Really? Sudah ngurus? Lalu kemana saja ceuceu, anak perempuan ibuk satu-satunya, kenapa bukan dia yang ngurus ibuk? Kemana saja mas Qian, anak laki-laki pertama di keluarga ini, kenapa dia tidak ada untuk ibuk? Kemana saja mas Wahyu, anak laki-laki yang setiap hari ada bersama ibuk, kenapa bukan dia yang mengurus ibuk padahal tiap hari bersama ibuk? Kemana saja mas Arif, si anak bungsu yang kata orang harusnya orang tua itu di urus anak bungsu. Kenapa dia tidak ada untuk Ibuk? 1 anak perempuan dan 3 anak lelaki ibuk kemana saja sampai-sampai ibuk harus di urus menantunya? Wah mulia sekali hati menantu ini. Atau kemana saja sebagian anak ibuk sampai seolah tak pernah ada untuk ibuk, membiarkan hanya satu anak laki-laki yang kebetulan tinggal bersama untuk mengurus ibuk? Kenapa yang lainnya abai pada ibuk? Tidak pernah sekalipun menjenguk ibuk?
Please, jangan memberikan narasi tak penting. Apa arti tangis ibuk yang mengatakan padaku... Ah, apa yang aku katakan saat itu, "ibuk, setiap orang memiliki kekurangan. Mohon maafkan istrinya Mas Wahyu kalau membuat hati ibuk terluka." Berkali aku katakan hal yang sama.
Pernahkah aku katakan sesuatu yang membuat izzahnya terluka? Itu karena aku berterima kasih pada mas Wahyu yang sudah menemani ibuk. Ucapan terimakasih kasih yang sebenarnya tidak pada tempatnya.
Mas Wahyu, Siapalah aku merasa harus berterima kasih? Aku hanya seseorang yang tiba-tiba datang di keluarga kalian. Mengambil adik manis kalian dari tengah-tengah kalian .. membuat ibuk berani menguraikan air mata luka nya tepat di depan mataku, "Sri, istri mas Wahyu tidak menghormati ibuk." Oh tentu bukan itu sebab airmatanya berderai, cobalah ingat-ingat seperti apa kalimat yang di urai hingga membuat ibuk terluka!
Siapakah aku berhak berterima kasih ataupun meminta maaf, aku bukan siapa-siapa kalian di rumah ini. Aku hanya akan selalu dianggap bukan siapa-siapa seperti biasanya, meski aku bagian dari keluarga kalian tapi bahkan tak ada namaku dalam list agenda yang kalian lakukan bersama. Coba dilihat dalam album memori, kapan saja aku ada disana! Bukan karena aku tak mau ikut tapi karena aku tidak diikutsertakan.
Ah siapakah aku?
Mas Wahyu, berhakkah aku berterima kasih? Menyampaikan suara hati yang kusimpan sekian lama saja rasanya akan tak nyaman bagi kalian. Kalian sibuk dengan diri kalian sendiri dan melupakan mas Arif diantara kalian. Bagaimana dia mengais luka hatinya karena kalian yang lebih saling memperhatikan diantara kalian dan lupa ada dia juga diantara kalian. Aku melihat itu dengan sangat jelas dari netranya yang kelabu.
Bagaimana akhirnya dia memilih menjauh lalu kalian katakan apa, "istri Arif membuat Arif menjauhi keluarganya." Oh hey, sejak kapan aku menjadi perusak persaudaraan kalian? Aku hanya diam menyimak sambil membatin, jauh ku simpan di dasar hatiku. Bertanya-tanya kenapa mas Arif enggan datang kesini? Tanya itu hanya ada di sudut hati tanpa pernah berani ku ucapkan. Lalu suatu hari tiba-tiba dia mengatakan, "untuk apa? Mereka tak menganggap ku ada."
Haruskah ku urai satu persatu alasan yang pernah dia ucapkan? Tidak mungkin. Kalian tidak akan menerimanya dan hanya akan membuat kalian semakin membenci aku yang datang tiba-tiba ditengah kehangatan keluarga ini. Siapalah aku berhak bersuara? Bahkan mengatakan hal ini saja sepertinya tidak pada tempatnya.
Mas Wahyu, kenapa aku mengatakan ini pada mas Wahyu? Karena mas Wahyu yang tinggal di sini bersama Ibuk. Tolong katakan pada kami? Benarkah istri mas Wahyu yang selama ini mengurus ibuk atau justru sebaliknya? Benarkah hanya mas Wahyu yang mengurus ibu? Tak pernahkah ada uluran tangan sedikitpun dari saudara-saudara mas Wahyu untuk membantu Ibuk?
Ceuceu, selama ini ceuceu fokus berterima kasih pada istri mas Wahyu karena merasa bersalah tidak merawat ibu. Bukankah begitu? Ceuceu mengirim photo memperlihatkan masa kecil ceuceu dengan mas Arif untuk sekedar mengingatkan bahwa ceuceu pernah menjadi orang yang paling sayang dan dekat. Lalu apa? Pernahkah ceuceu bertanya bagaimana perasaan Ibuk? Bagaimana suasana hati ibuk? Bagaimana sikap orang yang ceuceu sangat berterima kasih padanya itu pada Ibuk? Ah, ceuceu tidak pernah ingin bertanya. Seakan cukup saja melihat ibu ada temannya di rumah meski temannya itu yang membuat hati ibuk meradang setiap harinya.
Saking berterima kasih nya, apapun bisa ceuceu berikan. Yang ada diingatan ceuceu hanya mereka, mas Arif yang katanya sangat dekat dengan ceuceu bukanlah orang yang berhak mendapat perhatian saudari perempuan satu-satunya. Baik mas Arif, anak-anaknya apalagi aku yang kalian anggap yang menjauhkan kalian.
Dihari ulang tahun mas Wahyu ceuceu ucapkan kalimat tahniah untuknya namun tidak pada mas Arif. Benarkah cinta ceuceu tidak timpang?
Aku ingat bagaimana suatu hari adik ceuceu ini bertanya, "lihat ceuceu? Ceuceu tahu aku sakit?" Harapannya adalah ceuceu yang mau datang menjenguk. Risau sekali hatiku bagaimana cara aku menjawabnya, kalau kukatakan kabar sakitnya dijawab dengan, "oh disini juga lagi pada sakit." Padahal aku tahu sakitnya ceuceu tak menghalangi ceuceu dari bepergian,bisa menjenguk orang lain namun tidak bagi mas Arif.
Haruskah ku katakan itu?
Atau haruskah aku berbohong seolah tak pernah mengabarkan? Apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya akan menjadi istri yang menyimpan luka untuk suamiku.
Mas Qian, bukankah mas Qian minta dihargai? Bolehkah aku bertanya, saat kapan mas Qian mengingat adik mas Qian ini? Saat sakitnya atau sulitnya? Atau saat ia meluap amarah karena dibohongi?
Mas Qian juga seorang ayah dan suami, apa yang dikatakan mas Qian saat meminta bantuan pinjaman pada ibu berpuluh tahun yang lalu?aku tahu ini dari ibuk, "aku malu, buk. Siska bilang kalau hanya keluarganya yang selalu membantu. Aku kasihan pada Siska." Pernahkah terpikir di benak mas Qian bagaimana perasaan mas Arif saat istri dan anaknya di PHP in dan itu selalu? Banyak kisah yang ... Haruskah ku uraikan satu persatu? Disini? Sekarang?
Apa satu kemarahan yang dilakukan mas Arif yang sebenarnya karena mas Qian sendiri membuat mas Arif harus melayangkannya jari telunjuk pada mas Arif? Oh bagus sekali.. itulah arti kasih sayang yang harus berbalas penghargaan itu? Bukan minta maaf namun malah menghakimi.
Dan Mbak Nur, silakan bernarasi seindah mungkin tentang suka duka mengurus dan merawat ibuk. Biarkan mereka mendengar dengan manis cerita itu, membuat mereka semakin mencintai mbak dan membenci aku yang tak ada usaha untuk merawat ibuk.
Tahukah mbak apa yang dikatakan ibuk saat aku meminta beliau tinggal bersamaku, "ini rumah ibuk, Siska sering melihat seolah Ibuk menumpang disini padahal ini rumah Ibuk. Siska sering mengatakan merawat ibuk padahal ibuk merawat diri sendiri sekaligus membantu mengurus anak-anak nya, mengurus kebutuhannya saat dia sakit padahal ibuk sendiri sedang sakit. Ini rumah ibuk, ibuk ingin kalian tidak berat untuk datang kesini saat kalian ingin. Ibuk ada disini menunggu kalian.." apa maksud ucapan ibuk ini? Tolong jangan berusaha buat aku percaya dengan tangis Mbak karena aku sama sekali tidak tertarik.
Dan mas Arif, mohon maaf karena aku mempermalukan mas dengan kalimat yang kusampaikan hari ini. Inilah yang kurasakan selama ini, aku terluka dengan cara mereka.
Maafkan jika hari ini aku meluapkan sampah emosi yang menumpuk setiap kali kulihat air matamu berubah tiba-tiba. Aku hanya perempuan dan sebagai perempuan aku mengerti arti bahasa yang tak terucap..
Aku menyayangi Ibuk meski aku tidak tinggal bersamanya, meski aku hanya menantunya, aku menyayanginya dengan sangat. Aku bertanya bagaimana perasaannya, aku berempati pada semua perasaannya tanpa kecuali. Aku tidak mencitrakan atau berpura-pura baik namun aku juga tidak berlaku buruk padanya. Aku tidak mengghibahnya dan aku tidak mencari simpati ataupun keuntungan darinya..
Jadi, silakan kalian teruskan diskusi yang sangat indah ini namun mohon maaf kalau aku tidak mau berada di majlis ini. Maaf tapi aku benar-benar tidak suka..
***
Selama ini aku mendekap sesak dan membiarkan sesak itu menjadi bagian diriku sendiri. Selama ini dibandingkan dan disandingkan seolah aku melalaikan tugas merawat Ibuk. Karena kami tidak tinggal bersama Ibuk lalu aku menjadi bahan olokan saat dibandingkan.
Ah, anda tidak tahu bagaimana kisah itu dan aku memang belum berniat menyampaikannya. Aku hanya sedang ingin menyampaikan beban luka yang kini tlah kutinggalkan dengan tuah tumpah diksi yang selama ini tak pernah kusampaikan.
Aku tahu aku mungkin tak berhak bicara, tapi aku memilih bicara sebagai aku.
Anda bingung? Maaf atas membuat anda bingung.
*****
Kisah ini saya tuliskan kembali atas izin pemilik kisah. Ambil ibrahnya saja tanpa memikirkan siapa si empunya kisah.
Balananjeur, Rabu, 23 Maret 2022