar bisa lebih fokus. I mean teori nya, karena saya hanya ingin menulis apa yang sudah saya lakukan jadi untuk hal-hal yang masih dalam tataran, "harusnya saya melakukan ini dan itu agar lebih fokus." Tidak akan saya tuliskan di bab ini. Kalau saya sudah menemukan cara dan keluar dari ketidakfokusan itu, barulah saya share dicatatan lainnya, insyaAllah. Agar saya (dimasa depan) atau siapapun yang berkenan membaca catatannya bisa mengambil ibrahnya.

Balananjeur, Jum'at, 21 Januari 2022

Day 20

Saya meminta Kakang mengantar saya menjenguk Emak, sudah 4 hari kami tidak menjenguk beliau namun karena hari sudah siang jadi kakang hanya bisa mengantar saya sampai ke depan pasar Pagerageung, "tolong belikan ayam goreng kering buat emak!" Well, emak memang lebih suka protein hewani yang kering saat harus memakan makanan dari protein hewan.

Saya pun membeli fried chicken buat emak lalu langsung berjalan kaki ke rumah Emak.

Sesampainya disana, emak sedang marab Hayam Setelah menyelesaikan membereskan pekerjaan rumah.

What? Di usia itu emak masih mengerjakan pekerjaan rumah? Jangan menganggap catatan ini ditujukan untuk menceritakan keseharian emak tapi sebagai muqoddimah yang menjadi Khobar untuk saya di hari esok bahwa hari itu saat saya kesana emak sedang marab Hayam setelah mengerjakan pekerjaan rumah.

Suatu hari pernah ada yang mengkonfirmasi kenapa kami tidak merawat emak dan yang paling membuat saya tidak tahu cara menjawab adalah pilihan kami untuk tidak tinggal bersama emak.

 Merawat Orang Tua di usia senja mereka adalah salah satu harapan saya. Saya bertekad untuk merawat orang tua kami (mertua ataupun orang tua kandung saya), namun apalah daya kami tak bisa melakukannya karena beberapa sebab.

Wait, jangan dulu mengangkat telunjuk atas ketakmampuan kami. Suatu saat saya akan berbagi alasan detail alasannya insyaAllah. Untuk saat ini tidak banyak yang akan saya tuliskan. InsyaAllah saya akan membahas lebih detail perihal merawat orang tua di usia senja mereka dalam postingan ini. insyaAllah.

Balananjeur, Kamis, 20 Januari 2022

Akhirnya..

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi..

Saat di ujung pasrah, "mungkin hari ini teteh nggak ada jadwal vcall." Meski airmata langsung luruh tapi pasrah saja, tiba-tiba tepat jam 20.22 dering yang kami nantikan pun tiba. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal.

Seperti biasa, meski video menyala kami tetap berkomunikasi via chatting WA. Saling bertanya kabar, bebagi cerita, oh ya suara teteh agak beda sepertinya ada Isak yang kami dengar saat teteh ngetik pesan.

"Beberapa hari ini ummi sering tiba-tiba menangis entah karena apa, namun yang pasti ingatan ummi tertuju ke teteh. Ada apa, nak? Are you ok, my dear?"

Dia jawab kalau dia baik-baik saja. Abinya juga meyakinkan kalau tangisnya sebagaimana tangis ummi: rindu.

MasyaAllah tabarokalloh ❤️

Balananjeur, Ahad, 23 Januari 2022

Sabtu, 22 Januari 2022

Day 19

Seorang ibu berdiri mengacungkan tangan kanannya, "interupsi pak." Suaranya terdengar tegas, lalu berdiri ke depan meraih mikrofon yang disodorkan padanya.

Air mukanya mengeras, nafas memburu, "tegang ya teh?" Tanya saya saat ibu itu selesai menyampaikan hajatnya, saat ia kembali duduk didekat saya.

"Iya. Tegang pisan." Jawabnya singkat dengan air muka yang masih terlihat tegang.

Saya memahaminya, tegang rasanya saat harus menyampaikan kegelisahan hati terkait anak-anak terutama keselamatannya. Namun hal itu tetap harus disampaikan. Akan banyak yang mengomentari bahkan hingga menghakimi (seperti biasanya) namun sangat penting bagi ibu untuk menjadi benteng bagi buah hati termasuk membentengi dari sesuatu yang menurutnya bisa membahayakan buah hati.

Ah menjadi ibu itu menjadi orang yang akan sering berjumpa saat harus menjadi tameng bagi buah hati, menjadi orang yang berdiri paling depan untuk menjaga dan melindungi buah hatinya. Namun alih-alih menjaga buah hati seringkali kita lupa ada adab yang haruslah tetap kita pegang. Menjaga buah hati adalah kewajiban kita begitupun menjaga adab yang baik juga kewajiban.

Mendidik anak bahkan meminta anak agar menjadi pribadi yang berakhlak Karimah tapi ayah dan ibu sendiri enggan menjaga perilaku, enggan memilah kata ataupun pokoknya jauh banget dari akhlak islami, how can punya anak yang berakhlakul Karimah?

Saat menyekolahkan anak (misalkan), yang perlu diperhatikan itu bukan hanya adab anak terhadap ortu dan guru tapi juga adab ortu terhadap guru anak-anaknya juga terhadap anak-anaknya sendiri.

Kunci keberkahan ilmu adalah adab yang baik, ada adab yang harus dijaga oleh seseorang yang sedang mencari ilmu baik adab terhadap ilmu maupun terhadap ulama (yang memberi jalan pada ilmu). Namun pendidikan bukan hanya perihal anak, ada peran besar orang tua disana, ada tanggung jawab yang lebih besar selain mencarikan tempat belajar (sekolah) untuk anak namun juga menjaga adab yang baik sebagai ibu atau ayah terhadap sekolah dan guru tempat anak belajar.

Balananjeur, Rabu, 19 Januari 2022

Menanti Dering


Teteh Aufa sayang,
Jam 2 tadi ummi mendapat kabar bahwa ada kendala jaringan yang membuat jadwal vcall kemungkinan tidak sesuai jadwal.

Tidak apa, Nak. Laa ba'sa bih, ummi akan tetap menunggu sampai bisa mendengar suaramu lagi. Mendengar sapa dan cerita serta kabarmu sangat kami nantikan, apa kabarmu, Nak? 

Jam di ponsel ini menunjukkan angka 18.33. Hati ibu itu luar biasa, Nak.. saat ingatan mengembara mengingat buah hati maka seketika saja netra pun basah.

"Ummi, kenapa nangis? Teteh belum nlp ya mi?" 

Apa kabar, Nak?

Balananjeur, Sabtu, 22 Januari 2022

Rabu, 19 Januari 2022

Day 18

"Nama ibukota nya Nusantara, Mi." 

"Nusantara? Sebentar-sebentar, pembangunan ibu kota teh jadi? Dalam kondisi seperti ini?" 

Saya memang sudah lama tidak update berita terkait pembangunan ibu kota 'baru' jadi agak heran juga mengingat sitkon akhir-akhir ini yang menurut saya mah, "jangankan mikirin urusan seperti itu, memikirkan kebutuhan anak-anak saja sudah cukup menguras pikiran."

But, bukan itu intinya. Bukan karena sibuk memikirkan kebutuhan dan urusan anak-anak jadi abai terhadap hal-hal lainnya, bukan seperti itu. Namun saat kondisi sulit dan serba pas-pasan, apa sih yang akan dilakukan seorang ibu yang saat itu misalkan sedang membangun rumah (padahal sudah punya rumah yang sedang ditempati) terus pada saat bersamaan anaknya sakit, apa yang akan didahulukan; mengurus anak yang sakit ataukah membereskan rumah?

Oke, mungkin bisa dilakukan secara bersamaan, tapi kalau kondisi ekonominya ternyata hanya cukup untuk satu hal saja, apa yang akan didahulukan? apa yang akan diprioritaskan? apakah menyelesaikan pembangunan rumah ataukah fokus mengobati anak yang sakit?

Tapi kan kondisi ekonominya memungkinkan? kita serba berkecukupan bahkan berlebih? oke, mungkin kita serba berkecukupan dan memiliki ekonomi yang menurut orang unlimited. Tapi yakin niiih saat pikiran kita terbagi kepada dua hal (yang keduanya butuh perhatian besar) kita akan benar-benar bersikap adil dan tahu prioritas? Dari dua hal tersebut tetap ada yang harus diprioritaskan, kaan. Apakah dibenarkan saat anak kita sedang membutuhkan perhatian dari kita namun kita membaginya dengan sesuatu yang sebenarnya bisa kita tunda?

Well, here it is Ibu Sebenarnya Harus Bagaimana?

Menjadi Ibu teh sebenarnya harus bagaimana? Setiap orang akan memiliki jawabannya masing-masing namun yang pasti saya yakin bahwa kita akan sepakat tentang prinsip skala prioritas saat membersamai anak.

Ibu harus memiliki skala prioritas, mana yang harus lebih didahulukan: apakah mendahulukan cucian ataukah menemani anak yang sedang ingin bermain bersama ibu? Apakah membangun rumah lagi (padahal sudah punya rumah yang sedang ditinggali) ataukah biaya pendidikan anak? apakah renovasi rumah ataukah biaya kesehatan anak? setiap orang tentu memiliki hak untuk memutuskan apa yang lebih prioritas, tapi sebagai ibu harusnyalah fokus utama kita adalah anak.

"Ya terserah aku donk! Uang uangku, anak anak aku, kenapa anda yang repot ngatur-ngatur?!" Ya terserah juga sih, eh tapi jangan kepedean gitu, anak ataupun uang itu bukan milik anda. Hanya karena anda yang mencarinya bukan berarti itu milik anda, Allah menitipkannya pada anda. Suatu saat Allah akan mengambilnya kembali dan anda harus mempertanggungjawabkannya. So, please deh ...

Sebagai ibu, prioritas nya adalah anak dulu, baru cucian. Anak dulu, baru renovasi rumah. "Tapi kan nyuci juga demi anak-anak, biar bajunya bersih. Renovasi rumah juga kan buat anak-anak biar rumahnya nyaman!" MasyaAllah anda benar, semua itu buat anak-anak juga.. namun sesuatu yang masih bisa ditunda tak boleh menjebak untuk lebih dahulu ditunaikan dibanding kebutuhan anak yang lebih mendesak misal anak nangis minta digendong karena sakit sedangkan cucian numpuk, temani anak saja dulu, insyaAllah Allah akan berikan keleluasaan untuk mencuci pada waktunya.

Well...

Balananjeur, Selasa, 18 Januari 2022

(Kembali telat sehari ngpostnya 🀭)

Selasa, 18 Januari 2022

Day 17

Saya menghindari bahasan ini karena bahasan seperti ini seringnya berakhir pro kontra yang ujung-ujungnya saling gontok-gontokan. Oh wait gontok-gontokan bahkan meski itu di media sosial tetap saja bikin suasana gaduh dan yang tak sengaja membaca pun merasakan gerah saat melihatnya.

By the way tentang gontok-gontokan via jemari, saya kok merasa aneh, belum tentu saling kenal, komunikasi atau bertatap wajah juga belum pernah tapi kok bisa-bisanya saling berbalas amarah, i mean kata-kata pedas sepedas seblak level tertinggi. Kok bisa ya? Gimana sih rasanya? Trus apa sih yang dipikirkan saat berbalas amarah seperti itu? And anything about yang berkaitan dengan marah-marahan di media online bikin saya nggak faham dan penasaran sebabnya.
Wait, penasaran? Enggak sampai penasaran banget sih. It just, nggak ngerti aja, "kok bisa sih?" πŸ€”

Pengetahuan seperti itu diharapkan bisa membuat kita untuk tidak main ngjudgement kepada orang lain dengan judge negatif. Bisa lebih toleran and nggak dikit-dikit nunjuk orang salah. Well..

Eits saya pikir saya sudah gagal fokus karena bukan gontok-gontokan yang sedang ingin saya bahas tapi tentang vaksin. Berhubung saya sedang mengikuti rapat sosialisasi vaksin di sekolah de Olin jadi topik terhangat yang bisa saya simpan sebagai jejak kali ini about 'Vaksinasi Covid Buat Anak, Pentingkah?'

"Terkait dengan vaksinasi Covid untuk anak, tentu ada alasannya." Kata dokter umum dari puskesmas yang memberikan sosialisasi materi (see, saya lupa nama beliau padahal baru beberapa menit yang lalu beliau memperkenalkan diri)

"Alasan vaksinasi Covid untuk anaknya apa? 
Pertama, untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak khususnya terhadap anak usia 6-12 tahun.
Kedua, Berapa kali disuntikkan ke anak? Dua kali dengan jarak 28 hari dengan dosis yang sama.
kenapa harus di vaksin? Imun anak lebih tinggi. Kekebalan timbul setelah 2-4 Minggu setelah penyuntikan.
Apakah akan sakti terhadap Covid? Absolutelly No.
Kenapa anak SD perlu di vaksin? Agar anak tersebut tidak lebih parah saat terkena Covid, supaya tidak beresiko jadi carrier untuk orang di rumah."

Itu penjelasan dokter tadi.

But... Hey, sebagai tukang kritik yang baik, nggak bisa donk ambil pendapat orang mentah-mentah alias lep gorolong tanpa di kunyah dulu. Ngunyahnya juga sampai benar-benar halus..  

Nah, pas sesi ngunyah itu tetiba ketemu cucuk alias duri, kerikil (🀭) atau apapun yang tidak boleh masuk ke lambung, apa yang akan dilakukan? Protes? Bukan, tapi membuang duri atau apapun itu yang nggak baik buat lambung. Begitu juga saat ketemuan sama opini ataupun penjelasan versi orang di luar diri kita, jangan  ditelan kalau tidak baik untuk lambung mah.

So, apa sih yang membuat saya terganggu? Here it is about analogi ini, "saat ada seseorang yang mau pedekate maka orang itu akan bilang, ah diamah sudah ada yang punya. Jadi nggak jadi deh pedekate teh." 
Ini versi penjelasan pak Mantri dari puskesmas.

Dalam penjelasan lain dari dokter beliau mengatakan, "Yang sudah di vaksin bukan berarti tidak akan terkena virus."

Oh ok fine, mungkin penjelasan bapak yang pertama belum tuntas, harusnya ada kalimat tambahan, "Tapi beda ceritanya kalau yang mau pedekate teh keukeuh alias bermuka baja. Dan yang mau di pedekatein membuka peluang itu, artinya tetap ada peluang untuk dimiliki meski sudah jadi milik orang lain." Uhuk..

Ok kita cukupkan sampai disana cerita ngunyah and listening nya. Sekarang lanjut pada curcol pengalaman, karena kalau berbagi ilmu mah saya tidak memiliki kapasitas di bidang itu. Sebagai tambahan, mencari rujukan keilmuan haruslah pada yang memiliki kapasitas dibidangnya. Misal bertanya tentang kesehatan, tanyakan pada ahlinya. Bertanya tentang fiqh, tanyakan pada ahli fiqh. Dan seterusnya.

Nah, saya mah cuma berbagi pengalaman saja.

Beberapa saat yang lalu seorang ibu bertanya, "teteh, kalifa mau diizinkan di vaksin atau tidak?" Saya jawab kalau saya dan suami sepakat untuk tidak memberikan izin vaksinasi untuk de Olin.

"Kenapa, teh? Teteh anti vaks ya?"

Kalau saya anti vaksin, mungkin tiga anak dan suami saya nggak bakalan dapat izin untuk di vaksin, nah kenyataannya dimulai dari Kakang, Aa, Adik dan juga teteh, semuanya tuntas di vaksin Covid. Jadi, kurang tepat kalau ada yang mengatakan kalau kami antivaks. 

Sebagaimana kami memilih untuk tidak panik memberikan obat pada anak saat sakit di usia dininya, seperti itulah yang kami pilihkan dalam vaksinasi nya. Maksudnya? Sampai anak berusia 12 tahun, saya memilihkan semua yang bisa masuk ke dalam tubuh mereka; makanan, minuman dan obat. 

Dalam perjalanan pilihan itu tak jarang saya mendapati anak mengkonsumsi sesuatu yang tidak ada dalam list saya, misal makan makanan yang berbumbu penyedap dan semacamnya. Ada beberapa kondisi yang tidak bisa saya kendalikan apalagi saat anak-anak memasuki usia sekolah dan saya tidak terlalu khawatir untuk itu, da kumaha deui nya maeunya kudu dicacaram sambil dipantau terus mah atuh. Jadi untuk beberapa makanan sendiri saya bolehkan mereka jajan jajanan luar dengan syarat dan beberapa alasan; kalau jajan, cari yang paling aman (sesuai versi saya) 😁 trus niatkan untuk membantu para pedagang yang sedang mencari nafkah (semoga Allah Ridha atas niatnya).

Saya tidak bisa memantau keseluruhan makanan yang masuk ke dalam tubuh mereka tetapi saya bisa memantau (termasuk menghindarkan) mereka dari obat yang masuk ke dalam tubuh mereka.

Well ini pilihan, saya memilih untuk tidak memberikan vaksin sejak mereka lahir sampai berumur 14 tahun. Alasannya? Ini hanya ikhtiar saya, saya ingin tubuh mereka membangun antibodi nya sendiri. Hanya itu? Yah, hanya itu. Karena untuk hal-hal lainnya saya tidak cukup ilmu untuk membuat opini sendiri. Terkait kehalalannya, dampak positif atau negatifnya bagi tubuh...ada ahli yang jauh lebih kompeten untuk membahasnya.

Asa pabaliut kieu nulis yang inimah, but nulis aja dulu! πŸ˜…

Nah, di usia 14 tahun atau saat anak-anak masuk kelas 9 barulah saya berikan mereka kesempatan untuk belajar memilah apakah akan di vaksin atau tidak, itu pun masih dengan syarat; mereka harus tahu alasan di vaksin atau tidak, mengetahui efek maslahat atau madhorot nya, dan saya minta mereka untuk tidak tuturut munding alias nurutan batur. Saya tidak mau mereka menyandarkan hidupnya pada pilihan orang, jadi saat mereka akhirnya memilih di vaksin, itu karena mereka yakin akan maslahat yang lebih besar untuk dirinya dan ummat secara keseluruhan bukan karena sekedar mengekor pilihan orang lain. Thats all..

Pada akhirnya tiga kakak de Olin memilih di vaksin di usia itu, apakah saya marah karena selama ini saya sendiri memilih mereka untuk tidak di vaksin? No, saya menghormati keputusan mereka karena saya sendiri sudah memberi mereka kesempatan untuk memilih. Come on ini bukan tentang memilih aqidah apa tapi ada perbedaan pendapat yang memungkinkan kita untuk tak perlu saling menyerang pilihan.. dan sekali lagi, saya menghormati pilihan anak-anak saat akhirnya mereka di vaksin.

Pentingkah vaksin untuk anak-anak? Itu tidak ada bahasannya dalam catatan ini karena setiap orang tua pasti lebih tahu apa yang paling penting dan dibutuhkan anak-anak mereka.

Balananjeur, Senin, 17 Januari 2022
(Ngpostnya telat sehari dari jadwal πŸ™)

Senin, 17 Januari 2022

learning by Doing? No, its by Playing

Karena hari ini ada jadwal vaksinasi di sekolah sedangkan de Olin tidak di vaksin jadi kalau berangkat ke sekolah dikhawatirkan malah membuat teman-teman yang mau di vaksin ciut gara-gara melihat temannya yang tidak di vaksin, untuk itu saya memutuskan meminta izin tidak berangkat sekolah meski dalam pesan WA kemarin ibu wali kelas sudah menginstruksikan untuk tetap berangkat ke sekolah.

Setelah menulis ini insyaAllah akan mengirim pesan via WA untuk minta izin beliau.

So, ini jadi kesempatan untuk mengajak de Olin bermain. Kan ada hari Ahad? Kesannya agak berbeda karena ini hari masuk sekolah, jadi kalau main teh rasanya gimana ya, intinya lebih istimewa saja 🀭

But, bukan main sembarang main, tapi main yang terencana dan semoga berfaedah insyaAllah.

Ada beberapa materi pelajaran yang belum dia fahami, jadi saya berencana mengajaknya bermain dengan tema materi-materi tersebut dan tentu saja medianya by pensil warna, patlot, penghapus, dan juga buku menggambar. Kami berencana menggambar dengan melihat objeknya langsung.

Dalam pelajaran bahasa Sunda nya ada tugas menggambar beberapa buah-buahan juga sayuran serta manfaatnya untuk itu kami akan ke pasar dan membiarkan de Olin mengembangkan bakat menggambarnya melalui menggambar objek yang ada dalam buku tugasnya itu dengan mengindrakan semua yang dia butuhkan untuk nanti dituangkan dalam buku menggambarnya.

Sambil mempelajari bab sudut ruang seperti yang sedang dipelajarinya dalam pelajaran matematika di sekolah. Selain itu de Olin juga bisa mempelajari adab, bahasa, ekonomi, dan masih banyak hal lainnya melalui kegiatan hari ini.

Well, nanti saya tuliskan lebih lanjut kegiatannya hari ini; apa saja yang dibawanya, bagaimana perasaannya, apakah dia menyukainya atau tidak, apa saja yang dipelajarinya, bagaimana prosesnya, bagaimana perubahan emosinya saat melakukan aktivitas itu dan lain-lain.

insyaAllah di postingan selanjutnya saya ceritakan semuanya.

Balananjeur, Selasa, 17 Januari 2022

Day 16

Beberapa orang memberi masukan untuk tidak membiarkan Aa tinggal sendiri dengan alasan kuliahnya belum full tatap muka, "sayang kan uangnya, mending uangnya dipakai buat hal lainnya."

Ada juga yang bertanya, "teteh nggak khawatir?" Bahkan ada yang bilang, "teteh kok tega."
Banyak sekali pertanyaan atau masukan yang datang terkait suling yang sudah 3 bulan ini tinggal sendiri di tempat kost nya.

MasyaAllah sungguh luar biasa ungkapan cinta dan perhatian..

Teteh kok tega? Well, karena saya harus menjadi Ibu Yang Tega.
Ya, saya harus menjadi ibu yang tega. Bukan hanya saya tapi setiap ibu memang harus menjadi ibu yang tega.

Why? Saya beri beberapa contoh yaaa..

Saat anak di kisat, hmm apa ya bahasa Indonesia kisat teh? Sebentar saya mau searching dulu.. Oh iya baru ingat, namanya menyapih. Coba bayangkan kalau ibu nggak tega untuk menyapih anaknya! Gimana, kebayang nggak?

Kasihan banget kan kalau ibu sampai nggak tega buat nyapih anaknya. Anaknya akan terus tergantung pada ibu nya, tetap merasa bahwa sumber makanannya ada pada ASI ibunya.

Contoh kedua, saya masih akan mengajak Anda untuk membayangkan. Coba bayangkan kalau ibu tidak tega membiarkan anak belajar berdiri lalu berjalan!

Setiap kali anak belajar berdiri sendiri, setiap kali anak tertatih melangkah, anda sigap memeluk sambil melarang anak untuk belajar sendirian! 

So, ada hubungan apa dengan muqoddimah tulisan ini? Hubungannya adalah saat seorang teman berkata, "Teteh kok tega." Ya saya memang tega dan akan tega. Tega dalam kebaikan dan demi kebaikan anak-anak itu memang harus dilakukan seorang ibu. 

Demi kebaikan anak, kebaikan seperti apa itu? Gini ya, saya ceritakan proses dan alasan kami mendukung Aa untuk kost di dekat kampus meski jadwal kuliah tatap mukanya sendiri belum full time. Artinya anak masih memiliki jadwal online lumayan banyak dan itu sebenarnya bisa dilakukan dirumah tanpa harus ngkost.

Ada saudara kami yang bertanya, "Antara ngkost dan di rumah atau berangkat ke kampus dari rumah, lebih irit mana?" Ok saya akan kembali jelaskan disini, penjelasan yang sama seperti yang pernah saya sampaikan pada saudara kami waktu itu.

"Jika melihat kondisi keuangan, sangat wajar jika kami (saya dan Abinya anak-anak) mempertimbangkan keputusan ini dari sisi keuangan juga. Menimbang tepat atau tidaknya dari segi ekonomi, tapi itu tidak kami lakukan, pun saat kami kekurangan. Kenapa? Karena latar belakang kost nya Aa bukan karena kami memikirkan apakah akan lebih ekonomis atau tidak. Kenapa? Karena ada visi besar yang sedang kami siapkan untuk Aa. Apa itu? Mandiri, kemandirian. Haruskah dengan cara itu? Tidak selalu, namun ini bagian dari misi keluarga kami bagi anak-anak, misi untuk meraih visi itu."

(Hhh... Pabaliut kah? Cara saya bicara memang bikin pabaliut, jadi nulispun seperti itu. Maafkan kemampuan saya yang hanya sebatas ini πŸ™πŸ™)

Kami ingin menyiapkan anak-anak untuk masa depannya. Bukan hanya dengan cara mengajaknya berbicara tentang hari esok atau mengajaknya melihat masa depan seperti apa yang akan atau ingin dia jalani tapi dengan menyiapkannya untuk siap menghadapi hari itu.

Mengendorkan pegangan tangan kami darinya agar ia mulai bergerak dengan kakinya sendiri, merasakan seperti apa hidup yang sedang dia jalani, merasakan perihnya berusaha, merasakan pahit pedihnya perjuangan.. karena untuk hidup juga memerlukan perjuangan dan kami ingin dia belajar berjuang untuk itu hingga di masa depan kakinya menjadi lebih tegap tanpa perlu terlalu tertatih lagi. Hidup ini tak seringan bayangannya namun juga tidak akan sulit kalau dia mau berjuang dan tetap menyandarkan hatinya kepada Allah.

Kami ingin mengajarkannya untuk tidak selalu bersama kami karena kami khawatir dia akan terbiasa dengan kenyamanan seperti itu sedangkan sebagai calon qowwam bagi keluarganya nanti dia harus melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua.

Tega kah kami? Ya, kami tega. Rasa cinta kami yang membuat kami tega. Kami ingin dia menjalani hidup lebih baik dari kami dan kami juga ingin dia menggapai kehidupan yang lebih baik dari kami meski harus dihiasi dulu dengan pedihnya perpisahan.

Balananjeur, Ahad, 16 Januari 2022


Sabtu, 15 Januari 2022

Day 15

Hari ini ada dua kabar kematian. Diawali tadi pagi sekitar jam 9 atau jam 10 an adik saya memberi kabar kalau saudara kami di Puteran, Wa Ai kakaknya wa Eulis, meninggal. Jenazahnya masih berada di rumah sakit di Bandung.

Sekitar jam 1 an ba'da dzuhur tadi saya melihat ke arah jendela banyak orang di sana, hati saya mulai tidak nyaman meski hampir setiap hari selalu banyak orang di sana. Sejak tetangga kami sakit hingga koma dalam dua hari ini selalu banyak yang datang menjenguk. 

Saya lari ke depan dan berharap mereka hanya sedang menjenguk. Qodarullah ternyata kabar kematian kembali menjadi nasihat yang kami terima.

Sungguh kematian selalu menjadi nasihat yang paling menyakitkan, paling menyedihkan tetapi sekaligus nasihat terbaik bagi kita yang masih hidup. 

Saya mulai menyalahkan diri saya sendiri, saya tahu tetangga saya sedang sakit tetangga Kami sedang sakit, tapi wafatnya justru kami ketahui dari banyaknya orang yang datang melayat, bukan kami yang tahu sendiri. Sungguh saya merasa menjadi tetangga yang buruk, ini luka saya hari ini, saya merasa menjadi tetangga yang buruk.

Jenazah telah dikebumikan, dan tangis kehilangan bergema setelahnya. Saya pun merasakan itu, saya merasakan kehilangan itu dan satu persatu lintasan kejadian bergerak dalam ingatan layaknya slide film yang berputar dan terus berputar.

Aduhai ingatan, terasa menusuk di ulu hati.

Saya berusaha menjadi tetangga yang sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, saya berusaha namun ternyata usaha saya belum maksimal hingga banyak bolongnya, banyak kurangnya 😭

Oh ya, memangnya seperti apa bertetangga yang dicontohkan Rasulullah teh? Seperti apa sih Islam Mengatur Konsep Bertetangga ?

Saya teringat firman Allah dalam Al Qur'an surah An Nisa ayat ke-36 yang artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."

Serta hadits Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam saat beliau bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya” (HR. Bukhori dan Muslim).

Auto ngaca dan bertanya pada diri, "apakah tetangga saya sudah merasa dari saya?" 

Di dalam Islam juga diatur beberapa hak tetangga yang harus kita tunaikan. Hak tersebut adalah :

1. Tidak menyakitinya baik dalam bentuk perbuatan maupun perkataan.

2. Menolongnya dan bersedekah kepadanya jika dia termasuk golongan yang kurang mampu.
Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan sesama muslim, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan dari berbagai kesulitan di hari kiamat kelak” (HR. Bukhori). 

Beliau juga bersabda,”Sedekah tidak halal bagi orang kaya, kecuali untuk di jalan Allah atau ibnu sabil atau kepada tetangga miskin …” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

3.Menutup kekurangannya dan menasihatinya agar bertaubat dan bertakwa kepada Allah Ta’ala.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa menutupi aib muslim lainnya, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat kelak” (HR. Bukhori).

4. Berbagi dengan tetangga

Rasullullah shallallohu alaihi wa sallam bersabda, “Jika Engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya dan bagikan kepada tetanggamu” (HR. Muslim).

Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda, "Bukanlah seorang mukmin yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangga sebelahnya kelaparan” (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod).

5. Jika Tetangga Menyakiti Kita

Trus bagaimana jika tetangga menyakiti kita? Haruskah membalasnya dengan menyakiti perasaannya.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda ”Ada 3 golongan yang dicintai Alloh. (Salah satunya adalah) seseorang yang memiliki tetangga yang senantiasa menyakitinya, namun dia bersabar menghadapi gangguannya tersebut hingga kematian atau perpisahan memisahkan keduanya” (HR. Ahmad).

MasyaAllah sungguh maha baik Allah yang telah menyempurnakan agama Mulia ini. Pun Mengatur urusan pribadi dan bertetangga dalam Islam .

MasyaAllah..

Duhai aku, bagaimana dirimu pada tetangga?

Balananjeur, Sabtu, 15 Januari 2022

Jumat, 14 Januari 2022

Apa yang Membuatmu Harus Menulis

"Apa yang membuatmu merasa harus menulis?"

Saya lupa redaksi tepatnya seperti apa, saya hanya ingat belasan tahun silam saya pernah membaca sebuah buku yang salah satunya berisi pesan dari Assyahid Sayyid Quthb, beliau mengatakan bahwa satu butir peluru hanya dapat menembus satu 'kepala', sedangkan tulisan dapat menembus baaanyak 'kepala'.

Ah, saya benar-benar lupa apakah itu ucapan Sayyid Quthb atau penulis yang lain, saat membaca itu usia saya masih belasan, saya hanya mengingat beberapa bagian inti kalimat yang berkesan bagi saya tanpa menuliskannya di buku harian saya. Sekarang saya mencoba mengingat-ingat lagi buku apa yang saya baca itu, saya ingin membacanya kembali.

Saya coba baca lagi buku-buku karya mufassir yang namanya kami sematkan pada nama putra sulung kami itu, tapi saya belum juga menemukan kalimat itu, mungkin karena masih terbatasnya buku karya beliau di rumah kami yang membuat saya agak kesulitan mencari referensi, hmm...maksud saya mencari kalimat itu.

Lalu, apa maksudnya cerita ini dengan pertanyaan di atas? 
Mungkin saja niat kita menulis tidak berakhir manis sesuai harapan. Setiap kebaikan dan niat baik tidak selalu dipandang kebaikan, lagipula jika niatnya benar karena ingin mengajak kepada kebaikan karena Allah, kita tak akan pernah terpengaruh pandangan manusia selama kita benar berada di jalur yang dibenarkan Allah.

Allah mengetahui semua yang tampak dan yang tersembunyi. Allah membalas semuanya dengan seadil-adilnya tanpa ada satu perkara pun yang lewat.
Bahkan jika tulisan kita hanya menembus 'satu kepala', Allah menghitung niat dan usaha kita..

Tetaplah menulis, sahabat
Bukan hanya untukmu hari ini di dunia
Bukan demi ketenaran, tepuk tangan ataupun sekedar pajangan
Tapi caramu ud'uu ilalloh, menyeru kepada kebaikan hingga Allah Ridho padamu
Sungguh,kita tidak pernah tahu,tulisan mana yang kelak menjadi pemberat Mizan kebaikan kita

Tetaplah menulis, sahabat
Izinkan saya belajar melalui kisah yang engkau uraikan melalui tulisanmu

15 Januari 2019

Day 14

Marah paling nggak enak itu saat kita marah sama pasangan tapi pasangan kita nggak ngerti dan nggak tahu atau nggak mau tahu kalau kita sedang marah sama dia.

Wait, emang ada ya marah yang enak? πŸ˜…

Sahabat Fillah rahimakumullah, yang namanya hidup berdampingan itu pasti ada saling senggol nya, dalam istilah bahasa Sunda mah ada paketroknya. Hmm, pernah dengar suara piring kalau berdekatan? Treeeng, seperti itu suaranya. Nah, pasangan suami isteri juga sama, nggak selamanya adem ayem. Ada saat dimana mereka berbeda faham, saling adu argumen, dan bukan mustahil diantara mereka juga saling menyakiti dengan argumen yang terkesan tendensius. Hmm, tendensius naonna, nya? Sudah abaikan bab tendensius, ini lagi ngomongin bab 'Pertengkaran' pasangan suami istri yang sangat mungkin terjadi.

Dua isi kepala, dua kepribadian, dua latarbelakang, dan banyak perbedaan lainnya termasuk dua ekspektasi dalam pernikahan yang tak sama pastilah memunculkan gejolak pemicu pertengkaran diantara keduanya.

Wanita yang perasa seringkali menganggap besar hal yang sebenarnya masih bisa ditolerir misal suami makan buburnya diaduk sedang dia enggak, eh inimah nggak pas buat contoh nya karena terlalu remeh 🀭

Ok, kita buat permisalan yang lain, misal suami kalau ngomong kayak nggak dipikirkan alias asal ceplak sedangkan bagi istri ngomong sesuatu itu harus dipikirkan dulu matang-matang; tata bahasanya bagaimana, kalimat ini kalau dikatakan berpotensi menyakiti atau tidak, cocoknya pakai kata baku atau sehari-hari, dll .. wuiiiih, ribet amat ya πŸ˜… ini gambaran saya 🀭 yaa kan saya nggak pernah ngambil contoh yang jauh-jauh, jadi keribetan pun pakai contohnya diri sendiri πŸ˜… biar nggak jadi ghibahin orang, eh bukan itu sih alasannya tapi karena saya hanya sedang menulis dengan menelisik diri saya sendiri. Mengobservasi dari diri sendiri atau dari sekitar yang benar-benar saya lihat dan rasakan.

UPS gagal fokus deh ...

Well, kembali ke masalah pertengkaran dalam rumah tangga.

Wanita sebagai sosok yang dominan mengikuti perasaan atau apa-apa dihubungkan dengan perasaan dan laki-laki yang cenderung berpikir, "apaan sih, itu aja dipermasalahkan." Atas sesuatu yang membuat istrinya tidak tidur semalaman atau bahkan nangis seharian sampai menghabiskan berkarung-karung tisue (lain kali nangisnya lebih ramah lingkungan yaaa, nggak usah pakai tisue! )

Kalau diturutkan bisa marahan tiap hari itumah, suami yang kesal menghadapi istrinya dikit-dikit nangis, dikit-dikit cemberut, dikit-dikit curhat sama suami yang tidak peka dengan perasaan istri. Tiap hari seperti itu, tiap hari marahan nya.. waah bisa rame dunia persilatan kalau masing-masing tak mau melepas egonya masing-masing.

But, tidak semua kisah pertengkaran terjadi karena keunikan yang dimiliki dua makhluk itu; wanita dengan perasaan, laki-laki dengan logika. Ada saatnya pertengkaran terjadi karena kondisi dan situasi nya mendukung untuk terjadinya pertengkaran. Misal, hormon pra menstruasi perempuan yang tak jarang bikin uring-uringan dan pengennya marah-marah. Saat seperti ini alangkah baiknya jika suami siap menerima kondisi itu dengan lapang dada, istrinya tidak benar-benar sedang ingin marah tapi dia butuh melepaskan rasa tidak nyamannya.

Sebagai perempuan, saya menulis ini dengan kacamata saya yaaa.. jadi untuk anda sesama perempuan, don't worry, saya memahami masa itu dan membela anda 🀭

Kondisi lainnya saat... Hmm saat apa ya, sebentar saya mikir dulu πŸ€”πŸ€”

Oh iya, saat ekonomi sulit. Pas ketemu kebutuhan eh ternyata fulusnya nggak ada ( saya sih lebih setuju nulis belum ada bukan nggak ada), apa yang akan terjadi? Dalam drama tv ku menangis pernah lihat kondisi seperti itu dimana suami atau istri yang tidak siap dengan kondisi kekurangan akhirnya tidak bisa menahan diri untuk marah dan terjadilah pertengkaran. 

Secara pribadi saya faham banget kondisi itu karena saya juga pernah di posisi itu. Eh bukan posisi seperti yang ada di drama ku menangis yaa karena Alhamdulillah sejauh ini kami tidak bertengkar untuk masalah ekonomi. Sekurang apapun kami memilih untuk saling mensupport dan saling mengingatkan dalam kesabaran. Tapi saya faham bagaimana rasanya. Pengen marah? Saya tidak merasa marah bisa membuat saya lebih baik atau menjadi solusi jadi seringnya yaa nikmati saja.

Bingung mah iya, tapi nggak mau sampai marah-marah. Hanya akan buang-buang energi tapi tidak ada solusi.

Pertengkaran juga bisa terjadi karena pihak ketiga yang bikin suami istri saling salah faham. Banyak contoh kasus dimana suami istri sampai bertengkar hebat dan berpisah gara-gara pihak ketiga ini. 

Pihak ketiga ini ada macamnya, bisa karena ortu atau saudara atau yang lainnya. Saya nggak mau nulis adanya orang lain yang membuat pasangan nyaman buat curhat sama wanita atau laki-laki lain alias si layangan putus tea karena nggak tertarik buat membahas hal itu jadi contohnya saya cukupkan sampai karena salah faham saja.

Ini nulisteh masih sesuai alur atau tidak? Abaikan saja dulu, efek nulis sambil ngantuk yaa begini πŸ˜…

Sampai disini bisa difahami kah atau justru pabaliut? Kalau merasa pabaliut mohon dimaafkan yaa karena saya menulis sambil menahan kantuk.

Solusinya apa ini teh? Komunikasi. Jaga komunikasi dengan pasangan kita. Tak perlu banyak mikir tapi action lah, segera jalin komunikasi dengan pasangan . Sampaikan apapun yang ada di benak, jangan khawatir kalau sampai paketrok, ambil hikmahnya saja! Apa hikmahnya? Kalau pasangan kita sedang nyerocos itu berarti kita bisa tahu apa sih yang selama ini disembunyikan di dasar hati nya, trus setelah itu pasangan pun akan jauh lebih happy karena beban hatinya berkurang.

Sebenarnya masih banyak alasan lain yang memungkinkan menjadi pemicu pertengkaran diantara suami istri. Tapi untuk saat ini saya cukupkan dulu sampai disini karena mata sudah sangat mengantuk. insyaAllah di lain kesempatan di bahas lagi 😁

Balananjeur, Jum'at, 14 Januari 2022 pukul 19.30 tepat saat adzan dari musholla Al Azhar dengan mang Dadan sebagai muazzin.

Kamis, 13 Januari 2022

Day 13

Saat menulis ini, saya sedang memikirkan Ara. Padahal adik kami ini sedang bersama kami tapi tetap saja ada dalam pikiran. Apa sebabnya? Entahlah, melihat Ara selalu membuat ingatan serasa menusuk ulu hati.. sedih sekaligus berbahagia untuk Ara. Perasaan yang campur aduk.

Hari ini Mamah berangkat ke Lembang bersama rombongan dari RA Nurul Aulad. Sejak rencana itu sudah kebayang gimana Ara tanpa mamah, ingat saat mamah Umrah setiap hari nungguin mamah di depan rumah Ceu Mumuy dengan wajah murungnya, kata orang Sunda mah Matak baluas lihatnya. And then seperti itu jugalah Ara kami hari ini. 

Ara menunggu mamah pulang tepat ditempatnya setiap menunggu mamah.

Saat saya ajak pulang atau menunggu di rumah saya atau di teras biar nggak kepanasan, dia tidak mau dan tetap mengatakan, "Dedeee, mamah uwwwiiiih!" Maksudnya dia sedang menunggu mamah pulang.

Saya ajak Ara untuk vcall mamah, dia terlihat sangat senang. Namun qodarullah nomor yang kami hubungi semuanya tidak aktif jadi saya ajak dia untuk melihat rekaman video mamah saat mamah mau masuk ke mobil. Ara memutarnya berulangkali namun ada satu bagian menarik yang akan selalu membuat Ara tertawa sambil memeluk saya, itu adalah sesi saat mamah mencari saya padahal saya tepat di depan mamah, sedang merekam mamah.

Ara pasti faham karena itu dia tertawa.

So, apa yang sebenarnya ingin saya ceritakan hari ini? It's about 'Anak untuk Ibunya.'

What, anak untuk ibunya? Apa sih maksudnya?

Seperti saat mamah mencari saya seolah saya masih gadis kecil mamah, mungkin akan selalu seperti itu anak bagi orang tuanya terutama disini dalam pandangan ibunya. Sebesar apapun anak itu tlah tumbuh, bagi ibu anaknya itu tetaplah anak-anak yang butuh perlindungannya. Ibu tetap mencari dan melindungi meski anak itu tlah tumbuh dengan beban tanggung jawab bahkan bisa menjaga dirinya sendiri biidznillah. Anak akan tetap menjadi anak (kecil) dalam pandangan ibunya.

Anak untuk ibunya bukan berarti bahwa anak tercinta bagi ibunya saja atau seolah dilahirkan hanya untuk melengkapi fitrah keibuan seorang wanita. No, bukan itu maksud saya. Ini hanya perumpamaan bagi ingatan ibu yang seolah berhenti hanya tentang anak-anak nya.

Aish nulisteh belibet gini nya πŸ™πŸ€­

Well, tadi siang saya berkirim pesan pada anak sulung kami bahwa ternyata yang paling kuat menyimpan kenangan anak-anak itu hanyalah ibu, itupun semua hal yang berkaitan dengan masa kecil anak-anak. Itulah sebabnya ibu senantiasa menganggap anaknya masih kecil karena ingatan ibu seolah terhenti pada kata , "anakku masih kecil."

Anakku biasanya begini dan begitu, suka ini atau itu dan lain-lain yang seringnya justru gambaran saat anak-anak masih kecil dan sekarang saya mulai memahaminya karena saya pun mengalaminya.

Bukan tidak menerima kalau anak-anak sudah besar, ini hanya masalah ingatan, kenangan dan kebiasaan yang berkesan dan kesan terbesar seorang ibu ialah saat mendampingi tumbuh kembang buah hatinya, that is saat anak-anak masih kecil. Jadi jangan heran kalau ibu tetap memperlakukan anaknya seperti anak kecil, ibu senantiasa membahas masa kecil anak dan tidak jarang sambil menahan tangis saat menceritakannya.


Well, itulah ibu. Anak untuk ibunya adalah ingatan paling besar, kenangan paling berkesan dan cinta yang tidak mengenal ujung.

Balananjeur, Kamis, 13 Januari 2022

Rabu, 12 Januari 2022

Day 12

"Ayo kita berangkat kajian, istriku sayang!" Kakang mengajakku dengan lembut, menyiapkan kaos kaki warna hitam yang beberapa hari ini sedang menjadi warna favoritku. Jangan tanyakan kenapa tiba-tiba menyukai warna hitam karena saya sendiri tidak tahu alasannya apa.

"Kalau hujan kayaknya nggak usah ikut aja ya Mi, biar Abi saja yang berangkat. Istri Abi nggak boleh kehujanan!" Bahkan tanpa beliau lanjutkan alasannya, saya sudah faham.. 

Duhai cinta, menurutnya sedih melihatku kesakitan karena apapun dan saya mudah sakit bahkan hanya karena kehujanan atau kepanasan. Well, like a baby? Excatly. It is me, terbilang ringkih namun tetap memiliki mimpi besar membangun negeri dengan apapun yang bisa dilakukan. Karena membangun negeri artinya menjadi manusia yang bermanfaat dan sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat pada yang lainnya..  

Dan saya masih dengan mimpi itu meski dengan tubuh yang ringkih..

Well, about dream again? No, sebenarnya yang mau saya tulis justru tentang hal lainnya, that is about, "Kajian." 

Kajian? Yes. Banyak hal yang ingin saya tuliskan terkait hal ini. Yang pertama adalah saat anak-anak kecil, beberapa teman bertanya tips saat mengajak anak ikut kajian di luar rumah.

Saya bukan orang yang tepat untuk memberikan tips seperti itu karena saya sendiri memilih untuk mengikuti kajian di rumah dengan Kakang sebagai pemateri, atau membaca buku dan menyimak kajian via hasil download dari YouTube. Sesekali mengikuti kajian di luar bersama anak-anak, sesekali yang bisa dihitung dengan jari saking jarangnya.

Why? Alasannya hanya karena saya merasa harus menjaga kestabilan emosi dengan tetap berdiam diri di rumah mengingat balita kami dulu tidak suka tempat ramai, pun di pengajian. Saya harus menjaga kewarasan dari melihat tantrum anak yang sering luar biasa. Ya, saya harus tetap waras untuk mendidik anak-anak dengan tenang dan gembira.  Dan keluar rumah itu cukup membuat saya tidak nyaman sedangkan rumah menjadi tempat teraman dari kegaduhan.

Saya bukan orang yang tepat untuk berbagi tips terkait hal seperti itu.

Yang kedua saat anak-anak sudah besar. Di masa ini saya mulai bisa mengikuti kajian baik melalui media virtual maupun langsung ke majlis.  Tentu saja tips membawa anak mengikuti kajian sudah tidak berlaku di usia ini, usia dimana anak-anak sudah bisa ditinggal .


Balananjeur, Rabu, 12 Januari 2022

Egoisnya Saya ?

Sudah seminggu ini rumah di seberang tambak ikan yang persis berhadapan dengan rumah kami ini ramai, akan ada walimatul 'ursy disana jadi rumahnya selalu ramai.

Ada tenda dan panggung, malam ini sudah mulai ada musik sunda... Kalau denger keramaian dan suara musik seperti ini teh auto flashback an masa-masa walimatul 'ursy 20 tahun yang lalu.

Si melankolis ini memang senang mengingat hari-hari yang telah berlalu jadi jangan kaget kalau apa-apa dikaitkan dengan masa lalu, but masa lalunya yang berkesan buat diri sendiri 🀭 ok fine, saya kembali menjadi egois yang lumayan baik πŸ˜….

Saking egoisnya, setelah walimatul 'ursy hingga hari ini saya menjadi orang yang tidak pedulian urusan dapur. I mean saya tidak terlalu memikirkan perabotan dapur dan bercukup diri dengan apa yang sudah pernah dibeli. Sudah punya wajan ya udah itu aja pakai, nggak usah mikir buat beli yang baru, yang penting manfaatnya, yang penting fungsinya.. So, all about i feel, i think, all about kumaha we menurut saya dan itulah yang berlaku di dapur kami.

Tidak banyak perabotan karena saya nggak mikir buat memiliki sesuatu lebih dari yang sudah ada, apapun pendapat dan pilihan saya tentang isi rumah ini maka itulah yang berlaku di rumah. Thats why saya katakan kalau saya itu tipe yang egois.

And then saya mulai merubah pemikiran. Saat saya dapati wajan yang kami miliki sudah sangat hitam, kami pun hanya punya spatula yang gagangnya sudah patah, dua benda ini membuat saya mengurungkan niat untuk , "apa adanya saja." Karena dua hal ini termasuk barang urgen buat saya, buat ibu yang sebagian waktunya dihabiskan di dapur.

Finally nyari via aplikasi belanja dan Alhamdulillah nemu wajan dengan harga under 30 rb an dan spatula dengan harga dibawah 20 rb. MasyaAllah murah banget kaaan? Please jangan ceritakan harga wajan dengan bandrol harga berjuta-juta karena saya tidak tertarik, saya juga khawatir dengan hati saya sendiri.. khawatir jadi tertarik dan membandingkan diri yang ujung-ujungnya tidak bersyukur. Saya khawatir..

And here it is penampakan wajan dan spatula yang saya maksud. Wajan dan spatula pertama setelah terakhir kali beli sekitar 18 tahun yang lalu .


Balananjeur, Rabu, 12 Januari 2022

Selasa, 11 Januari 2022

Tentang Aa

Saya menulis ini di buku catatan harian pada hari Selasa tanggal 5 Februari 2013. Ini semua gambaran Aa di usia itu, hmm usia 10 tahun kurang beberapa bulan.

Semangat mengikuti kompetisi, bisa menerima kegagalan dengan baik, tidak sombong dan mau menghargai orang lain, bisa menjaga rahasia, cenderung mudah pusingan, bisa memilih tindakan mana yang perlu dan tidak perlu dilakukan, bisa mempertahankan argumennya secara proporsional, bisa menghargai pendapat orang lain, berani mengungkapkan perasaannya, memiliki rasa percaya diri yang baik, tidak suka dengan bentuk-bentuk kekuasaan. Semua ini masih ada dalam diri Aa sampai hari ini.

Beberapa hal yang mulai berubah adalah dia yang dulunya enggan bekerja secara rapi dan teratur kini justru sebaliknya, dulumah suka berantakan kini malah suka keteraturan dan kerapian, dulu mah nggak suka jadwal teratur dan kurang disiplin sekarang justru sangat teratur dan disiplin, dulumah kurang bisa bertanggung jawab sekarang sudah bisa bertanggung jawab bukan hanya sebagai dirinya bahkan sebagai kakak untuk adik-adiknya atau anak terhadap orang tuanya, dulumah suka melanggar aturan yang sudah disepakati bersama sekarang justru taat aturan dan membuat aturan tersendiri untuk dirinya serta taat pada aturan itu, dulumah suka membantah perintah Sekarang mah sudah jarang diperintah kecuali perintah mengerjakan tugas kuliah namun dia mengerjakannya dengan senang, dulumah tidak suka apabila mendapat perintah sekarang mah perintah nya hanya tugas kuliah.

Dan masih banyak lagi...

Next tentang Umar

#catatandefa

Mendidik Anak, Untuk Apa?

Jadi, mendidik anak teh untuk apa?

Pertanyaan ini selalu jadi bahan obrolan kami kala senggang.

Selalu berarti sering? Ya, karena manusia sering lupa, dan kami menyadari bahwa kami juga seperti itu, sering lupa, jadi harus sering diingatkan atau saling mengingatkan.

Jadi, mendidik anak teh untuk apa? Untuk siapa?

Sesuai tekad awal dan bahkan sesuai amanah yang seharusnya, mendidik anak itu bukan untuk kita atau untuk mereka, tapi untuk dan karena Allah. 

Kalau untuk dan karena Allahmah kriteria pendidikan, visi, misi dan sebagainya yang berhubungan dengan pendidikan itu sendiri haruslah sesuai aturanNya. Bukan aturan kita, ataupun aturan orang-orang yang suka mengatur, apalagi aturan orang-orang yang bahkan tidak tunduk dan berserah diri pada Allah.

Jadi teringat ucapan Bu Ika Rais beberapa tahun yang lalu. Postingan beliau terasa menampar dan membuat saya malu pada ikrar saya sendiri. Saya lupa lagi redaksi kalimat utuhnya seperti apa, yang saya ingat kurang lebih ibu sholihah yang kini sedang tholabul Ilmi di Mesir itu menulis, "homeschooling untuk menjaga aqidah anak-anak tapi mengambil rujukan dari orang-orang kafir?" atau kalimat yang serupa dengan itu (lupa lagi kalimat utuhnya ..hee)...

Waktu membaca itu, dulu, saya menangis tersedu. Malu.... Maluuuuuu sekali. 
Malu pada ikrar saya untuk menjaga aqidah anak-anak.
Malu pada cinta saya yang sepertinya tidak utuh pada yang seharusnya...

Sungguh, saya ingin mencintai dengan benar dan ingin menghindari sesuatu dengan benar, karena DIA. Bukan karena rasa atau ego saya semata, bukan juga karena perkiraan saya semata.

Jadi, mendidik anak teh untuk apa? Untuk siapa?

Abdi, #defa_s_Hidayat
Sonten ieu nuju nyareungan Umar nu Nuju teu damang disareungan ku aa Quthb nu nembe dongkap ti pondok, sareung de Olin nu nuju nyobian bedak Baruna, sareung Aufa nu nembe dongkap ti madrosah Al Furqon #balananjeur_12012017

Hhhh