Senin, 19 Juli 2021

10 Dzulhijjah 1442 Hijriyah

Inginnya shalat ied di masjid, qodarullah pas coba berdiri teh ngalanggeong sampai 'ambruk' lagi. Jadi akhirnya Abang memilih menjadi imam bagiku di rumah, di temani de Olin juga. 

Alhamdulillah bisa melaksanakan shalat ied meski di rumah, InsyaAllah sesuai tuntunan meski saya sendiri harus shalat sambil duduk. 

Dua pemuda tetap ied di masjid dengan prokes InsyaAllah, ini bagian dari ikhtiar, ya menjaga prokes adalah bagian dari ikhtiar kita jadi tidak tepat kalau dianggap sebuah ketakutan. Benar sekali bahwa kita tidak boleh takut pada siapapun kecuali pada Allah, namun ikhtiar juga bentuk keta'atan dan takut kita pada Allah. 

Dalam khutbah ied tadi, Abang menjelaskan perihal ini. Beliau juga menjelaskan tentang keteladanan nabiyullah ibrahim 'alaihissalam dalam mendidik keluarganya, dalam menyiapkan generasinya. 

Hal lucu terjadi saat dalam satu kesempatan Abang bilang, "pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana kita... ? " Dengan semangat 45 de Olin langsung mengangkat tangan sambil mengatakan, "aku tahu jawabannya." 🤭

Di kesempatan selanjutnya dia mengangkat tangan untuk bertanya ataupun..mendebat 🤭 sampai akhirnya dia ingat bahwa kami bukan sedang dalam sesi diskusi ba'da liqo kami tapi Abi nya sedang khutbah. 

Finally, dia memilih menyimak sambil memegang tanganku dan bersandar pada ku. Oh hey, dia tertidur saat menyimak bahkan tetap tertidur sampai Abi menyelesaikan khutbah. 
Selesai melaksanakan shalat ied ponselku berdering, tertera nama teh Nijma, salah satu keponakanku. Buru-buru kuangkat telpon, sebuah kabar bahagia sekaligus sedih datang dari keponakanku yang lainnya, dari de Popi. 

De Ima, panggilanku untuk Nijma mengabarkan kalau de Popi sudah melahirkan seorang bayi perempuan jam 4 tadi pagi namun kondisi de popi membuat de popi harus segera dilarikan ke rumah sakit. 

Kabar bahagia ini beriring dengan kabar sedih secara bersamaan, semoga de popi baik-baik saja dan segera pulang ke rumah. 

Ponselku kembali berdering, dari adikku, Fty, masih dengan kabar yang sama. Lalu menyusul telpon dari keponakanku, Nunung, dengan isak dalam kabar yang sama. Hari ini duka kekhawatiran menyelimuti kami.. 
Sebuah panggilan kembali masuk melalui vcall WA, "teteh aufa." Bisikku pelan sambil berusaha membuka ponsel yang terkunci. Aku yakin itu pasti telepon dari putriku, Aufa, bahkan meski belum terlihat nama penelpon karena ponselnya yang terkunci. 

Dan benar saja, shalihah kami kembali menyapa dengan senyum manisnya, "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ummi, Abi, daramang?"

Senyum hangatnya selalu menjadi kabar bahagia bagi kami, pelerai rindu dan obat isak kami semalaman. 

"Teteh nggak nangis, kan?" Tanyaku

"Iya Mi, teteh InsyaAllah tidak menangis." Ah, aku tahu bagaimana hatinya menahan pedih namun ia berusaha untuk tetap tegar tanpa airmata. 

"Teteh memakai gamis yang ummi buat untuk idul fitri kemarin." Ucapnya senang sambil memperlihatkan ujung pergelangan tangannya. 

"MasyaAllah shalihah, de Olin sama Ummi juga memakai gamis yang sama, Nak"

(Bab ini sepertinya akan saya tuliskan terpisah 😁). 

MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal untuk pagi ini, semoga de Popi segera pulih. 

Balananjeur, 10 Dzulhijjah 1442 Hijriyah
20 Juli 2021 M

Balananjeur, 10 Dzulhijjah 1442H
20 Juli 2021

Yang Terserak (15)

Jum'at, 24 Ramadhan 1442H/7 Mei 2021M

[7/5 04.18] De Olin menyiapkan dan menata sendiri semua persiapan buat sahur. Nasi, lauk, piring-piring dan gelasnya. Semua tanpa membangunkan ummi, abi dan 2 kakaknya. Setelah semua dirasa siap, baru deh semuanya dibangunin. Eh padahal sebenarnya saya sudah bangun, pura-pura tidur aja pengen lihat si ceriwis ini beraksi menyiapkan sahur. "MasyaAllah, ya Allah putri Ummi sudah menyiapkan sahur buat kami, sendirian ya Nak? MasyaAllah hatur nuhun. Jazakillah khairan katsiran." MasyaAllah wajahnya manis saat tersenyum menanggapi rasa terima kasih kami dan saya menyukai senyum itu. #diaryolin #catatanolin #Ramadhan1442Hday25 #sahurday25

*********

[7/5 06.26] Saya memiliki beberapa buku catatan harian, semacam jurnal harian dengan isi catatan yang berbeda. Semua itu sengaja saya simpan di buku catatan, bukan di blog atau media lain

**********

[7/5 08.52]  Setelah lama tidak baca puisi karena kondisi nafas yang tertatih, coba lagi baca puisi karya Ma'rifah Saifullah. Masih feel insecure, tapi rasa seperti itu tak kan boleh jadi alasan untuk diam. Well, ini sedang belajar menarik nafas.. Menjejak buat anak-anak kelak

**********

[7/5 19.30] Melihat ini, saya teringat guru saya yang kini tlah tiada. Inilah yang beliau ajarakan; saat melihat botol atau gelas air dengan air masih tersisa disana, kumpulkan sisa air itu dalam sebuah ember yang nantinya bisa digunakan untuk menyiram tanaman. Lalu gelas atau aqua bekasnya? Kumpulkan dan simpan ditempat dimana bisa diambil mereka yang mencari nafkah dari mencari botol-botol bekas. MasyaAllah, hari ini tetiba teringat beliau. Allohu yarham.. MasyaAllah pak, jariyahnya kan mengalir terus..

**********

[7/5 21.07] Tadinya moal jadi kesana karena kepala tetiba sakit pisan sampai muncul bintang berkelipan didepan 👀, tapi pas Abang nelp minta kesana sambil agak melas (bagian ini sengaja didramatisir 🤫😒) ya udah lupain dulu sakit kepala nya, hipertensinya biar nanti membaik sendiri (harapannya sih gitu 😁). So, berangkatlah diantar adik Umar. Sampai disana ada Wa Syarif mantan walikota tasik yang dapat KTP nya walikota seumur hidup 😅 n sekarang biidznillah jadi ketua PDM kota tasik. Ngobrol dulu sebentar sambil ngenalin Umar ke Aki nya itu. Seperti biasa, kembali nanya yang jawabannya selalu saya jawab dengan jawaban yang sama, "Dede putra Apa nu ka 9 ti 14 wa." Sebenarnya itu hanya obrolan basa-basi sih soalnya uwa nya juga sudah hafal 😂. Nah pas sesi beliau ngasih kuliah, eh ceramah, tiba-tiba pingin nangis pas beliau bilang, "ini anaknya pak Yaya Hidayat, shahabat saya. Shobat dekat saya. Beliau seorang pejuang.. Dst." Jadi ingat Apa 😭😭 terharu, sedih sekaligus bahagia masih diingat sebagai putri Apa. Allohuyarham..

**********

[7/5 21.17] De Olin, si cuek yang... Hmm.. Bukannya makan deket Ummi inimah nyari tempat ngariung sama Bapak-bapak. She said kalau dia itu anak yang santuy banget. Saya nggak ngerti ari santuy teh apa 🤔🤔 kadang saking ku wanteranna jadi sok banyak nanya sama yang nggak dikenal oge, nanya nama sampai alasan nama oge ditanyain. Ngariung sama Bapak-bapak bukan buat ikut ngobrol atau nimbrung atau nguping obrolan, tapi da sebenarnyamah dia cuma ikuti mood aja, "oh saya pingin duduk disana." Langsung weh duduk disana. Tadimah ikut ngumpulnya sama komisioner bawaslu dan pemuda muhammadiyah kota tasik, entah apa yang diobrolin tapi kalaupun dia ikut menyimak pasti weh sebelum tidur bakal banyak nanya, ummi ini teh apa atau itu teh apa. Pokoknya semua yang didengar bakal ditanyain, giliran saya yang sedang sakit kepala harus siap-siap muter otak nyari jawaban yang pas atau minta dia simpan dulu pertanyaan buat besok. Oh ya tadi sempat ngobrol sebentar sama Bapak-bapak yang duduk ngariung sama de olin, nyari kisi-kisi 🤭

**********

[7/5 21.41] Tadinya request mau bacain puisi yang dibuat semalam tea (ini mah baca puisi juga request 😂😇). Pagi tadi belajar baca puisi lagi dengan penjiwaan (read: baper) trus baca puisi yang muhammadiyah gerakanku juga, MasyaAllah qodarullah karena terlalu semangat n baper juga (esmossi) finally malah bikin si tensi jadi hiper. Ya mungkin memang belum waktunya, tapi nggak mau kalau baca puisi yang melo-melo mah apalagi niatnya kan membakar semangat bukan ngajak nangis berjamaah. Qodarullah baca puisi pun nggak jadi da asa khawatir kalau lagi hipertensi maksain buat baca puisi nu menggebu mah. Well, waiting moment lagi sambil belajar bernafas lagi biar nafasnya nggak sampai sesak kalau baca puisi. Hoyong-hoyong teuing maca puisi nya? Yeah, cause i love it.. Tentang cinta mah, memang luar biasa ya 😄😏

**********

[7/5 22.01]  Abi emut pisan waktos pak Agus nyandak ember alit teras mukaan gelas (sisa) nu masih aya cai an. Teras sisa air na di cicikeun kana ember, gelas plastikna dirapikan disimpan dina kardus. Kelihatan sepele, tapi MasyaAllah itu tauladan, ilmu yang luar biasa teh 😭

[7/5 21.49]Beliau nggak pernah bilang atau berkoar cara mencintai atau menjaga lingkungan kan teh? Tapi beliau melakukannya dengan sangat baik

[7/5 21.50] Abi sering ningal anjeunna nyandak sapu, nyapu nyalira.. Misahkeun sampah. MasyaAllah.

[7/5 21.54] Saya tidak memiliki harta yang berlimpah. Tara nyepeng artos ageung.. Kali terakhir tepang sareung pak Agus, abi hoyong pisan ngeupeulan tanda kanyaah abi sareung kang wawan, meski sakedik tapi abi hoyoooong pisan tiasa masihan. Abi terang anjeunna ge nuju repot finansial na. Terang teu teh kumaha anjeunna nolak, "ieu ku pak Agus di tampa, terus pak Agus nitip keur barudak pak Wawan." Teteh.. Abi ni hoyong nangis karena hari itu teu berhasil maksa. Abi teu kantos barangpasihan nanaon 😭😭😭

[7/5 21.56]  Itu kali terakhir abi tepang sareung pak Agus. Waktos tepang di payuneun pasar. Asa katawis pisan pak Agus bade naik angkot, salirana janten alit.

**********

[7/5 22.13]  Yang ini cerita dari mantan walikota yang dikasih ktp walikota seumur hidup tea. Pas mau ke Surabaya, lihat di ktp nya kan walikota.. Dispesialkan atuh tempat duduk oge. "Wah Bapak walikota, bapak duduknya di sana pak!" Sambil nganter ke tempat yang lebih baik. Btw sekedar informasi, pak Syarif ini awalnya seorang mantri kesehatan (jangan salah baca jadi Menteri yaa). Istri beliau juga bidan dan qodarullah mereka berdua memiliki klinik didaerah kawalu, klinik melati. Beberapa teman yang tinggal di kawalu berkisah tentang kedermawanan beliau, setiap yang datang berobat teh pulangnya malah dikasih ongkos atau makanan. Kalau nggak punya biaya berobat jadi digratiskan, ada yang bayar pakai pisang, ayam, macam-macam lah. Qodarullah Allah amanahkan jadi walikota selama sekian lama, MasyaAllah amanah berat dan ditunaikan insyaAllah dengan amanah. Benarlah kiranya bahwa apapun yang diberikan ke tangan seorang muslim itu akan menjadi kebaikan. Hartanya, ilmunya, jabatannya bahkan ujian kesulitanpun menjadi kebaikan. 

Apa Kabar, Diriku?

        Aku mencoba mempraktekan ilmu yang diajarkan teh Ika di webinar rumah aqiqah kemarin. Kutarik nafas dalam-dalam lalu dikeluarkan, begitu seterusnya sampai aku merasa rileks lalu sambil menutup mata bertanya pada diri, "apa kabar, diriku?"

        Aku bertanya pada hatiku, "Apa kabarmu?" jawabannya murung, aku tak tahu kenapa karena itu sebelum melanjutkan ke anggota tubuh yang lain aku memutuskan untuk melakukan sesi deep tallk dengan si hati yang sedang murung, mencoba mencari tahu lebih dalam alasan murungnya dan mencari solusi bagi permasalahannya. Saya tidak ingin meninggalkannya sendirian dalam kegundahan atau pilu yang menyesakkannya. Saya harus disini sementara sampai ia benar-benar pulih.

        "Apa yang membuatmu murung?" tanyaku. Tidak ada jawaban, hanya bisu yang menyelimuti.

        "Adakah yang membuatmu terluka?" Kuganti pertanyaan dengan sesuatu yang lebih spesifik. Masih tak ada jawaban. Aku pun mulai diam dan menarik nafas panjang, berusaha mencari tahu lebih jauh tentang sebab kemurungan si anggota badan yang memiliki peran penting dalam kehidupan ini.

        "Satu, Dua, ah ternyata sudah tiga minggu lebih aku kembali terjebak dalam sakit."Aku mulai bermonolog, mencairkan kebisuan mengajak si hati yang terdiam dalam pilu nya, mengajaknya mencari tahu sekaligus solusi bagi permasalahannya. "Awalnya aku merasa tak berarti dan sangat kacau, hidupku kembali berkutat di balik jeruji dinding dan jendela. Tanganku terborgol bersama dua kaki yang tidak bisa berbuat apa-apa, aku menangisi semua itu sedang hanya itu yang bisa kulakukan. 

Bersambung

        


Main Yuk!

Abang ngajak hiking lagi dengan rute lain,seneng pisan atuh tapi karena ada beberapa agenda yang harus dikerjakan dulu jadi agenda hikingnya dimulai ba'da dzuhur an. 

"Enak ya main terus." 

Ada satu ayat dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 190 yang menjadi sandaran kami ketika, "yuk hiking!" 
Kalau ada yang beranggapan sekedar main juga nggak apa-apa sih,anggapan orang kan bukan urusan kita.Kita tidak hidup untuk mengatur anggapan orang, jadi just do the best what we can to do.. Untuk apa?Fiddunya hasanah wafil aakhirati hasanah. 

Waktu anak-anak masih pada kecil mah nggak pernah main berdua seperti sekarang teh,fokus utamanya menemani anak sampai tumbuh besar. Eh asa jadi kayak jargon naon nya ieu teh. #abaikan 🤭

But it's real, agenda hikingpun pasti sama bocil yang MasyaAllah aktifnya luar biasa.Saya gendong bayi, Abang juga gendong. Setelah ada 4 bocah mah yang 2 digendong yang 2 lagi jalan.Tapi setelah dipikir lagi asa sayang anak-anak diajak hiking mah trus saya juga ngrasa cape, nu tadinya mau tatafakkaruun sambil refreshing ari pas pulang kalahkah cape sampai nggak bisa apa-apa mah kok asa keterlaluan jadi akhirnya memilih untuk just stay at home dan kalaupun mau main paling ke area pesawahan atau main bal bareng-bareng di lapang yang agak jauhan dari rumah, atau main ke sungai. Intinya jangan sampai menguras energi (dan emosi) agar tetap bisa mendampingi anak tanpa marah-marah. 

Kan kalau ibu cape trus nggak bisa istirahat mah bawaannya pengen marah-marah nya? Ibu yang punya balita itu sulit punya waktu istirahat, jadi harus mencari cara biar nggak terlalu lelah meski lelah sendiri menjadi lillah tapi kalau lelahnya malah bikin menguras emosi menghakimi taqdirmah kan nggak mungkin jadi lillah. Intinya kalau bisa pilih yang tidak melelahkan kenapa harus milih melakukan yang bikin lelah? Eh ieuteh naon deuih nya 🤔

Setelah anak-anak beranjak besar mah biidznillah Allah beri kesempatan untuk hiking berdua atau kadang sama anak-anak tanpa perlu rame pas pulang ke rumah. Nggak perlu rame tumpukan cucian yang harus segera di cuci, atau rame pas kita ngrasa cape pengen istirahat trus anak-anak minta sesuatu seperti waktu mereka masih kecil.

Balananjeur, 4 Juli 2021
Di tulis ulang di Balananjeur, 19 Juli 2021

Minggu, 18 Juli 2021

Tiga Puluh Menit Aufa

Menunggu jadwal telpon realease eh tiba-tiba denger Abang yang sedang di ruang tengah heboh nanya seseorang di telpon, "Assalamu'alaikum teteh damang?" Sontak saya langsung bangkit dari acara rebahan di kamar dan berlari menuju Abang, "my daughter, isn't it?" Refleks saya bertanya sambil melihat ke arah ponsel Abang, sinyalnya kurang baik jadi gambar di vcall nya tidak terlihat jelas. 

I miss him so much.. 

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, ummi damang?" Satu suara yang sering kami nantikan di hari minggu ini menjadi bak setetes air di padang pasir, sangat menyejukkan. 

Belum sempat saya menjawab, Abang mendahului menjawab, "ummi sakit, Nak." Untungnya sinyalnya luplep jadi teteh tidak mendengar kalimat ini. 

"Sttt, jangan bilang teteh." Saya sering berbagi kabar pada siapapun tentang kondisi saya tapi saya ingin dia melihat saya dalam kondisi yang baik meski sulit menutupi sesuatu padanya, "syafakillah ya Mi. Teteh sayang ummi." Duhai hati ini.. 

Dia menceritakan kegiatannya hari ini, ziyadahnya dan.. kerinduannya. Bagi saya kabar baik adalah saat dia bersedia berbagi kabar hatinya apapun keadaannya. Kabar baik adalah ketika dia bertanya, "ummi, abi, damang?" MasyaAllah sungguh empati yang baik dalam pendengaran kami. 

Ah saya ingat diri saya sendiri selalu merasa cukup dengan melihat tanpa bertanya bagaimana kabar mamah. Pada emak saya bertanya, "emak damang?" Karena jarang bertemu tapi pada mamah hanya karena sering bertemu seolah kelu untuk bertanya kabarnya. Hanya karena melihat langsung bagaimana mamah.. Oh no, hati saya teriris dengan ingatan saya sendiri. 

Kenapa saya tidak bertanya kabar hati mamah sedangkan saya tahu bagaimana seluruh duka yang mengurai menjadi bahagia saat anak bertanya, "ummi, damang? Ummi hari ini sedang apa? Ummi ingin apa? Adakah yang membuat ummi sedih? Apa ummi sedang bahagia? Jangan menangis!" Dan lain-lain. 

Nak, ummi belajar banyak dari kalian dan ummi mengevaluasi diri juga karena kalian. 

Hal pertama yang selalu dia lakukan setelah bertanya kabar adalah, "sebentar ya Mi, teteh belum lihat status WA ummi." Seolah wajib baginya mekihat wa story umminya, "teteh merasa bisa melihat ummi melalui status ummi." 

MasyaAllah 🤭💕💕

"Apa kabar putri ummi? Bagaimana kabar hatinya hari ini?" Dia selalu menjawab bahwa kabarnya baik bahkan saat sedang sakit sekalipun. Sebenarnya teteh jarang sakit, kalaupun sakit paling flu ringan atau masuk angin atau masalah pencernaan ringan. Terakhir waktu positif cov19 tetap ceria dan mengatakan kalau dia baik-baik saja dan malah bersyukur karena Allah sepertinya memberinya kesempatan untuk menepi bersama Al Qur'an dan buku shirah. 

Tapi seorang ibu itu pendeteksi perasaan yang baik bagi anak-anaknya. Sejauh apapun atau serapat apapun anak-anak menutup ruang hatinya, ibu akan tetap tahu apakah buah hatinya sedang bahagia atau sebaliknya. 

Kalau saya lihat ternyata hatinya sedang murung maka akan saya ceritakan banyak hal yang membuatnya mau berbagi sedihnya, "tahu nggak teh, waktu ummi seusia teteh, ummi pernah lho begini dan begitu." Saya ceritakan kisah yang memalukan atau menyedihkan pada masanya lalu saya ceritakan padanya bagaimana saya keluar dari masalah itu agar dia bisa belajar membaca perasaannya sendiri lalu mengakuinya dan terakhir menghadapinya. 

Tidak perlu dihindari, hadapi saja! 

Bagi saya, sangat penting mengakui perasaan. "Kalian memiliki ummi, ceritakan apapun pada ummi dan izinkan ummi membasuh luka jika ada luka dihati kalian! "

Finally dia akan berbagi kabar peraasaannya, hanya rasa. 

Satu hal yang pantang diceritakan  adalah tentang kekurangan atau hal yang kurang menyenangkan dari orang lain. Ini adalah adab, menurut kami. 

"Ummi, jika suatu hari ummi bertemu kondisi seperti ini atau itu (sambil menjelaskan suatu keadaan), bagaimana sikap ummi? Apa yang akan ummi lakukan?" Sejak kecil dia memang selalu bertanya sikap yang akan saya pilih. 

Pernah di usia 9 tahun dia bertanya, "Ummi, kalau ummi kembali ke masa seusia teteh, apa yang ingin dan akan ummi lakukan?", atau, " Ummi, apa yang ingin ummi lakukan kalau ummi kembali ke masa lalu?", atau, "apa yang ingin ummi pelajari kalau ummi kembali ke masa usia ummi seusia teteh sekarang?" 

Semua jawaban saya saat itu kemudian menjadi pilihan sikapnya. Dia belajar lebih giat karena jawaban saya ingin belajar lebih giat, dia menghafal Al-Qur'an karena jawaban saya ingin menghafal Al Qur'an. Dia menjaga adab dengan lebih baik lagi setelah mendengar jawaban bahwa saya ingin lebih baik lagi dalam beradab, dan banyak jawaban lain yang kemudian justru menjadi kepribadiannya. 

Padahal saya hanya menjawab pertanyaannya, "jika itu ummi." Namun ternyata dia menjadikannya sebagai ibrah. 

"Teteh tidak tahu potensi teteh teh apa? Teteh ingin menggali potensi teteh. Teteh ingin jadi ahli sejarah, mi? Bagaimana menurut Ummi?"

Pertanyaan seperti ini biasanya ganti dari pertanyaan, "Mi, teteh itu seperti apa?" 

"I need you, Ummi. Teteh ingin sekali ada ummi disini." Sambungnya.. 

"MasyaAllah aduhai shalihah, ummi bangga padamu Nak. Di usiamu dulu kami fokus pada, "saya ingin seperti ini." Dan tidak membiarkan siapapun termasuk orang tua kami mencampuri pilihan kami. Kami juga tidak bertanya pada orang tua ataupun orang dewasa disekitar kami, kami hanya fokus pada keinginan kami sendiri dan berpikir itu jauh lebih baik untuk kami. 

Namun engkau, Nak. Engkau bertanya pada kami, MasyaAllah itu sungguh melegakan. Kembali kami memuhasabah diri kami, bagaimana adab kami pada orang tua kami. "

Mengenalnya selama hampir 14 tahun ini, 
Berbincang dengannya selama 30 menit setiap akhir pekan membuat kami belajar banyak hal tentang kehidupan terutama tentang adab pada orang tua. 

'Alaa kulli haal, Jazakumullah sekolah cendekia BAZNAS atas kesempatan mendengar sapa putri kami di setiap pekannya 🙏🏻🙏🏻🌹🌹🌹❤❤
Balananjeur, 18 Juli 2021

Liqo dan Umar

Liqo kami sekarang bahasannya tambah beragam, sekarang mah ada bahasan software blander, autocad hmm yang new versi, dll.

Bagaimana liqo anda, sahabat? Jangan sampai kita terlalu fokus membenahi yang diluar tapi melupakan objek dakwah utama kita sebagai orang tua ya sahabat 😁

 'Alaa kulli haal, de Olin sekarang sedang belajar hmm apa etateh namina nya 🤔🤔 saya susah hafal nama aplikasi. Alhamdulillah diajari sama a Umar, untuk menggambar mah belajar dari Aa Quthb.

Sebelum liqo, kami ngariungan mie ayam oleh-oleh adik Umar. Sejak kecil setiap kali berbagi dia akan berbagi sesuatu yang paling dia sukai dan sekarang dia suka mie ayam dan membelikan itu untuk kami. 

Jadi ba'da maghrib taditeh dik Umar dapat job nginstal laptop (apa ya namanya 🤔) dari teteh sepupunya, "padahal umar ikhlas bantu,Mi."

"Dan teteh Icha ikhlas ngasih buat dik Umar." Kata Abinya.

Ba'da liqo umar jadi teman sharing saya, cara bicara dan bahasannya masih seperti umar kecil dulu.

Menggebu-gebu dan mata berbinar senang, membahas segala hal yang berhubungan dengan teknologi. Saya senang saat berbincang dengannya. Darinya saya tahu banyak hal yang awalnya kurang familiar bagi saya. 

Bahwa AutoCAD dan AutoCAD LT itu berbeda, apa saja fungsinya, berapa harganya dll. Darimya saya jadi tahu itu.

Autodesk SketchBook Express, katanya itu cocok buat de Olin karena aplikasi ini fungsinya menggambar sketsa and ilustrasi berbasis vektor. 

Artrage 5, Artweaver 6 dll juga recommended buat de Olin. Kalau Adobe photoshop mah sudah biasa dipakai de olin jadi untuk mengasah keterampilannya bisa di coba aplikasi lainnya. Masih kata dik Umar.

Balananjeur, 17 Juli 2021

Kamis, 15 Juli 2021

Bukan Kata Mereka, Tapi Kita..

"kata pakar pendidikan A, anak saya itu seperti ini, teh." 

"kata pakar pendidikan B, anak saya itu seperti itu, jadi saya harus membimbingnya dengan cara seperti ini dan seperti itu (sambil menerangkan teori pendidikan versi pakar B)"

"kata psikolog A, anak saya itu seperti ini, karenanya saya harus memperlakukan dan membimbingnya dengan cara-cara seperti ini dan seperti itu (sambil menjelaskan penjelasan yang didapat dari psikolog A) agar anak saya bisa tumbuh optimal sesuai perkembangan usianya."

Lalu, bagaimana anak anda menurut anda?

Sahabat, anda pasti lebih mampu mendeskripsikan seperti apa anak anda, bukan?
Seperti apa mereka? 
Apa saja yang mereka butuhkan dari anda?
Apa yang menyenangkan mereka dan sebaliknya?

Apa yang ingin mereka lakukan dan tidak ingin mereka lakukan?

Apa yang ingin mereka capai di masa depan mereka?

Apa yang menyulut amarahnya, apa yang membuat mereka bersedih, apa yang membuat mereka bahagia, apa yang membuat mereka tersenyum, apa yang membuat mereka tertawa, apa yang membuat mereka berusaha tetap tersenyum saat hatinya ingin menangis?

Apa orang yang membuatnya nyaman di ajak ngobrol, siapa yang ingin mereka hindari?

Siapa orang yang mereka sukai, siapa yang tidak ingin mereka temui?

Siapa yang mereka anggap teman dan shahabatnya?

Apa makanan favoritnya, apa makanan yang tidak dia sukai, dan kenapa?

Apa kata-kata yang menyenangkan hatinya, apa yang membuat mereka terluka?

Dan masih banyak hal lainnya lagi. Anda pasti lebih tahu semua itu lebih baik dari siapapun, lebih baik dari para pakar dan bahkan orang-orang itu sendiri. 

Sahabat, anda mengenal anak-anak anda dengan baik, bukan?

Tanpa menafikan peran mereka yang memberi sumbangsih yang berarti bagi perkembangan buah hati kita. Kita mengenal anak-anak kita dengan lebih baik, bukan?

Hanya sebentar bersama mereka. Tidak selamanya keshabaran kita teruji dalam menghadapi masa-masa kebersamaan dengan anak-anak yang hanya sebentar.
Karena nanti, yang tertinggal hanya kenangan dan rasa sakit kehilangan

Balananjeur, 16 Juli 2021

Kita

Kita,
Mudah memberi permakluman pada kesalahan orang lain.
Apakah kita juga memberi kemudahan permakluman pada suami dan anak-anak kita?

Kita, 
Mudah memberi pujian dan penghargaan bagi orang lain, atas prestasi dalam hal apapun dan sekecil apapun.
Apakah seperti itu juga pada suami dan anak-anak kita?

Kita,
Mudah berterima kasih pada orang lain.
Apakah hal yang sama juga berlaku pada suami dan anak-anak kita?

Kita,
Bersikap sopan santun penuh kehangatan dan cinta pada orang lain.
Apakah kita juga melakukan hal yang sama pada suami dan anak-anak kita?

Kita,
Memaafkan kekhilafan orang lain.
Apakah kita juga memaafkan kekhilafan suami dan anak-anak kita?

Kita,
Memberi dukungan moral dan kata-kata yang menentramkan saat orang lain terpuruk.
Apakah suami dan anak-anak kita juga mendapatkan hal yang seperti itu, dari kita?

Kita,
Mengendalikan amarah saat lisan kita ingin berontak pada orang lain.
Apakah kita juga melakukan hal yang seperti itu pada suami dan anak-anak kita.

Rabu, 14 Juli 2021

Tidak Ada Lagi

Padahal sudah ku azzamkan
Ku pikir juga sudah lapang
Namun, melihat kamarnya yang kembali sunyi
Hatiku bergemuruh
Dadaku bergetar, berdetak kencang hingga terasa sesak

Aku ternyata masih berproses untuk lapang

Tidak ada lagi yang menemaniku belanja
Tidak ada lagi yang memintaku disiaran
Tidak ada lagi yang memintaku mencuci rambutnya 
Tidak ada lagi yang menemaniku memasak atau berkata "MasyaAllah Ummi masak sop, Hatur nuhuuun ummi, teteh sayang ummi."
Tidak ada lagi dia yang berbinar senang mendapati bubur kacang buatanku, kesukaannya
Tidak ada lagi yang mengatakan, "ummi, teteh tahu apa yang sedang ummi rasakan."

Tidak ada lagi kulihat dia membaca hingga larut malam lalu memelukku erat seolah tak ada lagi esok
Tidak ada lagi yang merajuk pada Abi nya dengan caranya 
Tidak kulihat lagi dia.

Menulis, melerai rindu. 

Selasa, 13 Juli 2021

Di Hari Perpisahan

Dihari perpisahan MI dan Mts anak-anak, suami bertanya kenapa saya meminta waktu untuk menyampaikan "kata-kata kenangan" di depan orang tua murid dan anak-anak. 

Meminta sebenarnya sesuatu yang sangat dihindari. Tapi hari itu saya benar-benar meminta waktu, agar bisa menitipkan sedikit kenangan dan asa serta rasa bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk generasi, untuk orang tua dan juga guru.

Apakah tidak malu meminta sesuatu seperti itu? Awalnya iya. Saya malu, namun rasa malu tidak akan membuat kata-kata yang ingin disampaikan sampai dengan sendirinya. Sekalipun pada saatnya tidak semua mendengarkan, tapi Allah tidak kan menyia-nyiakan usaha hambaNya, termasuk usaha saya insyaAllah. Saya meyakini itu.

Kelak, ketika anak-anak bertanya, "apa yang ummi lakukan di hari perpisahan kami?" (InsyaAllah Aufa dan Olin juga), meski bukan saya yang menjawab tetapi memori mereka akan mengingat hari itu.
Sebagian dari ungkapan cinta saya sebagai ibu mereka meski cinta sendiri tidak dapat diungkapkan seluruhnya dalam ribuan bait puisi cinta sekalipun 

"Puisi, mi?" tanya Aufa saat saya bersiap naik ke panggung dihari kelulusan kakak-kakaknya. 

"Bukan, ini cinta. Ini cinta ummi untuk kalian semua!"

Ini hanya untuk memberi contoh? Sebagiannya iya, tetapi tidak sepenuhnya. Ada beberapa hal lain yang sedang coba saya patahkan. Terkait paradigma orang-orang disekeliling kita yang masih sering beranggapan, "ibu-ibu mah diam saja, itumah bagiannya para ayah!" 
Dan saya seorang ibu yang seolah tidak semestinya menyimpan jejak dengan cara seperti itu; 'meminta' berbicara di depan, menyampaikan rasa dan harapan sebagai orang tua.

Adakah alasan lainnya? Iya.
Anak-anak pernah terlihat sangat gugup dan tegang saat kultum tarawih di bulan Ramadhan, hingga tidak jarang langsung demam atau berkeringat dingin seturunnya dari mimbar. Dan saya ingin mengabarkan pada mereka dengan cara saya itu, bahwa berdiri dan menyampaikan sesuatu 'pesan' didepan itu bukan perkara yang harus 'dicemaskan'.

Anak-anak melihat kita, melihat bagaimana kita bersikap. Dan saya meyakini, anak-anak juga melihat dan memperhatikan saya, ibu mereka. 

"Suatu hari mereka akan mengingat ini kan, kang?" tanya saya pada suami yang di jawab dengan senyuman dan usapan lembut di kepala.

Ya, suatu hari mereka akan mengingatnya. Bahkan jika saya tidak ada lagi bersama mereka, mereka akan mengingat hari itu, hari di mana saya mengatakan, "izinkan ummi menyampaikannya di depan!"

Apa lagi? Ada banyak hal yang ingin saya sampaikan. Dan saya mempercayai itu sebagai dakwah. Ada sekian banyak Medan dakwah yang seringkali terlupakan karena beberapa hal. Dan saya meyakini bahwa Allah tlah menghitung setiap usaha di hari itu meski mungkin banyak orang yang mengabaikan. 

" Kang, ketika engkau bertanya, "kenapa ummi harus menyampaikannya?" Inilah sebagian alasannya: Ummi menyadari waktu yang semakin mendekati saat-saat perpisahan. Hmm bukankah seperti itu waktu bergerak, membawa kita semakin dekat dengan kematian? Dan inilah yang saya lakukan, semuanya untuk bekal dihari sesudah kematian. Semoga Allah Ridha."

Balananjeur, Selasa, 13 Juli 2021

Senin, 12 Juli 2021

Tuntas?

"Selamat ya mi, ummi sudah tuntas mengasuh para balita. Balita ummi sekarang semuanya sudah jadi mantan balita. Apa ummi bahagia?"

Hati ini, hati seorang wanita, dan sebagai wanita saya juga seorang ibu. Terasa bahagia saat suami dan anak-anak bertanya bagaimana perasaan saya, kemudian mereka mendengarkan kata hati dan berempati atas itu. Sehingga tak kan berhenti lisan dan hati bertasbih memuji Allah akan NikmatNya yang tak bisa di ukur dengan sesuatu yang dzahir semata.

"Apa yang ummi rasakan?"

"Apa ummi bahagia?"

"Apa yang membuat ummi menangis?"

"Maafkan kami jika ucapan kami melukai hati ummi!"

"Apa ummi cape? Mau di pijit, Mi?"

Dan semua kalimat empati lain yang selalu berhasil membawa hati pada kondisi dimana kalimat tahmid tak hanya dalam ucapan, tapi jauh hingga ke lubuk hati, "Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, tsumma Alhamdulillah 'Alaa kulli haal Alhamdulillah."

Suatu hari, salah satu bibi saya pernah mengatakan, "Dede tahu apa yang membuat bibi bahagia?" saya mengangguk mengiyakan.

"Anak-anak. Bibi bahagia karena mereka."

Dan saya bertanya pada hati saya sendiri, seperti apa rasa syukur sebagai cerminan kebahagiaan saya atas kehadiran anak-anak yang di amanahkan Allah atas saya?
Masih sulit menjaga emosi,
Kurang sabar atas mereka,
Enggan mendampingi mereka,
Mengabaikan hak-hak mereka,
Membanding-bandingkan mereka dengan yang lain,
Dan masih banyak kekurangan lain yang membuat hati ini tertampar dengan ingatan saya sendiri.

Tapi, sesal bukan hal baik untuk disimpan apalagi di masa-masa pengasuhan. Dan penyesalan juga tak kan pernah memiliki arti jika tidak ada perbaikan sikap...
Karena itu setelahnya, saya memilih untuk kembali fokus pada seperti apa seharusnya saya, tanpa perlu memberi penilaian apapun baik pada diri saya sendiri maupun anak-anak. Saya hanya harus mendampingi dan membimbing mereka dengan cinta yang DIA titipkan sambil tak lupa menadahkan pinta pada pemilik mereka yang sebenarnya.

Kembali pada pertanyaan salah satu putra kami di awal tulisan ini, tentang ibunya ini yang telah tuntas membersamai masa-masa balita anak-anak. 
Subhanalloh, masa balita mereka benar-benar tlah usai, tlah berlalu...subhanallah semua atas kehendak Allah. Tapi, tugas belumlah selesai. Periode baru dengan tugas baru yang pasti lebih berat dari sebelumnya sudah menanti di depan mata...
"Yaa Robb, mudahkan, lancarkan dan bimbing langkah ini!" dan tidak ada permintaan serta harapan terbaik kecuali saat meminta padaNya.

Selesai masa-masa balita anak-anak bukan berarti usai masa-masa yang harus dijalani seorang wanita sebagai ibu.

Minggu, 11 Juli 2021

28 Juni 2021

[28/6 05.20] Jika suatu hari datang seseorang padamu dengan segudang kisah pilu nya
Jangan berkeluh saat dikemudian hari engkau dapati ia menjadi sebab luka mu
Hidup tak selalu harus mengingat baikmu
Tapi Allah Maha menghitung setiap jejakmu

Tetaplah menjejak hanya kebaikan
Dan jejakkan ia karena Allah semata

Lupakan, lapangkan!
Maafkan!

**********

[28/6 05.21] Setiap kali usai melahirkan, suami selalu memberiku hadiah cokelat. Setiap 2 tahun sekali dia memberiku 2 buah cokelat dengan rasa mete favorit saya.

Setelah melahirkan sulung, kemudian Umar, Aufa, Olin dan sampai sekarang tiap 2 tahun sekali selalu ada 2 cokelat yang diberikan. Mungkin karena sudah terbiasa jadilah kebiasaan itu berlanjut meski sudah lebih 10 tahun sejak terakhir melahirkan.

Terbiasa yang menjadi kebiasaan. Dibiasakan akhirnya menjadi kebiasaan.. Seperti itulah semua hal yang kita jalani dalam kehidupan.
Dan karena kebiasaan itu pulalah, sesuatu yang boleh jadi menurut orang lain berat untuk dilakukan akan terasa ringan. 
Bisa karena terbiasa. Itu yang sering di ucapkan orang tua dan guru-guru saya dulu.
Ringan karena terbiasa. Itu juga yang sering diucapkan orang tua dan guru-guru saya semasa kecil.

Dibiasakan sholat tahajud, lalu kemudian jadi kebiasaan akhirnya tubuh akan 'menuntut' sendiri untuk selalu sholat tahajud. Bukankah tahajud akan terasa berat jika tidak dibiasakan? 
Kebiasaan akan membuat kita ringan dan merasa kehilangan saat itu tidak dilakukan.

Bicara baik atau diam. Itupun akan terasa berat jika tidak dibiasakan yang akhirnya menjadi kebiasaan. Biasa berbicara baik atau biasa merasa berat untuk berkata hanya yang baik.

Bisa karena biasa, biasa karena dibiasakan (baca: dipaksakan, dilatih). 

Seperti apa kebiasaan kita semasa hidup, seperti itulah akhir kesudahan kita. Dan seperti apa akhir kesudahan kita, seperti itulah kita dibangkitkan.

Hatur nuhun untuk cokelatnya, kang Wawan Wawan Ridwan ❤
Hatur nuhun untuk pelajaran hidup yang baik.
Bersamamu, aku banyak belajar banyak hal. Jazakumulloh khoiron katsiron 🙏🏻😍🌹

**********

[28/6 05.24] Untuk seseorang yang mungkin sedang merasa hidupnya seolah terhenti di sudut pahit karena suatu kondisi yang membuatnya terpaksa merelakan sesuatu yang dia harapkan dapat dia genggam : jangan pernah merasa terpaksa merelakan sesuatu yang tak pantas untukmu. Ingat, dia tidak memiliki satu kriteriapun yang membuatmu harus mengingatnya...karena apa? Alloh maha tahu yang terbaik hingga DIA jauhkan kamu darinya.

Jangan khawatir untuk masa depan..hidup ini bukan terletak pada bagaimana orang bersikap terhadapmu tapi bagaimana kamu berusaha bersikap sebaik-baiknya dan tidak menyakiti siapapun. 

Ini untuk siapa? Ini untuk single(er), siapapun yang tidak harus galau atas kisah yang tak sesuai rencana. Ada rencana dari sang Maha perencana yang jauuuuh lebih baik untuk kita. Soo, hiduplah dengan sebaik-baiknya dan semakin sholehlah/sholihahlah hingga engkau benar-benar layak untuk mendapat pendamping hidup yang sholihah/sholih.

Sahabat,
Waktu bergerak terus tanpa menunggu kita selesai berbenah, ya?! Karenanya bersegera dalam berbuat kebaikan, bersegera dalam berbenah dan berbekal menuju kampung akhirat tak bisa kita abaikan dengan alasan apapun.

"Ah, masih muda ini." 
"Kita mah mau santey-santey dulu aja!"
"Berjamaah di masjid atau ke pengajianmah bagean orang tua, kitamah happy-happy aja dulu. Kalau sudah tua, baru ke mesjid."
"Punya anakmah nanti, kita mau main dulu, saling mengenal, bulan madu dulu. Mungkin nanti 2 atau 3 tahun lagi baru program hamil."
"Nikah? Duh, belum kepikiran. Masih muda."
"Silaturahim? Sibuk banget, pekerjaan nggak beres-beres, ke rumah ortu aja nggak sempet."
"Dia yang susah, kenapa harus saya yang repot bantu?"
Hmmm...kalimat apa lagi, ya? 

Sebenarnya, kalimat-kalimat itu disampaikan sulung saat kami membicarakan konsep waktu. Dia mengatakan, "malaikat izroil tidak akan menunggu dia menyelesaikan hajat hidupnya itu. Seolah waktu ada dalam genggamannya hingga bisa dengan mudah mengatakan kalimat-kalimat seperti itu. Nanti deh kalau, entar atau kalimat lainnya. Seorang muslim itu, do the best righ now. Now ya mi, bukan nanti. Jangan sampai saat malaikat maut datang menjemput, barulah kita sadar dan menyesal, banyak waktu yang kita lalaikan."

Soal nikah sama punya anakmah komentar dia waktu lihat TV 😁

Sahabat,
Seringkali, banyak yang ingin di tuliskan si jemari ini. Tapi, lebih banyak hal lain yang menunggu di tunaikan. Pekerjaan rumah dan anak-anak yang membutuhkan lebih banyak perhatian. 

**********
[28/6 09.32] Satu dari sekian hal lain yang membuat saya bahagia dari kabar kelahiran bayi ini selain karena melihat Eteh dan bayinya Alhamdulillah sehat juga karena bisa kembali memandikan bayi kecil mungil yang MasyaAllah.. 

Kata Abang, saya itu pipilih, punya banyak keponakan tapi hanya beberapa yang membuat saya bersemangat memandikan 🤭 Hmm kalau dipikir-pikirmah ada benarnya juga. Ada benarnya artinya tidak sepenuhnya seperti itu ya 😄. 

Ya, mungkin ikatan dengan saudara perempuanmah lebih bikin kumaha nya 🤔🤔 pokoknamah kitu weh. 

Tapi sama yang lain oge tidak benar-benar acuh sih, sayangnyamah da sama. Soal mau turun ikut membantu meski hanya alakadarnya mah da karena kebetulan kondisi tubuhnya sedang fit saja, kalau sedang sakitmah apalagi membantu yang lain, menopang diri sendiri saja nggak bisa.

Saat menulis ini saya berpikir keras, "bolehkah saya menulis ini?" Saya juga memikirkan caption yang bisa menjadi ladang amal dan dakwah selain jejak yang selalu ingin saya simpan sebagai pengingat dan ingatan. 

"Dede tiasa ngibakan bayi?" Tanya salah satu kerabat kami. "Tiasa." Jawab saya singkat. 

Pertama kali memandikan bayi teh pas anak pertama usia sebulan, saat kondisinya sudah terasa aman untuk ku handle sendiri. Pas anak kedua mah Alhamdulillah diberi kesempatan memandikan sejak usia 2 hari, hari pertamanya mah kan masih di RS nah besoknya pas pulang Alhamdulillah bisa memandikan, begitu juga anak ke 3 dan ke 4. MasyaAllah itu pengalaman yang membahagiakan bagi saya. Meski qodarullah saat itu sedang sakit, tapi sudah bertekad untuk mengurus anak termasuk memandikannya sendiri. Pengen kenangannya dipegang sendirian 😅. 

Bayi itu kalau mandi kan suka nangis, sebenarnya itu nggak masalah, justru bagus buat bayi. Tapi beda bagi ibunya, akan lebih baik jika kita membantu ibu melahirkan untuk tidak tegang termasuk dari tangisan bayi. Saya punya tips sederhana yang mungkin bisa di coba saat memandikan bayi biar nangisnya nggak terlalu kencang atau nggak nangis sama sekali. 

Tipsnya adalah, memandikan bayi nya dalam pangkuan kita. Simpan alas di pangkuan, tetap gendong bayi dan buat bayi merasa nyaman. Bilas perlahan kepalanya, kasih sampo lalu dipijat pelan, bil

Edit Label di Blog

Pas lihat blog teh kok asa pabalatak kieu nyimpan label nya. Ada sekitar 51 label padahal bisa di ringkas jadi beberapa 🤭 InsyaAllah mau di cicil di perbaiki soalnya kalau sekaligus mah saya orangnya mudah ngrasa lelah 😴😞🤭 'alaa kulli haal nanti saya ceritakan step by step cara nyunting label di blog. Oh ya yang saya tandai itu tinggal di klik kalau mau nyunting label mah.  Eits jangan lupa log in dulu ke blogger nya yaa 😁, kalau nggak login mah nggak bakalan bisa nyunting. Login nya ke blog sendiri yaa, jangan masuk home blog orang lain! Dosa itu mah..

Nah nanti kan ada tampilan seperti ini, tinggal di pilih menu tampilannya mau gimana. Mau nampilin semua label atau sebagian. Tadinya saya pilih semua label, tapi tambah lama kok labelnya tambah banyak trus kesan blognya kayak jadi bala, jadi sekarang saya pilih menampilkan sebagian. Hmm berapa ya 🤔🤔.  Urutan juga bisa di pilih, mau sesuai alfabet atau menurut frekuensi. Saya memilih sesuai alfabet. Alasannya? Dalam hal ini alasannya karena saya suka urutan yang sesuai alfabet, itu saja. Jadi nggak ada alasan spesial lainnya sih.. Hee

Next muncul pilihan label yang ingin ditampilkan. Saya sebenarnya belum ngrasa klik dengan label yang saya buat, tapi saya tulis gitu aja biar mudah nyari. Nanti mau nyari apa tinggal klik label, ketemu deh. Salah satu fungsi blog selain buat jurnal juga bisa jadi rak atau rak pajangan.. Seperti rak buku pada umumnya, pas lagi nulis nyari ide atau butuh materi apa teh tinggal klik label. Yaa kurang lebih seperti itu 🤭 nanti saya cari padanan kata yang paling tepat untuk mengurai satu demi satu penjelasan dari fungsi atau manfaat ngblog InsyaAllah

Finally saya pilih 16 daru 51 label untuk ditampilkan. Rencananya mah mau dibikin jadi sedikit tapi karena batuknya bikin sesak lagi, trus kalau ngedit label kan butuh energi buat mikir sama main klak klik yang lumayan jadi sok tambah lemas, eh sebenarnya alasan utamanya mah belum ketemu nama paling tepat buat masing-masing catatan untuk menggantikan label yang sudah ada. Setelah dapat pilihan mau menampilkan berapa label, klik menu simpansimpan tepat di arah kursor itu.

Here it is tampilan labelnya sekarang.. Saya teh suka semangat kalau cerita tentang hal-hal seperti inimah sampai adik um pernah becanda, "ummi nggak mau kayak ibu-ibu lain yang ngariung sambil ngagosip gitu?" Hanya karena pernah lihat kondisi seperti itu 🤭 "Eh nggak boleh ngomong gitu, ibu-ibu yang adik lihat itu bukan sedang ngagosip tapi sedang mencari solusi bagi permasalahan sosial di negeri ini." Ah di pikir-pikir ibumu  ini memang nggak asyik banget ya 😏


Balananjeur, 11 Juli 2021

Tiga Puluh Menit

Teteh nelpon saat ummi dan abi sedang di perjalanan di daerah sukaresik, tadinya ummi ingin memperlihatkan jembatan gantung yang ada disana. Jadi pas teteh nelpon teh kami bisa memperlihatkan jembatan itu ke teteh. 

Jembatan baru yang membelah aliran sungai citanduy itu ada didekat jembatan lama yang sudah roboh, tapi saat kami kesana ternyata akses masuknya ditutup/disegel karena lahannya ternyata belum dibebaskan. Kami pun tidak jadi memperlihatkan jembatan itu.. 

Eh alasan tidak jadi mah bukan karena ada penyegelan itu tapi vcall wa berdering saat kami masih dalam perjalanan kesana, tadinya mau memaksakan vcall an sambi melakukan perjalanan tapi kepala ummi tidak kuat melihat layar sambil naik motor yang melaju jadi kami memilih duduk di sebuah gardu di sisi jalan sambil berbincang dengan teteh. 

MasyaAllah Nak, sekarang sudah kelas 9 ya Nak. Duhai hati ummi seperti dihinggapi ribuan kupu-kupu dengan bunga-bunga segar disana, setelah episode Aa Quthb lalu a Umar dan sekarang teteh Aufa, hati ummi tetap melihat dengan rinai kebahagiaan. Shalihah, ini seperti mimpi. 

Ya, tentu saja ummi ingin sekali mengabadikan gambarmu berdiri disamping ummi dengan baju seragam putih biru mu sama seperti dulu di masa putih merah tapi qodarullah mengajarkan kita arti mengais ikhlas ya Nak, tidak apa-apa yang penting engkau baik-baik saja, bersama lingkungan dan orang-orang yang baik, mendapat pendidikan yang baik diiringi do'a terbaik InsyaAllah. 

Shalihah, semua ingatan ummi tentang mu adalah jua do'a-do'a kami untukmu. Sungguh kami bersyukur atas engkau, terima kasih telah hadir menyapa kami kembali. Terima kasih menjadi puteri kami, Nak ❤💕

MasyaAllah hatur nuhun @pendidikanbaznas dan para muzakki yang memberi kami kesempatan memeluk kisah dan mengurai kerinduan di akhir pekannya. MasyaAllah jazakumullah khairan katsiran 🙏❤🌹



Karena teteh bukan tipe yang akan bercerita panjang kali lebar kali tinggi di telpon, saya harus memancingnya dulu dengan bermacam cerita. 

Wait, saya bukan pembicara yang baik dan bahkan sering bingung kalau mau ngomong teh, selalu merasa, "apa ya yang harus di obrolin?" 
Tapi sebagai ibu (lagi-lagi dengan dasar ini 🤭) saya harus mengambil banyak hal disekitar sebagai ide obrolan dengannya (ini persis kayak lagi nulis nya 😁). Jujur saja, ngobrol itu jauh lebih sulit dibanding menulis 🥺 dan ini salah satu kekurangan saya.

Kekurangan kok di publish? Ini salah satu cara untuk... cari bahan tulisan saja 🤭. 
Oh see, saya mulai tidak fokus 😌

"Teteh, kemaren ummi mau beli nasi TO ke nasi TO hj Atun yang ada di Cipacing, eh ternyata tempat makannya di tutup teh, nggak boleh makan disana soalnya kemarin didatangi pak pol katanya nggak boleh operasi atau kalau masih operasi nggak boleh ada yang makab disana alias harus di bungkus."

"Teteh, sekarang pandangan abi jadi terbatas lho teh, jarak 1 langkah kaki mah masih jelas, tapi kalau jarak 2 langkah sudah mulai ada bayangan."

"Oh ya teh, ummi dapat hadiah dari gema insani. Hadiahnya buku. Ummi juga beli buku buat teteh, InsyaAllah dikirim langsung dari penerbit, buku journey to the light karya Bu Uttiek yang diterbitkan pro U med, ummi sudah izin sama Ustadzah Tyas dan Alhamdulillah diizinkan. Bu Uttiek juga menyampaikan doa agar Allah berkahi usia teteh. MasyaAllah shalihah, tabarokalloh ya Nak."

Tiga puluh menit vcall an teh terasa sebentar, tapi kammi tidak suka merasa kurang akan sesuatu jadi pas ada rasa, "kok sebentar banget ya." Langsung kami ralat lagi dengan hamdalah ungkapan kesyukuran. Batas antara syukur dan kufur itu sebenarnya tipis, kata Ustadz waktu saya kecil. Bahkan seucap kata bisa mempengaruhi yang tersembunyi di dasar hati, itu yang saya rasakan. 

Metode memancing dengan cerita (cerita apa saja) dan mengungkapkan apa yang dirasakan kelihatannya cukup efektif, dia mulai bercerita setelah di pancing atau bisa juga dipancing dengan pertanyaan tapi pertanyaannya harus disertai cerita jadi jangan to the point. 



"Teteh, ummi bingah pisan nguping soanten teteh, ningal teteh, ummi bingah pisan vcall an sareung teteh. Hatur nuhun nya sayang." Mengakui perasaan juga salah satu cara memancingnya untuk cerita tentang perasaannya. 

Dia tidak seekspresif bundanya yang akan dengan mudah mengucap kata cinta atau rindu bahkan hal kecil yang ada di dasar hati, dia akan menyimpannya dihatinya atau bicara dengan sorot matanya. 

Ya, Ayahnya mungkin benar saat mengatakan, " ummi berpikir hanya Aufa yang membaca perasaan ummi melalui air muka dan sorot mata ummi,ummi pun seperti itu. Abi dan anak-anak tidak perlu mengucap barisan kata untuk membuat ummi tahu apa yang sedang kami rasakan dan pikirkan." Hal seperti itu terjadi karena kebiasaan dan terbiasa bersama orang yang sudah dekat saja 🤭

Oh hey ummahat,apa yg sebenarnya sedang coba diuraikan dalam catatan ini? Come on focus!! 

Well, saya senang saat dia mengutarakan bagaimana perasaannya atau apa yang dia rasakan dan pikirkan apapun itu karena dengan begitu dia bisa belajar merealease perasaannya sendiri, dia bisa belajar berbagi ide dan perasaan dan itu akan sangat baik baginya di kemudian hari. 

"Teteh oge bingah pisan tiasa ngobrol sareung ummi. Teteh sayang ummi.." Padahal saya ingin menangis merekam bait perasaannya itu, saya tidak kuat menahan tangis karena itu saya memilih menepi sejenak bersembunyi dari layar hp, Abinya buru-buru menggantikan di layar hp menjadi teman bicaranya. 

Ayah, cinta pertama anak perempuannya. Saya ingat dia pernah menangis sesenggukan saat berpikir ada sesuatu yang telah melukai ayahnya. Butuh waktu sekian hari membuatnya yakin bahwa ayahnya baik-baik saja. And see, dia tertawa riang setiap kali ayahnya bertanya dengan ekspresi senang, "teteh, teteh hoyong dikintun naon?" Kami tahu Ayah itu sedang menyembunyikan rindunya, airmata kerinduan itu dibalik ekspresi cerianya itu. 

Ayah, cintanya sunyi namun riuh dengan tanya saat berjauhan. "Abi, teteh oge sayang ka Abi." Ayahnya tersenyum senang, entah apa yang dia rasakan dimasa depan saat ada lelaki yang mengucap ijab pada putrinya itu, airmata bahagia senyelekit apa yang akan dia tutupi dalam mata yang memerah. 


Balananjeur, 11 Juli 2021


"Yang Penting ada Usaha!"

Saya memang sering sesak nafas, kalau pas sesak nafas teh lemesnya luar biasa, iya atuh nya soalnya energinya terkuras pisan. 

Coba duduk, berdiri, berbaring, tengkurap, miring kiri atau kanan, jalan di tempat, yoga, kadang berhasil kadang nggak namun seringnya tidak berhasil. Saya sih mikirnya, "yang penting ada usaha."

Oksigen kecil kadang habis dalam sehari kadang satu juga nggak cukup, mau beli tabung besar masih mikir-mikir, "uangnya mending buat sekolah anak-anak." Ibu-ibu mah pikirannya mulai terpusat ke anak-anak ya 😁

Karena cara-cara seperti yoga dll lebih sering tidak berhasilnya, saya biasanya gunakan cara lain juga, diantaranya. 

1. Ambil wudhu, shalat, nangis ngadu sama Allah, "ya Allah.." Banyaklah kalimat terucap saat itu; mengadukan sakit, meminta sehat dan lain sebagainya. Kok sama Allah ngadu sih? Hey, Allah itu suka saat hambaNya mengadu padaNya, bukan? 

2. Ambil mushaf, baca Al-Qur'an. Baca nyaring.. Al Qur'an itu syifa, mengobati hati yang terluka dan hati adalah mesin utama tubuh manusia. Kalau hatinya sehat, akan baiklah seluruh badan meski kondisinya di uji dengan sakit . 

3. Bilang ke abang, "Yang, hiking yuk!" Tapi jangan sampai Abang tahu kalau saya sedang sesak nafas, kalau tahu mah nggak bakal di acc yang ada malah di suruh istirahat 😁. 

4. Ambil buku catatan harian atau buka laptop masuk word dan tulis semua yang dirasakan. 

Semua itu sangat membantu (menurut saya mah), Tapi jangan salah yaa, meluruskan niat karena Allah itu beda tipis sama merasa melakukan sesuatu karena Allah. Sangat sulit meluruskan niat agar semua yang dilakukan karena Allah teh, padahal semuanya hanya akan jadi amal yang zonk dan sia-sia kalau Allah bukan tujuan dan alasan kita berbuat mah. 
Inna sholaati wa nushukii wamahyaayaa wamamaati lillahi robbil 'aalamiin, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Robb semesta alam.So,sehat kita dan apapun dalam hidup kita, niatkan semua itu karena Allah bukan karena selainNya apapun itu!

"Emang kalau lagi sesek nafas bisa naik gunung?" 

"Kalau di pikir-pikir mah emang sulit sih soalnya yang dirasakan bukan hanya sesak nafas tapi sakit yang MasyaAllah luar biasa Allahu Akbar. Namun ada harapan yang membuat kita akan tetap bisa melakukan apapun yang ingin dilakukan, harapan yang menjadi pecut bagi kita hingga kita tetap bisa melakukannya termasuk naik gunung. Yang sulit bukan naik gunung nya, tapi menghadirkan harapan dan menyimpan harapan itu sendiri. Yang sulit itu bukan menahan sakit tapi menghadirkan Allah di setiap desah nafas kita agar Allah menjadi satu-satunya tujuan." 

Eh initeh lagi nulis apa 😌.

Pagi ini napas saya kembali sesak, pengennya mah diam rebahan di tempat tidur. Sampai jam 8 lebih masih tetap rebahan, menghitung jam yang berdenting dan laptop yang masih menyala. 

Beberapa tulisan di posting di medsos, "tulisan itu tak mungkin berbuah jariyah kalau hanya disimpan untuk diri sendiri." Itu yang pernah saya katakan pada anak-anak, jadi jangan kaget kalau saya sering mosting tulisan karena sebagai ibu saya harus melakukan lebih dulu apa yang saya sampaikan pada anak-anak. 

Bahwa saya ingin yang dituliskan dapat diambil saripati hikmahnya serta diambil manfaat dan ibrahnya oleh siapapun yang berkenan membacanya agar kelak ini menjadi bagian dari bekal dan hujjah dihadapan Allah. 

Setelah melalui masa menghela nafas yang lumayan berat akhirnya saya memutuskan untuk berdiri dan melipat selimut serta merapikan tempat tidur. Seprei berwarna hijau tosca dengan motif bunga itu kembali rapih, selimutnya saya simpan di sudut kasur bersama bantal dan guling. 

Beralih membereskan kasur lantai di samping tempat tidur lalu karpet berukuran 150 x 200 M, karpet itu di gulung lalu disimpan di sudut ruangan tepat disamping rak buku portabel berwarna biru muda. 

Pergi ke dapur memasak nasi di magic com dan menyalakan tungku kayu untuk memasak air. Sambil menunggu air matang saya ambil sapu untuk menyapu lantai semua ruangan di rumah. 

Nasi sudah matang, abang memasak sayur mayur, air pun sudah matang.. Ke rumah mamah sebentar lalu beralih ke agenda selanjutnya that is badminton, saya senang saat  badminton karena selain tubuh terasa bugar saya juga memetik beberapa manfaat dari kegiatan ini diantaranya saya belajar untuk lebih teliti, belajar untuk tidak mudah menyerah, belajar untuk bekerjasama, belajar untuk menerima kekalahan atau tidak terjebak euforia kemenangan, belajar bersabar juga belajar untuk tidak mudah menyerah. Oh ya, saya juga belajar mengatur nafas.. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. 

Masih sesak? Masih, tapi ini terasa jauh lebih baik. Aktivitas ini pengganti hiking terutama saat haidh. Tapi tak jarang saya memilih berdiam diri di atas tempat tidur dengan tasbih di tangan saking nggak kuatnya.. 

Sabtu, 10 Juli 2021

Hadiah dari Gema Insani Press



MasyaAllah Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah, Hadza min fadhli Rabbi. Berkali lisan melafal tahmid hingga jauh ke lubuk hati, menggetarkan setiap inchi urat nadi hingga tahmid menjadi pengiring hari. 

Saat mendapat kabar mendapat hadiah buku dari @gemainsaniofficial , buku yang membuat saya menadah meminta padaNya, "Duhai Rabb, mudahkan untuk bisa membacanya!" 
Adakah berlebihan saat meminta pada yang Maha Memiliki? Meminta kemudahan mendapat buku terbitan @gemainsaniofficial yang membuat saya jatuh cinta sejak pertama kali membaca sekilas ulasannya, "kasih pada tumpah darah bukanlah dengan membujuk, membuaikan dan memuji-muji saja, kadang-kadang mesti dicela dan dipukul supaya ia dapat memperbaiki diri. Orang yang cinta pada tanah airnya haruslah dia cemburu juga. Orang yang tidak bercampur cemburu bukanlah cinta. Moga-moga Tuhan melindungi tumpah darah saya, Minangkabau, sehingga dapat mencocokkan dirinya ke dalam susunan tanah air saya yang luas, Indonesia." 

MasyaAllah sungguh cinta yang sangat indah, bukan hanya memuja apalagi sampai membabibuta, tetapi juga ikut memberi solusi untuk perbaikan dan kebaikan yang dicinta. 

Sejak membaca Tafsir Al Azhar di usia 11 tahun, saya mencintai karya-karya Buya Hamka. MasyaAllah, mendapati kabar mendapat hadiah dari @gemainsaniofficial adalah anugerah yang sangat besar. Lalu saat kemudian buku ini ada di tangan, terasa berdebar hati dan bergetar jemari ini membuka lembar demi lembar buku yang di nanti. 




MasyaAllah fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan? 
Alhamdulillah atas hari ini, Alhamdulillah atas mata ini yang dengannya Allah berikan kesempatan umtuk membaca huruf demi huruf buku yang ada di depan saya ini, Alhamdulillah atas hati, atas jemari, atas semua panca indra juga atas kesempatan untuk tetap bernafas hingga dengannya Allah berikan kesempatan berbenah dan berbekal untuk hari yang kekal, Alhamdulillah atas buku ini, Alhamdulillah 'alaa kullo haal.. Jazakumullah khairan katsiran @gemainsaniofficial , semoga menjadi jariyah kebaikan dan berlipat barakahNya. 

 




Balananjeur, 10 Juli 2021

Jumat, 09 Juli 2021

10 Juli 2021


Suatu hari engkau diam-diam menangis, sesenyap apapun hati ummi tetap mendengarnya, sesak.. 

"Ummi, teteh di ajak ka Bandung." Katamu ceria. 

"Ummi, teteh teu janten di ajak." Dua hari kemudian sendu itu terlihat jelas meski wajahmu tetap mengukir senyum. Sungguh Nak, saat itu ummi lebih berharap engkau menangis daripada menutupinya dengan senyuman karena itu ummi langsung memelukmu hingga akhirnya airmata itu lepas, sangat sunyi namun ummi tetap mendengarnya dalam sesak. 

Ibu mengingat semua peristiwa yang membuat anak-anaknya berduka. Ya, benar, seperti itulah keadaannya. Cinta yang membuatnya mengingat semuanya, katanya. 

Setelah reda lirih isakmu engkau berucap, "teteh memiliki ummi, itu cukup buat teteh." Oh dear, ummi menangis saat itu.. 

"Teteh mau nggak kalau ummi ajak tetrh main ke suatu tempat? Teteh pasti akan senang disana." Dia mengangguk cepat, MasyaAllah saat ibu berusaha keras mengurai sesak luka, Anak-anak akan dengan cepat melepaskan duka mereka, mereka dengan mudah melupakan begitupun engkau yang dengan cepatnya lupa alasan airmata mu luruh detik sebelumnya. 

Shalihah, 
Ini catatan kesekian melengkapi beberapa catatan ummi sampai usia 14 tahun mu nanti, "teteh gaduh ummi, eta cekap kanggo teteh." Kalimat itu seolah baru kemarin ummi dengar padahal ternyata sudah 6 tahun yang lalu. 

MasyaAllah hatur nuhun sudah menjadi bagian kenangan terbaii ummi ya Nak, hatur nuhun menjadi putri ummi. 

9 Juli 2021


Dear Aufa how are you? Miss you dear..
Bulan ini ummi mengingatmu jauh lebih sering, mungkin karena ini bulan lahirmu ya Nak.

Ummi memesan buku berjudul journey to the light karya terbaru Bu Uttiek yang diterbitkan proumedia sebagai hadiah untukmu; selamat datang di usia baru, selamat datang di kelas baru dan terima kasih telah berjuang dengan baik sampai detik ini.

Ummi membayangkan senyummu mengembang dengan netra yang basah mengurai rindu, selalu seperti itu ekspresi bahagia sekaligus sedihmu. Ah Nak, ummi tidak ingin membuatmu bersedih meski ummi tahu engkau akan tetap bersedih merangkai rindu di ujung tasbihmu.

Shalihah, setelah dilihat kembali ke kilasan sepanjang usiamu, ternyata hampir setiap tahun kami hanya mempersiapkan buku sebagai ucapan selamat dari kami ya Nak. MasyaAllah padahal itu tidak pernah direncanakan sebelumnya, yang ada dalam benak kami hanya kami ingin memberi sesuatu sebagai ucapan Terima kasih kami atas hadirmu.

Shalihah,
Hari ini ummi kembali menulis surat untuk kami kirimkan untukmu, surat cinta ummi untukmu kali ini kembali ummi tuliskan dengan tangan karena teteh selalu menyukainya. Menurutmu, Nak, tulisan tangan  ummi membuatmu merasa sedang berada dekat dengan kami.

MasyaAllah shalihah, sejatinya kita selalu dekat. Dimanapun engkau dan kami berada, kita dekat dalam do'a dan ingatan..

Shalihah,
Photo ini saat engkau usia 2 bulan an, digendong teteh Ima yang selalu menyayangimu sejak engkau hadir bahkan hingga hari ini.

Shalihah,
Terima kasih menjadi putri Ummi ❤❤


8 Juli 2021

Teteh Aufa Ashfiea Ridwan, beberapa hari lalu Ustadz dari bagian Humas sekolah teteh bertanya, "bagaimana cara mendidik teteh?" Ada juga teman yang bertanya, "ingin mendidik anak agar lembut seperti teteh ufa, bagaimana caranya?"

Jujur saja Nak, ummi bingung dan benar-benar tidak tahu jawabannya. Ummi bingung kalau ditanya cara mendidik, karena ummi merasa justru kalian yang membuat ummi belajar banyak hal baik tentang diri kalian sendiri, tentang ummi, tentang hidup secara keseluruhan. 

Ummi tidak bisa menjawab pertanyaan itu, teh, namun yang ummi ingat, membersamai teteh itu adalah membersamai sosok yang lembut. Kami harus berhati-hati bersikap agar kelembutan pribadi teteh menjadi kebaikan bagimu dikemudian hari. Teteh suka saat duduk melingkar belajar atau bercerita, suka dibacakan sirah shahabiyah sebagai buku pengantar tidur karena itu harus selalu dibacakan kisah. Teteh sangat peka dengan perasaan orang-orang disekitar, membaca air muka ummi dan tahu bagaimana isi hati ummi karena itu ummi belajar menuntun isi hati agar tidak membuatmu khawatir. 

MasyaAllah Nak, justru ummi yang belajar dari kalian, Nak. Kalian yang justru mendidik dan menjadi guru kehidupan ummi. 

#aufamenuju14tahun

7 Juli 2021

07-07-2007


Banyak yang melahirkan dihari itu, tanggal cantik katanya. Waktu ummi dinyatakan harus segera melakukan persalinan ummi juga terbayang bisa melahirkan di tanggal itu tapi qodarullah ummi masih harus memulihkan dulu kondisi ummi yang sempat ngdrop beberapa hari itu. 

5 Juli 2021

Dear Aufa Ashfiea Ridwan, sebentar lagi usiamu 14 tahun, ingin sekali ummi memelukmu sama seperti tahun-tahun sebelumnya setiap kali engkau berganti angka pada usiamu.

Hmm.. Satu, dua, tiga.. 3 tahun tidak memelukmu dihari itu.

Ummi rindu, Nak.
Tapi.. Ummi InsyaAllah ikhlas melepasmu.

Semoga keseluruhan usiamu dalam barakah dan Ridha Allah ya Nak.

Izinkan ummi menguraikan rasa rindu ini dengan berkisah tentangmu

Diam Saja!

"Jangan merasa perlu mencari tahu sesuatu yang memang tak seharusnya kita tahu. Cukuplah bagi kita fokus dengan visi hidup kita sambil tetap berjuang dan berusaha dengan sebaik-baiknya cara untuk sampai kesana!"

"Seperti apa hal yang memang seharusnya tidak perlu kita tahu ataupun cari tahu teh?"

"Sesuatu yang justru akan membuatmu bimbang dengan jalanmu, dengan visi hidupmu. Sesuatu yang membuat kepalamu berdenyut sakit lalu kau kehilangan gairah hidup bahkan ghirah berjuang. Cukuplah bagi kita mempelajari semua yang membuat kita semakin cinta, takut sekaligus dekat dengan Allah. Tak perlu terpengaruh apapun yang bisa mengacaukan tujuan hidup kita. Tahukah engkau apa tujuan hidupmu, Nak?"

"Mendapat Ridho Allah."

"Maka lakukan itu sesuai ketentuanNya. Semoga Allah membimbing dan merahmatimu!"

Kami terdiam kembali dengan pikiran masing-masing. Dia sepertinya mulai meraba harinya lagi, hari ini yang dijalani dan hari esok yang masih misteri juga hari-hari yang telah berlalu yang penuh pelajaran insyaAllah.

Rabu, 07 Juli 2021

Kematian

Kematian,
Meninggalkan kenangan dan rasa sedih
Meninggalkan luka mendalam bagi yang tertinggal dan ditinggalkan
Meninggalkan nama yang hanya kan terukir dalam memori
Meninggalkan sebait pesan, bahwa ia ada begitu dekat mengintai untuk menjemput dan membawa kita menyusul mereka yang telah mendahului

Kematian,
Meninggalkan isak tangis dan pedih yang sama bagi setiap orang
Meninggalkan banyak penyesalan dan rasa sesak atas khidmat yang tak seberapa
Meninggalkan sorot mata sayu 
Meninggalkan banyak harapan pada yang tertinggal meski membutuhkan waktu lama untuk kembali bangkit dan menyusun keping harapan itu kembali

Kematian,
Adalah pesan cintaNya yang kadang terabaikan

#dzikrulmaut

Balananjeur, Kamis, 8 Juli 2021

Selasa, 06 Juli 2021

Rumah Yang Berantakan

       Jika engkau tiba-tiba berkunjung ke rumah kami maka siapkan diri untuk melihat bagaimana berantakannya rumah ini. Debu di lantai, mainan yang berserakan hingga remah nasi dan percikan air di setiap sudut rumah. Oh ya, jejak tanah sawah di lantai juga baju yang berhamparan di mana-mana juga menjadi pemandangan yang biasa. 
       Kecuali jika engkau menghubungiku dulu sebelum berkunjung, karena saat itu aku bisa mempersiapkan kedatanganmu dengan membereskan dan membersihkan seisi rumah agar engkau merasa nyaman saat duduk di kursi ruang tamu itu. 
        Namun jika engkau tidak memberiku kabar terlebih dahulu, maka bersiaplah mendapati betapa estetiknya rumah yang engkau kunjungi ini! Estetik mean sesuatu yang mungkin saja membuatmu tak tahan untuk berucap, "ini rumah atau kapal pecah?".
        Rumah yang engkau kunjungi ini dihuni seorang ibu yang mudah lelah dan sering sakit-sakitan dan lima bocah laki-laki yang sangat aktif bergerak juga seorang ayah sibuk dengan pekerjaannya. Untung saja Ayah itu tidak menuntut istrinya sigap membereskan rumah dan bahkan dengan kesadaran sendiri membantu pekerjaan istrinya, terkadang membantu memasak, mengajak anak bermain, bahkan mencuci atau membersihkan rumah. 
        "Ini rumah atau kapal pecah?" Kalimat ini bukan sekali dua kali sampai ke telinga, membuat ciut untuk kembali menerima kehadiran tamu di rumah. Alangkah baiknya jika kita tidak mengomentari kondisi rumah orang lain apalagi saat kita menjadi tamu di rumahnya atau sepulangnya kita dari sana. Ada baiknya setiap kekurangan yang dilihat dari tuan rumah bukan untuk diumbar tetapi cukuplah itu dijadikan pelajaran. 
        Jika engkau tidak suka rumah yang berantakan, jauhkan rumah dengan para balita untuk dikunjungi karena engkau akan melihat pemandangan yang mungkin tidak nyaman untuk dilihat. Engkau juga tidak tahu bagaimana tuan rumah itu berusaha untuk rumah dan keluarganya. 
        "Kok WC nya gini? Jorok pisan!" 
        "Ya ampun ini ruang tamu atau ruang nyetrika atau dapur sih?"
        "Coba atuh diberesin mainan anak-anaknya!"
        "Masa beberes rumah segini aja nggak bisa!"
        "Tahu nggak, aku tadi kan main ke rumah si A. Ya ampuuuun, rumahnya berantakan banget, nggak bisa ngurus rumah banget."
        Sering ku dengar kalimat seperti itu, aku sudah terbiasa mendengarnya namun tetap saja kalimat itu melukai perasaanku. Jadi, saat engkau ingin mengunjungiku bisakah engkau tahan lisanmu untuk tidak berkomentar tentang seperti apa rumahku dan anak-anakku atau diriku sendiri? 

Balananjeur, 7 Juli 2021

Catatan: Tulisan ini dipersembahkan untuk semua ibu yang sedang tertatih menata diri. Tidak apa-apa jika rumahmu berantakan, engkau tetaplah istri dan ibu yang hebat ! Abaikan komentar yang membuatmu terluka, mereka hanya belum memahami rasa yang ada padamu! Tersenyumlah dan berbahagialah! 

Bookshelf Story (challenge GA Gema Insani)

 Tentang membaca,seperti mengurai benang kisah dimasa lalu. Nostalgia masa kecil yang mengais rintih kerinduan saat slidenya terpampang dalam ingatan. Melekatkan kisah kasih Ayahanda yang merangkul kami dengan kecintaan akan ilmu, mengajari arti cinta dalam kacamata yang dikemudian hari membawa kami pada keyakinan; al ilmu nuurun. 

Dimasa kecil, ruang terbaik di rumah kami adalah ruangan dengan rak buku besar yang memenuhi ruangan. Ada banyak buku di sana, itu yang ku ingat. 

Ayahanda sering duduk di kursi kayu dengan meja kayu beralaskan kaca di depan jendela ruangan itu, dengan mesin tik tua tepat didepan beliau dan buku di tangan,itu jua yang ku ingat. 

Lalu Ayahanda memanggilku dengan hangat, "Putri Apa." Dan memintaku duduk di kursi busa dekat jendela untuk membacakan buku yang akan beliau catat di mesin tik nya atau membacakan tulisan tangan beliau yang akan beliau tuliskan kembali dalam mesin tik,aku mengingatnya. 

Usiaku 9 tahun saat itu,sebuah buku tebal menarik minatku dan Ayah sepertinya mengetahuinya, "De, bisa carikan kata Kalimantan dalam buku itu lalu bacakan buat Apa!" Ayah menunjuk buku yg sangat ingin ku buka, ensiklopedia Indonesia. Girang ku ambil buku itu dan ku cari kata yang dimaksud lalu kubacakan dengan nyaring untuk Apa (panggilan kami untuk Ayah), kini aku mengingatnya. 

Sebuah buku kisah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menjadi hadiah pertama yang kudapat setelah itu. Buku baru berukuran besar dengan beberapa halaman didalamnya berisi kisah Muhammad kecil dalam pendampingan pamannya, Abu Thalib. Ingatan itu, satu dari sekian ingatan yang tersimpan kuat dalam file memori. 

Setiap kali berhasil menyelesaikan misi membacakan buku atau mencarikan kosa kata dan membacakannya, buku cerita baru menjadi hadiah terbaik yg membuatku senantiasa menunggu saat Ayahanda pulang dari Bandung dan memberiku misi baru. Ingatan itu kini menjadi do'a semoga menjadi jariyah kebaikan bagi Ayahanda. 

Berkisah tentang proses membaca adalah untaian kisah yang tak cukup feed IG untuk menguraikannya, ada banyak diksi yg hendak melerai kisah,semua itu tentang masa kecil yg melahirkan kecintaan akan buku. 

Apa yang dirasakan saat membaca? Di masa kecil aku merasa senang saat bersama buku tanpa mengerti alasan atau untuk apa aku membaca. Aku hanya senang, itu yang dirasakan. 

Dikemudian hari aku mulai menyadari bahwa peradaban suatu bangsa dimulai dari membaca, dari iqra bismirobbikalladzii kholaq. Aku semakin semangat membaca, berharap menjadi bagian dari peradaban meski hanya bagian kecil sekalipun. 

Berapa buku yang sudah dibaca? Hmm.. Aku tidak tahu, yang pasti mulai membaca sejak usia 6 tahun saat ibunda mulai mengajari membaca alif hingga ya dan a hingga z. Membaca kisah anbiyaa melalui terjemah Al Qur'an, membaca buku-buku kisah dan dongeng bahkan buku-buku yang dilarang Ayah seperti buku yang berkaitan dengan hukum dan politik dll karena menurut beliau itu belum tepat untuk dibaca anak usia 9 tahun. Tapi aku tetap membacanya dengan bersembunyi di kolong meja kerja Ayah. 

Ah, kupikir ayah tidak tahu namun ternyata Ayah mengetahuinya lalu membelikanku lebih banyak buku. Tentu saja setelah menyelesaikan misi. 

Kegiatanku sejak hari itu lebih banyak berkutat seputar buku. Aku senang berada di ruang baca, membersihkan seluruh buku dari debu, membereskan buku-buku di rak nya dan membawa tumpukan buku untuk membacanya di sudut ruangan. 

Jadi, berapa buku yang sudah dibaca? Aku tidak tahu.

Sampai hari ini kecintaan akan buku tak pernah pudar, meski usia mungkin sudah tak lagi muda buku tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dariku. Kemanapun aku pergi, ada buku di tas ku. 

Buku di rumah Ayah sebagian besar diwakafkan ke beberapa pesantren saat Ayahanda tiada, aku menuliskan bab ini dalam jurnalku di blog. Itu hari dimana aku merasa sedih sekaligus bersyukur; semoga menjadi jariyah kebaikan bagi Ayah, harapku. 

Sebagian lagi menjadi penghuni rak buku ku di rumah. Rak buku? tepatnya bekas lemari pakaian yang ku sulap menjadi rak dan beberapa rak buku portabel yang ku beli dari online shop untuk menyimpan buku di rumah kami yang semakin banyak. 

Tulisan ini ditulis bukan hanya untuk mengikuti challenge yang diadakan tetapi berbagi kisah, 'virus' membaca dan jejak. 

Balananjeur, Rabu, 7 Juli 2021

Buku di rumah kami. 

Minggu, 04 Juli 2021

Detik-detik Berjumpa Teteh (bagian 1)

Rahmatia Suaery, santri kelas 7 asal Jayapura lahir ditanggal dan bulan yang sama dengan teteh Aufa Ashfiea, itu yang dikabarkan teteh bulan Ramadhan yang lalu. 

MasyaAllah dia bercerita dengan takjub, "Mi, aya nu lahirna mung benten tahunna wungkul sareung teteh, tanggal sama bulannya sama. MasyaAllah Mi." Ujarnya sambil memperlihatkan sosok Tia, begitu adik kelasnya ini biasa dipanggil, melalui sambungan vcall pagi itu. 

Teteh Aufa sayang, 
Belasan tahun lalu di tanggal ini ummi sudah berada di rumah sakit untuk menjalani perawatan menjelang kelahiran teteh. Hmm sebenarnya HPL nya mah bulan Agustus akhir, tapi feeling ummi kita akan berjumpa cepat melihat dua kakak teteh juga lahir lebih cepat dari HPL. Qodarullah kondisi kesehatan ummi juga menurun jadi ummi harus menjalani perawatan dulu, saudara-saudara ummi berpikir ummi sudah mau melahirkan karena memang ummi nggak pernah bilang alasan dirawat itu karena apa. 

Oh ya, sebelumnya hanya 3 hari di RS karena ummi nggak betah berlama-lama disana. Wait, memang ada gitu yang betah di RS? Bukan hanya ummi yang nggak betah, orang lain juga mungkin merasakan hal yang sama. Ummi kurang sabar ya Nak, Ummi ingat kakak-kakak teteh di rumah Mah Dede jadi memilih untuk pulang. 

Seminggu kemudian Ummi kembali dengan kondisi yang semakin menurun, jangan tanya apanya yang menurun, yang pasti hari itu dokter bilang ummi harus dirawat. Lagi? Ya. Tapi ummi kan nggak suka orang melihat ummi kesakitan jadi berusaha tetap bersikap seolah ummi baik-baik saja. 

Ummi menghabiskan makanan yang dihidangkan fi RS dengan harapan kita bisa berjumpa dalam kondisi sehat dan bahagia. Ummi berusaha untuk selalu merasa senang, membaca banyak buku dan menulis juga ngobrol dan jalan-jalan sekitar RS sama Abi menjadi sekian cara yang ummi lakukan untuk menjaga kesehatan mental ummi. Well, dirawat di RS atau dirawat di rumah karena sakit memang berpotensi membuat mental kita juga ikut terluka, saat mental terluka bagaimana ummi bisa mendampingi anak-anak dengan baik? 

Ummi berusaha untuk tetap bahagia. Bahagia itu memang harus diusahakan dan dihadirkan, itu yang ummi lakukan saat itu. 

Di minggu kedua dokter menyarankan untuk melakukan proses persalinan karena kondisi ummi semakin menurun, ummi menangis dan mengatakan bahwa ummi baik-baik saja. "Teteh lebih tahu kondisi teteh tidak seperti yang teteh perlihatkan. Demi bayi teteh dan teteh sendiri juga anak-anak teteh, demi suami teteh yang sepanjang malam menunggui teteh di Koridor." MasyaAllah susternya berhasil membuat hati ummi bergetar dengan segala ingatan akan orang-orang yang ummi sayangi. 

Nak, kata orang suster itu judes. Ummi tidak beranggapan demikian, Nak. MasyaAllah mereka sangat baik, jika sekali waktu mereka terlihat acuh itu bukan karena mereka acuh atau judes. Mereka pasti lelah, bukankah kita juga kalau ngurus pasien di rumah teh sok cape pisan? Apalagi mereka yang pasiennya bukan hanya kita tapi banyak dengan beragam karakter nu pastina membutuhkan stock energi yang luar biasa untuk menghadapinya. Untukmu Nak, jika suatu hari engkau bertemu dokter atau suster ataupun staf rumah sakit, jangan lupa ucapkan terima kasih.. Cara kita menghargai usaha mereka. Jangan pernah berburuk sangka apalagi adab ya Nak! 

Well, baiklah kita kembali ke cerita saat itu. Ummi sudah 9 hari di RS di sesi kedua itu, setelah dokter menyarankan demikian ummi dan Abi pun musyawarah bagaimana baiknya. Abi meminta ummi untuk mengikuti saran dokter meski tentu saja ada raut khawatir disana, usiamu masih 32 minggu. 

Bersambung.. 

Hhhh