Sabtu, 30 Oktober 2021

Nipung

Semua tentang Ibu, tentang Mamah saya memanggilnya, semuanya selalu menjadi hal yang indah.. 

Saya ingat dimasa kecil pernah berjalan mengikuti mamah dari belakang, kadang saya yang di depan. Mamah membawa wadah berisi beras untuk dijadikan tepung beras di pasar Pagerageung. 

Wadah berisi beras itu 'disuhun' mamah. Tangan kanan beliau memegang wadah dan tangan yang satunya lagi sesekali menuntun saya yang kesulitan berjalan diatas galengan sawah. 

Ya, ingatan saya sedang beranjak ke hari itu. Hari saat mamah berkebaya biru muda dan rok dari kain sarung juga kerudung sejenis khoas yang dililit. Kami berjalan menyusuri galengan sawah melewati rumah bi Inar yang berada di dekat area pekuburan, lalu berjalan melewati sawah mamah yang padinya sedang menghijau. Ada sungai di dekat sawah mamah, airnya sangat bening.. Kami melewati jembatan kayu yang di seberangnya ada tangkal pinang dan tangkal cengkeh, kami duduk dulu sebentar disana karena mamah harus membenarkan aliran air ke sawah. Saya duduk melihat mamah, senang sekali bisa bepergian ke pasar hanya berdua dengan mamah. Biasanya kami pergi dengan adik atau kakak-kakak saya, saat itu saya bisa sendirian menikmati kebersamaan bersama mamah. Satu hal yang akan selalu saya kenang, seperti hari ini saya mengenang kembali. 

Mamah bercerita tentang masa-masa saat mamah seusia saya, menunjukkan jalan yang bisa dilewati dan yang sebaiknya dihindari, mengajak saya melihat banyak hal selama perjalanan untuk kemudian merekamnya kuat di ingatan. 

MasyaAllah masa kecil.. 

#semuatentangmamah

Catatan tanggal 31 Oktober 2020, di tulis ulang hari ini, Ahad, 31 Oktober 2021 jam 4.25 pagi

Mengurus Ayam Kampung

Ngurus ayam kampung itu.. 

Ada remeh atau sisa nasi, awurkeun jadi pakan ayam. 
Ada huut kalau habis ngaheler, awurkeun jadi pakan ayam. 
Ada apa lagi? 

And next
Kalau bertelur, ambil telurna, goreng atau rebus buat sarapan atau lunch atau dinner, buat waktu makan kapan aja intinyamah buat makan weh
Kalau panas dalam bisa di lok-lok
Atau dibagikan ke saudar atau tetangga

Kalau telurnua di erami, InsyaAllah ayamnya nambah

Next.. 
Akhir bulan nggak ada uang? Jual ayam
Nggak punya lauk teman nasi? Tinggal peuncit ayam, dibuat sop atau ayam bakar atau ayam goreng.. 

MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi

Balananjeur, Sabtu, 30 Oktober 2021

Laki-laki Keren

Laki-laki keren itu yang siap mendengarkan keluh kesah wanitanya

Lelaki keren itu yang tak sungkan menyeka airmata wanita nya

Laki-laki keren itu yang menahan diri dari mengucapkan hal-hal yang tak layak di ucapkan pada wanita nya

Laki-laki keren itu tidak pernah menyengajakan diri membuat wanita nya berurai air mata

Laki-laki keren itu meluruskan wanitanya dengan hati-hati, tidak dengan tekanan apalagi sumpah serapah

Laki-laki keren itu tidak mencaci atau mengungkit kekurangan dan kelemahan istrinya, tapi merangkulnya dengan penerimaan yang baik

Laki-laki keren itu mengajak dan membimbing wanita nya memahami kehidupan dengan penuh kelembutan disertai ketegasan, tapi bukan kekasaran

Laki-laki keren itu tidak melukai fisik maupun psikis wanita nya baik dengan sikap maupun ucapnya...bahkan sekedar terbersit di benaknya

Laki-laki keren itu membuat wanitanya selalu tersenyum bahkan dalam saat tersulitnya sekalipun

Laki-laki keren itu tidak membebani wanita nya dengan sesuatu yang tak layak di bebankan

Laki-laki keren itu mengajak dan membimbing wanitanya mencintai Tuhannya dan menjadikan kecintaan itu sebagai cinta tertingginya

#abaikanjikataksama :D

Dan laki-laki keren itu adalah engkau..
Terima kasih telah membuatku merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia #sepertijudulbukuaidhalqorni :D

26 Oktober 2016

Baper

Pekarangan terlihat kotor, zaman dulu mah suka baper kalau ada yang komen, "beberes atuh!" Bapernya sampai nangis. 

"Kok nggak empati banget sih?" Itu yang ada di benak saya waktu itu. Saya ibu beberapa balita, ngurus ini itu sendirian eh tetiba ada yang berkomentar, "rumahnya kok berantakan, beberes atuh!" Ucapannya sih nggak langsung tapi nyelekitnya sampai ke dasar hati.. 

Oh well, itu dulu, tahu kan ibu-ibu yang masih punya balita, gimana lelahnya ngurus anak, rumah, suami dll ditambah harus denger komentar yang rasanya kok enggak enak banget didengar 🀭

Ya, itu dulu. Saya juga pernah merasa tidak enak mendengar kalimat seperti itu atau yang menjurus kesana karenanya selalu mengingatkan diri sendiri untuk tidak mudah mengomentari orang lain apalagi sampai ngasih label negatif. 

Masih dalam tahap mengingatkan diri sendiri sih, belum benar-benar berhasil 😌πŸ₯Ί. 

Oh ya, saya mau nulis apa ini teh ya πŸ€”

Sekarang anak-anak sudah bertambah besar, sudah mulai faham kondisi tubuh juga, InsyaAllah sudah nggak baperan lagi. Rumah memang sudah nggak sekapal pecah seperti waktu anak-anak kecil, tapi tetap ada saat berantakan.. Kalau kondisi tubuh memungkinkan buat beres-beres maka bisa beres-beres, tapi kalau tubuh tidak memungkinkanmah saya memilih untuk membiarkan berantakan, saya juga sudah terbuka menerima bantuan dari suami dan anak-anak. 

Dulu mah selalu bilang, "No, i'll do it." Setiap kali mau dibantu teh, sekarang sudah lebih mafhum kondisi. Kalau sakit ya istirahat, nggak boleh memaksakan diri. Trus gimana nanti kata orang? Hey, hidup kita tidak bergantung apa kata orang, jadi berhentilah menyandarkan diri pada, "apa kata orang tentang saya?" 

#ceritadefa
Balananjeur, Jum'at, 29 Oktober 2021

Kehidupan Berumah Tangga Itu..

Kehidupan berumah tangga itu tidak selalu hanya diwarnai senyum dan gelak tawa. Itu benar sekali.
Seringkali ada airmata dan banyak perdebatan mengiringi perjalanan suami istri.

Ada adu argumen yang berujung tangis, ada perbedaan sikap yang terkadang dianggap kekeliruan, ada perbedaan pandangan yang melahirkan kesalah fahaman...ada banyak hal yang kemudian berubah menjadi masalah yang membutuhkan penyelesaian agar derai airmata yang keluar berubah menjadi untai senyum kembali.

Senyum bahagia sangat diperlukan untuk menghadapi lika-liku perjuangan hidup berumah tangga.... Tanpa itu, mungkin yang hadir selanjutnya hanya akan menjadi sebuah rutinitas hampa tanpa makna.

Jadi, menyelesaikan masalah yang timbul dalam perjalanan kehidupan berumah tangga itu diperlukan. Baik itu masalah yang datang sebagai masalah bersama, atau sesuatu yang dirasakan sebagai masalah (meski itu hanya perasaan saja).

Menyelesaikan satu masalah agar tak menggelinding menjadi bola masalah yang lebih besar bersama masalah-masalah yang menunggu di depan sana akan lebih mudah dan menenangkan dan tentu saja tak menghancurkan tatanan kehidupan kita karena tak pernah menjadi bola masalah yang besar yang bisa tiba-tiba meledak menghancurkan semua yang ada.

Membicarakan masalah, berdebat tentang itu, dan kemudian saling memaafkan dan menyandarkan semua permaafan karena Alloh akan lebih menentramkan dan lebih memudahkan kita melalui jalan panjang yang lebih sering bertemu jalan yang curam dan mendaki itu.

Ini teh apa? Duka atuh...hee...

Bahagialah duhai istri,
Bahagialah wahai para suami,
Agar berbahagia jua generasi-generasi harapan yang hadir dirumahmu !!

Mengeluh??? Merasa diri paling menderita?
Terus-terusan menunjukkan jari telunjuk dan mencari kambing kuning, eh kambing hitam??? Thats not our way, pak su and bunsaaay....thats not for us...

Mari tersenyum!!!
Mari bahagia !!
Mari saling memaafkan !!
Mari bina generasi !!

Saat Tahu Sakit

Saat mengetahui ada suatu penyakit yang termasuk penyakit berat dan berbahaya, saya merasa dunia saya hancur. Ada banyak rencana yang seolah hancur lebur seketika, saya tidak tahu apa yang harus dan bisa saya lakukan. Semua seolah gelap.. 

Kesal saat mendengar ada yang mengucap kata, "sing sabar atuh!" 
Dia tidak tahu bagaimana rasanya lalu dengan mudah mengucap kata sing sabar atuh! Kalimat perintah itu memekakan telinga.. 

Andai kalimat itu semisal, "Semoga Allah sabarkan dan kuatkan!" Tentu penerimaannya akan lebih baik. 

Sungguh pemilihan kata berdampak besar bagi yang mengatakan atau mendengar ataupun membaca.. Apalagi pada ia yang sedang ditimpa musibah. 

Sekian lama mengumpulkan energi dan berusaha menerima sakit sebagai bagian dari kisah hidup yang harus dijalani. Sering tiba-tiba drop bahkan tanpa aba-aba, berusaha agar tak banyak orang yang tahu sakit apa atau kondisi sebenarnya. Sekian lama belajar memahami kondisi tubuh dan menerimanya.. 

Sampai akhirnya saya mulai belajar untuk pasrah dan menerima ketentuan Allah, belajar untuk bersyukur dengan apa yang ada termasuk kondisi tubuh, belajar untuk ikhlas dan belajar untuk mencari cara agar setiap detik usia tetap bermakna. 

Mungkin saja hingga saat ini semua usaha itu belum benar-benar memperlihatkan hasilnya, namun yang pasti hari ini saya mulai faham kapan saya harus menepi dan mengambil jeda, kapan saya bisa berjalan atau berlari. 

Saya akan diam saat merasa waktunya diam meski hati ingin berlari, dan saya tidak akan diam saat saya yakin itu waktunya saya berlari. 

Saya mulai merubah banyak pola: pola pikir, pola hidup dan pola makan. Saya ingin sehat, tubuh saya mungkin saja sakit, kalau boleh saya katakan sangat sakit hingga sering berulang kali tak sadarkan diri saat menahan sakitnya. Namun, saya tidak ingin memiliki hati dan pikiran serta waktu yang sakit.. Saya tidak ingin usia yang sakit, usia yang tidak memiliki arti kecuali sekedar pernah hidup dan menjadi bagian dari masyarakat tempat saya tinggal atau sekedar ada dalam ingatan orang-orang yang mengenal saya, "oh iya, dede ya." Hanya itu.. 

Saya ingin ada kebaikan yang bisa dilakukan, kebaikan yang menjadi rantai kebaikan yang tiada terputus meski jasad tlah menyatu dengan tanah. 

Tubuh saya mungkin sangat sakit , tapi saya akan menjadi Dede yang medeka dalam berpikir dan bersikap. Merdeka itu bukan hidup sakahayang sorangan tapi tetap dengan aturan ya sahabat. 

Saat tubuh saya sakit sekalipun, saya InsyaAllah akan tetap bahagia dan meyakini ada kebaikan dalam sakit yang dirasakan. 

Balananjeur, Sabtu, 30 Oktober 2021

Menjenguk Ummi Romi

Alhamdulillah hari ini Allah beri kesempatan berjumpa Ummi Romi. MasyaAllah beliau sosok yang setiap kali saya mengucap namanya membuat air mata tiba-tiba luruh, sangat menginspirasi baik dari semangat maupun kebaikan lainnya. 

Ingin berkisah tentang beliau, namun kali ini hanya riuh do'a yang bergemuruh bersama air mata yang kembali menderas, semoga Allah limpahkan berkah dan kebaikan bagi beliau. 

MasyaAllah tabarokalloh ummi Romi Yanti, senang sekali mengenal Ummi. Jazakillah khairan katsiran 'alaa kulli haal, InsyaAllah kita berjumpa lagi ya Ummi. 

Semoga kami bisa berkunjung ke Bogor, mendengar setiap diksi yang terucap dari Ummi yang serasa untai tausyiah kebaikan bagi kami. 

Ummi, kami menyayangi Ummi karena Allah ❤❤

Allah mencintai Ummi InsyaAllah πŸ₯°πŸ₯°

Balananjeur, 30 Oktober 2021

Jumat, 29 Oktober 2021

Ummahat, Menulislah!

Saya sering bilang sama Abang kalau salah satu fungsi menulis adalah untuk healing. 

Healing for what? 
Terutama untuk kesehatan mental. 

Wait sehat mental teh seperti apa? Nanti saya share beberapa artikel yang bisa sahabat baca yang berkaitan tentang kesehatan mental, da ari anu kitu mah saya nggak punya ilmunya just tahu dari katanya trus saya renungkan dan memang benar apalagi saat menjadi Ibu (termasuk sebagai pribadi) harus memiliki mental yang sehat. Agar apa? Ibu-ibu pasti tahu ya bagaimana rasanya mengurus anak. Bagaimana naik turunnya kondisi hati. 

Pada adik-adik shalihah yang sedang menikmati masa pengasuhan balitanya saya rekomendasikan kegiatan menulis. Cobalah menulis! Menuliskan perasaan atau jurnal harian ibu dan anak atau menulis hal lainnya. Jangan dulu mikir apa yang bisa didapatkan dari aktivitas menulis, cukup menulis saja dulu! InsyaAllah nanti ketemu hikmahnya.. 

Tapi shalihah, menulisnya niatkan karena Allah yaaa agar bernilai pahala kebaikan, buat bekal pulang ke akhirat. Syukur-syukur tulisan kita bisa bermanfaat buat sesama, tapi kalaupun tidak jangan bersedih hati karena kita menulis karena Allah. 

Ini sekaligus mengingatkan diri saya sendiri untuk meluruskan niat, "come on, Dee! "

Sebab kesibukan mengurus rumah dan keluarga itu bukan perkara mudah, bukan hal kecil, dan setiap orang tidak akan pernah bisa meraba segala kesulitan yang engkau rasakan, duhai adikku, maka sehatkan dirimu salah satunya dengan menulis! 

Menulislah! 
Semoga Allah sehatkan mental kita dan kita menjadi ibu yang mengurus anak dengan bahagia serta melahirkan anak yang bahagia. Aamiin yaa Allah

Balananjeur, Sabtu, 30 Oktober 2021

Tumis Ala-Ala

Awal hari cepat-cepat masak, meski yang mau berangkat sekolah hari ini cuma de Olin dan Abi nya tapi kalau beres masak mah serasa tunai semua tugas teh. De Olin dan a Umar langsung mengisi piring dengan nasi dan menambahkan sayuran yang tadi saya masak. 

Just one menu untuk pagi ini, namanya tumis sayur ala-ala ummi 🀭 Berisi terong ungu yang dibentuk korek api, kangkung (nanti saya mau ceritakan tentang kangkung ini dalam postingan tersendiri, eh di blog 🀭), daun ginseng, bonteng yang di potong korek api juga, bawang putih, garam dan basho sapi yang di potong-potong. 

Bumbunya jas bawang putih tanpa tomat dann bawang lainnya, why? Saya termasuk tipe yang kalau mau masak teh nggak suka lari ke warung karena ada bumbu yang habis saat mau masak. Jadi kalau pas mau masak ternyata bumbu yang tersedia hanya itu, ya udah pakai itu saja. 

Rasanya? Bagi saya sangat membahagiakan melihat anak-anak nambah nasi dan tumis sayur itu, itu artinya mereka menikmati makanan itu dan saya merasa cukup dengan itu. 

'Alaa kulli haal awal hari ini perasaan saya sedang kurang baik, saya sedang bersedih karena suatu sebab namun saya harus profesional (cieee..). Katanya kalau lagi masak buat keluarga teh kan harus happy, nggak boleh sambil sedih apalagi nangis jadi pas mau ke dapur teh langsung usap air mata dan tersenyum, "Bismillahirrahmanirrahim.. Ya Allah, Engkau tahu bagaimana hati ini merasa. Sembuhkan Ummi ya Allah. Ya Allah, hilangkan segala duka karena Engkaulah maha penyembuh segala sakit dan luka. Ya Allah, hamba teh mau masak, kuatkan hati dan kaki ini saat memasak untuk keluarga kami ya Allah.. Bantu hamba ya Allah. Ya Allah, Alhamdulillah.. Terima kasih atas rezekimu hari ini, atas segala nikmat hari ini, atas terong, atas kangkung, atas bonteng, atas daun ginseng, Alhamdulillah 'alaa kulli haal."

Alhamdulillah selama masak nggak sampai lalanggeongan padahal sebelumnya lemes banget. Alhamdulillah 'alaa kulli haal. 

Balananjeur, 30 Oktober 2021

Kamis, 28 Oktober 2021

Hari Itu, Disana

Hari itu kita,
Disana kita,
Bersama hari terakhir putri-putri kita di MI Al Inayah..

Moal rapat ortu sareng deui nya Ambuna Desinta Arrova, subhanallah... Berlalulah 6 tahun, sunnatulloh kehidupan
Ada pertemuan ada perpisahan
Ada perpisahan lalu pertemuan lagi, insyaAllah semoga di Jannah Allah insyaAllah menjadi tempat berkumpul kita kembali insyaAllah

Moal tiasa nyari informasi hasil rapat ortu waktos abi teu tiasa sumping rapat deui nya,
Subhanallah waktu, berdetak bergerak dengan sangat teratur
Lalu ia terasa sangat cepat melebihi cepatnya kilat saat ia tlah berlalu, tlah pergi untuk kemudian menjadi kenangan... Jejak yang kan berkisah dengan caranya di kemudian hari, di hari esok kita di dunia dan hari esok di hari perhitungan, di hari dimana kita tak lagi saling menyapa meski kita saling mengenal..
Dihari hanya semua jejak amal yang menjadi penolong

Neng sholihah Aufa Ashfiea Ridwan, neng sholihah Desinta Arrova, bukankah mendapat nilai baik di raport sekolah itu sangat menyenangkan?! Apalagi catatan dan nilai baik di sisi Allah ya Nak...
Selalulah kalian, menggenggam erat aqidah kalian
Semakin cantik lah akhlaq kalian dengan akhlak terpuji yang telah di contohkan Rosululloh shollallohu alaihi wasallam
Semakin sholihah lah 
Dan, "giatlah blajar dan tabahlah, 
Engkau lah pahlawan harapan
Jihadmu tak kecil artinya
Dengan Allah kau tetap jaya!"

Barokallohu lakum sholihah... Semoga Allah memuliakan kalian dengan usia yang diberkahi. 

Balananjeur, 27 Juni 2019

Kisah Hari Ini

Kadang suka bingung mau bikin judul apa, namun berhubung dalam catatan ini saya akan menceritakan tentang kegiatan hari ini jadi saya tulis judul seperti di atas, "Kisah Hari Ini" Karena ini semua tentang hari ini. 

Awal pagi qodarullah tubuh kembali tidak nyaman, saya tidak terbiasa tidur ba'da shubuh tapi hari ini berbeda, saya harus memilih tidur lagi demi memulihkan kondisi tubuh. 

Rencananya ba'da shubuh itu mau tadabbur Al Qur'an, saya mengazzamkan untuk melakukan perbaikan diri secara bertahap. Oh well, saya tidak peduli penilaian orang tentang saya karena di akhirat kelak kita semua akan di hisab dengan amal kita masing-masing jadi saya hanya ingin fokus pada perbaikan diri agar Allah Ridha. 

Namun sekali lagi, kondisi tubuh tidak memungkinkan bahkan sekedar untuk membaca karena dingin yang sangat disertai mual muntah dan lemas yang mengharuskan untuk istirahat. 

Setelah tubuh terasa baikan dilanjutkan dengan menyiapkan sarapan untuk trio, perut saya sendiri terasa lapar tapi saya pikir lebih baik anak-anak saja dulu yang makan, nasi goreng yang saya buat hanya cukup untuk 3 orang. Nasi goreng jadul yang selalu habis setelah dihidangkan. 

Lanjut opsih dan mencuci baju. Karena berat, ember berisi cucian dibawakan Abang ke tempat jemuran, sekarang saya sudah tidak kuat membawa  cucian sebanyak itu. 

De Olin hari ini tidak berangkat ke sekolah, mungkin kecapean atau masuk angin setelah gladi jadi saya memintanya untuk istirahat. 

Ba'da dzuhur bersiap menjenguk Ummi Romi. Setelah sampai di Cisayong kami mendapatkan kabar bahwa Ummi dilarikan kembali ke RS dan sedang menjalani cuci darah sehingga belum memungkinkan untuk di jenguki. 

Sudah terbayang bisa menjenguk dan bertemu Ummi Romi namun Allah berkehendak lain, semoga ada hari esok untuk bisa bersua. 

"Ya Allah, sembuhkan saudari kami!" 😭

Balananjeur, Kamis, 28 Oktober 2021

Rabu, 27 Oktober 2021

Vcall Teteh Aufa

Ayah langsung duduk khidmat dan takzim saat putrinya mengatakan, "Abi sayang, jaga kesehatan yaa! Makan yang baik, istirahat yang cukup, jangan banyak pikiran, dengarkan kata-kata Ummi!" Hahaha.. 

MasyaAllah

Ayah kadang lebih nurut sama anak perempuannya dibanding istrinya, saat istri bilang, "Pekerjaannya di cancelled dulu ya sayang! Sekarang istirahat dulu." Tak jarang menjawab, "Ini harus segera diselesaikan, sayang."

Tapi kalau putrinya yang meminta Ayah untuk tidak dulu menyentuh pekerjaan saat di rumah, "Abi harus istirahat! Jangan dulu kerja kalau di rumah!" Auto nutup laptop langsung istirahat.. 

Well, MasyaAllah the power of anak perempuan ayah 😍. 

Ayah yang duduk takzim menyimak papatah anak perempuannya lalu menjawab dengan lembut, "iya sayang, Abi akan mengingat semua yang teteh katakan."

MasyaAllah❤❤

Meski Ayah ini tahu, ucapan putrinya itu titipan dari Ibu yang tersenyum di sampingnya, "Teteh, cariosan Abi agar istirahat yang baik ya Nak!" 🀭

"Apa kabar shalihah? Ummi kangen sama teteh."

"Alhamdulillah baik, Ummi. Teteh juga kangen sama Ummi."

Duhai shalihah, hati ini.. 


"MasyaAllah Ummi, de Olin curhatnya pakai bahasa Inggris."

"De Olin lagi curhat sama teteh?"

"Iya Mi, dari hp Abi. Teteh kangen de Olin."

Sedekat apa teteh sama de Olin? 

Saat adiknya kesulitan bermain dengan orang lain, teteh tampil sebagai temannya. 

Saat adiknya menangis karena dijahili, teteh melindungi dan menghapus air mata adiknya. 

Teteh menjadi tempat bertanya yang dengan sabar menjawab keingintahuan adik yang sangat besar. 

Teteh dengan sigap menyiapkan segala keperluan adik saat akan pergi ke sekolah atau kemanapun. 

Teteh memahami adiknya kurang nyaman di keramaian, dia memilih mendampingi adiknya agar merasa nyaman. 

MasyaAllah.. 

Hari ini de Olin cerita kalau dia baru mengikuti gladi bersih AKM di MAN Ciawi. Berangkat memakai angkot namun karena dia kurang nyaman berkendara angkot dia memilih ikut ke motor Uwa. 

Dia juga cerita kalau diberi uang saku sebesar Rp.10.000,- . She feel very excited karena belum pernah diberi 10 rb untuk uang sakunya, biasanya sekitar 2 sampai 3 rb an. 

Tapi uangnya sudah habis, katanya. Ya, dia membeli 4 timtam, 1 untuk dirinya sendiri, 1 untuk ummi, 1 untuk mah dede dan 1 untuk Abang. Beli cimol di kantin Aliyah dan sisanya 3500 dikasih buat Ummi. 

MasyaAllah.. 
And then, de Olin bercerita juga tentang angkot yang ditumpangi, harusnya memang pakai angkot tapi karena dia merasa kurang nyaman naik angkot finally ke MAN Ciawi nya iku Uwa, naik motor Uwa. 

MasyaAllah.. 
Terakhir dia berbagi rasa cinta dan rindunya melalui emot yang dikirim. 

MasyaAllah

Balananjeur, Rabu, 28 Oktober 2021

Kamis, 21 Oktober 2021

Patah Hati

ada yang pernah patah hati? 
patah hati karena orang yang kita percaya ternyata 'mengkhianati' kepercayaan kita..

atau mungkin patah hati karena orang yang kita harapkan menjadi pasangan hidup lebih memilih orang lain untuk menjadi pendampingnya ketimbang memilih kita

atau mungkin patah hati karena kenyataan yang ada tak sesuai harapan kita..

atau karena hal lainnya yang pasti beragam alasannya...

karena apapun rasa yang mungkin sedang engkau hadapi itu... janganlah semua itu melemahkan hatimu dan membuatmu terkurung dalam muram tak berujung... percayalah, apapun yang DIA jauhkan darimu adalah karena DIA tahu bahwa dia atau apapun itu tak pantas untukmu.. 

engkau terlalu baik untuk dia yang tak laik untuk mendampingimu

kehidupan seperti itu mungkin membawa lebih banyak madhorot untukmu..

percayalah, yakinlah...DIA maha tahu dan maha memahami mu...

mudah sekali bicara seperti ini.. 
yaa memang mudah, semudah kita mengucap tekad dan menentukan pilihan akan hidup seperti apa yang kita jalani..

mudah sekali memang mengatakannya... karena saya pun pernah merasai kondisi seperti itu dan memilih untuk percaya pada cintaNya yang menjauhkan saya dari orang-orang yang tak baik untuk masa depan saya..

dan kini, seringkali saya menertawakan tangis yang pernah hadir dimasa lalu.. dan semakin meyakini bahwa yang terbaik itu bukanlah sekedar prasangka dan kecondongan hati semata...
tapi sesuatu atau seseorang yang telah Alloh persiapkan...

anda pernah patah hati? atau sedang patah hati? tersenyumlah...!!
Alloh maha hebat dalam membuat skenario... Alloh maha kuasa dalam mentarbiyah kita...
dan disisiNya lah semua kebaikan. 

Balananjeur, 16 Oktober 2016

Ke Ampera

Beberapa hari yang lalu, saya mengantar anak-anak ke Ampera waterpark yang terletak di dekat pemandian air panas Cipanas.
Awalnya saya agak enggan untuk kesana, saya kurang suka keramaian seperti di Waterboom atau pantai dan sebagainya, tapi anak-anak lebih membutuhkan kehadiran saya sebagai ibu mereka untuk menemani mereka dan berbahagia dengan mereka , dan Qodarulloh langkah kaki pun mengiringi langkah-langkah kecil mereka.

Sebelum berangkat, saya menyiapkan beberapa baju untuk baju ganti mereka nanti setelah bermain air. saya siapkan nasi, beberapa potong ayam bakar, lalapan, sambal dan cemilan yang agak banyak dengan harapan supaya tidak 'riweuh' saat sudah sampai ampera. Saya juga berharap agar anak-anak dan saya sendiri bisa 'tenang' bermain tanpa terpengaruh 'kerewelan' mereka.

Menemani dan membersamai anak berarti juga memberikan toleransi pada perut mereka...hee... Anak-anak itu lebih mudah lapar dan lebih suka mengemil di banding orang tua. 
Anak-anak juga lebih mudah terpengaruh oleh banyaknya jajanan, lebih mudah 'rewel' karena jajanan. Hee...orang tua pasti faham bagaimana-bagaimananya...

Mengingat itu kali pertama saya mengantar anak-anak bermain ke tempat ramai dan umum seperti itu, saya mengusahakan untuk mempersiapkan banyak hal yang akan kami butuhkan selama di Ampera dengan baik.

Itu ke Ampera, tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal dan jika Allah mengijinkan kami kembali ke rumah maka kami pasti akan kembali ke rumah kami kembali untuk beraktivitas seperti biasa.
Biidznillah, Alhamdulillah dengan izin Allah, Allah memberi kami kesempatan untuk kembali ke rumah dan beraktivitas hingga hari ini.

Sahabat, kita berusaha mempersiapkan diri dengan baik ketika hendak pergi atau berkunjung ke suatu tempat. Lalu bagaimana persiapan kita menuju tempat yang kekal? Apa yang kita persiapkan untuk pergi ke tempat dimana kita tak pernah bisa kembali lagi ke dunia? Bagaimana persiapan kita menuju akhirat yang kekal?

Khoolidiina fiiha abadaa, kita akan kekal di dalamnya.. Selamanya. 
Akhirat itu kekal, tak ada jalan ataupun cara untuk kembali.
Bagaimana persiapan kita untuk pergi ke tempat itu? Sedang kita tak punya pilihan lain karena semuanya akan pergi kesana.
Yang tua atau yang muda, yang sakit atau yang sehat, yang kaya atau miskin, yang luang atau sempit....semuanya tak terkecuali.

Tentang akhirat, ia bukan perkara kecil yang bisa kita abaikan. Persiapan kesana haruslah jauh lebih baik di banding persiapan-persiapan lainnya...

Apa kabar persiapan kita ke akhirat yang abadi? 

Balananjeur, 17 Oktober 2017

Tergesa

Ada saat dimana kita memutuskan sesuatu secara tergesa
Kita pikir itu keputusan paling tepat
Kita tidak menyediakan cukup ruang dan waktu untuk memilah dan memilih
Berpikir dari satu sudut dan....satu rasa
Kita tergesa

Saat kita belumlah matang,
Bukan karena bilangan usia
Tapi karena keengganan mengendalikan ego dan...rasa kita
Ah, kita yang tergesa dan sering tergesa-gesa

Lalu kita menganggap orang yang tetap berada pada jalurnya sebagai kumpulan orang-orang lemah
Menganggap mereka yang bersebrangan sebagai kumpulan orang-orang yang kurang power
Tak seperti kita yang berani memutuskan keluar dari zona.. yang diputuskan dalam ketergesaan

Aduhai kita,
Bahkan jika kita memutuskan sesuatu
Bukanlah dengan membuat telunjuk kita menunjuk dengan garang
Bukanlah dengan mencari aib dan kelemahan orang lain
Tidaklah pembenaran dilakukan dengan menyalahkan

Ah, kita yang tergesa-gesa
Seolah pemberani di 'Medan perang'
Ternyata hanyalah 'pecundang' yang tidak tahu cara memecahkan persoalan
Lalu lari, berbalik dan berteriak, "wahai orang-orang disana, lihatlah aku..akulah pemenang pertarungan ini!"

Ah kita yang belum matang
Bukan karena bilangan usia
Tapi karena perjuangan yang kita anggap kesia-siaan ..

Saat itu, Kita yang tergesa-gesa

Balananjeur, 20 Oktober 2020

Saat Saya Tiada Nanti

Saat saya tiada nanti.. 

Saat menulis kalimat seperti ini bukan berarti pesimis dengan hari esok namun justru InsyaAllah optimis, optimis akan adanya hari lain yang jauh lebih panjang dan tiada akhirnya setelah hari-hari kita di dunia tlah usai. 

Saat menulis kalimat seperti ini ada banyak rencana di kepala, saya ingin menyiapkan banyak hal untuk saat-saat itu, baik untuk diri saya sendiri maupun untuk orang-orang yang saya tinggalkan sampai kelak saat perjumpaan kembali di hari yang.. Saya gemetar saat hendak menuliskan ini. 

Saat menulis kalimat ini, ada sesak yang dirasakan
Ada gelisah menyapa
Lalu harapan membumbung tinggi ke angkasa. 

Saat saya tiada nanti, 
Saya ingin tlah cukup perbekalan 
Tlah tunai tugas khalifah fil ardh yang ditugaskan

Lalu saat ini, sebelum hari itu tiba, apa saja yang bisa saya lakukan untuk mempersiapkannya, mempersiapkan hari itu?

Balananjeur, 20 Oktober 2021

Dua Puluh Satu

"Belum tidur?" Sudah, tapi kembali terbangun karena lambung yang kembali beraksi, MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal. Dulu saya pikir sakit lambung itu, "hanya sakit lambung, nanti juga baikan."

Dulu? Iya, dulu saat anak-anak masih kecil. 

Well, saya lupa hari ini belum meneruskan tulisan ini. "Harus?" Karena sudah berazzam menuntaskan sebagian kisah selama sebulan ini jadi yaaa harus diselesaikan meski saya ingin menyudahinya sementara waktu 😁

Ya, masalah lambung memang seolah lumrah terjadi pada ibu yang sedang menikmati masa tumbuh kembang anak (pun saat anak-anak sudah besar). Ada yang karena pola makan yang tidak teratur, stress, dan masih banyak alasan lain (bisa juga ditanya ke tubuh masing-masing sama ke tenaga kesehatan ataupun ke mbah google 😁). 

Saya juga pernah mengalaminya, sakit lambung yang sangat namun berusaha untuk bersikap seolah tidak terjadi apa-apa demi bisa membersamai anak. Padahal mengakui diri sakit lebih mudah untuk proses penyembuhan, kalau sembuh alias sehat mah kan nyaman ngurus anaknya juga. 

Dan berdasar pengalaman kecil itu saya ingin berpesan pada ummahat dimanapun berada, saat engkau memiliki keluhan kesehatan termasuk lambung yang terasa kurang nyaman, jangan terlalu keras berusaha untuk menjadi ibu yang ideal, turunkan standar idealmu dan istirahatlah! Istirahatkan pikiran dan tubuhmu! Tidak apa, engkau butuh waktu untuk memulihkan keadaanmu. 

#day21 harusnya hastagnya jangan #throwbackparentingdefa  karena kisah yang ditulis lebih kepada proses kesehatan mental ya πŸ˜„ tapi hastag ini sengaja saya pilih. Kenapa? Karena ingin saja. 

Well, selamat istirahat dan jangan lupa berdoa 😍

Balananjeur, 21 Oktober 2021

Dua Puluh

Masih tentang tugas yang dilakukan bersama. Awalnya saya pikir saya harus melakukan semua tugas sendirian, saya tidak ingin ada yang membantu saya. Tidak apa berlelah di dunia, tidak apa kecapean jika harus kecapean, saya hanya ingin memanfaatkan kesempatan berburu amal.. 

Namun, saya lupa, tubuh pun memiliki hak yang harus dipenuhi. 

Setiap kali Kakang mencoba membantu, saya memintanya untuk tidak membantu dan membiarkan semua itu saya kerjakan sendiri; mencuci, memasak, opsih dan semua pekerjaan rumah dilakukan sambil menggendong bayi. Saya tidak mau dibantu dan menutup diri dari uluran tangan. (Karenanya sedih banget waktu ada yang bilang super ngrepotin orang sekitar karena katanya harus dibantu teh πŸ™ˆπŸ˜…). 

Meski tidak terlalu mahir dan masih belajar namun saya senang melakukannya, saya bahagia, sangat bahagia. Sampai suatu hari saya tidak bisa bangun dari tempat tidur, keringat dingin mengalir deras, dada yang nyanyautan dan kepala yang trasa berat. Kakang membawakan ember kecil dengan kain karena saya terus-menerus muntah di kamar. Setelah diperiksa dokter hanya mengatakan saya kelelahan. 

Adakah yang merasakan bahagia namun tetap kelelahan? Tidak selalu yang kau rasakan mempengaruhi fisikmu, itulah pelajaran yang saya dapati kemudian. 

Akhirnya saya membuka diri, kakang menggendong bayi kami sementara saya melakukan pekerjaan lainnya ataupun sebaliknya. Saya memberikan waktu untuk diri saya sendiri, untuk tidur saat anak tertidur. Membiarkan dulu cucian atau rumah yang berantakan. 

Saya memberi tubuh saya sendiri waktu untuk istirahat dan membiarkan saja saat ada yang membantu meski saya tetap tidak membiarkan lisan saya sendiri untuk meminta bantuan. Agak sulit untuk yang tidak terbiasa.. 

Saya semakin menikmati waktu membersamai anak-anak semenjak itu, semenjak menunaikan hak untuk tubuh saya sendiri. Semenjak saya membuka diri untuk menerima uluran tangan suami yang meringankan pekerjaan di rumah. 

#throwbackparentingdefa 
#day20

Throwback parenting? Sebenarnya lebih ke proses kesehatan mental saat membersamai anak ya πŸ˜„

Balananjeur, 20 Oktober 2021

Ke Barber Shop


Siang ini Abang minta diantar ke barber shop gegara melihat selebaran di warungnya teh Nunuy. 

Tempatnya di dekat simpang 4 menuju desa sukamaju. Kami segera kesana meski rambut Abang masih belum panjang-panjang amat 🀭

Sambil di cukur, Abang yang memang suka membangun relasi ngobroo-ngobrol sama Akang barber. Akang barber cerita bahwa tadinya dia bekerja di Jakarta sebagai tukang pangkas rambut, qodarullah pandemi melanda and you know what happened setelah pandemi. Beliaupun memutuskan untuk kembali ke kampung dan memulai usaha barbernya disini. 

Bukan hanya barber tapi juga bekam, refleksi dan pijat tradisional. Kabar baik buat Bapak-bapak yang butuh tukang pijit saat istrinya tidak bisa mijit ini mah πŸ˜…

'Alaa kulli haal, saya teringat saat kami memutuskan untuk kembali ke kampung halaman setelah sekian tahun tinggal di Bandung, kami membuat banyak rencana usaha saat tinggal di kampung. Qodarullah tidak ada satupun yang berakhir sesuai harapan. 

Why? Banyak hal yang kami pikir mudah untuk dilakukan ternyata tak semudah bayangan sedangkan kondisi ekonomi kami belum matang untuk melakukan semua yang kami rencanakan itu. 

Emang apa saja sih rencananya? Apa hubungannya kondisi ekonomi dengan rencana itu? Someday saya ceritakan di catatan terpisah insyaAllah. 

Banyak rencana tidak terwujud sesuai harapan namun saya tetap merasa bahagia karena memiliki rencana lalu berusaha menjalankan semua rencana itu meski akhirnya.. Qodarullah wamaa syafa'al. Laa ba'sa bih, kami bersyukur atas pengalaman itu InsyaAllah karena dengannya Allah didik dan ingatkan kami bahwa yang memiliki kuasa itu Allah, kami hanya harus berdoa dan berusaha sebaik-baiknya  dan menyandarkan semuanya pada Allah. 

Balananjeur, 21 Oktober 2021

Rabu, 20 Oktober 2021

Membandingkan Rezeki

Membandingkan ataupun menghitung-hitung kebutuhan kita dengan nominal uang yang rutin diterima atau kira-kira dan biasanya kita terima, jelaslah tak sebanding dan tak kan pernah sebanding.

Kita tak perlu meragukan ke Maha Kaya an Allah dengan membandingkan kedua hal tersebut secara membabi buta.

"Gaji bulanan yang saya terima hanya 500 ribu perbulan, bagaimana bisa saya harus menghidupi 5 anak dan istri, apalagi untuk infak, shodaqoh dan membiayai pendidikan mereka?!"
Ini satu dari sekian banyak contoh yang mungkin saja tanpa kita sadari pernah atau sering terucap dari lisan kita hingga tanpa sadar kita sendiri sedang bertindak seolah kita yang mencukupi kebutuhan keluarga kita, seolah kita yang menghidupi dan membuat keluarga kita tetap hidup, seolah gaji kita yang membiayai kebutuhan keluarga kita. Dan kita lupa, bahwa semua persangkaan kita itu sangat jauh dari kebenaran.

Iman itu yakin sepenuhnya tanpa kecuali. Lalu benarkah kita beriman?

Bukan kita yang memenuhi kebutuhan keluarga kita. Bukan gaji kita yang memenuhi kebutuhan keluarga kita. Bukan pekerjaan kita yang memenuhi kebutuhan keluarga kita. Bukan kita yang menghidupi keluarga kita.
Bukan pula setiap usaha kita...
Tapi Allah yang mencukupi kita dan keluarga kita. Allah yang memberi kita kehidupan dan memenuhi setiap kebutuhan kita.

Kita,
Berikrar tentang hidup kita yang hanya untuk Allah.. Di setiap helaan nafas kita, sholat kita, do'a-do'a kita, tapi disaat bersamaan kita membelakangiNya dengan kesombongan dan keragu-raguan kita.

Balananjeur pagi ini sangat cerah, subhanallah... Semoga setiap do'a, ikhtiar, dan apapun yang kita lakukan menjadi hujjah kita dihadapan Allah. Semoga Allah Ridho ...

Catatan ini ditulis pada tanggal 21 Oktober 2017,saya tulis ulang hari ini 21 Oktober 2021 jam 4.45 pagi

Selasa, 19 Oktober 2021

Nikmati Saja

semenjak dia menangis melihat umminya di akupuntur. dia memilih untuk tidak ikut saat saya harus check up ke rs atau menjalani terapi dsb... (terapi mah kesannya terlalu dramatis n gaya yaaa?!?! hee #abaikan)

ba'da maghrib ini setelah menerima tamu, agenda itu kembali berulang.. cape dan semacamnya sudah tak ada lagi. menikmati apapun yang ada lebih membahagiakan dibanding menangisi sesuatu yang memang tak perlu ditangisi.

Allah hadirkan kebaikan dalam ujian apapun yang datang... #nikmatisaja 

Allah maha tahu tingkat kemampuan kita.
bukankah fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan itu in every condition?!

hal lain yang membahagiakan adalah bahwa anggota badan bisa berkordinasi dengan baik..
lisan masih bisa berucap..
jari masih bisa menulis..
tangan masih bisa memeluk..
bibir masih bisa tersenyum..
kaki masih bisa melangkah..
mata masih bisa menatap..
hati masih bisa merasa...
dan semoga Alloh tuntun hati untuk condong pada kebaikan karenaNya bukan hanya karena ego semata
dan semoga Ia senantiasa tuntun lisan dan jari untuk mengucapkan dan menuliskan hanya hal-hal yang baik dan benar...
semoga Ia Ridho atas apa yang tubuh ini usahakan..

menyusuri kilasan langkah yang pernah kutapaki sepanjang jalan pagerageung menjadi hal lain yang membuat hati senantiasa mengurai senyum... hati ini tak pernah bisa dilihat, setiap rasa yang datang terkadang tak harus disertai alasan (apa ini? #abaikan lagi! :D )

sakit? tentu saja... sangat sakit malah...
tapi sakit bukan alasan untuk tidak bahagia.. bukan alasan untuk berhenti melangkah...
ada banyak detik yang masih bisa kita manfaatkan sebelum waktu cabut kita tiba!
ada banyak kata yang bisa kita uraikan sebelum nafas itu tak lagi ada...
ada banyak kisah yang bisa kita ukir dengan bakti dan cinta yang Alloh titipkan pada kita
ada banyak harap yang bisa kita terjemahkan menjadi nyata
ada banyak dzikir yang bisa kita lafalkan 
ada banyak senyum yang bisa kita hadirkan melalui senyum kita

semoga setiap sakit yang ada menjadi hujjah dihadapan Allah ta'ala kelak..

semoga Allah anugerahkan rasa syukur sampai hanya nama yang tertinggal bersama seba'it kenangan yang pernah tercipta

#syukurlebihluasdarisamudra

Balananjeur 20 Oktober 2016

Sembilan Belas

Berbagi Tugas

Sebenarnya bukan berbagi tugas sih, dalam pengasuhan kami tidak pernah bagi-bagi tugas. Semua dilakukan bersama. Bersama bukan berarti apa-apa dilakukan berdua tapi lebih ke saling memberi dukungan dan berempati. 

Apa yang bisa saya lakukan akan saya lakukan, disaat lain Kakang yang melalukannya. Misal mengganti popok atau membersihkan pup anak. "Oh ini tugas ummi." Atau, "Abi bantu ganti popok ya?" Tapi lakukan saja! 

Tidak ada, "Sekarang giliran Abi yang bersihkan pup." Atau, "sekarang giliran Ummi." Tapi, lakukan saja! 

Saat Kakang ada di rumah bahkan saat sibuk sekalipun, beliau tak segan membersihkan pup anak tanpa menunggu saya minta tolong. 

Mengasuh anak itu tanggung jawab orang tua, bukan hanya tanggung jawab ibu atau tanggung jawab ayah. Keduanya memiliki peran yang penting, tak perlu saling berdebat tugas saya apa dan tugas dia apa. Hal ini tentu tidak ada kaitannya dengan status qowwam suami, qowwam bukan berarti enggan nyebokin anak atau momong anak. Qowwam justru ikut turun tangan mendampingi proses pengasuhan anak. 

#throwbackparentingdefa 
#day19

Balananjeur, Selasa, 19 Oktober 2021

Delapan Belas

"Teteh, kenapa nggak dititip ke Abinya waktu teteh shalat? Jadi nggak harus sambil gendong bayi." Tanya seorang teman menanggapi cerita kemaren. 

Sepanjang siang, Ayah mereka bekerja dan pulang menjelang Maghrib. Sebelumnyamah pulangnya bahkan sekitar jam 10 an malam (nanti saya ceritakan bab ini dalam jurnal Abang, bab ontel tua). 

Saya selalu berpikir alasan anak-anak nangis dan maunya digendong terus atau deket-deket saya terus :
1. Allah sedang mendidik saya, sebagai hambaNya, sebagai saya pribadi dan sebagai ibu. Didikan seperti apa? Mendidik keshabaran, keikhlasan dan ketangguhan. Biar kelak nggak jadi ibu yang epesmeer. 
2. Allah sedang menyimpulkan tali-tali ikatan antara saya dan anak-anak. 
3. Allah sedang memberi saya kesempatan untuk memiliki kenangan yang membuat saya tersenyum dihari kemudian. 
4. Nanti deh saya tulis poin lainnya. 

'Alaa kulli haal, bahkan saat anak sakit saya tidak akan meminta Abang untuk menjeda pekerjaan karena yakin ini akan jadi sarana tarbiyah yang baik untuk kami. 

Jadi sepanjang siang mah nggak mau banyak mikir soal bantuan, pokoknya lakukan saja, shalat saja tanpa mikirin kalau ada yang bantu megang anak mah enak atau apalah-apalah. Saya malas banyak mikir hal-hal seperti itu soalnya kalau bikin space buat mikir gitu teh khawatir menghabiskan energi, energinya mendingan dipakai buat menemani anak-anak. 

Nah, malamnya atau saat ada libur, baru deh ada Abang yang bantuin megang bayi atau ngondisiin anak-anak agar tidak naik punggung ummi saat ummi shalat. MasyaAllah itu bantuan yang luar biasa sekali dan itu cukup untuk saya mengatakan, "Bi, terima kasih 'alaa kulli haal."

#throwbackparentingdefa 
#day18 
#renungandefa

Balananjeur, Senin, 18 Oktober 2021

Tujuh Belas

Tiba-tiba ingat kalau shalat teh biasanya sambil gendong anak, satu dalam gendongan, dua lagi tiba-tiba sudah nempel di punggung. Jadi harus melamakan waktu sujud biar anak-anak nggak terganggu. 

Gimana kalau anaknya ngompol? Waktu itu saya tidak banyak berpikir bagaimana kalau dan bagaimana-bagaimana lainnya. Yang saya tahu waktu shalat sudah tiba dan saya tidak mau kehilangan keutamaan shalat di awal waktu jadi langsung ajak anak-anak buat wudhu dan shalat sama-sama. 

Nah karena yang paling kecil (waktu itu Aufa, seterusnya de Olin, sebelumnya Quthb kecil dan Umar kecil juga) harus selalu digendong, kalau nggak digendong teh auto nangis nggak berhenti, mau nitip juga nitip sama siapa soalnya kami tinggal jauh dari saudara dan keluarga jadi cara termudah mah ya udah shalat nya sambil gendong bayi. 

"Biarin we atuh nangis!" Nah saya juga nggak bisa mikir gitu, saya ingin shalat dengan tenang, saya belum cukup kuat apalagi khusyu untuk shalat diiringi tangisan bayi. 

Oh ya tentang ngompol, Alhamdulillah biidznillah nggak pernah kejadian anak-anak ngompol waktu bundanya shalat. Biasanya sebelum wudhu dituntun buat pipis dulu, 'alaa kulli haal biidznillah Allah berikan kesempatan untuk melaksanakan shalat sambil menggendong 3 balita tanpa menangis ataupun ngompol. 

"Nggak pakai pampers?" Saya ibu-ibu yang berpikir hemat πŸ˜… Kalau mau beli pampers teh otaknya langsung berputar keras, "sepenting apa? Sebutuh apa? Trus nanti dibuangnya kemana? Bagaimana caranya? Bagaimana proses penguraian sampahnya? Bagaimana kalau jadi kebiasaan? Adakah kebutuhan lain yang harus lebih diutamakan? Bagaimana nanti pertanggungjawaban nya di hadapan Allah?" Banyak pisan tanya. Ribet banget kan? Terlalu serius kan? Iya, memang ribet dan terlalu serius sampai akhirnya nggak pernah jadi beli pampers 🀭

'Alaa kulli haal, saya hanya ingin bersegera shalat dengan anak-anak bisa ikut belajar bersama saya. 

#throwbackparentingdefa 
#day17
#renungandefa

Balananjeur, 17 Oktober 2021

Senin, 18 Oktober 2021

By Plan (bagian 1)

Untuk apa sih bikin yang beginian? Biar bisa fokus hari ini mau ngapain aja, jadi agendanya jelas. Kayak kalau mau ngobrol juga biasanya ditulis di agenda: mau ketemu A, rencana ngbahas apa saja (biar nggak masuk ranah ghibah atau ngomongin sesuatu yang bikin jangar alias bukan ranah saya). 

Kesehariannya by plan? Enggak juga sih, hanya merencanakan lalu berusaha menjalankan rencana itu. Biasanya nglist rencana teh pas malam trus disusun lagi di awal pagi. Kalau tunai sesuai rencana Alhamdulillah, kalau enggak mah setidaknya saya sudah berusaha. 

Tidak tunai misal, eh ternyata jam 12 teh ada beberapa agenda yang belum tuntas misal nulis jurnal. Ya udah tinggal masukkan ke list agenda ke-3 jadwal harian dari jam 12- jam 6 sore. Kalau sampai jam 6 belum selesai, masukkan ke list agenda ke-4 yaitu jam 18malam -03 pagi. Namun yang pasti saya akan berusaha menuntaskan yang sudah diazzamkan saat itu juga jadi nggak disimpan buat esok hari soalnya bakalan riweuh pisan kalau numpuk tugas teh. 

By plan? Mungkin ada benarnya juga sih, saya sedang merencanakan ngumpulin bekal buat kembali. Jadi mengusahakan berbuat apa saja yang kira-kira bisa menjadi hujjah dihadapan Allah. Amal besar belum bisa dilakukan atuh semoga yang sedikit ini menjadi hujjah saat ruh ke asalnya. 

Nanti saya ceritakan lebih rinci ya. Heee..

Balananjeur, 18 Oktober 2021

19 Oktober


19 Oktober 2013

19 Oktober 2014

Jang

Jang,
Ujang,
Adikku yang menjaga pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota tubuhnya dari hal-hal yang haram maupun mubazzir...
Mungkin, ini nangka terakhir di musim sekarang sebelum nanti kembali berbuah lagi di musim selanjutnya...
Hmm .. Harum sekali aromanya...kau tidak pernah melihat pohon nangka ini tumbuh tinggi apalagi sampai mencium aromanya..

Puluhan tahun yang lalu,
Saat kita masih tumbuh dalam dekapan mamah dan apa..
Kita sering sekali berebut buah ini... 
Dan tentu saja kau yang selalu menjadi pemenangnya...
Karena aku... Salah satu putri mamah yang lebih suka mengalah :v

Namun tetap saja, kau berikan sebagian buah nangka yang kau dapat dan ku berikan lagi buah nangka pemberianmu padamu..
Karena aku tidak bisa makan nangka
Karena aku lebih suka melihatmu yang memakan buah nangka itu ..

Tidak impas kan jang... Meski kita sama-sama berbagi, tapi semoga membuat DIA ridho pada kita...

Tidak ada amal yang impas antara manusia, bukan?
Kecuali Alloh yang membuatnya impas...bahkan mungkin sekedar fatamorgana yang hanya memiliki lelah yang ada.. Na'udzubillahi min dzaalik..

Jang,
Kita benar-benar saudara yang aneh yaa?!
Usiaku 2 tahun diatasmu ...tapi kau melindungiku layaknya seorang kakak melindungi adiknya

Kau marah ketika ada yang menggangguku

Kita tidak pernah bertengkar karena tetehmu yang tak tahu cara bertengkar..
Yang kutahu hanya, jika ada sesuatu yang tak kusukai darimu...aku cukup diam saja dan meninggalkanmu
Kemudian dilain waktu ku katakan itu padamu,ketika rasaku tidak seburuk seperti saat aku tak suka..

Aku tak tahu caranya berebut sesuatu dengan pertengkaran...
Yang kutahu hanyalah, aku menyayangi saudara-saudaraku

Aku tak tahu caranya mengadukan ketak sukaanku atas beberapa sikap saudara-saudaraku pada mamah...
Karena yang kutahu hanyalah aku tak ingin mamah sedih dan bingung harus bersikap bagaimana atas kita..

Ujang,
Masih di waktu saat kita bermanja pada mamah di usia yang masih imut..
Kau bermain truk-truk an besar yang apa pesan dari mang ending, kau bermain itu dengan mulut penuh buah nangka...
Kau terlihat lucu adikku sayang...
Aku, si pendiam ini tertawa terpingkal-pingkal melihatmu
Kau awalnya terlihat marah karena ku tertawakan, tapi setelahnya tawamu bahkan lebih berderai di banding aku yang mulai diam ...

Ujang,
Adikku sayang...
Aku bahagia memiliki adik laki2..
Meski aku sudah memiliki 5 kakak laki2, tapi ditambah dengan seorang adik laki-laki yang sholeh sepertimu
Membuatku selalu dengan lantang mengatakan bahwa Maha Benar Allah dengan segala Firmab-Nya . . Fabiayyi aalaairobbikumaa tukadziban. 

Jang, entah tulisan macam apa 
Layak atau tidak untuk kutuangkan disini
Tetehmu ini hanya sedang ingin menulis saja. 

Catatan ini ditulis pada tanggal 19 Oktober 2016 dan ditulis lagi pada hari ini jam 5.23 tanggal 19 Oktober 2021.

Ngomongin Ghibah (bagian 2)

Kembali ke cerita dighibahin.. Semoga tulisan ini tidak termasuk ghibah yaa ☺

Ini sambungan kisah sebelumnya ya sahabat, saya membuka diary lama guna mengetahui apa yang saya rasakan dal lakukan saat itu. 

Waktu itu Mamah menangis sampai hampir pingsan, sebabnya beliau terluka karena putrinya dighibahin. 

"Mamah, abi teu kunanaon." Saya mencoba menenangkan Mamah, tapi Mamah tetap merasa tidak tenang dan menangis. Saya tidak pernah melihat mamah menangis karena saya seperti tangisan mamah waktu itu, saya berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh namun akhirnya saya terpengaruh juga. 

Sebabnya apa? Saya merasa sudah menyakiti Mamah dan itu melukai perasaan saya. Sungguh selama ini saya berusaha menjaga agar tidak melukai mamah baik oleh ucapan maupun tindakan namun hari itu melihat mamah menangisi saya membuat saya merasa sudah melukai mamah. 

Sungguh luar biasa efek ghibah, meski yang dighibahin baik-baik saja akan lain halnya dengan Ibu yang melahirkan orang yang dighibahin, tetap akan ada yang mengais luka dan bahkan menangis karenanya, dialah ibu. Efek ghibah lainnya membuat orang yang dighibah berpikir tlah melakukan kesalahan hingga membuat ibundanya menangis. Oh hey, siapa yang menciptakan luka siapa yang merasa bersalah.. 

Dibelakang Mamah sayapun mulai menangis, menangis sedih, kesal dan marah. 

Saya sedih melihat Mamah menangis. 
Saya kesal karena merasa ada urusan apa mereka mengghibah saya. 
Saya marah karena tak ada tabayyun dan yang ada hanya jari telunjuk menukik tajam. 

Ceritanya luar biasa.. 

Tentang saya yang katanya cuek dalam mendidik anak, bentuk cueknya adalah membiarkan anak-anak guyang disawah. 

See, apa hubungannya guyangnya anak-anak dengan mereka? Apakah itu mengganggu mereka? Ini adalah bagian dari cara saya mendidik anak-anak, membiarkan mereka guyang. 

Katanya anak-anak beginilah dan begitulah, hati saya mulai bergejolak. 

Dan yang paling membuat saya tidak nyaman adalah adanya jari telunjuk atas suami saya saat ada yang mengatakan Emak pernah menangis karena suami. Adakah ibu yang tidak pernah menangis karena anaknya? Tanpa tabayyun alasan Emak menangis mereka langsung mengangkat telunjuk dan mengatakan "Anak durhaka." Sebagai titel yang tepat bagi anak yang membuat ibunya menangis. 

Menangis karena apa? Alasan apapun itu tidak diperlukan yang ada hanya statemen yang menurut saya sangat jahat sedangkan Emak bukan menangis karena dilukai tapi tangis ibu untuk anaknya. Untuk artinya cinta, itu tangis cinta. Adakah yang belum pernah melihat Ibunda yang tidak pernah menangisi anandanya? 

Akhirnya saya terpengaruh, hati saya merasakan luka dighibahin.. 

Inginnya konfirmasi kepada semua yang hadir di forum yang nama saya dijadikan bahan curhatan itu (curhatnya bahasa lain dari ghibah), tapi apa pentingnya, saya sudah tabayyun pada beberapa orang dan mengakui adanya situasi itu, itu cukup untuk mengatakan bahwa kabar itu benar adanya. Kabar bahwa saya bahan ghibah dihari itu, disana, adalah benar. 

Semalaman saya menangis, saya tidak menangis didepan mamah ataupun orang lain. Tapi saat menyendiri, akhirnya air mata pun luruh. Saya menangis entah karena apa, berpikir bahwa setelah menangis maka kondisi hati akan kembali membaik. 

Terpikir bagaimana seandainya lisan saya sendiri yang ngghibahin orang lain, pasti akan sangat melukai dan bukan tidak mungkin menghancurkan harga diri dan membunuh karakternya karena kalimat buruk yang terucap, kalimat istighfar dan ta'udz menderas, itu menjadi fase taubat. 

Boleh jadi saya pernah ada di posisi sebagai yang ngghibahin orang lalu Allah buka mata saya dengan cara itu, meski berulang kali suami mengatakan, "Ummi tidak mengghibah orang lain, Ummi selalu Husnuzon pada orang lain." Tapi tetap saja saya merasa ini akan menjadi sarana taubat sekaligus perbaikan diri. 

Bersambung yaa.. 

Balananjeur, Senin, 18 Oktober 2021



Sabtu, 16 Oktober 2021

Enam Belas

Kenapa pipilih atau pilih-pilih? Belajarmah kan dari mana saja? Iya, bener banget kalau belajar itu dari mana saja dan dari siapa saja tapi saya nggak suka pusing dan terlalu banyak mikir mana yang akan saya aplikasikan apalagi sampai membuat saya jadi tidak percaya pada diri saya sendiri. 

Tidak PeDe? Inimah saya saja yang suka gitu, saya khawatir dengan diri saya sendiri yang kadang ketemu suatu kalimat yang membuat saya mikir, "saya mampu nggak ya?" Akhirnya bikin saya lebih banyak mikir daripada doing. Hee.. Itumah dulu, udah cape ngerjain ini itu plus mengurus beberapa balita jadi nggak mau ribet mikir yang lain lagi, nggak mau nambah beban pikiran biar fokus bahagia ngurus anak. 

Alasan kedua, saya nggak mau numpuk ilmu tapi miskin aplikasi. Aduh itu teh kan tanggung jawabnya berat pisan. 

Jadilah saya pipilih, kalau ada seminar atau pelatihan parenting teh lihat dulu apa saya butuh itu atau tidak? Kalau tidak mah meski tema sama pematerinya kayaknya bakalan asyik saya akan memilih tinggal di rumah menemani anak-anak. Tapi kalau materinya saya butuhkan, meski jauh oge di jugjug. 

Baca buku juga sama, saya pesan sama Kakang kalau mau membelikan buku teh baiknya buku yang memang saya butuhkan untuk membantu mengupgrade diri sebagai diri sendiri, sebagai istri dan juga ibu.

#renungandefa 
#throwbackparentingdefa 
#day16

Balananjeur, 16 Oktober 2021

Lima Belas

Kakang tahu saya suka belajar, belajar banyak hal terutama ilmu mendidik anak. Mendidik anak itu ternyata butuh ilmunya, proses mencari ilmunya itu tidak ada jenjangnya alias terus selama jadi ibu. 

Karena istrinya suka belajar, selalu ingin tahu, "sebenarnya jadi ibu teh gimana sih?" Atau, "Apa yang harus diperhatikan saat ngurus anak?" Dan banyak tanya lain di kepala membuat Kang @wawanridwan75 harus sering menyiapkan waktu untuk diskusi dan membelikan banyak buku atau menyiapkan dana agar istrinya bisa ikut pelatihan. Eh biasanya pelatihannya nyari yang free, tepatnya ikut seminar bukan pelatihan intensif 🀭 Dana yang disiapkan minimal buat ongkos bensin dan cemilan anak-anak. 

Tapi saya itu tipe yang pipilih, tidak setiap pelatihan atau seminar menjadi ibu (ibu yang benar dan baik 🀭) akan saya ikuti. Saya akan sesuaikan dengan visi saya: ngedidik anak teh buat apa dan karena apa trus untuk mencapai itu saya harus gimana. 

#throwbackparentingdefa
#day15
#renungandefa

Balananjeur, 15 Oktober 2021

Empat Belas

Kisah kecil tentang anak-anak saat mereka marah sampai gelut saya tulis di postingan lainnya yaa.. 

Membersamai anak itu melibatkan hati, bukan hanya fisik saja. Saat lisan berkata, hati pun ikut bersuara. Saat tangan memeluk, hati juga ikut bersuara. Semua yang dilakukan ibu saat membersamai anak adalah kerja hati yang tiada henti, tak pernah memiliki waktu istirahatnya. 

Hati, mengkondisikan hati itu tak bisa dicapai hanya dengan jalan-jalan dan menikmati waktu sendiri, letihnya hati akan senantiasa ada karena itu perlu waktu menyendiri yang melibatkan kebersamaan dengan sang pemilik hati. 

Oh hey, aku tahu bagaimana letih itu karena aku pernah juga mengalaminya karena itu aku katakan ini padamu adinda sayang, semakin dekatlah pada Allah yang Maha membolak balik hati, yang maha menenangkan hati, yang maha meneguhkan hati, yang maha mengkondisikan hati. 

Membersamai anak adalah episode melibatkan hati yang selalunya naik turun; semangatnya, rasa nya, dan lain sebagainya. 
Tanpa Allah, tak ada sedikitpun ketenangan dalam hati, mengurus anakpun hanya akan menjadi sekedar membersamai saja tanpa nilai ibadah disana. 

Hayaatuna kullahaa ibaadah, mengurus dan mendidik anak juga ibadah seorang ibu, sarana mendekatkan diri kepada Allah. 

#throwbackparentingdefa 
#day14

Balananjeur, 14 Oktober 2021

Tiga Belas

Masih tentang marah, saya kesulitan mendefinisikan marah. Marah versi saya yaa.. 

Anak-anak mengatakan kalau umminya kurang setuju atau tidak menyukai sesuatu maka reaksi marahnya adalah dengan cara diam atau masuk kamar. Namun saya sendiri bingung, apa sih yang membuat saya marah? Hal apa yang biasanya membuat saya marah? 

Saya juga tidak tahu cara terbaik dalam memperlihatkan kalau saya merasa marah atau sedang marah. 

Ketidakfahaman ini membuat saya berusaha mendampingi anak-anak untuk mengenali beragam emosi yang ada termasuk emosi marah. 

Misal saat anak-anak terlihat kesal, saya ajak mereka untuk mengenal rasa itu; bahwa sedang kesal, kenapa kesal, apa yang harus dilakukan, sejak kapan, dll. 

Saya tidak tahu apakah cara saya salah atau kurang tepat, saya hanya ingin berusaha untuk mereka di masa depan. 

Nanti saya ceritakan kisah kecil saat anak-anak meluapkan emosi kesalnya bahkan sampai gelut dengan teman dan bagaimana posisi saya yaa.. Hee. Kisah kecil waktu mereka kecil. 

#throwbackparentingdefa 
#day13

Balananjeur, 13 Oktober 2021

Dua Belas

Catatannya masih acak-acakan, membuka ingatan ternyata lumayan ya πŸ˜„ lumayan apa? Lumayan sulit apalagi tidak semua jejak ditulis di jurnal harian. 

Beberapa hari yang lalu Neng Ina bertanya apakah saya pernah marah pada anak-anak, jawabannya pernah. Mungkin bukan hanya pernah tapi sering apalagi saat sulung dan adik-adiknya masih kecil-kecil. 

Saya sering marah kadang sampai nangis, eh yang nangis nya saya, bukan anak-anak 😁 karena merasa menyesal sudah marah. Hanya lucunya, anak-anak malah mengatakan, "Ummi teh lagi marah atau berdoa?" Kalau saya marah teh, nah aneh kan? Saya juga bingung padahal saya memang sedang marah. Akhirnya hati teh asa dikeleketek buat tertawa, tapi karena ceritanya sedang marah keinginan tertawa pun di tahan πŸ˜…

"Ummi nggak punya passion marah-marah!" Saat mulai besar, anak-anak mengatakan hal yang membuat saya tertegun, sejak kapan marah butuh passion?! πŸ˜ƒπŸ€¦‍♀️

Pernah marah? Sering, yang paling diingat anak-anak adalah saya memilih diam saat marah, anak-anak bisa tahu umminya marah kalau saya diam saat tidak berkenan atas suatu hal. Diam atau masuk kamar πŸ˜…

Apakah marah diperlukan? Menurut saya sih diperlukan. 

#renungandefa 
#throwbackparentingdefa 
#day12
#parenting
#marah

Balananjeur, 12 Oktober 2021

Sebelas

Menjadi Ibu adalah proses belajar tanpa henti, setiap waktunya adalah proses belajarnya; belajar mengelola emosi, belajar membersamai, belajar menggali potensi, belajar menjadi hamba Allah yang ikhlas mengabdi. 

Belajar banyak hal.. 

Seorang ibu tak pernah benar-benar duduk kecuali duduknya menjadi proses belajarnya. 
Tak hanya memasak untuk menyiapkan makanan bagi keluarga, tak hanya menyetrika untuk merapikan pakaian, tak hanya mencuci untuk membersihkan baju, tak hanya mengepel untuk membersihkan rumah, tak hanya meredakan anak yang rewel, tak hanya.... 

Semua aktivitasnya adalah proses belajarnya, otaknya tak henti bekerja. 

Untuk membantu proses belajarnya itu, Ibu butuh ilmu yang benar untuk menjadi ibu yang benar.
Untuk membantu proses belajarnya itu, ibu butuh lingkungan yang kondusif yang mendukungnya untuk menjadi ibu yang sehat (mental). 
Untuk membantu proses belajarnya, sangat baik jika suami menjadi sosok yang paling memahami posisinya. 

Naon ieu teh? Kitu weh pokoknamah 😁

#throwbackparentingdefa . #day11
#renungandefa

Balananjeur, 11 Oktober 2021

Sepuluh

Journaling

What is it? Ini terdiri dari kata journal ditambah verb ing, jadilah journaling alias aktivitas nulis jurnal. 

Jurnal apa? Jurnal harian anak. 

Bunda, menuliskan jurnal harian anak itu banyak sekali manfaatnya lho Bun. Salah satunya jadi nggak mudah panik. 

Biasanya kondisi apa yang membuat Bunda mudah panik? Saat anak sakit misal, biasanya banyak bunda yang panik kalau anak sakit. Naaah, kehadiran jurnal harian anak membantu kita untuk nggak mudah panik. Ini menjadi semacam pengingat dan panduan kala terjadi kondisi serupa. 

Maksudnya? 

Gini lho, Bunda.. Saat anak sakit (misal panas atau sakit apapun) kita tuliskan all about gejalanya, apa saja yang dibutuhkan dan dilakukan saat itu, proses pengobatannya bagaimana, berapa lama, makanan apa yang baiknya diberikan disaat itu dll pokoknya all about sakitnya hari itu. Naah dikemudian hari kalau anak sakit lagi teh kita jadi tahu apa yang harus kita lakukan karena kita punya panduannya yaitu catatan kita sendiri, jurnal yang kita tulis. 

Itu juga bisa bermanfaat untuk yang lainnya. Dan masih banyak manfaat lainnya dari journaling. 

#renungandefa
#throwbackparentingdefa . #day10 #catatandefa

Balananjeur, 10 Oktober 2021

Delapan

Memang letih, tapi letih yang membahagiakan. Memang mudah nangis, tapi tangis yang berujung bahagia. 

How can? 

MasyaAllah itulah maha baiknya Allah, padahal letih banget ngurus anak teh, tapi Allah sembuhkan letih nya hanya dalam sekejap mata. Tiiiing, hilang lah letih berganti bahagia. Bahagianya luar biasa, lupa kalau sebelumnya pernah letih yang sangat. 

Tadinya nangis, nangis sedih saat anak sakit atau pas lagi tidur teh tiba-tiba sediiih pisan. Lalu Allah hapus airmata dengan kesembuhan anak atau dengan menjadi ibu yang lebih baik saat anak bangun, kalau sebelumnya jadi ibu yang mudah marah trus pas anak tidur auto nangis nyesel, besoknya setelah anak bangun cling langsung berubah jadi ibu yang lebih sabar. 

Kuncinya sujud dan tilawah. Sujud? Iya, sujud, ngadu sama Allah. Sampaikan semua rasa saat membersamai anak sama Allah, nikmati saat curhat itu. Enak banget kan kalau lagi curhat sama seseorang, nah curhat sama Allah itu jaaaauuuuh lebih enak. Kebayang atuh gimana 'jangarnya' kepala saking letihnya kalau nggak pernah curhat sama Allah, nggak pernah tilawah. Kita itu makhluk yang lemah dan Allah yang menguatkan kita. 

Sampaikan semua rasa pada Allah dan nikmati saat-saat itu! 

#renungandefa
#throwbackparentingdefa 
#day8 
#parenting 
#catatandefa

Balananjeur, 8 Oktober 2021

Sembilan

Menyamakan Visi dan Misi dengan Suami. 

Hey, kalau yang baca tulisan ini para ayah, tentu menyamakan visi dan misi nya dengan istri yaaa, karena disini yang nulisnya saya jadi menyamakan visi dan misinya ofcourse sama suami, suami saya sendiri 😁

Harus? Banget. 
Penting? Sangat. 
Why? How? Nanti saya tuliskan detail nya yaa.. 

Hari ini fokus nulis surat buat salah satu putri kami, jadi saya tuliskan sekilas yaa. 

Semua catatan saya hanya berdasar pengalaman, jadi bebas di perdebatkan πŸ˜„ Namanya juga pengalaman, tentu berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Pengalaman mah selalu berbeda buat tiap orang..

Oh ya, sepenting apa menyamakan visi dan misi dengan suami? Sepenting makna anak dalam pemahaman kita. 

#renungandefa
#throwbackparentingdefa 
#day9
#catatandefa
#parenting

Balananjeur, 9 Oktober 2021

Tujuh

Apa kabar hatiku hari itu? 

Pertanyaan ini artinya saya mengingat dan merenung kembali, membuka kembali buku catatan harian dimana saya sering menuliskan perasaan saya disana selain hal-hal yang saya alami di hari itu. 

Banyak tangis saat mendampingi para balita, ya itu lah kenyataannya.. Tangis apa? Saat anak sakit, nangis khawatir anak kenapa-kenapa sedang kami tinggal jauh dari orang tua tempat 'pakumaha' kata orang sunda mah (saya bingung kalau harus nranslate). 
Saat anak-anak tidur, nangis sesal, "sepanjang siang teh ngapain aja sama anak-anak teh?" Apalagi kalau siang atau sebelum tidurnya habis marahi anak-anak, luar biasa sesalnya. 

Saat anak-anak jauh, misal waktu adik Umar ingin tinggal dulu sama Mamah di Tasik, nangis rindu. 

Banyak pisan alasan tangisnya. Eh ini mah saya yaa, ibu yang memang mudah nangis tapi InsyaAllah tangis cinta πŸ˜…. 

Apa kabar hatiku hari itu? 

Mudah letih. Itu juga yang saya baca di buku catatan harian yang sekarang sampulnya sudah kusam ini. 

Bagaimana bisa? Kan happy? Iya saya memang senang saat mendampingi anak-anak, tapi bukan berarti nggak ada letih. Saya kesulitan mengingat letih seperti apa hari itu, setelah berlalu mah rasa letih teh hilang bahkan nggak ingat sama sekali gimana rasanya, yang paling diingat adalah bahwa masa itu luar biasa ngangenin, itu saja. 

Bahwa setiap kisah di masa itu menyenangkan, sangat menyenangkan. 

Namun saya akan coba mengingat letih seperti apa yang kira-kira pernah hadir.. 
Kisah ini sekaligus kabar untuk anda, ummahat dengan balita, saat engkau merasa letih.. Semua ummahat juga merasakan itu, anda tidak sendirian. InsyaAllah Allah akan kuatkan anda dan jadikan pengalaman letih itu jadi sarana tarbiyah yang membuat anda dan anak-anak anda menjadi pribadi yang lebih baik, InsyaAllah. 

#renungandefa
#throwbackparentingdefa 
#day7 
#270kata
#catatandefa 
#parenting 
#menjadiibu

Balananjeur, 7 Oktober 2021

Enam

"Kata pakar a, ngurus anak teh begini, Bi."

"Kata pakar satunya lagi begini, Bi."

Akhirnya saya bingung karena terlalu banyak yang didengar dan lagi-lagi bukan Allah yang menjadi tujuan tapi lisanmah keukeuh bilang kalau apa yang saya lakukan itu karena ingin anak yang teguh dengan keislamannya. 

Saya mulai merasa jangar karena terlalu banyak yang didengar, ditambah banyaknya intervensi muncul dari berbagai penjuru membuat saya menyadari bahwa yang paling utama dalam proses pembinaan generasi bukan hanya proses menyimak ilmu apalagi sekedar merasa siap (ingat yaa, hanya merasa alias bukan benar-benar siap). Kondisi ruhiyah ternyata yang paling penting dan sangat dibutuhkan dalam menghadapi proses panjang membersamai anak. 

I mean, hati yang terikat kepada Allah, dekat dengan Allah. 

Apa kabar hati ku waktu itu? Apa kabar hatiku hari ini? 

#renungandefa #throwbackparentingdefa
#day6
#catatandefa
#parenting

Balananjeur, 6 Oktober 2021

Lima

Ari fitrah teh apa? Satu hal yang saya fahami dan yakini, fitrah anak (termasuk orang dewasa alias kita semua) adalah fitrah Islam. 

Fitrah islam teh apa? Aqalnya, hatinya, sikapnya, lisannya dam semua yang ada padanya tunduk, patuh dan berserah diri pada aturan Allah. 

Jadi, tugas mendidik anak itu fokus kesana; tunduk, patuh dan berserah diri pada Allah. 

Bagaimana caranya? Kembali ke ashlih nafsaka mulai dari kembali pada Al Qur'an dan Al Hadits. Atuh da pusing kepala kalau tujuannya pengen anak yang fitrahnya nggak terkontaminasi tapi kitanya sendiri menyandarkan segala urusan termasuk pendidikan anak dan parenting pada mereka yang mendustakan Allah. 

Seseorang itu sesuai isi kepalanya, isi kepalanya bisa dilihat dari dzahirnya. Bagaimana bisa mengajak pada iman dan islam kalau dianya sendiri nggak tunduk pada aturan Allah. 

Allah bukan tujuan, hanya bersandar pada kesuksesan duniawi sedang lisan bilang pengen anak yang shalih. Anak shalih itu kan versinya dari Allah, lalu bagaimana proses jadi anak shalih kalau rujukannya bukan rujukan dari Allah atau dari seseorang yang berpegang teguh pada aturan Allah?! 

#throwbackparentingdefa 
#day5
#renungandefa 
#catatandefa 
#parenting

Balananjeur, 5 Oktober 2021

Empat

Ashlih nafsaka! Perbaiki dirimu! 

Bukan mikir mutus rantai karena merasa ortu kita itu salah atau punya banyak kekurangan saat mengurus kita. Cukup ashlih nafsaka! Perbaiki dirimu! 

Tidak jarang mendengar atau membaca tulisan yang cenderung menyalahkan ortu mereka (dulu) saat masa pengasuhannya. Otak kecil saya nggak bisa nyampe kesana, saya hanya tahu kalau ucapan terima kasih terbesar seorang anak adalah pada ortunya yang melalui mereka Allah berikan kehidupan. Saya hanya tahu bahwa saya hanya memiliki rasa terima kasih yang sangat besar pada orang tua saya karena itu nggak pernah terpikir apalagi pengen mikir untuk, "maafkan jika metode pengasuhan mereka salah atau kurang tepat!" Karena justru saya yang harus banyak minta maaf dan diikhlaskan atas semua kekurangan dan kesalahan saya atas mereka. 

Saat mendidik anak bukanlah saat memutus rantai atau dalam rangka memaafkan cara ortu mendidik kita, mendidik anak adalah ibadah. Allah mengamanahi anak untuk kita jaga sesuai perintahNya jadi saat mendidik anak bukan saat untuk, "harusnya ortu saya nggak seperti itu saat mengasuh saya." Intinyamah saya malas berpikir kalau ortu saya salah atau memiliki kekurangan saat merawat dan mendidik saya. 

Ashlih nafsaka! Perbaiki dirimu! 
Saya hanya ingin mencari tahu kenapa dan untuk apa Allah mengamanahi anak? Bagaimana ibu dan anak serta tentang ayah dan anak dalam kacamata Islam? Apa yang diajarkan baginda Rasul dan para sahabat saat pengasuhan anak? Banyak tanya di kepala saya. Meski tidak melahirkan yang sekualitas tabiit tabiin, atuh saya teh pengen menjadi ibu yang amanah dalam menjaga fitrah anak. 

Apa sih fitrah anak teh? 

#renungandefa
#throwbackparentingdefa 
#day4 
#catatandefa 
#parenting 

Balananjeur, Senin, 4 Oktober 2021

Tiga

Jadi, gimana cara membersamai anak teh? Karena visi nya bukan mencipta anak dengan dunia dalam hatinya tapi melahirkan anak yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan. Jadi apapun yang mereka lakukan, tujuan (dan niatnya) adalah Allah. 

Kriteria hidupnya adalah, Allah suka atau tidak, Allah Ridha atau tidak. 

Gimana bisa melahirkan anak yang mencintai Allah kalau saya sendiri hanya melafal cinta tanpa aksi nyata, jangankan berkorban banyak untuk yang di cinta, bangun awal waktu buat munajat aja enggan. Apa benar saya bertekad membersamai anak untuk bersujud pada yang Maha Mencipta sedangkan sujud aja hanya sekilat. Apalagi tadabbur kalamullah, membaca seayat saja enggan-engganan padahal sudah berikrar, "Al Qur'anu dusturunaa."

Ashlih nafsaka! Perbaiki dirimu! 
Ikat hatimu dan dekatkan dirimu pada DIA yang memberimu amanah. Kita tidak pernah tahu cara terbaik dalam mendidik anak agar tetap sesuai fitrah-Nya, yang bisa kita lakukan adalah memohon bimbinganNya dan yakin dengan apapun yang kan kita lakukan setelahnya. Yakin artinya tidak mudah menyalahkan diri ataupun mudah terombang-ambing. 

Ashlih nafsaka, yashluh lakannaas! 

#renungandefa 
#catatandefa 
#throwbackparentingdefa 
#day3 
#parenting

Balananjeur, 3 Oktober 2021

Dua

Allah teh ngasih amanah anak melalui rahim kita teh buat apa? Pertanyaan pertama yang saya tujukan pada diri saya sendiri saat belajar fokus pada tujuan setelah sebelumnya seolah sibuk membandingkan metode pengasuhan dengan orang lain. 

Harusnya metode pengasuhan orang lain bukan dijadikan pembanding ya Bu, tapi ada saat dimana hal yang harusnya memotivasi itu justru berefek sebaliknya (nanti saya ceritakan alasan why nya yaa 🀭). 

Allah ngasih amanah sama kita itu buat ibadah, sarana ibadah, dan mendidik mereka juga untuk menjadikan mereka ahli ibadah sebagaimana tujuan penciptaan kita, "wamaa kholaqtul jinna wal insa illaa liya'buduun." Kita teh diciptakan untuk ibadah; kita dan anak-anak kita. 

Tujuan : Ibadah. Mendidik anak adalah ibadah, menjadi ibu adalah ibadah, menjadi ayah adalah ibadah, menjadi anak adalah ibadah. 

Pertanyaan selanjutnya, "ibadah seperti apa yang Allah perintahkan teh?"

#renungandefa 
#catatandefa
#throwbackparentingdefa 
#day2

Balananjeur, 2 Oktober 2021

Satu

Saya pernah tertarik cara orang lain dalam mendidik anak, bahkan cenderung membandingkan cara saya dan mereka hingga akhirnya saya merasa gagal; gagal menjadi ibu yang baik.

Itu membuat saya tidak bahagia.
Fokus pada orang lain termasuk cara orang lain membuat saya sibuk menyalahkan diri sendiri, itu membuat saya tidak bahagia.

Saya tidak suka situasi seperti itu, saya merasa bahwa saya harus menjadi ibu yang bahagia agar lahir anak-anak yang bahagia dan menjaga fitrahnya dengan baik. Saya harus menjadi ibu yang bahagia agar bisa melahirkan generasi yang Mukhlis, yang memegang teguh agama dan tidak mudah terombang-ambing rayuan dunia yang melenakan dan menipu.

Tapi, selama saya hanya disibukkan dengan cara orang lain,saya akan tetap fokus pada kekurangan diri saya sendiri karena itu saya memilih menepi dan mentadabburi Al Qur'an alih-alih belajar metode pengasuhan pada orang lain. 

Saya membaca kembali bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendidik para sahabat. Bagaimana para ulama terlahir dan dari ibu yang seperti apa.

Saya menulikan telinga dan menutup mata rapat-rapat dari ilmu parenting yang tidak mengenal makna birrul waaliadain. 

#renungandefa
#catatandefa
#throwbackparentingdefa
#day1

Balananjeur, 1 Oktober 2021

Ngomongin Ghibah (bagian 1)

Catatan ini mengandung unsur curhat yang disengaja 😁

Beberapa hari yang lalu ada yang bertanya, "apa yang dirasakan saat tahu dighibah bahkan sama sesekomunitas?"

Saya bingung menjawabnya soalnya kejadian itu sudah sangat lama. Oh ya sebagai informasi, menurut kabar yang sampai waktu itu saya cukup asyik dijadikan bahan ghibah dalam suatu kumpulan thats mean dighibahin di suatu forum 🀭

Luar biasa ya πŸ˜„

But, jujur saja saya lupa rasanya. Jadi saya buka buku catatan harian untuk menjawabnya. 

Penting banget sampai buka buku diary lama? Penting mah tergantung ya, ada saat kisah seperti ini penting dibagi (sebagai ibrah bagi yang mungkin saja mengalami hal yang sama) dan sebagian lagi sangat mungkin menganggap ini nggak penting banget. Yaa tergantung kan ya πŸ˜„

Saya teruskan ceritanya yaaa.. 

Awalnya nggak terpengaruh, santai saja, biarin mau dighibahin juga da bukan urusan saya. Maksudnya, yang ghibah kan bukan saya sedangkan kita sendiri tidak punya kuasa untuk mengendalikan lisan orang. Oh wait, lisan sendiri pun susahnya minta ampun agar on kendali teh, jadi boro-boro mikirin lisan orang sama diri sendiri aja nggak tuntas-tuntas 😷

Tapi kemudian Ibu saya terpengaruh, Mamah menangis karena tidak mau anak perempuannya menjadi bahan ghibah. Awalnya saya masih tenang, berusaha menenangkan mamah dan meyakinkan mamah kalau saya baik-baik saja. 

Saat mengatakan saya baik-baik saja tiba-tiba ada hati yang ikut nyelekit, akhirnya saya ikut terpengaruh.. Oh hey, usia saya masih 27 tahun saat itu, masih memiliki emosi yang menggebu. 

Saya tabayyun kepada beberapa orang yang ada dalam forum dan fixed kabar itu memang benar; saya menjadi bangkai yang baik untuk dikuliti.

Kalimatnya gitu banget ya, ya ghibahkan makan bangkai. 

Apa sekarang saya juga berghibah???

Well, ini muqoddimahnya yaa. Kita lanjutkan nanti insyaAllah

Insight Rapat Ortu Kelas 5

Saya berangkat ke MI jam 10 kurang 5 menit, 5 menit sebelum acara di mulai. Oh ya, sebagai informasi hari ini agenda rapat ortu kelas 5 MI untuk persiapan AKM. 

What is AKM? AKM is Asesmen Kompetensi Minimum. merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM: literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). 

Apa sih manfaat or kegunaan AKM? . AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.

Kenapa dilakukan ditengan jenjang?
Ada dua alasan mengapa hal ini dilakukan di tengah jenjang. Yang pertama, kata Nadiem, adalah untuk memberikan waktu bagi sekolah dan para guru melakukan perbaikan sebelum sang anak lulus. "Dan yang kedua karena dilakukan di tengah jenjang ini tidak bisa dilakukan sebagai alat seleksi untuk siswa.

Apakah AKM menentukan kelulusan?
Yang paling mencolok antara AKM dan UN adalah UN menjadi penentu lulus atau tidaknya siswa. Sedangkan AKM hanya mengevaluasi kualitas belajar. Evaluasi tersebut akan dipakai untuk perbaikan mutu pendidikan secara keseluruhan.

So, jawabannya adalah No, AKM tidak menentukan kelulusan siswa.

Oh wait, harusnya saya tuliskan dulu awal rapat ini berlangsung. Sebelumnya pak Kepala menjelaskan tentang pentingnya character building, sedikit beliau menyinggung soal kehadiran Ibu-ibu dalam rapat mengutip dari kata Al Ummu Madrasatul Ula, beliau memahami kesulitan para Ayah untuk hadir di acara rapat sekolah. Bukan karena Ayah tidak peduli namun seringkali bentuk kepeduliannya berbeda dari cara Ibu, salah satu diantaranya adalah rapat yang biasanya didominasi kehadiran Ibu-ibu. Bahkan tadimah bukan hanya didominasi tapi yang hadir memang hanya Ibu-ibu 😁.

Begitulah, saya sendiri terbiasa menghadiri rapat sekolah sendiri. Bentuk perhatian Ayah saat itu adalah dengan meringankan tugas saya agar bisa fokus ke anak dan mengantar hingga gerbang sekolah. Seperti tadi, Abang mengantar saya sampai gerbang.

Sampai di kelas, ada seorang ibu menggendong bayi kecil, dua ibu duduk di kursi depan dekat jalan masuk (Mama Zavas dan Mama Novi) , 1 ibu di kursi belakang (Mama Ahmad) dan 1 lagi di kursi paling belakang (Mamah Aisyah).1 ibu duduk di kursi tengah (Mama Syaila) , 2 ibu di belakang, 1 lagi tepat di depan bangku guru (Mama siska) dan 1 di belakang. Saya memutuskan duduk sebangku dengan Mama Siska, paling depan biar fokus 😁.
(Saya mungkin salah mengurutkan nama🀭)

Setelah beberapa lama, datang beberapa ibu lainnya dan kami pun menyimak dengan antusias.

Masih Muqoddimah saat pak kepala menjelaskan bahwa penhetahuan bagus atau wawasan yang luas saja namun tidak ditunjang oleh akhlak yang baik maka tidak ada artinya. Sedangkan anak-anak saat ini seolah dikorbankan selain korban kondisi juga menjadi korban sistem, sistem yang setiap kali berganti menteri pendidikan maka berganti jua lah sistem dan kebijakan pendidikan nya. Dan sistem hari ini tidak menjurus pada akhlakul kariimah namun hanya fokus oada pengetahuan.

Pada zaman dulu kita sering mendapati siswa yang tidak naik kelas ataupun mendapatkan nilai merah pada rapotnya, namun hari ini siswa tidak boleh mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Artinya? Mustahil bagi siswa sekarang untuk tidak naik kelas karena nilai raportnya pasti tinggi-tinggi. 

Baiklah kita kembali ke AKM. Soal AKM seperti apa sih? Bentuk-bentuk soal AKM sendiri berupa pilihan ganda, menjodohkan, esai atau uraian, pilihan ganda kompleks dan isian atau jawaban singkat. Untuk level kognitif, numerasi ini sendiri adalah pemahaman (knowing), aplikasi (applying), penalaran (reasoning).

Kebetulan de Olin dan teman-temannya akan melaksanakan AKM di MAN 2 Ciawi atau lebih dikenal MAN Kiarakuda. Nanti saya share progress dan step by step menuju AKM dan proses AKM nya insyaAllah.

Sekarang nulisnya segini dulu.


Balananjeur, Sabtu, 16 Oktober 2021

Hhhh