Senin, 28 Februari 2022

Jangan Ke-Ge eR an gitu!

Pernah nggak ngerasa deket sama seseorang atau menganggap seseorang itu sayang sama kamu seperti kamu sayang sama dia tapi kenyataannya itu cuma perasaanmu saja? Ternyata rasa mu bertepuk sebelah tangan. 

Jadi yang bertepuk sebelah tangan teh bukan cuma perihal bucin-bucin an ala anak muda yaa, tapi juga terjadi dalam persahabatan bahkan persaudaraan. 

Nggak percaya? Nggak apa-apa sih nggak percaya juga. Yang pasti itu memang ada dan nggak lihat usia atau jenis kelamin. 

Bagaimana cara detected nya? Dengan bertambah waktu, kebiasaan dan nggak ada salahnya untuk bertanya pada hati. 

Sebutlah namanya Nadia, dia seorang ibu muda berusia sekitar 28 tahun an. Dia tidak pernah berprasangka buruk, pikirannya seolah luruuuus saja, nggak ada belok-beloknya. Sikapnya yang suka mengalah seringkali dimanfaatkan orang lain untuk kepentingan mereka sendiri tapi Nadia tidak terlalu peduli, baginya selama dia berbuat baik maka dia tidak berpikir bahwa orang lain pun harus bersikap baik padanya. Dia hanya berbuat baik tanpa peduli apakah orang lain akan memperlakukan dia seperti dia memperlakukan orang lain. 

Sampai suatu hari dia mulai merasa ada yang tidak biasa, hal yang sudah berlangsung lama namun baru dia sadari saat itu yang membuatnya berpikir , "ternyata selama ini aku tidak berarti apa-apa." Hingga terpikir bahwa yang dia lakukan selama ini seolah tak ada artinya. 

Nadia tidak pernah berpikir mendapatkan balasan kebaikan atas kebaikan yang coba dia usahakan, ah dia bahkan tak pernah berpikir bahwa dia berbuat baik namun hanya sekedar berusaha melakukan kebaikan. 

Tapi hari itu dia mulai merasa bahwa dirinya tak pernah melakukan kebaikan apapun, bahwa dia tak pernah berhak ada. Sebuah pemikiran yang menyakitkan dirinya sendiri. 

Ada apa sebabnya? Sebabnya adalah saat suatu hari dia mendapati dirinya di ghibah oleh orang-orang yang disayanginya dan berusaha dia jaga. Bukan hanya di ghibah namun di fitnah.. 

Dia mulai mengingat waktu yang tlah berlalu sampai pikiran itu muncul, "Aku terlalu Ge er berpikir mereka menyayangiku seperti aku menyayangi mereka.

Nadia tidak suka terpuruk dalam perasaan tidak menyenangkan karena itu dia memilih untuk, "kenapa saya harus peduli pada orang yang saat ingat saya justru malah bikin dia sebel."

"Kenapa saya harus merasa berhak memberi perhatian pada orang yang tidak pernah menyimpan nama saya dalam list orang yang dia sayang."

"Kenapa saya merasa harus bertanya kabar pada orang yang tidak pernah sekalipun bertanya kabar saya."

Nadia memilih untuk tak lagi peduli.

"Aku merasa jauh lebih bebas." Jawabnya saat saya tanyakan kabarnya setelah kejadian denger kabar ghibah hari itu.

Balananjeur, Senin, 28 Februari 2022

Jurnal Harian Abi

:: Jurnal Harian Abi ::

Ini dibuat untuk menuliskan semua kisah perjalanan Abi mulai hari itu saat pertama kali menuliskannya hingga seterusnya.
Sebagai pengingat sekaligus bahan evaluasi dan insyaAllah shodaqoh jariyah untuk generasi setelah kami.

Kisah perjalanan perlu dituliskan agar semangat perjalanan itu sendiri bisa dirasakan tidak hanya oleh pelaku sejarah, tapi juga oleh mereka yang kelak membaca kisah yang kita tuliskan ini.

Sebagaimana rasa malas yang menimbulkan efek sosial jangka panjang, menularkan rasa yang sama pada orang-orang yang berinteraksi secara 'konsisten' dengan kita, apalagi anak-anak kita...begitulah juga dengan semangat belajar, semangat berusaha, semangat memperbaiki diri, semangat fastabiqul khoirot, semangat shoubil haqqi shoubishshobri dan semangat menggapai kebaikan lainnya.

Itulah kenapa menuliskan catatan perjalanan dipandang penting..
Itulah kenapa menuliskan semangat berjuang ilal haq ini penting adanya..
Agar generasi kita tidak hanya terbuai dalam memori sejarah orangtuanya, tapi juga memiliki bukti fisik catatan sejarah orangtuanya hingga semangat orangtuanya yang tertuang dalam tiap huruf catatan perjalanan dapat terus membangkitkan semangat mereka untuk terus berjuang, untuk terus melangkah dan tidak pernah diam statis atau menepi terlalu lama.

Perjalanan harus di lalui dengan penuh kesyukuran, terluka adalah cara Allah memberi kita peluang untuk bershabar serta mengambil diam untuk ancang-ancang kembali melanjutkan perjalanan setelah evaluasi dari luka yang ada..

Perjalanan harus di lalui dengan penuh optimis. Dan sesekali pesimis ataupun mengeluh adalah hal biasa namun tak boleh menjadikan kata biasa sebagai alasan untuk senantiasa pesimis dan mengeluh...
Tanpa optimis, tak kan ada karya nyata yang hadir dari sebuah perjalanan...

Perjalanan harus dilalui dengan ikhlas karena Allah... 
Tanpa ikhlas, hati hanya akan diliputi kecemasan dan kekhawatiran. 
Perasaan gagal dan tertekan adalah rasa lain yang menggerogoti kebahagiaan si penjajak langkah..
Kemenangan hanya berarti letih dan lelah..
Dan 'kekalahan' membawa keterpurukan yang maha dahsyat..

Dengan ikhlas, hasil apapun akan diterima dengan penuh kesyukuran dan keshabaran.
Dengan ikhlas, tak ada kata letih dalam perjuangan... Meski kaki hanya melangkah seorang diri
Meski tak ada satu orangpun yang menopang gontay yang terkadang menyapa
Karena dengan ikhlas, Dia cukup menjadi satu-satunya kabar gembira untuk kita.

Dan inilah Abi kalian, Nak...
Abi yang melukiskan kisah hidupnya dengan ketaatan yang nyata dan seringkali tanpa kata-kata apalagi excuse meminta keringanan..

Inilah Abi kalian, Nak..
Yang memperlakukan istrinya, Ummi kalian, dengan sebaik-baik perlakuan..
Yang mencintai Ummi dan kalian dengan cara yang istimewa..

Inilah Abi kalian, Nak...
Yang berjuang bukan hanya untuk dirinya sendiri
Bukan hanya untuk kita
Tapi untuk semua yang bisa dia jaga, generasi di masa datang..

Inilah Abi kalian, Nak..
Yang menikmati setiap detak panjang langkahnya tanpa mengeluh meski seucap kata..


Tentangmu belahan jiwa... 
Untukmu duhai kekasih hati..
Padamu yang Allah hadirkan melengkapi tugas kehadiranku disini..
Engkau yang kami cintai, kang Wawan Ridwan... 
Semoga Allah Ridho padamu..

Day 59

Awal pagi ini kami (saya dan suami) flashback an mengenang 11 tahun yang lalu, de Olin menyimak sambil rebahan dan sesekali marah sama Abi nya karena terus menerus di usili.

"Perjuangan Ummi buat melahirkan de Olin itu dengan nyawa lho De, jadi Ade harus baik sama Ummi! Ummi sampai pingsan berkali-kali saat mau melahirkan Ade!" Abi mengusili anak bungsunya dengan kalimat yang membuat si bungsu terdiam beberapa saat lalu berontak karena merasa Abi nya sedang menghakiminya. Aha, pemandangan biasa di pagi hari. Riuh dengan mereka yang masih saling mengusili.

"Hari ini 11 tahun yang lalu, Ummi ke bidan untuk periksa rutin, ummi dan Abi ke bidan Ai pagi-pagi sekali biar dapat jadwal cepat. Sampai disana Alhamdulillah belum ada pasien jadi ummi dapat jadwal pertama. Bidan Ai bilang kalau Ummi harus segera dibawa ke RS. Ah akhirnya tetap ke rumah sakit. 
Kata teh Ai teh, 'hanya untuk pemeriksaan saja!' tapi feeling ummi kok gimanaa gitu, ummi nanya apa ada masalah dengan kondisi ummi, bidan bilang untuk jangan khawatir dan tunggu release dari rumah sakit baiknya bagaimana.

Ummi dan Abi kembali ke rumah, pulang dengan perasaan tak menentu. Awalnya ummi berencana lahiran di Bandung atau di Sumedang tapi karena kondisi kesehatan ummi terus menurun sedangkan ummi juga mengurus 3 anak yang masih kecil-kecil jadi Abi khawatir kalau ummi harus melahirkan jauh dari keluarga besar. Hmm bagaimanapun ummi butuh bantuan mereka minimal untuk menjaga tiga anak ummi saat ummi melahirkan nanti. Akhirnya kami memutuskan untuk melahirkan di kampung kelahiran, Abi meminta bantuan mamah untuk menjaga ummi selagi Abi dan Aa Quthb di Bandung.

Oh ya, kembali ke cerita pulang dari Bidan. Ummi bingung harus bagaimana, ummi berharap kelahiran kali ini bisa di klinik saja dan tidak perlu ke RS. Yaah meski ummi bisa merasakan ada yang semakin sakit di tubuh ummi tapi ummi merasa yakin bisa melaluinya, biidznillah, buktinya 8 bulan itu ummi baik-baik saja. Hmm sakit sih tapi masih tetap bertahan Alhamdulillah.

Abi jauh lebih khawatir, Abi mengkhawatirkan ummi dan meminta Ummi untuk mengikuti rekomendasi dari Bidan untuk berangkat ke RS. Padahal setiap bulan check up ke RS tapi kali itu seolah berada di antara hidup dan mati. Perjalanan yang terasa berat di hari itu.

Ummi luluh dengan kekhawatiran Abi, takut menggelayut mesra namun Ummi harus menenangkan Abi. Sebenarnya baik ummi maupun Abi jadi saling menguatkan.

Ummi dan Abi berangkat dengan menggunakan motor Mio warna biru nya wa De, selama perjalanan sakit di dada dan bahkan seluruh tubuh ummi terasa semakin mendera namun ummi tidak mengatakannya pada Abi karena tidak mau Abi semakin khawatir. Abi tidak tahu kalau diam-diam ummi menangis di balik helm, lisan saling bercanda dan berbincang tentang segala hal yang kami lihat diperjalanan namun hati kami bergolak dengan kekhawatiran kami masing-masing. Ummi tidak mau di Cesar sedangkan dokter sudah mengatakan bahwa kondisi kesehatan/fisik ummi sudah tidak memungkinkan untuk lahiran secara normal.

Sesampainya di RS, Abi langsung memarkirkan motor. Ummi duduk menenangkan diri, melihat wajah Abi yang kentara dengan gelisah, seolah akan mengantarkan dirinya sendiri dalam duka yang panjang. Ah, ummi mengingat wajah Abi dengan sangat jelas bahkan sampai hari ini.

Abi menggenggam tangan ummi dan mengatakan kalau ummi akan baik-baik saja, lalu kami berjalan di lorong rumah sakit berdua. Diantara riuh, hati kami tetap bergemuruh dalam heningnya masing-masing.

(Cerita ini saya tuliskan disini https://melukisaksara84.blogspot.com/2021/08/di-lorong-ini.html?m=1)

Sesuai hasil pemeriksaan, dokter merekomendasikan untuk melahirkan segera. "Teteh langsung ditindak ya, jadi tidak perlu pulang!" Padahal belum ada pembukaan satu pun. Ini terpaksa dilakukan untuk keselamatan bayi dan saya sendiri. 

Oh please jangan katakan mendahului takdir atau tidak percaya takdir, ini bagian dari ikhtiar kami karena taqdir itu bukan ditunggu dengan berdiam diri namun harus diusahakan, semoga Allah Ridha dengan usaha kami.

Kami masuk ruang perawatan tanpa berbekal perlengkapan bayi, hanya tubuh dan pakaian serta sedikit uang cash. Uang persiapan biaya melahirkan disimpan di ATM dan ATM nya selalu ummi bawa karena khawatir jika tiba-tiba dibutuhkan.

Duduk sebentar di ruang perawatan dan Abi ke ruang administrasi untuk mengurus kebutuhan administrasi. Abi kembali dengan membawa dua bungkus nasi Padang lalu kami makan berdua di bawah tiang listrik di taman yang terletak di dekat ruang perawatan.

MasyaAllah hari itu ummi menikmati nasi Padang sampai habis padahal biasanya porsi segitu tidak muat di perut ummi, terlalu banyak. Namun hari itu berbeda, mungkin energi ummi dan Abi terkuras dengan kekhawatiran sebelumnya, jadinya lapar Weh 🤭

Setelah makan, Ummi kembali ke ruangan dan Abi kembali mengurus beberapa hal yang diminta RS. Mengurus keperluan cek lab, ini itu pokoknya sangat sibuk sampai ummi minta agar setelah itu Abi cukup istirahat saja dan membiarkan ummi mengurus diri ummi sendiri di dalam.

Ummi pun di induksi karena menolak melakukan Cesar, gelombang cinta mulai menyapa. Mulai dari pinggang hingga tangan ummi tikekereket setiap kali gelombang itu datang. Dada ummi sesak tapi ummi berjanji untuk kuat dan menahan diri.

Wa U dan wa Erin menengok,bersama mereka ada kang Aam yang nantinya mau ngambil motor. Wa U dan wa Erin sendiri akan pulang dengan mobil yang ditumpangi saat berangkat.. mengantar beberapa keperluan ummi dan memberi ummi uang dengan jumlah yang menurut ummi cukup besar, Rp 250.000,- hari itu sangatlah besar. Ummi akan senantiasa mengingatnya sebagai jejak kebaikan orang-orang baik di sekitar ummi.

Wa U mengirim perlengkapan bayi, termos air panas dan juga makanan serta buah-buahan. Ah ummi teringat tiga anak ummi di mah Dede, 'sedang apa mereka? Apa mereka baik-baik saja? Bagaimana Aufa yang baru berusia 4 tahun dan sebentar lagi akan menjadi teteh? Ah ummi rindu mereka..'

Setelah wa U pulang, Abi menemani Ummi sambil memijit punggung ummi pelan. Membaca surat An Mulk,surat favorit Abi. Sorot matanya sendu dan sayu, "do you know, my dear? I am very fine. I am happy and Will be ok. Don't worry, i am promise, ummi akan pulang bersama Abi dan bayi kita dalam kondisi sehat."

Abi terisak, isakan yang membuat ummi sangat patah hati. Ah, patah hati ummi ada dalam tangisan orang-orang yang ummi sayangi.

"Ummi mau jalan-jalan biar nggak terlalu mules. Abi di luar dan istirahat ya! Nanti ummi kabari kalau ummi butuh sesuatu!" Abi tidak mau beranjak sampai ummi memaksanya untuk keluar dan menyodorkan bantal yang tadi dibawakan wa U. Matanya merah dan terlihat lelah, ummi tidak mau Abi sakit jadi Ummi minta Abi tidur. 

Kalaulah Abi diperbolehkan tidur di ranjang ruang tempat ummi di rawat, ummi tetap tidak akan mengizinkan Abi untuk tidur di dekat ummi karena jika ummi izinkan maka Abi tidak akan bisa istirahat. Ummi ingin Abi istirahat.

Akhirnya Abi bersedia istirahat di ruang tunggu, sekitar 12 meter dari ruangan ummi. Ummi berjalan berkeliling koridor ruangan untuk mempercepat proses kelahiran, kata orang sih begitu dan ummi mempraktekkannya saat hendak melahirkan 2 anak sebelumnya. Itu sangat membantu mengurangi sakit dan mempermudah proses melahirkan.

Saat pembukaan semakin maju, ummi sudah tidak kuat untuk berjalan-jalan. Perawat juga meminta ummi untuk segera naik ke ranjang.. Gelombang cinta datang semakin kencang. Seorang ibu (Mak paraji) yang mengantar pasien disebelah mendatangi ummi sambil memijit belakang pinggang ummi dia berkata, "neng, kalau mulas mah ngeden aja, biar cepat lahir bayinya!"

Pengalaman mengajarkan kalau saran dari Ibu itu tidak boleh saya lakukan tapi entah kenapa tetap saya lakukan. Ah, saya pikir apa salahnya mencoba, toh ibu ini sudah sangat berpengalaman.

Dua orang perawat datang menghampiri ummi dan langsung menegur saat melihat ummi 'ngeden' .. and see, ibu yang memberi ummi saran 'ngeden' itu langsung angkat tangan dan bilang, "Neng, saur ibu ge teu kenging ngeden. Bu bidan, ku Abi ge di wartosan teu kenging ngeden." Dan ummi pun langsung 'olohok' mendengar penuturan Ibu itu.

Tapi, ummi tidak suka dengan orang yang memutar balikkan fakta. Faktanya beliau menyuruh ummi dan kesalahan ummi adalah mau saja nurut padahal ummi sudah tahu tidak boleh.

"Ibu (panggil ummi pada perawat), ibu ini (sambil menunjuk ibu yang memberi saran ngeden) menyuruh saya untuk ngeden, tapi sekarang beliau mengatakan sebaliknya. Ibu (panggil saya pada ibu yang nyuruh ngeden), hapunten, saya meminta ibu untuk tidak berada di dekat saya." Kasar? Ah ummi tidak berpikir begitu, ummi sedang menjadi ibu yang sedang berjuang melahirkan dan tidak mau terganggu dengan sesuatu yang membuat kepala puyeng.
Itu hak ummi, menurut ummi.

Bidan dan perawat sepertinya tahu keadaan sebenarnya. Namun ummi sudah terlanjur tidak nyaman dan emosional.. tiba-tiba dada ummi terasa sesak, sakit seperti di tusuk-tusuk hingga akhirnya lamat terdengar suara orang-orang bergegas memeriksa dan mencari Abi. Ummi masih ingat saat beberapa alat di tempelkan di tubuh ummi, entah alat apa itu ummi tidak tahu. Saat mereka saling bertanya keberadaan Abi pun masih bisa terdengar sampai akhirnya entah apa yang terjadi setelah itu, Ummi tidak ingat.

Sangat baik jika lisan dijaga saat menghadapi ibu yang akan melahirkan apalagi kondisi fisiknya tidak sekuat itu untuk menerima kalimat yang terkesan enggak banget buat dia. 
Tidak semua orang memilih melahirkan di RS karena keinginannya, ada yang harus memilih melahirkan disana karena kondisi fisiknya mengharuskan untuk itu... Dan alangkah baik jika lisan berhati-hati berucap.

Entah berapa lama ummi pingsan, ummi hanya ingat bahwa ummi terbangun dengan suara yang hadir seolah dalam mimpi; tiga anak ummi yang menangis memanggil ummi. MasyaAllah qodarullah 'alaa kulli haal, Alhamdulillah Allah beri ummi waktu untuk sadar kembali.


Ini catatan ummi waktu de Olin berusia e tahun. Ummi simpan disini untuk meneruskan kisah di atas.
Balananjeur, Senin, 28 Februari 2022

Minggu, 27 Februari 2022

Ummi Kena Cacar (Final)

Naah karena biidznillah episode sakit cacarnya sudah usai, Alhamdulillah sudah sembuh, jadi bisa berbagi tips, i mean berbagi pengalaman cara merawat diri sendiri saat terkena sakit cacar.

Merawat sendiri? Ya atuh ibu-ibu mah kan gitu, kalau sakitteh Allah berikan kesempatan dan kekuatan untuk merawat diri sendiri. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi.

Tip pertama. Kalau sakit biasanya muncul kekhawatiran akan banyak hal negatif, "gimana kalau sakitnya lama?"
"Nanti ada bekasnya, gimana?"
"Bagaimana kalau ternyata initeh penyakit berbahaya? Bukan cacar?"

Hadapi saja kekhawatiran seperti itu lalu jawab dengan penuh optimis, "Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kadar kemampuan kita. Allah pasti tahu kalau kita mampu.!"

Tips kedua. Be happy!
Yes, harus happy agar imun mudah meningkat. Sedih bikin imun turun dan naik atau turunnya imun mempengaruhi kerja fisik kita terhadap penyakit. Imun yang kuat mempercepat proses penyembuhan, jadi kalau pengen cepat sembuh yaa kuatkan imun!

Tips ketiga. Jaga kebersihan tubuh.
Biasanya mandi kalau ada waktu atau kalau merasa tubuh sudah nggak nyaman, rata-rata sehari sekali. Nah pas kena cacar mah jadi lebih, minimal 2 kali sehari. Minimal? Karena kadang bisa sampai 3 atau 4 kali hahaha..

Oh ya, selalu kenakan pakaian bersih yang menyerap keringat.

Tips keempat. Berjemur.
Berjemur pagi jam 8 atau jam 10 agak siangan sama baiknya. Saya biasanya berjemur agak lama, sekitar 1 atau 2 jam sampai berkeringat.

Tips kelima. Makan yang teratur.
Saya itu paling sulit makan, biasanya masih suka lupa sudah makan atau belum. Saat dapat ujian sakit jadi lebih teratur makan: pagi, siang dan malam.

Tips keenam. Minum yang banyak.
Waah ini mah kayaknya lebih dari 2 liter perhari, minumnya juga air putih yang dimasak di tungku bukan air minum dalam kemasan. 

Tips ketujuh. Kalau butuh nangis mah nangis aja, pengen curhat yaa curhat aja.. 
Ini juga penting banget untuk menjaga kewarasan serta imun tubuh. Saya biasanya nangis atau curhat sama Kakang 🤭

Tips kedelapan. Sering ganti pakaian dan pakai pakaian yang menyerap keringat. Oh ya, ini udah masuk tips ketiga ya 😁

Tips kesembilan. Lakukan isolasi mandiri!
Kenapa? Biar rantai virusnya terputus nggak nularin kemana-mana. 

Tips kesepuluh. Minum obat dan oles dengan salep. 
Minum obatnya yang teratur yaa, ngolesi pakai salep juga nggak usah tebal-tebal cukup tipis-tipis insyaAllah obatnya tetap masuk, kok.

Tips kesebelas bukan kesebelasan yaa.. Ini tips yang harusnya ditulis di awal tips dan ini paling penting.. yakinlah pada Allah! 
Ya, remember it allways, jadikan apapun sebagai kabar gembira.
Oh how can? Iyalah bisa, karena Allah janjikan bahwa keseluruhan hidup seorang muslim itu semuanya baik. Sakit atau sehatnya adalah baik baginya selama shabar dan syukur jadi perisai.
So, bersabar dan bersyukur lah in every condition!!

31 Januari 2022

Membangun Rumah Impian (bagian 13)

Tiba-tiba kepikiran lagi buat nerusin cerita how akhirnya Allah berikan kami kesempatan untuk memiliki tempat tinggal sendiri. 

Tahukah anda, sahabat. Semua ini tidak ujug-ujug, bukan hanya perjuangan mengumpulkan uang yang dilakukan namun drama tangis karena sebab lainnya yang sampai saat ini sebenarnya belum juga usai. Namun saat ini, itu bukan lagi masalah besar.. ya, saat sesuatu yang kita anggap sebagai hal paling menyakitkan sudah dilalui, semua itu akhirnya kan dirasakan sebagai bumbu hidup yang akan dinikmati sesuai porsinya, tak lagi jadi alasan hadirnya tangisan.

Namun tangis pedih itu pernah ada dan saya tidak berniat bercerita terlalu panjang atau detail tentang itu meski suatu hari saya mungkin tetap akan menceritakan juga dengan cara saya.

Well, kenapa tiba-tiba nulis bab ini lagi setelah sekian lama? Sebenarnya saya memang berniat menulis sampai tuntas setiap detail proses namun kejadiannya hanya akan saya bahas sekilas. Untuk apa? Jejak bagi anak cucu saya tentunya dan untuk siapapun yang mungkin sedang merancang asa (sambil memeluk erat tangisan) untuk mendapat rumah tinggalnya sendiri. Saya tahu bagaimana rasanya dan saya yakin anda bisa melewati masa itu dengan jauh lebih baik..

Kenapa tiba-tiba? Bukan benar-benar tiba-tiba juga sih hanya seolah diingatkan kembali oleh suatu pernyataan yang cukup membuat saya kehilangan mood, "dulu pernah ada yang nanya, darimana punya uang buat membangun. Saya bilang aja minjem uang dari Ibu nya dan untungnya saudara-saudaranya baik tidak melarang ataupun iri. Biar nggak ada fitnah."

Oh well, ini justru terasa menusuk apalagi saat disebutkan nominal pinjaman yang nyatanya tidak sebesar itu. Apalagi saat dikatakan karena kebaikan saudara, benarkah seperti itu?? Menurut saya ini agak berlebihan apalagi jika disangkut pautkan dengan khawatir menjadi fitnah. Fitnah bagi siapa?

Oh hey.. saya mulai keluar jalur. Namun karena inilah saya perlu mereleaze kembali setiap kata agar kisahnya tidak di up suatu hari karena hanya sekedar terkubur dalam memori yang dikubur. Ini sekaligus jawaban karena jujur saja saat ada yang membahas itu saya sama sekali tidak memberikan tanggapan, ini juga untuk anda para pembaca yang sedang mencoba merintis mimpi membangun rumah, kalau anda merasa sesak yakinlah orang-orang diluar sana yang sekarang sudah memiliki rumah pun pernah merasakan hal yang sama. Anda pasti bisa bertahan!

Tulisan ini sekaligus untuk mengingatkan diri saya sendiri bahwa sebagai orang hidup ada saatnya kita meminta bantuan ataupun memberikan bantuan, kita tidak hidup sendiri dan bahwa mandiri itu bukan berarti nggak pernah minta bantuan sama sekali. Dan kali ini saya akan ceritakan bahwa yaa memang kami minta bantuan (cari pinjaman).

Full ceritanya tidak akan saya ceritakan disini namun saya akan ceritakan nominal pinjaman dan berapa pengeluaran kami saat itu trus darimana kami mendapatkannya. Oh wait, agak membingungkan juga kalau sampai ada yang bertanya, "dapat uang darimana?" Karena waktu itu saya dan suami kebetulan bekerja. Oh ok, saya memang sudah tidak bekerja namun saya masih memiliki sedikit tabungan yang memang dipersiapkan untuk membangun rumah, begitupun dengan suami yang juga bekerja dan penghasilan waktu itu selain untuk kebutuhan sehari-hari juga bisa disisihkan untuk menabung.

Ya kami sepakat akan menabung untuk membangun rumah . Kami artinya saya dan dia. Saya mengesampingkan keinginan keinginan untuk membeli barang-barang yang diinginkan demi bisa mewujudkan harapan memiliki rumah. Alhamdulillah uang tabungan terkumpul beberapa juta rupiah, namun kami sadar untuk membangun rumah dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apakah uang yang kami miliki sangat sedikit? saya merasa itu cukup namun tidak mencukupi untuk membangun rumah karena itu kami meminta bantuan kepada  ibunya suami. Bukan bantuan cuma-cuma tetapi berupa pinjaman.

Saya menyadari bahwa hal ini berpotensi timbulnya konplik dikemudian hari namun kami tetap melakukannya. Sungguh hari itu kami seolah dibatas harapan.. Rumah yang kami tempati akan segera dipakai pemilknya dan kami mulai lelah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya, itu adalah rumah ke-8 yang kami tempati selama rentang pernikahan kami.

"Tinggal disini saja!" Emak menawarkan untuk tinggal di rumah beliau. But how can? Dengan 4 anak yang masih kecil-kecil kami tak mungkin tinggal di rumah Ibu yang didalamnya juga ada kakak ipar bersama keluarganya. Kami tak mungkin pindah kesana .. Namun bukan itu satu-satunya alasan.

"Kalau kita tinggal di rumah Emak, yang paling kasihan itu bukan kita yang akhirnya tidak bisa belajar tentang hidup karena pastinya akan dibantu terus sama emak, atau kakak kita yang pasti akan tidak nyaman namun Emak yang pastinya akan menjadi seorang yang serba salah. Tiga keluarga hidup dalam satu atap itu akan melukai Emak pada akhirnya." Suami menjelaskan alasannya kenapa menolak untuk tinggal di rumah Emak. Jadi bukan karena tidak ingin merawat Emak seperti yang pernah kami dengar tapi justru ingin meringankan beban Emak dengan caraanya.

Jalan berliku, fitnah menerpa hingga tak ada tangan terulur karena Emak memilih memberi pinjaman sebesar 15 juta rupiah dari meminjam di BTPN. Emak yang memiliki akses mudah untuk mendapat pinjaman dari Bank akhirnya membantu kami dengan alasan yang sebenarnya sampai hari ini tidak saya ketahui, namun yang pasti itu salah satu pengorbanan terbesar Emak untuk kami yang akan selalu kami ingat sampai bila-bila.

Alhamdulillah proses pembangunan pun bisa dilaksanakan dengan bantuan pinjaman dari Emak dan tabungan kami serta bantuan dari kakak-kakak saya.

Ada juga pinjaman lain berbentuk barang seperti membeli kusen pintu dan jendela dengan proses tempo. Perjanjiannya sih tempo agak lama tetapi sebulan atau dua bulan juga sudah ditagih jadi Alhamdulillah bisa lunas dalam waktu dua bulan atau kurang dari itu.

Rumah ukuran 10 × 6,5 meter dengan dinding bata menghabiskan dana lebih besar dari itu. Project awal rumah memang hanya berukuran 10 × 6,5 sebelum diperluas menjadi 8,5 × 2 serta satu calon ruangan lagi yang tidak masuk hitungan. Kebutuhan bata dan semen saja sudah MasyaAllah.. saya ingat bata yang kami beli itu 11.000 buah dengan harga 550 rupiah berbuah, lalu kurang lagi sekitar 1000 atau 2000 buah. Ini tidak termasuk dapur yaa..

Kami membeli semen 100 sak seharga 55.000/sak. Kayu entah berapa banyak (lupa lagi), genteng dari naon etateh namanya, calsit, biaya tukang dan laden selama sekian puluh hari, biaya tukang kayu, biaya makan pekerja. 

MasyaAllah hari itu.. sampai pas selesai teh saya langsung sakit karena kecapekan baik fisik maupun hati.

Balananjeur, Senin, 28 Februari 2022

Bahagia Versi Aku

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi.. Sungguh Maha Baik Allah yang menghadirkan hikmah dari setiap keadaan, menjadikan sakit sebagai thohuurun, insyaAllah. Sarana belajar dan bersabar serta mengevaluasi diri.

Apa kabar hari ini, sahabat Fillah?

Setelah kurang lebih 2 Minggu Alhamdulillah kondisi kesehatan Abi dan anak-anak mulai membaik, bertambah baik. Sudah mulai mau makan nasi dan cemilan apapun yang saya hidangkan, kami menyebutnya 'mamayu', istilah dalam bahasa Sunda buat seseorang yang baru sembuh dari sakit dan mulai mau makan (enak makan).

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. Senang sekali melihat piring tak lagi menyisakan makanan yang tak habis. Senang sekali saat mereka mulai bertanya, "Mi, ummi masak apa?". Senang sekali saat mereka tak lagi pucat dan tak lagi rebahan di atas kasur. 

MasyaAllah, sungguh senang dan bahagia memiliki versinya masingmasing. Dan inilah salah satu bahagia versi saya, versi istri dan ibu dimanapun berada (kayaknya), saat suami dan anak-anak menikmati makanan yang kita hidangkan dan menghabisakannya dengan antusias. Bahagia sekali melihat suami dan anak-anak keluar dari masa-masa sakitnya..

MasyaAllah fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan. Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah.


Balananjeur, Ahad, 27 February 2022

De Olin yang Kembali Bercerita

Saya senang melihat de Olin kembali mau bercerita agak panjang kepada tetehnya. Setelah kepergian teteh ke Bogor, adik kecil teteh Aufa ini terlihat patah hati dan menolak bercerita panjang seperti biasanya.

Dia tidak murung karena sedih namun dia justru bersikap sebaliknya, jadi mudah kesal, terkesan marah-marah, "kenapa ummi dan Abi menjauhkan de Olin dan teteh?" Ungkapan lukanya saat kami mengantar teteh ke asrama.

Setiap kali teteh nelpon, de Olin bersikap seolah tak peduli padahal hatinya melonjak kegirangan. Saya tahu dia senang dan merindukan tetehnya, ingin bercerita seperti dulu tapi dia menolak melakukannya.

Beberapa bulan ini cinta meluluhkan ego (wait, nulis apa saya teh 🤔) Alhamdulillah akhirnya dia kembali bercerita, "teteh, tahu nggak?" Atau, "teteh, teteh, de Olin mau cerita." Atau langsung cerita ke inti curhatannya. 

"Sis, i am sad." Ujarnya suatu hari melalui pesan WA. 

Ah, bahagia bagi seorang ibu itu unik ya? Melihat anak-anak akur dan tidak sungkan berbagi cerita saja sudah sangat membahagiakan. Melihat anak yang lebih senior menyimak cerita adiknya dengan sesekali memberikan feedback yang membuat adik tahu apa saja yang bisa dia ceritakan pada kakaknya. 

MasyaAllah Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat.

Hatur nuhun de Olin dan teteh Aufa karena memberikan ummi kebahagiaan dengan kasih sayang diantara kalian.



Balananjeur, Sabtu, 26 Februari 2022

" Menulisnya sambil nundutan 🤭

Sabtu, 26 Februari 2022

Ngomongin Poligami?

Ada yang nanya, "teh De, bagaimana pendapatnya tentang poligami?"

Saya jawab,"lho kok nanya pendapat saya sih? Poligami itu sudah ada aturannya dalam Islam, kenapa harus menanyakan hal seperti itu. Jadi gini, sebelum Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di utus itu, umum di masyarakat laki-laki menikahi baanyak wanita, nah Islam datang membatasi jumlah itu jadi 4.

"nggak adil ya poligami teh."

"Sebentar-sebentar, maksudnya gimana ini teh? Gini ya teh, adil itu ada aturannya. Bukan sama rata alias suami punya istri dua, tiga atau empat trs istri juga harus sama. Adil itu sesuai kebutuhan. Poligami nggak adil? Atau mau bilang Allah nggak adil? Allah nggak nyuruh poligami kok, Allah justru membatasi. Lihat deh teks Nash nya! Mastna, wa tsulatsa wa ruba'a. Eits tapi bukan Allah nyuruh para suami buat mentang-mentang ada pilihan itu harus milih itu, ada kriteria lain yang kadang emang sering dilupakan, kata Allah teh kalau nggak sanggup berbuat adil mah satu aja. 
Eh tapi, tetehteh sebenarnya mau ngomongin apa?"

Saya kadang over nya 🤭😅

"Serius pengen nanya pendapat teteh tentang poligami."

Saya mengimani Al Qur'an tanpa tapi, insyaAllah. Tentang poligami, saya meyakini itu suatu kebaikan karena apapun dari Allah pastilah yang terbaik.

Tapi kalau saya sendiri nggak suka ngomongin poligami, kenapa? Pertama, kenapa harus ngomongin poligami. Saya tidak memiliki alasan untuk ngomongin bab poligami kecuali sekarang karena ditanya, saya juga tidak tahu untuk apa saya harus ngomongin poligami saat kami (saya dan suami) memilih untuk tidak menjadikan itu sebagai konten bahasan kami. Yang kedua, kami bukan pelaku poligami, saya malah memberi syarat pada lelaki yang jadi suami saya ini untuk tidak menikah lagi selagi saya masih menjadi istrinya (hidup sebagai istrinya). Trus kenapa saya harus membahas sesuatu yang tidak saya. Lakukan? Kaburot nafsan dong?

Yang ketiga, suami saya bukan tipe yang seneng ngomongin poligami. Waktu saya tanya kemungkinan beliau menyukai wanita lain selain istrinya saja langsung nggak suka, beliau meyakini bahwa bahasan itu akan menyakiti hati saya dan menurut beliau salah satu yang akan ia jaga dalam pernikahan kami adalah perasaan saya. Dan saya tidak membahas hal apapun yang suami saya tidak akan menyukai jika saya membahasnya. 

Wait, ini tidak sama dengan tidak mengikuti syariat yaa.. poligami itu pilihan bukan kewajiban


Bahasan bab ini pun berlanjut ..

1.
Kalau laki-laki yang sudah nikah trus ngomongin rasa suka ke wanita lain, gimana hukumnya?

Saya lagi-lagi nanya balik, "saya tidak memiliki kapasitas untuk membahas hukum, tanyakan itu pada ahlinya!"

"Kalau pendapat teteh sendiri bagaimana? Apakah itu berarti tidak menjaga perasaan istrinya seperti yang teteh bilang tadi?"

"Wait, saya tidak mengatakan bahwa membahas rasa suka itu menyakiti perempuan, saya hanya mengatakan bahwa suami saya tidak mau membahas hal ini karena beliau berpikir hal ini sensitif bagi saya, beliau tidak mau membahas apapun yang mungkin bisa menyakiti perasaan saya. Jadi, ya kembali lagi ke orangnya sih, mungkin saja di luar sana ada orang yang baik-baik saja saat pasangannya (suami atau istrinya) bilang kalau dia suka sama yang lain. Atau mungkin saja ada perempuan yang biasa saja saat suaminya menyampaikan keinginannya untuk menikah lagi, misal. Eh malah ada lho seorang suami yang memaafkan istrinya yang na'udzubillahi berzina dengan lelaki lain sampai melahirkan anak. Eh ini keluar dari bahasan kita ya? Maaf tapi saya bukan orang yang tepat untuk diajak ngomongin masalah ini."


2.
"Dua kakak teteh kan berpoligami, bagaimana pendapat teteh tentang itu?"

"Pendapat saya? Memang apa hubungannya, mereka yang berpoligami kenapa saya yang ditanya pendapat? Mereka kakak saya, saya menyayangi mereka dan itu cukup bagi saya. Saya tidak suka orang lain mengintervensi hidup saya dan bukan tidak mungkin saudara-saudara saya pun seperti itu, apa hak saya untuk merasa perlu berbagi pendapat tentang mereka? Jika diantara mereka ada yang berpoligami, itu amal mereka kenapa saya merasa harus berpendapat tentang poligami nya.
Oh tunggu, ada kisah lucu. Karena dua kakak laki-laki saya berpoligami, sedangkan menantu laki-laki dari ibu saya orangnya kayak lurus gitu aja nggak pernah nyerempet ngomongin poligami. Ada lho orang yang dengan entengnya menyalahkan ibu saya seolah anak laki-laki mah diberi akses alias dibenarkan buat nikah lagi kalau menantu laki-laki nya mah harus menjaga anak perempuannya. See, nggak nyambung banget kaan? Yang poligami anaknya, yang disalahkan ibunya, yang ditanyai pendapat saudari nya.. jangan gitu yaa! Itu tidak pada tempatnya. Kalau mau nanya, nanya langsung ke orangnya atau ke istri-istrinya. Bukan sama saya!"


3.
"Teteh kan bilang sama suami nggak mau diduakan, hmm suami teteh nggak protes lihat dua kakak teteh aja bisa nikah lagi? teteh nggak khawatir suami teteh tetiba minta nikah lagi?"

"Jujur saja, saya agak aneh dengan pertanyaan seperti ini. Tapi ini pertanyaan yang sering saya dengar juga siih.. 

Gini ya teh, saya pernah nanya sama suami, 'Abi pernah mikir nggak, kakaknya aja nikah lagi, kok adiknya nggak mau dipoligami. Nggak adil banget?' soalnya pernah ada yang bilang gitu. Suami saya hanya tersenyum dan jawab kalau, 'apa alasan Abi merasa harus berpikir seperti itu? Kakak ummi siap berpoligami, kenapa Abi yang panas seolah harus menduakan adiknya? Tidak sayang, menikah itu ibadah bukan sarana untuk saling oh kakaknya aja poligami jadi adiknya juga harus tahu rasanya punya suami yang berpoligami.' 
Jadi, jawaban saya adalah.. kenapa saya harus khawatir suami saya melakukan sesuatu yang dilakukan kakak saya? Trus apa salah kakak saya sampai harus dijadikan contoh seolah itu salah? Sekali lagi, saya menyayangi kakak-kakak dan itu cukup bagi saya. Saya tidak tepat untuk membahas hal apapun terkait rumah tangga mereka."


4.
"Nggak apa-apa Kitu ngshare ini disini?"

"Setiap hati hanya akan melihat sesuai isi yang ada dihatinya."

"Maksudnya?"

"Sebaik apapun kita berkisah, sekeras apapun kita berusaha untuk berniat berbagi kisah yang kita rasa bisa diambil hikmahnya, kalau hatinya burammah tetap aja dipandang bukan hal yang harus dishare. Kalau hati yang mau menerima maka yang dilihat mungkin ibrahnya, saripati hikmah dari kisah apapun yang dibacanya."

Balananjeur, Ahad, 27 February 2022

Day 58

 Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat. Abi dan dua anak laki-laki serta 1 anak perempuannya biidznillah sudah semakin membaik.

"Terima kasih sudah merawat Abi dan Anak-anak." Ucapnya hari itu.

"But dear, i am alone when i sick." Bukannya menjawab ucapan terimakasih dengan kalimat baik saya malah ngeluh. 

Hey hidup tidak selalu tentang yang manis-manis, kalimat yang manis, senyuman yang manis atau apapun yang manis-manis. Adakalanya kalimat yang didengar itu pahit, wajah yang dilihat menampilkan cemberut yang kecut tak ada sapa hangat. Satu hal yang saya pegang, kalau saya harus mengucapkan kalimat yang terkesan pahit apalagi cemberut, saya harus memiliki alasan jelas saat melakukannya.

Tapi, laki-laki (para suami) itu nggak bisa faham harapan kita kalau kita hanya memberi kode masam, laki-laki itu faham dengan bahasa verbal jadi saat kita merasa tidak nyaman atau need something, katakan saja langsung tanpa ngasih kode. 

Hmm meski saya masih sering ngasih kode kalau lagi pengen buku baru 😅

"deudeuh.. kasihan istriku. Maafkan Abi ya tidak menjaga dan merawat Ummi saat Ummi sakit. Ummi pasti kesulitan harus tetap menyiapkan kebutuhan kami padahal ummi sedang berjuang dengan sakit. Hapunten Abi. Abi akan berusaha untuk lebih baik menjaga ummi saat sehat ataupun sakit."

Dia memelukku lalu mengucapkan do'a untukku agar Allah Ridhai, sembuhkan serta hilangkan duka di hatiku. Dia berdoa meminta padaNya semua kebaikan untukku. MasyaAllah itu cukup, meluruhkan keluh yang sempat singgah..

Ah ya, jangan pernah remehkan kondisi hati pasangan kita ya sahabat. Istri atau suami, ada saatnya ia butuh meluapkan letih. Jangan hakimi letihnya namun validasi rasanya dan dengarkan suara hatinya. Peluk ia dan jadilah teman saat sulitnya, ya rasa seperti itu masa sulit untuknya jadi temani dia menguraikannya..agar luruh duka di hatinya 

Letihnya bukan karena tidak Ridha, bukan karena itu. Bedakan juga antara ikhlas berbuat dengan ikhlas kok ngeluh lelah..

"deudeuh.. kasihan istriku. Maafkan Abi ya tidak menjaga dan merawat Ummi saat Ummi sakit. Ummi pasti kesulitan harus tetap menyiapkan kebutuhan kami padahal ummi sedang berjuang dengan sakit. Hapunten Abi. Abi akan berusaha untuk lebih baik menjaga ummi saat sehat ataupun sakit."

Dia memelukku lalu mengucapkan do'a untukku agar Allah Ridhai, sembuhkan serta hilangkan duka di hatiku. Dia berdoa meminta padaNya semua kebaikan untukku. MasyaAllah itu cukup, meluruhkan keluh yang sempat singgah..

Ah ya, jangan pernah remehkan kondisi hati pasangan kita ya sahabat. Istri atau suami, ada saatnya ia butuh meluapkan letih. Jangan hakimi letihnya namun validasi rasanya dan dengarkan suara hatinya. Peluk ia dan jadilah teman saat sulitnya, ya rasa seperti itu masa sulit untuknya jadi temani dia menguraikannya..agar luruh duka di hatinya 

Letihnya bukan karena tidak Ridha, bukan karena itu. Jangan pernah juga katakan, "berarti nggak ikhlas dong? Ikhlas kok ngeluh!" 

Well, selamat berbahagia dan menjaga komunikasi yang baik dengan pasangannya.. 

Eits tak perlu pakai teriakan atau kekerasan saat berkomunikasi yaa 😅

Balananjeur, Ahad, 27 February 2022

Day 57

Kakang masih belum bisa makan nasi tapi kalau ngemilmah Alhamdulillah sudah mau apalagi buah-buahan. Katanya sih tidak apa-apa mengurangi kabo tapi melihat wajahnya agak pucat dan terlihat lebih tirus tak urung membuat sedih melihatnya.

Aa, Adik dan de Olin Alhamdulillah nafsu makannya sudah membaik, Aa yang paling terlihat bugar diantara ketiga anak pak Wawan ini. Kalau adik mungkin karena masih baru dan virusnya masih dalam tahap inkubasi jadi masih ada sakit-sakitnya.

Well, ini hanya muqoddimah saja. Tema tulisannya bukan membahas sakitnya Kakang dan tiga anaknya. Anaknya? Bin sama Binti nya kan ke Abi 😅
Emang mau ngbahas apa? Hmmm ide nya banyak sih tapi kayaknya tetap tentang sakitnya penghuni rumah siih..

Saat di uji sakit.

Abi dan ketiga anaknya terbaring di ranjangnya masing-masing, hari itu rumah kami bak bangsal rumah sakit dengan pasiennya. Aku memilih menunggu di ruang tengah agar lebih mudah menjangkau semuanya; Abi dan de Olin di kamar tengah, Adik di kamar depan dan Aa di kamarnya.. semuanya mudah ku jangkau kalau aku berada di ruang tengah.

Minum dan makan yang teratur dan terbilang banyak agar tidak mudah tumbang dan tetap bisa kuat untuk merawat mereka. 

Gejalanya semuanya sama, demam, pusing dan batuk. Yaa gejala flu. Kata dokter juga flu.

Alhamdulillah tekad mereka untuk segera membaik sangat besar, sekarang tiga dari 4 pasien di rumah kami sudah mulai membaik. Satu lagi masih terbaring, mungkin karena pasien baru..

MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal. Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah.

Untukmu Ummahat yang sedang dalam ujian yang sama, tetap sehat dan bahagia yaa! Peluk hangat dari saya, MasyaAllah semoga Allah mencintaimu 🤗🤗

Balananjeur, Sabtu, 26 Februari 2022

Jumat, 25 Februari 2022

Luruh

Kalau membahas makna syukur, sudah banyak yang lebih kompeten dibidangnya untuk membahas makna syukur, apalah artinya saya jika membahas hal yang baru saya pahami dengan pemahaman yang baru sampai kalimat, "saya bersyukur." 

Karena itu saya putuskan untuk menuliskan #jurnalsyukurdefa , sebagian syukur yang terpanjat di hati (juga di lisan).

Alhamdulillah atas de Olin yang memberikan pelukan hangat saat saya tiba-tiba menangis. Entah menangis karena apa, tiba-tiba saja air mata luruh tak tertahan, entah karena apa. De Olin memeluk erat tanpa bertanya kenapa, ah tak seperti biasanya dia hanya memeluk lalu mencium keningku .. 

Tanpa tanya, "kenapa?" Atau, "ummi jangan nangis!" Karena saya sangat ingin menangis namun sekali lagi entah untuk alasan apa.

MasyaAllah Alhamdulillah atas kesempatan menangis, bukankah menangis juga anugerah? Bukankah Allah berikan kenikmatan yang luar biasa saat kita menangis? Ya, nikmat itu adalah saat kita butuh menangis dan Allah mudahkan kita untuk menangis.

Luruh semua yang terasa berat di hati

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi ❤️

Balananjeur, Kamis, 24 Februari 2022


Berterima kasihlah!

Catatan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri;agar hanya melihat dengan kacamata syukur. Apapun itu, saya sedang mengingatkan diri sendiri bahwa didalam setiap kisah ada hal baik yang Allah titipkan untuk kita terima sebagai syukur atau abaikan.

Setiap kali memanen sesuatu dari pekarangan yang bisa saya jadikan menu makanan ataupun sebagai obat herbal saya ajak kakang untuk berterima kasih, "sayang, katakan terima kasih! Terima kasih krn tlah membantu meringankan beban Abi! Terima kasih karena membantu Abi dengan menjadikan cukup berapapun yang Abi berikan!" Dan beliau mengikutinya hingga akhirnya saya tak lagi mengajaknya mengatakan itu karena beliau sudah melakukannya tanpa saya minta.

Untuk apa saya melakukan itu? Saya tahu bagaimana naik turunnya hati wanita, hmm mungkin wanita lain cukup tangguh namun saya tidak setangguh itu. Saya khawatir dengan diri saya sendiri kalau-kalau suatu saat menuntutnya berlaku atau berucap sesuai harapan saya namun beliau tak tahu caranya. Saya Khawatir dengan hati saya sendiri tempat bersemayam ikhlas disana.

Saat saya ikhlas berbuat alangkah baiknya kalau beliau ikhlas memperlakukan saya dengan baik sesuai harapan saya. Dan saya malas menuntut juga malas mendebat waktu, "kalau saja dulu saya katakan bahwa saya ingin diperlakukan seperti yang saya harapkan atau saya tuntun dia untuk memperlakukan saya sesuai harapan saya!" 

Mungkin saja tipe suami anda tipe yang juga bisa diajak kompromi, "A, saya ingin Aa bilang i love you sehari 100×" misal. Katakan saja langsung, atau, "A, katakan i love you.".Setiap kali anda ingin dia mengucapkan i love you. Meski seiring waktu bahasa cinta bukan lagi sekedar kata 'i love you.' 

Dan inilah syukur yang saya panjatkan hari ini,sore ini saat saya membawa bunga Telang dan telur ayam juga lalapan dari pekarangan, lelaki yang mengucap ijab hampir 20 tahun yang lalu ini memelukku sambil mengucapkan kalimat ajaib ini, "Sayang, terimakasih sudah menjadi istri Abi.Abi bersyukur atas ummi.Smg Allah berkahi keseluruhan waktu Ummi. Hapunten beberapa hari ini Abi membuat Ummi bernafas sendirian! Membuat ummi letih menangis dan menyimpan resah sendirian!" 

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi

Balananjeur, Jum'at, 25 February 2022

Saat Menerima Amplop Gajian

Saya mau cerita saat menerima uang gajiannya kakang.hee.. saya nggak cerita nominalnya yaa tapi biar mudah nebak ada di angka nya gaji guru honorer di daerah kami di Tasik.

Saat menerima amplop yang disodorkan kakang, saya akan menyimpannya di kening saya sambil mengucap tahmid syukur saya serta mendoakan kebaikan ia yang memberikan hasil keringatnya ini, mendoakan juga semua orang yang bekerja bersamanya dan siapapun yang ada kaitan dengan pekerjaannya. "Jazakumullah Khairan katsiran, Abi.. hatur nuhun. mugia Allah berikan Abi berlipat kebaikan dan Allah karuniakan berkah yang berlimpah atas uang yang Abi berikan ini!" 

Oh ok, saya meyakini bahwa berterima kasih kepada hambaNya adalah bagian dari rasa syukur kita. Hmm saya pernah diberi tahu bahwa tidak bersyukur seorang hamba yang tidak tahu terima kasih pada sesama.

Dan orang yang paling berhak menerima ucapan terima kasih kita tentulah orang-orang terdekat kita; pasangan, anak-anak apalagi ayah dan ibu kita.

Berterima kasih itu nggak boleh pilih-pilih sama siapa dan berterima kasih itu menutup semua akses luka karena dia. Maksudnya? Nanti saya jelaskan yaa..

Well selanjutnya bab Nerima amplop gaji kakang. Setelah dido'akan saya cium kening Abang dan do'akan beliau agar Allah karuniakan kesehatan, cinta dan RidhaNya. Saya bisikkan ditelinganya bahwa saya sangat bersyukur menjadi istrinya dan berterima kasih atas usahanya.

Sisihkan 2,5 persen untuk infak/shodaqoh soalnya kalau zakatmah nggak cukup nishob. Kami meyakini berkahnya Rezeki materi ada dalam berbagi sekecil apapun nominal yang kami miliki. Kami ingin Allah saksikan bahwa kami berusaha mendekat pada Nya sekemampuan kami.

Sisihkan buat nabung 10 %. Tabungan itu disiapkan untuk biaya pendidikan dan biaya tak terduga.

Setelah itu simpan uang di tempatnya dan bercukup diri dengan yang diterima.

Alhamdulillah Allah cukupkan hingga kembali gajian, hmm bahkan berlebih Alhamdulillah.

Sebagai informasi, biaya pengeluaran kami selain tentunya listrik dan biaya kebutuhan sehari-hari juga biaya kuliah dan kost serta keseharian Aa, biaya pendidikan dua adik Aa, serta kami usahakan untuk ngirim paket buat teteh di asrama karena untuk biaya pendidikan dan keseharian nya mah sudah ditanggung BAZNAS, dll.

Sekian sharing ceritanya. Semoga bisa diterima dengan hati yang menerima 🤭

Balananjeur, Sabtu ba'da shubuh, 26 Februari 2022

Ujian adalah..

Kamis 9 hari yang lalu, Aa semakin bertambah sakit dan luluh untuk dibawa pulang. Perasaan ummi tidak enak membayangkan Aa sakit sendirian di kost an.

Aa pun pulang di jemput Abi.

Besoknya, Abi pulang dari sekolah dalam keadaan meriang dan sakit kepala. Ummi langsung kerok dengan koin dan memang sangat merah meski ngeroknya baru sekali kerokan, sepertinya karena angin.

De Olin pun menyusul dengan sakit tenggorokan dan hidung mampet, suhu tubuhnya naik tapi dia tidak mau mengakuinya, "de Olin sehat." Katanya.

Mamah pun mengeluhkan sakit di seluruh tubuhnya keesokan harinya, ummi pijiti dan seduhkan madu serta buatkan bubur agar mamah tetap makan. Sangat sedih karena ternyata ummi juga mulai merasakan gejala sakit..

Malamnya seluruh tubuh ummi terasa remuk, ummi minta pada Allah agar Allah kuatkan Ummi untuk menjaga orang-orang yang sedang membutuhkan ummi saat ini. MasyaAllah Allah pun berikan ummi kesempatan untuk merawat anggota keluarga yang sedang sakit saat diri sendiri pun sakit. Bi Ara sakit di sana yang sama.

Alhamdulillah Allah berikan ummi kekuatan untuk pulih lebih cepat, MasyaAllah kalau bukan karena Allah tentulah ummi tak mampu berbuat apapun.

Hujaimah juga tumbang, mual muntah.

Hari ini, Jum'at 25 February 2022 ini, Umar juga demam tinggi dan sakit kepala.

Ya Allah syafakumullah syifaaan Aajilan..

Balananjeur, Jum'at, 25 February 2022

Day 56

Saya kembali harus meyakinkan diri, "tidak apa-apa, ini hanya soal waktu!" 

Ya, terakhir kali sakit bersamaan terjadi pada tahun 2017 silam dan nyatanya semua kembali membaik biidznillah. Namun yang utama bukan kekhawatiran itu namun tentang lelah. Ya, saya kembali menata hati karena ternyata lelah itu memang ada dan sangat. 

Lalu saat kukatakan lelah apakah artinya aku mengeluh? Tentu saja ini keluhan namun aku yakin harus mengakuinya agar bisa kembali kukosongkan gelas dan mengisinya dengan energi yang baru. Ah adakah yang bersedia memahami ?

Saya memahami saat ada yang mengutarakan letih nya, namun saya memaki letih saya sendiri. Saya bisa berempati pada letih orang lain namun tidak pernah bisa membenarkan letih sendiri. 

See, bukankah itu artinya saya tidak berlaku adil pada diri saya sendiri?

Karena alasan apa letih tetiba hadir padahal selama ini baik-baik saja bahkan saat sakit pun tetap semangat menemani dan merawat mereka yang di uji sakit?

Ternyata jawabannya adalah syndrom PMS. Lho apa hubungannya? Hubungannya adalah.. syndrom ini bikin perasaan tidak menentu. Begitulah dan saya yakin Ummahat atau wanita manapun di luar sana bisa memahami syndrom ini meski ada juga yang tidak pernah mengalaminya.

PMS teh premenstrual syndrom atau sindrom sebelum menstruasi alias gejala-gejala yang dialami perempuan sebelum haidh. Gejalanya berupa perubahan fisik, perilaku dan emosi..

Ini juga yang sedang saya alami sekarang. Sekuat apapun berusaha untuk tidak terpengaruh, tetap saja ada masa untuk bersabar menghadapi perubahan ini terutama perubahan emosi.

So, saya tidak pernah terpancing untuk ngjudge, "nggak ikhlas sih!" Pada Ummahat yang bilang, "aku lelah." Karena saya tahu dan memahami bagaimana fase itu seolah meluluhlantakkan perasaan .. duh dramatis ya? 😁

Dan inilah tips kecil dari saya buat yang sedang merasa letih bin atau binti lelah; validasi perasaan letihmu dan istirahatlah!

"Tapi aku nggak mungkin istirahat, gimana donk?" Anda lebih tahu bagaimana kondisi tubuh anda, situasi di sekitar anda. Bagaimanapun caranya, meski hanya sebentar luangkan waktu untuk mengistirahatkan tubuh dan otak serta perasaan anda! Kalau haidh belum datang mah lebih enak, khusyuklah shalatnya!

Balananjeur, Jum'at, 25 February 2022

Kamis, 24 Februari 2022

Day 55

"aku letih sampai tidak tahu cara menangis padahal sangat ingin menangis. Aku juga kesal tapi tidak ada yang mau mengerti kekesalanku, mereka selalu meminta aku untuk bersabar atas mereka sedangkan mereka seolah tidak sedikitpun menjaga perasaanku. Teteh tahu, tidak? Aku merasa di tuntut untuk selalu menjadi seorang yang manis, sekalinya berontak semua telunjuk mengarah padaku .. kalau aku harus menghargai mereka lalu apa, apa mereka pernah menghargai ku? Bahkan kami tak pernah ada dalam kata tanya nya, bagaimana kabar kami atau ah ya teteh tahu, bahkan saat mereka tahu kami ditimpa musibah, apa yang mereka lakukan? Harus selalu kami yang mendekat dan faham. Teteh, aku sudah lelah. 

Lalu kalau aku katakan aku lelah, apa yang kudapat? Makanya kalau berbuat teh harus ikhlas, kalau ikhlas tak akan lelah... Aku melakukan semua yang kulakukan tanpa pamrih, aku senang melakukannya. Aku senang memberi perhatian ataupun kesempatan berbuat baik namun ada titik dimana aku kesal saat kami mendapat perlakuan yang menurutku berbeda. Berbeda dalam makna negatif, teh..

Teteh pasti tahu kalau aku belum pernah menceritakan hal seperti ini pada siapapun kecuali hari ini sama teteh. Karena aku tahu teteh tidak akan membuatku merasa kalau aku memang seperti yang disangkakan; tidak ikhlas. Teteh, apa yang harus aku lakukan?"

Aku tahu ibu muda itu bukan sedang butuh solusi namun hanya ingin didengarkan dan dibantu memvalidasi perasaannya, ya dia terluka.

Ini hanya satu dari sekian kisah yang sudah saya mintakan izin untuk disimpan disini. Beliau mengizinkan dan berharap tidak ada yang mendapat pengalaman yang sama dengannya.

Seperti apa kisahnya hingga ia terlihat pucat pasi menahan letih di hatinya, "aku butuh cerita dengan seseorang, dan yang ada dipikiranku hanya teteh."

"MasyaAllah tapi teteh tahu kan kalau saya senang nulis. Apa teteh tidak khawatir kalau saya kepikiran buat menuliskan kisah teteh di blog saya?" Tanya saya khawatir.

"Teteh boleh menuliskan kisah ini, namun saat itu berceritalah juga padaku bagaimana sudut pandang teteh terkait masalah ini!"

Well, it's sesi 1

Balananjeur, Kamis, 24 Februari 202#

Day 54

Godaan buat curhat di media sosial macam Facebook teh guedee banget apalagi buat saya yang  dikit-dikit nulis, dikit-dikit nulis padahal masih suka overthinking juga sama pendapat orang kalau ngshare tulisan sendiri teh, "aduh gimana kata yang baca." Trus yang paling bikin worry itu kalau si curhatan malah nggak ada positif-positifnya trus lanjut diikuti sama yang baca and then jariyah keburukan deh yang di dapat.

Ah.. belum lagi isi kepala yang senangnya mengartikan postingan sesuka hati padahal maksudnya A eh dengan entengnya berspekulasi kalau maksud tulisan dia teh b, c, d dan seterusnya.. capek banget kan? Pengennya sih nulis ngeselin banget hahaha tapi agak berlebihan jadi saya pilih kata pertama; ngeselin eh capek banget kan? Yups and i know bagaimana rasanya.

Tapi, daripada terus-menerus mikirin apa kata orang atau apa kata pembaca mah lebih baik nulis aja dulu. Fokus saja pada materi yang ingin disampaikan! Kalau hanya memikirkan apa kata orang mah kapan nulisnya? 

Setiap kali mau nulis langsung ingat kalimat negatif yang mungkin muncul, akhirnya nggak jadi deh nulisnya. Setiap kali mau nulis excusenya tetap terpusat di, "aduh gimana kalau orang berpandangan negatif?" Yaaah begitu terus mah nggak nulis-nulis atuh!

So stop caring about what people think about your writing!
Berhenti memikirkan pendapat orang dan menulislah!
Menulislah untuk generasimu!
Menulislah untuk peradaban!

Tuliskan saja dulu selagi kita yakin kalau tulisan kita bukan sampah negatif yang merugikan diri dan orang lain!

Balananjeur, Rabu, 23 February 2022

Rabu, 23 Februari 2022

Lolos Seleksi Administrasi, Akademik E-Tahfizh 2020

Girang ia mendapat kabar lolos seleksi administrasi etahfidz. Rasa syukur terlihat di binar matanya, entah kemana taqdir menuntun langkahnya nanti, "umar hanya di minta untuk berusaha dengan baik dan benar. Apapun hasilnya nanti, Allah yang maha mengaturnya." ujarnya.
.
Bagi kami, memasrahkan secara total segala keputusan pada sang maha memutuskan itu penting. Saat segala sesuatu yang ada di dunia digenggam sangat erat, apa lagi yang bisa diharapkan untuk hari kebangkitan nanti? Memasrahkan urusan artinya... Berusaha maksimal sesuai yang seharusnya tanpa harus ngeyel hasil nya seperti apa. Memasrahkan setiap urusan kepada Allah diharapkan bisa menjaga lillah yang berusaha di pegang. Memasrahkan segala urusan kepada Allah artinya menjaga hati agar senantiasa terpaut padaNya dalam setiap urusan. Menyerahkan segala urusan kepada Allah artinya tak larut dalam tangis saat kenyataan tak sesuai harapan dan tak memeluk rasa seolah bahagia yang didapat ada karena usaha sendiri saat hasil yang didapat sesuai harapan. Memasrahkan segala urusan kepada Allah juga berarti, tak sampai merasa kalau kenyataan yang ada tak sesuai harapan, karena sejak awal hanya Allah yang menjadi tujuan sehingga harapan hari esok itu bukan tentang kenyataan yang didapat hari ini di dunia tapi kelak di akhirat.
Menyerahkan segala urusan kepada yang maha menguasai kehidupan artinya....
.
Kami tak tahu apakah kami sudah memasrahkan urusan secara benar kepada Allah atau justru masih dalam tataran harap semata. Tapi karena Allah sesuai persangkaan kita, maka kami akan memilih berprasangka baik dengan meyakinkan diri dan berusaha sebaik-baiknya agar kami benar dengan keyakinan kami..
.
'Alaa kulli haal shalih A @marchong45 , ngaler ngidul tulisan ummi ini ya nak. Selamat ya shalih, tabarokalloh, segala yang Allah siapkan untukmu seenggan apapun engkau tetap akan sampai padamu, begitupun yang tak harus sampai padamu sekuat apapun engkau berusaha tak kan pernah sampai. Semua mudah saja bagi Allah..
Berusaha sebaik-baiknya, berdo'a dengan benar, dan.. Semoga Allah mudahkan dan lancarkan segala urusanmu dan kabulkan segala pintamu.

24 Februari 2020

9 Maret 2020

Abi Sakit (6)

Karena ini agenda wajib kepala sekolah se kabupaten Tasikmalaya jadi Abi terpaksa harus ke Singaparna untuk mengikuti agenda itu. Ummi mewanti-wanti agar Abi istirahat saja tapi Abi merasa sudah baikan dan tetap berangkat sambil sekalian mengantar Aa yang harus ke kampus. Padahal Aa juga masih sakit..

Syafakumullah syifaaan Aajilan..

Abi berangkat jam 7pagi. Pada jam 11 ummi tanyakan kabar Abi via WA apakah merasa pusing, lemas atau mual? Abi jawab iya. Lalu ummi minta Abi segera pulang saja, duhai ummi tahu rasanya sakit, itu sangat tidak enak.

Abi bilang sebentar lagi rapatnya selesai, tapi ummi tunggu sampai dzuhur masih belum ada tanda-tanda mau pulang.

Jam 2.30 siang Abi pulang dengan jaket basah karena kehujanan. Membawa nasi kotak buat anak-anak, MasyaAllah Nak meski sakit Abi tetap ingat kalian.

Abi istirahat sebentar di kursi ruang tamu setelah berganti pakaian dan memakai sarung, lalu pindah ke kamar karena merasa lelah. Abi tidur sangat pulas bahkan sampai jam 4.30 sore. Oh ya, Abi bangun dulu waktu adzan ashar untuk shalat ashar baru setelah itu tidur lagi.

Jam 4.30 sore bangun dan menyalakan laptop untuk membuat soal sosiologi paket C untuk PKBM se kabupaten Tasikmalaya.

"Buat  sekolah sama jajan anak-anak." MasyaAllah Abi, selalu itu yang ada di benaknya.

Balananjeur, Rabu, 23 February 2022

Abi Sakit (5)

"ada yang bilang kalau ummi berlebihan."

"Berlebihan kenapa?"

"Sakit Abi aja ditulis."

"Istri Abi tidak berlebihan kok, orang lain tidak mengontrol ucapannya saat berghibah dengan sesamanya. Itu yang namanya berlebihan. Ummi tidak berghibah apalagi sampai punya teman ghibah. Tidak, ummi tidak berlebihan. Yang ummi tuliskan juga tidak berlebihan."

"Do you know, dear. Melihatmu sakit adalah sakit yang luar biasa berat untukku. Aku terbiasa dengan sakit di tubuhku namun melihatmu sakit adalah sakit di hatiku. Aku tidak tahu cara terbaik melerai luka karena itu aku menuliskannya. Aku pun tak tahu cara terbaik menyimpan jejak kecuali dengan menuliskannya..
Ya aku sengaja menuliskan bahkan tentangmu karena aku ingin kisah ini tersimpan dalam bagian jejakmu, agar anak dan cucu kita tahu bagian ingatanku tentang mu. Aku ingin melepas luka ku dan menuliskannya membuat isi kepalaku tetap waras.. namun dianggap berlebihan membuatku berpikir kembali, apakah aku benar-benar berlebihan?"

"Tidak, istriku sayang, jika pendapat orang selalu benar. Tak ada catatan perjalanan orang lain yang akan ummi baca, karena apa? Karena mereka pun mendapatkan komentar yang sama seperti komentar yang sampai padamu. Tidak apa-apa, menuliskan yang menurut mu benar dan dalam pandangan orang lain salah bukan berarti berlebihan, yang tahu ummi adalah ummi sendiri. Apa yang baik atau sebaliknya untukmu, ummi lebih tahu itu."

Well, hari ini lelaki ini mulai bisa diajak komunikasi lagi. Agak khawatir saat harus meluapkan rasa namun aku merasa harus bercerita padanya, i need to talk with my husband setelah sekian hari ia terbaring tanpa bisa ku ajak komunikasi. Bukan tidak bisa tapi nggak tega kalau sampai ia harus berusaha bersuara teh.

Balananjeur, Selasa, 22 February 2022

Selasa, 22 Februari 2022

Day 53

Video yang saya share di IGS membuat saya menangis, ah saya memang mudah tersedu karena sebab apapun. 

But why and what happened dengan video itu? 

Wanita itu mudah tersentuh jika itu berkaitan dengan kenangan ya, well saya sih begitu. Video tadi kembali membawa ingatan saya pada memori membersamai 4 bayi pada masanya. 

Pernah ada teman yang nanya, "teh De kok sekarang mah jadi kurus?" Hmm saya lebih suka kata langsing sih daripada kurus 😅.

Nah awal ceritanya saat sering bangun malam seperti di video itu. Entah ada hubungannya atau tidak, yang pasti sejak saat itu porsi tubuh saya langsung menyusut. Ah saya mah da seneng-seneng aja selama lihat anak sehat mah. Serasa ada hasilnya Ari Kitu teh 😁

But saya nggak berani bilang kalau kang Wawan ikut begadang saat anak begadang 😅 

Tapi saya hanya akan mengingat hal baiknya, what is that? That is beliau tidak membangunkan saya yang terlelap saat bayi kami terbangun dan harus ganti popok karena pipis atau pup, beliau langsung menggantikan popok baru setelah itu membangunkan saya jika bayi kami menangis minta ASI.

Eh tapi itu ada cerita awalnya, bulan pertama ada bayi mah beliau tetap tidur nyenyak meski bayi nangis keras. Kayaknya waktu itu saya mulai kena baby blues karena bisa tiba-tiba menangis tiap kali bayi nangis.. well itu first time for us.

Udahmah bayi nangis, saya juga nangis, eh beliau malah pulas . Pulas banget, padahal bayi ada di samping dia 🤭 Ya saya teh gemes atuh and akhirnya saya cubit dia sekeras yang saya bisa. Setelah itu saya tidak lagi menangis menghadapi bayi yang nangis, tidak perlu main cubit lagi, dan tidak perlu memintanya bangun menggantikan popok ..

Ibu, ngerti kaan gimana letihnya hari-hari itu.

Beliau memang tidak melakukan seperti yang ada di video yang saya share di IGS. Namun beliau selalu menjadi suami dan ayah yang ada (siaga). Beliau tak segan membantu mengganti popok, membersihkan pup, gantian menggendong bayi saat kami harus begadang, menyiapkan teh manis malam-malam buat saya dan sering membiarkan saya tidur lebih lama di malam hari. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi.

Balananjeur, Selasa, 22 February 2022

Senin, 21 Februari 2022

Usia 6 Tahun

Tepat 6 tahunnya Hujaimah jadi bahasan hangat dan terkini di rumah kami. Bahkan Abi dan Aa yang sedang sakit pun ikut mengomentari 6 tahunnya ponakan kecil saya itu.

"Sudah 6 tahun? Eh geuning tiba-tiba tos 6 tahun. Asa nembe kamari bayi keneh."

"Wah, Hujaimah 6 tahun?"

"Pantesan tambah pinter, sudah mau kelas 1 MI Hujaimah teh."

"Nanti setinggi de Olin ya. Wah Hujaimah ternyata sudah bertambah besar."

Tinggal menunggu komentar teteh Aufa yang mungkin isinya kurang lebih, "waaah Hujaimah tos 6 tahun, tos ageung Hujaimah teh." 

Ah, tetiba diingatkan masa usia 6 tahun anak-anak yang mengomentari 6 tahunnya Hujaimah ini.

Aa Quthb usia 6 tahunnya dilalui di SBG Cimanggung, saya memberinya sebuah buku saat pertambahan usianya hari itu. Dia sangat menyukai buku dan membaca.

Aa Umar usia 6 tahunnya dilalui di sini, di kampung kami. Hari itu kami kembali pulang ke kampung halaman karena beberapa sebab, buku Thomas and Friends menjadi kado kami untuknya. Dia sangat menyukai kereta..

Teteh Aufa usia 6 tahun kurang beberapa hari sudah duduk di bangku kelas 1 MI, kami menghadiahinya buku diary dengan sampul pink dan patlot warna serupa. Agak berbeda dari 2 kakaknya.

De Olin usia 6 tahunnya dalam cinta ketiga kakaknya juga ummi dan Abi nya. Kantung cintanya harusnya penuh dan tercukupi.. diapun mendapatkan buku diary dengan patlot pink nya.

Lalu syukur apa yang sedang ingin saya panjatkan? Saya bersyukur atas pernah membersamai Aa, Adik, Teteh, dan de Olin di usia 6 tahunnya dan insyaAllah menjadi ibu yang hadir untuk mereka di hari itu.

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi.. sungguh itu adalah satu dari sekian fase yang membuat hati bergetar dengan tahmid, saat netra basah dengan sujud kesyukuran..

MasyaAllah fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan.


Balananjeur, Senin, 21 Februari 2022

Bertambah Satu Pasien Lagi

Bertambah satu pasien lagi.

MasyaAllah sungguh tak ada sesuatu pun yang hadir dala hidup kita kecuali atas kehendak Allah, sungguh Allah Maha Tahu cara paling tepat dalam mendidik jiwa yang lemah...

Alhamdulillah 'alaa kulli haal..

Tiada kata terucap kecuali Alhamdulillah 'alaa kulli haal, seperti itulah sang Baginda memberi tauladan saat kita berjumpa sesuatu yang menurut kita tak menyenangkan. MasyaAllah sungguh maha kuasa Allah atas segala sesuatu, hal yang menurut kita tidak menyenangkan boleh jadi justru baik dalam pandangan Allah; baik untuk kita, insyaAllah.

Bukankah sakit dan sehat adalah bagian dari hidup dan selalu baik setiap urusan seorang muslim; sehatnya ataupun sakitnya saat ia berusaha untuk berada dalam jalan yang dicontohkan Rasul-Nya.

"Rabbana, hamba Ridha pada ketetapan-Mu. Jagalah kami dari berkeluh kesah atas segala ujian dan jauhkan kami dari keburukan adab akan nikmatMu. Robbanaa dzolamna 'anfusana wailam taghfirlanaa watarhamnaa lanakuunannaa minalkhoosirin."

Syafakumullah yang Allah uji sakit, la ba'sa thohuurun insyaAllah.

Balananjeur, Senin, 21 Februari 2022

* Menulis, mengingatkan saya (sendiri) di hari esok

Abi Sakit (4)

Mungkin maksudnya virus kekinian alias Omicron namun Alhamdulillah dokternya tidak panik an dan hanya meminta isolasi dan istirahat juga mimun obat yang diresepkan.

Alhamdulillah setelah minum obat Abi langsung tidur dan setelah itu bisa makan beberapa sendok nasi plus sop dan ikan asin cumi goreng. Oh ya Abi juga sudah bisa ngemil, cemilan hari ini : 2 cup klappertaart, 2 roti aoka dengan toping coklat, sedikit basreng, sedikit cilok, bakwan Made in ummi, 3 buah jeruk, 1 biskuit gandum dan minum jamu kunyit yang ummi buat.

Alhamdulillah cukup banyak meski belum bisa bertemu nasi karena mual.

Alhamdulillah 'alaa kulli haal.

Balananjeur, Senin, 21 Februari 2022

Abi Sakit (3)

Semalam Abi demam lagi, sangat tinggi, membuat Ummi menangis sedih. Kalau Abi sudah sakit teh nggak tega soalnya Abi tetiba berubah jadi super pendiam, nggak masuk makanan atau minuman. Trus muntah-muntah dan nggak pernah bilang apa yang dirasa sakit. Satu hal lagi, Abi tidak pernah mengeluhkan apapun terkait sakitnya.

Berbeda dengan Ummi yang dikit-dikit bilang dan ngasih tahu apa yang terasa sakit, pengen apa termasuk manggil-manggil Mamah. Dan Abi, semenjak menikah setiap kali sakit tidak pernah minta untuk bertemu bahkan saudara dan keluarganya. 

"Tak ada yang bertanya kabar Abi, jadi biarkan saja seperti itu. Abi sudah cukup dengan kalian."

Ah hey ini kejulidan saya hari ini yang ingin saya simpan meski penerimaan yang membacanya mungkin akan berbalik tak senang. But here it is, ini hal yang pernah saya tanyakan hingga akhirnya saya memilih diam. Ya, ada saat dimana saya bertanya, "Apakah Abi ingin bertemu atau dijenguk saudara-saudara Abi?"

Tentu saja saya bertanya, karena sepanjang lelaki ini menggamit lengan saya saat Allah mengujinya sakit, tak pernah ada satupun sapa untuknya kecuali dari teman-temannya. Kelirukah jika saya bertanya? 

"Tidak apa-apa, Abi cukup dengan kalian." Kalimat sederhana yang harusnya membuat saya senang tapi justru membuat saya terluka. Saya membayangkan sudut hatinya yang mungkin saja pernah berharap namun akhirnya dia memilih mengabaikannya.

Ah, saya yang sedang dalam kondisi julid dan entah untuk alasan apa harus menuliskannya disini.

"Ini karena aku bertanya kabar saudara-saudaraku dan menjenguk saat mereka sakit. Lalu salahkah saat aku bertanya hal sebaliknya? Ini karena aku peduli padamu?"

Duhai aku kembali dengan emosi julidku .. ah perempuan 🤭

Balananjeur, Ahad, 20 Februari 2022

Awal Pagi Ini

Awal pagi masak air panas di atas tungku untuk berjaga-jaga kalau-kalau Abi dan anak-anak butuh air panas sekalian bikin air rebusan kunyit juga. Katanya zat yang terdapat dalam kunyit bisa mengurangi dan mengobati mual dan muntah-muntah, Abi dan Aa lebih sering muntah dalam 2 hari ini.

Selagi menunggu air matang saya membaca Tarikh khulafa bab Ibnu Zubair, beliau anak dari Zubair bin Awwam Radhiallahu 'anhu, salah satu dari 10 sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang di jamin masuk Syurga. Ibundanya salah satu wanita terbaik, Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha.. 

Berbicara tentang jaminan masuk syurga, ah bikin meleleh ya sahabat.. meleleh karena? Karena kita mah nggak pernah tahu amal apa yang Allah sukai dan Ridhai dari kita sedangkan beramal aja susahnya minta ampun. Dikit-dikit ngeluh, dikit-dikit nyari excuse, dikit-dikit lelah... Ini saya; cita-cita masuk syurga tapi apa-apa masih dianggap beban, dikit-dikit ngeluh, dikit-dikit nyari keringanan. 

Tapi karena seorang muslim mah harus optimis, harus yakin, jadi lakukan apapun yang masih bisa dilakukan dan yakin saja bahwa Allah melihat seberapa besar usaha kita untuk sampai pada Ridha-Nya. 

Semoga Allah Ridha atas niat dan amal kita.

Abi dan Aa Alhamdulillah sudah mulai mau minum tapi airnya harus panas. Abi mulai mau makan roti tapi harus topping coklat kalau yang lainmah langsung mual. Aa Alhamdulillah sudah bisa makan bubur sedikit-sedikit..

MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal

Balananjeur, Senin, 21 Februari 2022

Day 52

Jam 14.00 nanti saya berencana untuk tidur siang namun sebelum jam itu ada dua catatan yang akan saya tunaikan untuk di posting. 

Penting banget ya mosting catatan? Ngshare disini? Bagi saya sih penting. Penting itu kembali pada individu, ada beberapa hal yang bagi sebagian orang tidak penting namun penting bagi yang lainnya, ada hal yang mungkin saja menurut kita mah penting banget tapi belum tentu bagi orang lain. So, apa yang akan kita lakukan untuk diri kita sendiri? Kepentingan macam apa yang perlu kita segerakan bahkan meski itu (boleh jadi) nggak penting banget buat orang lain?

So, Pentingnya apa?

Kalimat ini sebenarnya termotivasi dari seseorang yang tiba-tiba muncul dalam ingatan dan entah untuk alasan apa saya harus kembali mengingat sesuatu yang sudah saya lupakan. Hmm mungkin belum benar-benar dilupakan karena itu tetiba muncul kembali dalam ruang ingatan. Atau mungkin kesannya terlalu mendalam (baca: nyelekit) sampai-sampai sulit untuk dilupakan 😅

Oh well, what is that? Bukan hal penting untuk di bahas sih, hanya saja menjadi penting untuk dituliskan saat saya menyadari bahwa masih ada ruang di hati saya yang menyimpan beberapa hal yang membuat saya tidak nyaman. Seperti? Yaa seperti yang akan saya bahas ini, 'Pentingnya apa?'

Sebenarnya hal ini sudah saya bahas or tulis dalam postingan lainnya namun sepertinya kalimat itu belum benar-benar bisa saya lupakan layaknya racun yang mengendap karena tidak pernah saya buang. Ah saya mulai berandai akan hari yang tlah lalu meski saya tahu berandai tak harus ada dalam kamus kita .

Andai... Andai saya menjawabnya. Tapi saya terbilang telat memaknai kalimat bernada sinis. 

Wait, tahu dari mana kalau itu sinis? Dari mana cing? Saya tidak sedang berspekulasi dengan sesuatu yang tak harus saya bahas. 

Ok, kembali ke laptop, eh ke isi tulisan! 

Pentingnya apa?

Jadi begini sahabat Fillah, ini untuk saya dan anda agar tidak terburu mengambil kata untuk kita sampaikan pada orang lain karena kalimat kita boleh jadi melukai orang lain.

"Apakah setiap rasa harus disampaikan. Bukankah berharap itu hanya pada Allah!" Ini kalimat yang sangat baik dan harusnya saya terima dengan kesyukuran. Sungguh saya bersyukur atas kalimat itu di hari itu, namun berhari kemudian saat kalimat lain terucap justru membuat saya harus menarik nafas panjang mengingatkan diri saya sendiri setelahnya, "aktif banget nulis di media sosial nya!"

Oh ok, saya masih bisa mengambil sisi baik, ini seperti teguran bagi saya namun setelah kalimat selanjutnya diucapkan membuat saya diam dan berpikir agak lama, "maksudnya apa?" Padahal saya tidak pernah tertarik mengetahui maksud ucapan orang lain namun kali itu berbeda, saat kalimat, "emang penting ya nulis?" Dengan nada yang ..oh hey saya bukan anak kecil yang tidak bisa memahami arti mimik wajah.

Well postingan ini murni berisi kejulidan tingkat akut. Julid yang sedang saya uraikan karena sungguh sudah saya maafkan. Hanya saja kalimat nya belum benar-benar lepas hingga saya harus kembali menguraikannya.

Emang penting ya? Penting buatku bukan berarti buat orang lain karena itu saya hanya bisa menyampaikan disini. Memang benar saya aktif menulis, aktif bermedia sosial namun saya tidak tahu kalau harus berhadapan dengan orang yang merasa dirugikan dengan aktivitas saya tanpa saya rugikan.

Maksudnya? Hmm mungkin ada yang merasa terganggu tapi saya tidak tahu apa yang membuatnya harus merasa terganggu sedangkan saya seolah hidup dalam kesendirian, disini , di rumah ini tanpa menopangkan hidup pada orang lain.

Oh hey, saya benar-benar juliders sejati hari ini. PMS effect's memang luar biasa.

So, apa pentingnya? Bagi saya menuliskan apa yang terlintas di kepala saya adalah penting. Agar apa? Salah satunya adalah agar tidak ada penumpukan sampah emosi negatif yang membuat pandangan saya buram. 

Well,
Suatu saat saya akan tertawa membaca ini. Tulisan dari juliders yang berbelit-belit 🤭 (saya mengakuinya, so don't judge me, ok! 😅)

Balananjeur, Senin, 21 Februari 2022

Minggu, 20 Februari 2022

Gunakan Masa Sehatmu!

Setelah sekian hari merawat pasien di rumah, Kakang yang waktu itu biidznillah segar bugar mengajakku menengok Emak. 

Sore hari kami ke Emak, menitipkan sulung pada dua adiknya di rumah. Qodarullah Emak juga sedang tidak enak badan, Uwa-uwa nya anak-anak juga sedang sakit..

Qodarullah 'alaa kulli haal wa Syafahumullah..

Berbincang sebentar dengan Emak, menanyakan kabar emak dan mengabarkan kabar incu-incu Emak. Well, sebagai seseorang yang senang berbagi cerita seolah tak ada kondisi kesehatan yang menjadi alasan untuk tetap berbagi cerita 🤭

Rahang kanan sebelah atas terasa sakit, dipaksakan kalau mau makan teh, ucap emak. Gejala flu juga menyerang dan emak bercerita harapannya untuk mengikuti pengajian seperti dulu namun karena kaki nya sudah sering 'ngajepret' jadi tidak bisa emak lakukan.

"Di rumah pun emak mah tetap mengikuti pengajian. Dari MGI, MTA, Rodja'.. MasyaAllah tilawah Al Qur'an juga Istiqomah dilakukan. Emak mah teu angkat ka pangaosan Oge di bumi teh ngaos wae, MasyaAllah tabarokalloh emak." Ujar saya berusaha menyemangati Emak.

Qodarullah 'alaa kulli haal, 2 hari ini kami belum bisa mengunjungi emak lagi. Drama sakit adalah satu dari sekian hal yang membuat kaki sulit melangkah. Untuk itu Sahabat Fillah, syukuri masa sehat dengan banyak silaturahim dan melakukan perbuatan baik! Karena sakit membuat kita kesulitan silaturahim."

Balananjeur, Ahad, 20 Februari 2022

Ini Ujian Kita

Adakah yang baik-baik saja mendampingi yang dicinta di uji sakit? Seringan apapun tetap saja yang dinamakan sakit itu ..sakit. Qodarullah beberapa hari ini Allah uji Abi dan Aa Quthb sakit bersamaan. 

Sedih? Tentu saja. Namun sayangnya saya tipe istri atau ibu yang tidak meminta agar Allah gantikan posisi sakitnya untuk saya, sejak menjadi istri dan juga Ibu saya tidak pernah meminta untuk menggantikan posisi sakit yang Allah ujikan bagi suami atau anak-anak agar itu untuk saya saja.

Egois? Tak berperasaan? Saya rasa tidak. Allah Maha Tahu cara terbaik dalam memberikan ujian setiap hamba-Nya. Saat suami dan anak-anak di uji sakit, Allah sedang mendidik saya juga seperti halnya tarbiyah kesabaran bagi mereka yang sedang sakit. Begitupun saat saya yang di uji sakit, Allah berikan kesempatan bagi saya untuk belajar dari kesabaran mereka. Semuanya baik selama itu dari Allah..

Saya hanya minta agar Allah berikan saya kekuatan, keikhlasan dan kesabaran serta kesehatan selama mendampingi mereka yang Allah amanahkan untuk saya rawat. Saya berdoa agar Allah berikan mereka kesembuhan dan thohuurun melalui sakitnya, Saya tidak bisa meminta agar saya saja yang sakit karena saya tidak mau meminta sakit. 

Hari ini, inilah salah satu syukur yang terpanjat, Alhamdulillah atas menjadi seorang muslimah. Alhamdulillah atas kesempatan menata hati agar menjaga kesabaran mendampingi mereka yang Allah uji sakit, Alhamdulillah untuk kesehatan yang baik saat biasanya langsung ngdrop setiap kali berjumpa yang sakit. Alhamdulillah untuk kesempatan menjejak kisah dan berusaha memberikan cinta yang baik bagi ia yang dicinta.

Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah.

Balananjeur, Ahad, 20 Februari 2022

Day 51

Random curcol 😅

1.
Mungkin dengan liwet mah 2 Jundullah yang qodarullah sedang di uji sakit mau makan. Hee.. MasyaAllah Aamiin yaa Allah 🤲 beberapa hari ini keduanya kesulitan menelan makanan; pahit dan langsung muntah. Bahkan minum juga membutuhkan perjuangan yang tidak sedikit. Pagi ini saya membuatkan rebusan bunga Telang yang dicampur kunyit, jahe, serai dan habbatussauda lalu di tambah gula merah. Semoga bisa mengurangi sakit mereka . Aa berusaha keras untuk segera sembuh apalagi riwayat sakitnya biasanya tidak lama, dengan istirahat biasanya cukup untuk memulihkan kondisi. Abi kembali demam, minum pun harus dibantu sampai de Olin berkomentar, "Abi kok jadi manja ya?" 😅 Laa ba'sa thohuurun Aa dan Abi, insyaAllah. Do'akan agar Allah berikan ummi kesehatan dan kekuatan untuk membersamai kalian ya 🥰



2.
Sambil menemani Aa dan Abi yang qodarullah belum mau masuk makanan, saya duduk di ruang tamu; mengkhatamkan juz 30 , menulis jejak di blog, membaca buku, membuka media sosial dan siap-siap menunggu kalau-kalau Aa dan Abi membutuhkan saya.

Tadi pagi membuat rebusan jahe dicampur kunyit, bunga Telang dan serai. Saya buat beberapa gelas, Alhamdulillah Aa meminumnya sampai habis. Abi masih harus rehat setiap kali minum karena langsung muntah.

Saya buatkan nasi liwet dengan harapan bisa menggugah selera makan mereka, namun lagi-lagi Abi belum berhasil mengunyah makanan karena langsung mual. Aa Alhamdulillah sudah bisa makan meski hanya beberapa suap itupun harus sama ikan asin biar ada rasanya, katanya.

Adik Umar tetap berangkat PKL meski hari libur, liburnya sendiri setiap hari Jum'at sesuai jadwal kerja proyek. "Tabarokalloh shalih, jaga kesehatan ya Nak! "

Jam ini, saya dan de Olin kembali disini, menunggu dering yang mulai kami rindukan kembali.

Semoga Allah berikan kesembuhan bagi siapapun yang sedang di uji sakit serta berikan berlipat kesabaran dan keikhlasan bagi siapapun yang sedang mendampingi yang di uji sakit.

3.
"Don't worry, kita pernah melalui yang lebih berat dari ini lalu Allah berikan kita kesempatan darinya dan keluar insyaAllah tidak dalam keadaan mengeluh. Jangan banyak berpikir dulu, istrimu baik-baik saja ! Istirahat saja dan semoga Allah jadikan ini sebagai sarana pembersih kita dari dosa-dosa kita. Laa ba'sa bih dan bergembiralah dengan janji Allah atas ujian sakit bagi seorang mu'min.!" Aku berusaha menenangkannya yang memelukku dengan gelisah, demam seringkali menghadirkan gelisah.

Ya, bertahun lalu Allah uji kami dengan sakit bersamaan; Abi, saya, Aa, teteh Aufa dan De Olin. Allah sisakan Umar yang MasyaAllah merawat dan menyiapkan kebutuhan kami dengan sigap dan semangat.

Hari itu Umar masih berusia 10 tahun, pastilah bukan hal mudah baginya saat harus mengurus ayah ibu dan saudara-saudaranya yang sakit. Menyiapkan makanan, obat, ngompres semuanya, bahkan membersihkan seisi rumah hingga mencucikan pakaian kami.

MasyaAllah sungguh hari itu bukan hari yang mudah untuk Umar kecil dan saya berterima kasih padanya hingga hari ini, terima kasih karena merawat kami di hari itu. 

Kemudian Allah pergulirkan hari, Allah sembuhkan saya dengan segera dan Umar pun tumbang, sakit bersama 4 pasien lainnya yang belum sembuh. Sungguh hari itu hari penuh tarbiyah karena merawat keluarga yang sedang sakit saat diri sendiri pun belum benar-benar pulih adalah hal yang tidak mudah.

"Ya Allah, ini hambaMu, meminta padaMu, kuatkan dan ikhlaskan! Jauhkan hamba dari mengerutkan kening karena lalai!" MasyaAllah fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan, sungguh maha baik Allah yang memberi ujian sesuai dengan kemampuan kita. Tak ada yang mustahil bagi Allah, Allah mampukan kami dengan caraNya.

Diantara resah dan ketakutan yang biasa dihadapi orang-orang yang sedang sakit, Allah mampukan melalui satu bulan itu.

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi.

Saya kini mengingat itu dengan netra berkaca,memeluk Umar dengan sebait doa, "Semoga Allah berkahi keseluruhan usiamu, Nak.Hatur nuhun."

Balananjeur, Ahad, 20 Februari 2022

Teh Poci dan Gula Pasir

Teh poci dan gula pasir yang dibeli umar dari hasil keringatnya sendiri ini bukan untuk bisnis es teh manis seperti yang umar lakukan sebelumnya.

Umar membelinya saat melihat stok gula pasir habis, sedangkan setiap aa quthb pulang dari pondok kami biasa berkumpul diskusi tentang banyak hal dgn ditemani teh manis hangat buatan umar.

"Mari bicara!" itu seperti narasi iklan teh sariwangi yang sekilas saya lihat di tv beberapa tahun lalu.
"Mari bicara!" juga salah satu dari sekian agenda rutin kami, bukan hanya saat c sulung ada di rumah. Tapi setiap hari tanpa agenda tepat jam berapa sampai jam berapa kami berkumpul untuk sharing banyak hal.

Teh manis jarang terhidang. Anak2 lebih suka teh tawar sebagai teman ngobrol saat aa sulungnya tidak ada. Jadilah teh manis menjadi minuman spesial karena hanya tersaji kala sulung ada di rumah.

Ekspresi cinta memang tak bisa dipaksakan, kadang tak bisa difahami oleh logika... Umar, aufa dan olin mengekspresikan cintanya...salah satunya dengan cara seperti itu. Kasih sayang yang seringkali membuat saya, ibu mereka...kagum pada mereka.
Hee....saya ngfans pada anak2 saya sendiri. Dan saya belajar banyak dari mereka :D :D

Teh poci dan gula pasir ini salah satu ekspresi cinta umar pada keluarganya. Sesuatu yang tak pernah saya lakukan ketika saya seusia umar, sehingga membuat saya menarik nafas penuh haru,"Robbi, nikmatMu yang mana yang pantas untuk hamba dustakan???"

~balananjeur,18022016~

Sabtu, 19 Februari 2022

Emak yang Tinggal

"Biasanya anak bungsu yang merawat orang tuanya. Teh Dede nggak mau ya merawat ibu mertuanya!" Ini salah satu kalimat yang membuat saya merenung sangat lama, bahkan sampai hari ini.

Apakah saya tidak mau merawat ibunda dari suami saya yang saya anggap ibu saya sendiri?

Sering saya minta Emak untuk tinggal bersama kami disini, namun jawaban Emak selalu sama, "ke bisi Nyai Atawa Jajang harayang ka Emak, ke kamana lamun Emak di Imah Nyai mah!" Maksud beliau kurang lebih karena beliau faham bagaimana romantika dan drama rumah tangga, ada saat kami ingin menepi dari rumah dan Emak khawatir kami tidak memiliki tempat untuk menepikan langkah. "Emak Aya didieu. Lamun euweuh Emak mah Nyai Jeung Jajang ek kamana." Duhai kekhawatiran Ibu sampai rela menunggu disana kalau-kalau kami butuh ruang untuk menepi.

Awal Minggu ini kembali saya mengajak Emak untuk tinggal bersama kami, jawaban Emak tetap sama. 

"Emak na keur flu." Tambahnya.

"Karena itu ngkin ku Abi dirawat di bumi." Emak hanya tersenyum dan berterima kasih..

Emak tidak bisa meninggalkan rumahnya, "bisi Nyai Jeung Jajang harayang balik, Aya emak didieu!" Ucapnya suatu saat. Dan saya menangis atas bahasa cintanya meski hati masih berharap Emak mau tinggal bersama kami disini.

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi, meski Emak memilih untuk tetap tinggal di rumah bersama kakak kami disana namun senyum beliau saat menyambut kami menjadi syukur yang tiada terhingga bagi kami. Kadang kami khawatir emak pun berpikir sama seperti yang pernah saya dengar dari orang lain, namun seperti kata Emak, Emak ada disana kalau-kalau kami ingin kesana. Emak ingin kami memiliki tempat untuk menepi.

MasyaAllah untuk cinta Emak, semoga Allah memberkahi beliau..


Balananjeur, Sabtu, 19 Februari 2022

Hhhh