Senin, 31 Oktober 2022

Satu

Dia mencari arah suara saat Ayah memanggil dengan namanya, "De Quthb.. anakku Muhammad Quthb Al Ayyash." Usianya baru beberapa jam sejak dilahirkan. Saya hanya diam disamping bayi kecil yang lahir tepat di hari milad saya.

Ini hadiah paling istimewa namun kondisi tubuh membuat saya kesulitan bersuara, menggerakkan tangan pun tak mampu.

"Terimakasih untuk berjuang dan bertahan. Aku ada disini, terima kasih untuk kuat." Suara itu kembali menyadarkan setelah tiba-tiba tidak sadarkan diri karena pendarahan. Saya melihat bayi disamping dengan sorot matanya yang bening, bersih, namun terlihat tajam, "dia, seorang cendekiawan muslim." Saya melihat sorot matanya, ia terlihat sebagai seorang pemikir.

Ah, tidak ada sedikitpun pengalaman membersamai bayi kecuali sekilas bersama adik dan keponakan, hari itu berbeda, bayi itu lahir dari rahim sendiri, setiap hari diajak berbicara dan mendengarkan tilawah. Setelah lahir langsung memberikan respon mencari arah suara saat Ayah memanggil namanya, "De Quthb, anakku Muhammad Quthb Al Ayyash." Saya masih ingat dengan jelas binar disertai bening di kelopak mata Ayah saat memanggilnya untuk pertama kali.

Suaranya penuh haru, "Anakku Muhammad Quthb Al Ayyash.." dan tahukah anda apa yang dikatakannya kemudian? "Jadilah presiden yang baik! Be a good president my boy! Jaga ibumu dengan baik ya Nak!" Ah ayah, ia yang tidak memiliki adik dan tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan bayi, untuk pertama kalinya mengajak bayi bicara secara langsung.. bahasannya sudah berat saja, dan bayi itu merespon dengan mencari arah suara, menggerakkan tangan menyentuh wajah ayah, gerakan tangan yang sama seperti saat ia masih bersemayam di rahim ibu. 

7 April 2003, hari pertama kami menjadi Ayah dan Ibu.. bertemu bayi montok dengan sorot matanya yang teduh namun terlihat tajam, ada sorot mata pemikir disana, persis dengan nama yang sering kami ucapkan setiap kali kami mengajaknya berbincang selama ia terlindung dalam rahim 

#catatandefa
#novemberdefa

Balananjeur, Selasa, 1 November 2022

Minggu, 30 Oktober 2022

Tiga Puluh Satu

Akhir...
Masa refleksi

Sebulan ini ngapain aja?
Nulis, tulisannya bermanfaat atau malah membawa madhorot?

Yakin kalau menulis atau membaca aktivitas yang baik, tapi apa saja sih yang dibaca atau ditulis? Membuat diri dekat kepada Allah atau malah sebaliknya? Bermanfaat atau sekedar hobi namun tidak ada unsur kemanfaatanya?

Hey Defa, coba deh cek ulang kembali yang tersembunyi di hati! Apa yang tersembunyi disana? Adakah riya' di hadapan manusia menjadi dasar berbuat? Adakah 'sekedar mengisi waktu kosong' menjadi sebab? Padahal Allah Maha tahu segala yang tersembunyi, dan segala alasan (niat) karena Allah membuat suatu amal bernilai ibadah. 

Hayatunaa kullahaa ibadah, hidup kita keseluruhannya itu ibadah, jika nawaitu nya lillah. Mengurus suami dan anak-anak, mengurus rumah, membaca, menulis, berinteraksi dengan orang lain dan aktivitas positif apapun hanya kelihatan positif dan berhenti disana jika bukan Allah yang menjadi dasar beramal. Namun jika Allah menjadi nawaitu, maka kesemua aktivitas positif yang dilakukan akan menjadi ladang ibadah kita. 

Dan tujuan hidup kita didunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaNya. 

Hey Defa, apa kabar hari ini? Sudahkah menghisab diri? Apapun yang sampai padamu bukan untuk mengevaluasi orang lain, namun untuk mengevaluasi dirimu sendiri. 

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Senin, 31 Oktober 2022

Sabtu, 29 Oktober 2022

Tiga Puluh

Putri bungsunya kang @wawanridwan75 senang sekali baca komik, tidak jauh-jauh dari hobinya menggambar. Kalau baca buku teh harus yang ada gambarnya sampai akhirnya seneng membuat buku ceritanya sendiri. Saya masih menyimpan beberapa karyanya yang dibuat sejak dia mulai bisa memegang pena. 

Kemarin saat jadwal vcall teteh @aufa_satiella , dia bertanya pada tetehnya, hmm tepatnya sih meminta persetujuan untuk sekolah lanjutannya nanti. Masih belum ada kepastian mau melanjutkan dimana, meski pilihan sudah semakin mengerucut antara pesantren A atau MtsN A. Kami semua masih menimbang dan memusyawarahkan kiranya pilihan paling tepat dimana.

Alhamdulillah shalihah kecil ini memiliki 3 kakak yang ikut memikirkan sekaligus memberi masukan dengan memberikan pertimbangan keunikan dan gaya belajar serta minat bakat adiknya ini, jadi kami (saya dan Abinya) bisa saling berbagi pemikiran dengan 3 kakak de Olin untuk hal-hal yang utamanya berkaitan dengan proses pendidikan shalihah kecil kakak-kakaknya ini.

Belum ada pembicaraan yang lebih serius lagi dengan trio kakak, tapi saya dan kang Wawan sepakat akan meminta masukan dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan. 

MasyaAllah laa Haula walaa quwwata illaa Billah, maha baik Allah yang menciptakan kakak untuk adiknya. 

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Ahad, 30 Oktober 2002

Jumat, 28 Oktober 2022

Dua Puluh Sembilan

Sejak didalam kandungan kalau dibacakan Al Qur'an atau buku langsung diam, pas berhenti, aktif lagi, kayak nyuruh buat terus baca. Setelah lahir, matanya seolah fokus menyimak setiap kali saya membacakan Al Qur'an atau buku teh. Anteng banget..

Setelah mulai bisa memegang sesuatu, Abi nya membelikan buku pertama untuknya. Dia tetaplah bayi yang berkenalan dengan apapun yang dipegangnya dengan cara menggigitnya. Bukunya pun lusuh .. tapi Ayah tetap membelikan buku lagi dan lagi. Hari itu belum kenalan sama buku bantal buat bayi.

Semakin besar, dia semakin senang membaca. Usia 6 tahun menyelesaikan ensiklopedia my body, buku yang berkenalan dengan anggota badan semisal telinga, hidung, dll..dalam waktu 2 jam an. Dibaca tuntas dan dia mengingat bacaannya dengan baik.

Bagaimana saya tahu dia mengingatnya? Dia bisa menjawab dengan tepat saat saya berikan pertanyaan terkait materi yang ada di buku.

Usia 10 tahun ikut anteng duduk dekat ummi saat ummi membaca, bacaannya mulai nambah ke buku-buku tarikh yang tebal. 

Menjelang keluar dari MI hingga Mts bacaannya menjadi seputar buku-buku sosial, politik, keagamaan.. katanya orang sih buku berat untuk anak sesusia itu, tapi apalah daya, saya tidak bisa menghalangi minat bacanya yang tinggi. Hanya bisa mendampingi agar bacaannya tidak membebaninya. Yaa, bacaanpun bisa menjadi beban kalau tidak dibarengi 'kesiapan'mah (nanti saya tuliskan bab siap teh apa dan bagaimana ya ๐Ÿ˜).

Kelas 2 SMA an mulai juga bertualang di buku-buku novel mulai dari novel bumi. Meskipun seneng baca, tapi dia cukup selektif memilih bacaan, dia memiliki batasan sendiri; buku apa yang harus, bisa dan boleh dibaca. Buku apa yang tidak perlu dibaca. 

Kegiatan membaca buku itu memang baik, tapi tidak setiap buku harus dibaca hanya karena keranjingan membaca. Tetap saja bagi seorang muslim mah kegiatan membaca pun harus dalam rangka taqorrub ilallah. 
Serius banget ya? Iya, hidup mah seserius itu๐Ÿ™‚

Sampai hari ini hobinya seputar buku. Setiap perjalanan akan membawa langkah kakinya ke perpustakaan sebagai tempat kedua yang wajib dikunjungi setelah masjid, ke arah manapun berjalan masjid dan perpustakaan seolah dua hal yang menjadi tujuannya.

Balananjeur, Sabtu, 29 Oktober 2022

Kamis, 27 Oktober 2022

Dua Puluh Delapan

Pendidikan beda dengan persekolahan, ini yang kami fahami selama ini. Tugas mendidik anak tetap berada di pundak kami dimanapun anak bersekolah. Karenanya memilah sekolah pun menjadi bagian dari tugas kami.

Menyekolahkan anak adalah bagian dari proses pendidikan itu sendiri, jadi nggak bisa, "asal sakola we." Karena mendidik itu nggak boleh disertai kata asal. Apalagi sampai, "asal lulus sekolah aja." Atau, "asal kuliah heula wae." , "Asal kuliah di PTN, nggak penting jurusannya apa." Dan asal-asal an lain yang mengabaikan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Potensi untuk kemaslahatan dirinya dan ummat ini.

Well, jadi beberapa tahun yang lalu saya dapat pesan ini dari seseorang yang saya kenal, "jangan fokus jurusannya tapi kampusnya. Yang penting masuk universitas itu aja dulu, cari peluang yang paling mungkin buat diterima disana!" Awalnya sih saya sepakat, maklumlah belum punya pengalaman nguliahin anak. Tapi seiring waktu (dan usia) mulai mikir lagi,  "No, bukan universitasnya tapi apa yang ingin dipelajarinya." 

Mendidik anak memang bukan mengikuti maunya anak, tetapi membimbing untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada diri anak kita, termasuk minat dan bakatnya insyaAllah menjadi ikhtiar melahirkan anak yang sesuai fitrahnya. Allahu a'lam, karena kami masih belajar dan berikhtiar..

Trus bagaimana tahunya potensi anak kita teh bagaimana dan seperti apa? Lagi-lagi ini akan menjadi pelajaran dengan bab yang sangat panjang.. kami akan tetap dan terus mempelajarinya. Semoga dimasa depan kami bisa melihatnya bersinar sebagai versi terbaik dari diri mereka sendiri. Yang khoirunnas, khoiru ummah.. harapan kami.

#catatandefa
#oktoberdefa

Balananjeur, Jum'at, 28 Oktober 2022

Rabu, 26 Oktober 2022

Dua Puluh Tujuh

Perjalanan hidup manusia, menempuhi alam dunia
Menghabiskan masa yang tiada lama.

Perjalanan hidup manusia...
MasyaAllah banyak hari tlah berlalu dan ummi tetap saja sering bertanya, "Nak, kemana saja ummi selama ini?" Saat menyadari kalian sudah beranjak sebesar ini.

Aufa yang beberapa bulan lalu masih memakai putih biru kini sudah berganti putih abu, ummi belum pernah melihat langsung seperti apa rupanya saat berseragam baru. Namun, tetap saja hati ummi berselimut tasbih kesyukuran. Rabbi hablii minashshoolihiin, Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat atas kesempatan mendampingi anak-anak di enam tahun masa MI nya. 

Ya, ummi memang hanya menemani 6 tahun pertama Aufa saat berseragam putih merah. Gadis kecil yang selalu santun dan bersungguh-sungguh saat belajar. Ada beberapa pelajaran yang menarik perhatiannya dan dia sangat menyukainya; pelajaran agama dan bahasa Arab. Namun Alhamdulillah tidak membuatnya abai pada pelajaran lainnya.

Beberapa hari yang lalu de Olin bertanya tentang pelajaran favorit kakak-kakaknya, hmm maksudnya sih yang dikuasainya. Ummi katakan kalau kalian semua adalah pembelajar yang baik insyaAllah. Pembelajar yang bersemangat mempelajari apapun yang harus dipelajari, tidak mengeluhkan ataupun memilah. Menjadikan ilmu yang dipelajari sebagai sarana muroqobah ilallah.

Saat MI, aa sangat menyukai matematika, bahasa Inggris, IPA dan sejarah. A Umar menyukai matematika, IPA, bahasa Inggris dan IPS. Teteh menyukai semua pelajaran agama dan bahasa Arab, dan de Olin menyukai bahasa Inggris, IPA, matematika dan menggambar.. 

Ummi sedang mengingat kembali..

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Kamis, 27 Oktober 2022

Dua Puluh Enam

Siang ini mealui setiap jejak perjalanan sekolahnya anak-anak. Mulai dari SMAN 6 Kota Tasikmalaya yang berada di daerah Cibungkul, Indihiang. Lalu SMKN Rajapolah yang berada di daerah Ciinjuk kabupaten Tasikmalaya. Mts PPI 32 Ciawi, dan berakhir di MI Al Inayah kp Balananjeur.

Mts Al Munawwarah tempat 3 tahun Umar menjejakkan 3 tahun masa Mts dan juga SMP dan SMA teteh Aufa tidak bisa kami lalui. Perjalanan hari ini hanya satu jalur mengikuti arah yang kami tuju di akhir perjalanan..

Ada ingatan yang berdesakan. Bayangan hari-hari yang dilalui mereka selama dalam perjalanan menuju sekolah, saat-saat mereka di sekolah, hingga pulang yang kemalaman atau kehujanan. MasyaAllah, panjangnya waktu dan jauhnya jarak tanpa keluhan menjadi bukti kesungguhan.

Tidak ada yang mengeluhkan letih ataupun uang jajannnya yang sangat mungkin tidak mencukupi jika ingin mengikuti hasrat jajan. MasyaAllah, tabarokalloh shalih dan shalihah.. syukur yang tiada terhingga atas usaha dan kesungguhan kalian, Nak. Semoga menjadi langkah-langkah yang Allah berkahi.

Setiap jengkal dalam mencari ilmu, Nak.. ada ribuan kepak sayap malaikat yang melafazkan doa hingga kalian kembali ke rumah. Jauhnya langkah adalah RahmatNya yang tiada terhingga

Shalih dan shalihah.. hari ini ummi sedang mengingat langkah yang kalian lalui sebelumnya..

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Rabu, 26 Oktober 2022

Senin, 24 Oktober 2022

Dua Puluh Lima

"keluarnya kan masih lama, kok sudah dipersiapkan sejak sekarang. Santai aja dulu!" Beberapa kali mendapat komentar yang sama setiap kali pembicaraan tentang pendidikan anak. Lagi-lagi saya tidak memiliki cukup banyak bahan obrolan kecuali semua yang berkaitan tentang dunia anak.

"Kami mulai serius mencari peluang mereka akan dilanjutkan kemana justru 3 tahun sebelum mereka memasuki gerbang baru nya, pembicaraan dan persiapan yang kami lakukan hari ini hanya untuk menindaklanjuti rencana tiga tahun yang lalu." Meski tidak semua rencana terlaksana sesuai harapan namun karena sudah dibuat banyak plan lainnya jadi saya akan tetap mengatakan bahwa semuanya sesuai yang diharapkan.

Kali ini menyiapkan sekolah lanjutan buat de Olin dan A Umar. Anak-anak pasti memiliki harapannya masing-masing untuk bersekolah di mana dan bagaimana, dan kewajiban kami bukan sekedar mengabulkan keinginan mereka namun memberikan pendidikan bagi mereka. Karena itu saya meminta untuk tidak menjadikan nama satu lembaga pendidikan sebagai goal mereka namun hanya sebagai langkah menuju cita-cita mereka. 

"Saya ingin kuliah di universitas a." Atau, "saya ingin sekolah di sekolah B." Tidak, bukan seperti itu tapi saya ingin mereka memiliki bayangan akan menjadi seperti apa mereka 5 atau 10 tahun kemudian. Barulah setelah itu menentukan langkah menuju ke sana, tidak harus di universitas A atau sekolah B karena masih banyak nama universitas lainnya

Ini hanya ikhtiar kami,karena kami bahkan belum memiliki pengalaman mengantarkan anak lulus di jenjang tertinggi. Masih on going ke arah sana.. hanya saja harapan saya adalah ilmu yang mereka pelajari akan mereka amalkan dan memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi ummat ini; bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Saya ingin mereka tahu untuk apa mereka mempelajari itu (spesifikasi ilmu yang mereka pelajari di bangku kuliah misalnya). 

"Sesuaikan juga dengan minat dan bakatnya!" Baiklah nanti saya ceritakan itu dalam catatan lainnya ..

Saya dan kang @wawanridwan75 masih mempelajari bab ini. Bab yang cukup panjang yang ternyata tidak mudah namun insyaAllah akan terus kami pelajari.

Balananjeur, Selasa, 25 Oktober 2022

#oktoberdefa
#catatandefa 

Minggu, 23 Oktober 2022

Day 299


Balananjeur, Ahad, 23 Oktober 2022

Dua Puluh Tiga

"Hatur nuhun sudah menjadi ummi kami." Lagi-lagi kalimat yang baik senantiasa menjadi energi yang baik. Meski tak perlu ucapan terima kasih, namun nyatanya kalimat seperti itu sangat menenangkan.

Sering muncul perasaan merasa gagal menjadi ibu, merasa kurang, merasa bersalah dan berbagai macam rasa negatif lainnya. Terlebih saat mereka tlah besar lalu merasa, "sekian tahun itu aku kemana saja?" 

"Hatur nuhun sudah menjadi ummi kami."
"Kami bersyukur atas ummi."
Dan kalimat baik lainnya bak oase ditengah resah yang seringkali berkecamuk.

MasyaAllah nak, terima kasih atas kalimat yang baik dan menenangkan. Terimakasih sudah menjadi anak-anak yang terlahir dari rahim ummi, sungguh ummi bersyukur atas kalian.

Terima kasih, MasyaAllah sungguh kalimat singkat yang istimewa ternyata.

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Ahad, 23 Oktober 2022

Dua Puluh Dua

Setelah anak-anak beranjak besar dan tinggal jauh terpisah dari kami, moment bertemu, memeluk dan berbincang dengan mereka menjadi moment mahal sekaligus menggembirakan.

And inilah kemudian kebahagiaan yang terlihat kecil padahal sejatinya sangat bermakna; moment memeluk anak-anak.

Suatu hari seorang teman mengomentari video story' saya saat melepas de Olin berangkat ke sekolah, "teteh, saya sudah lama tidak memeluk anak-anak saya. Setelah mereka besar mah, saya tidak memeluk mereka lagi. Bagaimana mulai memeluk mereka lagi?" Ada kerinduan yang saya baca, ya teman saya merindukan moment bisa memeluk ananda kembali. Namun masalahnya dia sudah lama tidak memeluk mereka karena berpikir pelukan hanya diberikan saat anak-anak masih kecil.

"Bagaimana cara saya mulai memeluk mereka kembali. Terasa kikuk kayaknya.." ya, memulai ataupun memulai kembali pasti terkendala rasa kikuk dan mungkin malu, tapi jauh lebih baik daripada tidak pernah dimulai. 

Memeluk anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi ibu, selain berusaha memenuhi kantung cinta anak, dalam pelukan juga ada banyak manfaat lainnya bagi anak dan juga ibu. Well, saya tidak sedang berbicara tentang ayah, karena saya hanya sedang berbicara sesuai wilayah saya; ibu.

Ada kebahagiaan yang sebenarnya tidak kecil saat bisa memeluk ananda. MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi, Aa Quthb sayangku, terima kasih sudah menjadi putra ummi ❤️

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Tasikmalaya, Sabtu, 22 Oktober 2022

Dua Puluh Satu

"bi de, nyuhunkeun belimbing." Riuh suara beberapa keponakan di depan rumah membuatku berdiri dan melangkah ke ruang tamu. Aku mendekati jendela masih dengan tertatih dan memegang kepala yang masih terasa sakit.

"Mangga. Sok ngarala." Entah kebahagiaan seperti apa yang akan kugambarkan kemudian, aku hanya merasa ada kebahagiaan kecil yang kemudian memenuhi hati saat kudengar suara mereka. Aku senang karena artinya mereka percaya aku tidak akan mengecewakan mereka; berani meminta dengan sukacita artinya percaya tidak akan ditolak, bukan?! 
Aku juga senang karena melihat mereka tertawa bahagia saat naik pohon belimbing dengan suka cita. Aku senang saat melihat binar mata mereka saat membawa belimbing itu ditangan mereka. Aku senang setiap kali ada suara memanggil, "bideee, ukeun balimbing."

Berharap pohon jambu dan mangga juga segera berbuah, harapan selanjutnya adalah tetap ada anak-anak yang berteriak dengan suka cita, "bideee ukeun jambu/buah/belimbing" atau apapun yang memungkinkan untuk bisa dibagi..

MasyaAllah hadza min Fadhli Rabbi. Lalu aku kembali bertanya pada diri, "hey Defa, apa yang mauu dikeluhkan? Bukankah NikmatNya jauh lebih besar bahkan dalam sakit pun Allah titipkan nikmatNya?"

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Jum'at, 21 Oktober 2022

Kamis, 20 Oktober 2022

Dua Puluh

"maafkan Abi karena meninggalkan ummi sendirian saat ummi sakit."

"It's ok, i am ok."

Sudah dua hari ini kembali berkawankan selimut dan bantal, apakah saya pernah mengatakan sakitnya seperti apa? Rasanya saya memang telah sering berkisah tentang sakit seperti apa yang terjadi namun kali ini bukan tentang itu tapi tentang sesuatu yang mungkin terkesan kecil tapi sangat membahagiakan.

"Apa kabar istriku siang ini? Maafkan Abi karena meninggalkan ummi sendirian saat ummi sedang sakit!" Kalimat yang diucapkan disertai pelukan hangat dan permintaan maafnya sore ini menjadi lafaz syukur tiada terhingga.

Meski tidak perlu ada permintaan maaf, namun kenapa rasanya sangat melegakan? Padahal seharian ini saya hanya tertidur dan tidak ingat jelas kapan beliau sampai di rumah. Bahkan saat si bungsu pulang pun yang saya ingat hanya saat dia mencium kening dan mengatakan, "cepat sembuh ya Ummi." Saya tahu itu bukan mimpi, namun setelah itu semuanya kembali gelap dan tertidur sangat lama.

Alhamdulillah tidak ada demam, bisa menyiapkan jus belimbing sendiri, memasak dan membereskan rumah di pagi hari tanpa mendelegasikan kepada siapapun. Bagaimana bisa didelegasikan karena penghuni rumah lainnya sedang berada di sekolah. Meski mereka sudah mewanti-wanti, "ummi istirahat saja! Jangan mengerjakan apapun, cukup istirahat saja!" Tetap saja mata belum bisa terpejam saat teringat kertas masih berantakan di atas meja dan belum ada nasi untuk makan siang saat mereka pulang nanti. Barulah setelah itu saya menjadi rebaher yang baik sampai hari menjelang Maghrib.

Words are energy, itulah yang kemudian saya rasakan. Saat kang @wawanridwan75 menanyakan kabar dan meminta maaf karena meninggalkan saya sendirian bahkan disertai pernyataan, "Ummi tidak pernah beranjak jauh dari Abi selagi Abi sakit, maafkan Abi tidak melakukan hal yang sama seperti itu." Entah kenapa, itu sangat menentramkan..

Ya, kalimat yang baik adalah energi...

#catatandefa
#oktoberdefa

Balananjeur, Kamis, 20 Oktober 2022

Selasa, 18 Oktober 2022

Sembilan Belas

Pernahkah anda mengatakan rasa tidak suka atas sesuatu langsung kepada orang yang membuat anda merasa tidak nyaman? Dalam hal ini saya harus belajar dari de Olin yang bisa dengan mudahnya menyampaikan pendapatnya atas sesuatu, langsung pada orang yang bersangkutan. 

Saya masih kesulitan belajar di bab ini. Karenanya terasa jauh lebih baik saat untuk pertama kalinya berhasil mengatakan, "Apakah sesulit itu untuk mengabari padahal nomor ponsel saya sering dihubungi saat engkau mebutuhkan bantuan kami?" 

Melegakan. Itulah yang dirasakan saat itu. Bukan hanya karena kalimat yang disampaikan merupakan gambaran isi hati saat itu namun karena untuk pertama kalinya bisa mengungkapkan ketidaknyamanan atas cara orang lain. 

Well, saya tidak sedang menuliskan rasa tidak nyaman atau hal yang tidak menyenangkan namun justru kebahagiaan kecil yang berpengaruh besar bagi diri. Sangat mudah saat menyampaikan pendapat atau bahkan perasaan. Dalam perasaan, yang paling mudah itu mengungkapkan rasa senang atau bahagia. Setidaknya itulah yang saya rasakan..
By lisan yaa. Kalau by tulisan mah mudah nulis rasa apapun Oge.

But, bukan hal mudah saat harus mengatakan, "aku tidak suka kamu perlakuan seperti ini." 

And here it is hal membahagiakan lainnya; katakan saja, sampaikan lalu lapangkan! 
Tidak semua orang bisa menjaga lisan atau sikap, dan mereka tidak akan tahu kalau kalimat dan sikapnya melukai kalau kita tidak mengatakannya. Mereka tidak akan tahu kalau kita tidak nyaman, apalagi tidak semua orang memiliki kepekaan yang sama.

#catatandefa
#oktoberdefa 

Balananjeur, Rabu, 19 Oktober 2022

Day 293

Masih disini dengan kondisi sakit kepala, namun untungnya intensitas sakitnya masih dibawah sakit biasa jadi masih bisa menyelesaikan tugas yang tertunda. 

Meski hari ini tidak memungkinkan untuk nyuci atau ngpel tapi curat-coret disinimah insyaAllah masih sanggup. Setelah ini selesai lanjut ke aktivitas lain kecuali kalau sakitnya bertambah, baru deh istirahat ๐Ÿคญ. 

Jadi kalau sakit kepalateh biasanya kan sakit banget kayak ditusuk-tusuk sampai kedua mata merasakan sakitnya ditambah gejala lain, kalau sudah seperti itumah Yaa udah lebih baik go to bed and rest there. Tapi kalau masih bisa beraktivitas mah Yaa kan nggak tahu jatah usia sampai kapan, tugas yang ada bisa tertunaikan atau tidak, jadi khawatir jatah usianya ternyata sudah sangat tipis jadi lakukan saja yang harus dikerjakan. Asal jangan sampai mendzalimi diri sendiri alias tetap tahu batasan kapan harus berhenti, toh aktivitas nya juga hanya di depan kertas jadi menggunakan energi otak l tidak barengan sama otot ๐Ÿคญ. 

But, jangan salah Yaa, energi yangDibutuhkan tetap besar, mikir juga butuh energi. Jadi, jangan meremehkan mereka yang kerjanya dominan pakai otak ketika anda bekerja dominan pakai otot. 

Jangan dibandingkan karena itu bukan hal yang perlu dibandingkan. Oh iya, kali ini tanpa cemilan karena pencernaannya sedang agak protes setelah kemarin telat makan ๐Ÿ˜… 

Setelah menyelesaikan tugas ini saya mengambil bantal untuk merebahkan diri dulu sebentar sebelum beranjak tugas lainnya, jaga-jaga agar tidak sampai ketemu rasa lelah yang sangat, jadi agak dijaga energinya. 

Rebahan lalu buka hp dan nulis status melepas banyak aksara yang tiba-tiba bermunculan di kepala.. meski kantuk mulai menyerang namun sekarang bukan waktunya tidur siang, cukup 5 menit untuk mengistirahatkan mata dan mengisi kembali baterei energi. 

Bismillahi tawakkaltu 'alaallah laa Haula walaa quwwata Illaa billahil... bismillahirrahmanirrahim, "ya Allah berkahi langkah kami, sehatkan dan kuatkan langkah kaki kami untuk tetap dijalanMu. Ridhai kami dan ampuni kesalahan dan dosa kami."

Balananjeur, Selasa, 18 Oktober 2022

Senin, 17 Oktober 2022

Delapan Belas

Tidak perlu ucapan terima kasih untuk sebuah kewajiban. Ya, memang seperti itu. Namun kenyataannya, ucapan terima kasih bahkan untuk suatu kewajiban yang ditunaikan, terasa sangat membahagiakan.

"Terimakasih sudah membuatkan Abi kopi." Baiklah, membuat kopi memang bukan kewajiban, tapi saya meyakini kalau takzim adalah kewajiban. Membuatkan kopi hanyalah cara untuk takzim. 

Ucapan terimakasih adalah bentuk apresiasi yang paling menentramkan hati, tidak membutuhkan banyak diksi namun efeknya luar biasa besar.

"Terima kasih sudah membuat rumah rapi." MasyaAllah laa Haula walaa quwwata Illaa billah, kalimat itu menjadi obat bagi letih setelah seharian merapikan dan membersihkan rumah. Hmm sebagian kita memang senang merapikan rumah dan merasa nggak enak aja kalau belum merapikan rumah teh. Asa ada yang kurang, seolah sudah menjadi bagian dari diri kita. Ucapan terimakasih (meski tidak harus) menjadi mood booster kita kala mengerjakan semua pekerjaan itu. Pekerjaan yang tiada habisnya..

Pekerjaan di rumah itu tidak kenal habis, tiada habisnya. Seharian berputar di sekitar itu; nyuci, ngpel, masak, opsih, nyetrika, dll.. pekerjaan sunyi namun tidak ada ruginya saat di apresiasi meski sekedar dengan ucapan, "terimakasih." 

MasyaAllah fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan yang, sungguh kalimat yang baik menghadirkan kebaikan lainnya. 

Hatur nuhun kang @wawanridwan75 atas kalimat baiknya. Semoga Allah memberikan berlipat kebaikan bagimu ❤️

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Selasa, 18 Oktober 2022

Day 292

Well, it is time for curhat setelah seharian just sit down di ruangan ini. 

Niatnya mau sambil ngemil, eh cemilannya malah cuma kebagian diphoto trus saking fokusnya just looking guratan pena sampai kulit telunjuk mulai terasa sakit dan yang paling utama finally harus segera berhenti karena pandangan mulai membayang. 

Teteeep nggak mau pakai kacamata, alasannya sih sekarangmah cuma, hmm anak-anak lebih membutuhkan daripada saya. Akhirnya saya mulai menyadari bahwa ternyata anak-anak akan menjadi prioritas utama. 

Seegois apapun kita dimasa lajang, akan ada masa nya dimana anak-anak menjadi alasan kita melakukan sesuatu, cinta seperti ini memang sukar untuk didefinisikan dan terkesan, "atuh kabina-bina teuing." 

Bayangannya semakin luar biasa, saya harus memokuskan mata saat menulis ini agar kebaca dan tidak terlalu banyak typo. 

Trus curhatnya tentang apa? Sebenarnya ada hal yang saya pikirkan sejak kemarin sore dan belum terleraikan. Tapi ini bukan sesuatu yang harus dibagikan, saya hanya akan membaginya jika tlah usai.

Saya hanya akan menceritakan sesuatu yang terasa sangat mengganggu perasaan jika masalah itu tlah usai, jadi bisa berbagi proses keluar dari masalah, bukan hanya sekedar curhat. Hmm beda lagi ceritanya kalau curhat versi serius mah, itu mah ada bagiannya. Kami (saya dan kang Wawan) sepakat untuk saling berbagi masalah apapun, jadi baik beliau ataupun saya harus sama-sama menjadi pendengar yang baik bagi setiap kisah yang kami curhatkan. 

Kadang sekedar untuk membuang sampah emosi, jadi kami harus siap membawa ember kami untuk menampung setiap emosi yang dikisahkan untuk kemudian membasuh lukanya dengan empati. Bahwa saya berada di pihaknya atau ada untuknya apapun yang terjadi, tidak menghakimi dia saat berada dalam kondisi terpuruk karena alasan apapun, hanya menjadi pendengar dan mengusap airmata luka atau dukanya dengan pelukan. Beliau pun melakukan hal yang sama.. setelah sampah emosi teruraikan, kami akan kembali menemukan kestabilan emosi kami kembali. 

Ah, saya sedang cetita apa ini teh. ๐Ÿ˜…

Balananjeur, Senin, 17 Oktober 2022

Minggu, 16 Oktober 2022

Tujuh Belas

Saat membuka FB, ada sebuah pesan yang masuk dari teman yang sudah kurang lebih 4 tahun an tidak ada kabar.

"Bagaimana kabar teteh dan anak-anak?" Dia bahkan menanyakan kabar satu demi satu ananda kami, menyiratkan perhatian yang baik dari kalimat yang disampaikannya, "Aa pasti sudah kuliah ya teh, MasyaaAllah mereka pasti sudah nggak kenal sama onty nya ini. Terakhir kali ketemu teh waktu teteh nggendong teh Aufa ya? Kangeeen." Ah iya, sudah sangat lama ya. Aufa saja sekarang sudah 15 tahun, namun MasyaaAllah ingatan seperti itu dari seorang teman ternyata sangat membahagiakan.

Terkadang kita kebingungan memilah kata agar menjadi kalimat yang membawa kebahagiaan bagi orang lain hingga bernilai kebaikan disisiNya, karena kalimat yang baik adalah shodaqoh dan membuat orang bahagia juga shodaqoh. Atau minimal kalimat yang diucapkan tidak sampai menyakiti orang lain.. namun ternyata membuat orang bahagia itu cukup mudah. Menyampaikan ingatan kita tentangnya, kerinduan kita padanya, menanyakan kabarnya dan beberapa hal lain yang terlihat sederhana namun ternyata berdampak besar bagi dirinya. MasyaAllah..

Terima kasih pada seorang teman yang bertanya kabar dan mengingat kali terakhir pertemuan, yang mengingat anak-anak dan bertanya kabar mereka. Semoga Allah memberkahi dan memudahkan segala urusanmu. Salam sayang dari kami untukmu.

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, 17 Oktober 2022

Sabtu, 15 Oktober 2022

Day 290

Suatu hari. Hmm kayak mau ngadongeng saja ya ๐Ÿ˜€ eh emang mau ngadongeng alias berbagi cerita. 

Jadi begini ceritanya, kami hendak berangkat ke suatu tempat. Oh iya kebetulan saja ada yang mengajak dan karena suatu pertimbangan,saya yang biasanya menolak (karena khawatir itu hanya tawar Gatra. Nanti saya ceritakan kenapa ada kekhawatiran seperti itu), hari itu dengan PeDenya saya iya kan. Tapi setelahnya, itu menjadi keputusan yang saya sesali (pada awalnya. Why pada awal, nanti saya ceritakan terpisah). 

Kejadian demi kejadian yang kurang mengenakkan membuat saya kembali berpikir, "itu hanya tawaran basa-basi saja." Kejadiannya seperti apa? Nanti saya tuliskan step by step. But, ada yang pernah mengalami hal serupa? Apa yang dilakukan saat tahu bahwa tawaran itu hanya tawar Gatra alias sekedarnya dan tidak serius? Trus bagaimana jika anda justru menyadari bahwa tawaran itu hanya basa-basi justru saat anda sudah bergabung disana?kalau saya saat itu memilih menulis untuk suatu event dan Alhamdulillah menjadi juara 1 ๐Ÿ˜€

Mungkin itulah yang dinamakan the power of orang yang lagi broken heart ๐Ÿ˜‚ ni bilang broken heart nya. But really, itu teh bikin nggak nyaman dan saya memilih mengalihkan energi tidak nyaman itu menjadi sesuatu yang membuat saya tersenyum dan ...diingat. jadi tiap kali lihat piagam sama medali juara teh ingat hari pas nulis untuk event itu trus merasa diingatkan juga buat nggak bikin orang lain merasa tidak nyaman dengan polah sendiri. 

Yaa itumah ingatan yang otomatis di stel kayak alarm sih. Tapi ingatan sebenarnya adalah ingatan tentang keluar dari kondisi tidak mengenakkan menjadi sesuatu yang positif. Bagaimana keluar dari masalah, hmm atau jangan-jangan saat itu saya malah hanya menghindari masalah. Entahlah... Yang pasti kondisi itu menjadikan tulisan terpilih sebagai juara padahal naskahnya bukan tentang kisah hari itu sih ๐Ÿคญ 

Well, untuk anda yang mungkin kebetulan tahu kisah hari itu, inilah yang saya rasakan di hari itu. Tapi akhirnya saya bersyukur, Allah tidak mungkin menghadirkan sesuatu tanpa hikmah.

Well, about tawar Gatra. Why sampai muncul kekhawatiran kalau tawaran itu tawar Gatra? Ini ada behind the story nya ๐Ÿคญ Saya tidak akan khawatir atas sesuatu yang belum pernah ada kejadiannya ๐Ÿ˜‚ 

Ini sudah berlangsung cukup lama, jadi saking seringnya jadi seolah sudah di set di otak, "ini serius atau enggak ya?" Nah setiap kali saya mencoba berprasangka baik, tiba-tiba saja babak itu kembali, itu hanya basa-basi. Ini bukan sekedar prasangka tapi karena kalimat yang didengar secara langsung juga sikap yang menunjukkan bahwa harusnya saya lebih memilih tidak ada disana. Meminta pindah tempat duduk, mengacuhkan dengan segala cara dan masih banyak hal lainnya yang membuat saya bertanya-tanya, "ada apa sebenarnya?" 

Bersambung yaaa....


Balananjeur, Sabtu, 15 Oktober 2022

Lima Belas

"saudara terdekat adalah tetangga.." kalimat itu benar adanya, terutama setelah berkeluarga dan jauh dari keluarga besar. Inilah juga yang saya rasakan selama mendampingi para balita, tinggal jauh terpisah dari keluarga besar dengan 3 balita adalah hal paling excited pada awalnya.

Kami memiliki tetangga yang sangat baik, tetangga depan rumah, samping kiri dan kanan bahkan sampai berjarak sekian rumah sangat aware, saat kami masih menjadi orang tua muda yang nyatanya membutuhkan support system yang baik dari orang-orang terdekat. Biidznillah kami mendapatkannya dari tetangga. 

"Teteh, kalau ada apa-apa, kabari saya ya teh!"
"Teteh, kalau mau nyuci, atau apapun, anaknya bisa titip sama saya. Jangan sungkan ya!"
"Teteh, kalau lagi sakit atau ada hal apapun. Jangan sungkan minta bantuan ya teh!"
"Teh, pintu rumah kami selalu terbuka. Jangan sungkan kalau butuh sesuatu!" 
Semua itu hanya sebagian kecil kalimat baik yang saya terima dari tetangga.

Meski saya bukan tipe yang nitipin anak saat mau nyuci atau beraktivitas apapun, memilih tetap menggendong sendiri anak sambil beraktivitas dan sungkan meminta bantuan bahkan meski sedang sakit, segala kebaikan yang terulur dari niat baik para tetangga membuat saya lebih kuat menghadapi letih yang siap muncul setiap waktunya.

Inilah kemudian rutinitas yang hilang dan pernah membuat tubuh gagal move on, seolah masih ada balita dalam gendongan dan you know bagaimana tubuh tetap bergerak saat menggendong bayi? Itulah yang saya lakukan sampai beberapa tahun setelah tubuh akhirnya menyadari bahwa sekarang sudah tidak menggendong bayi lagi.

Ya,aktivitas menggendong bayi adalah rutinitas yang kerasa banget hilangnya. Tubuh saya hari ini masih refleks merangkul anak sebenarnya karena terbiasa refleks menggendong.Kumaha nya nyariosna ๐Ÿค” intinyamah Kitu Weh.Tubuh teh kayak ngasih respon ada yang hilang jadi Weh dikit-dikit meluk anak ๐Ÿ˜‚

Kadang menggendong 3 anak sekaligus saat sedang mencuci, Adik dan teteh berada dalam gendongan dan Aa digendong di punggung. Saat itu cucian sudah sangat menumpuk, suami sedang sakit dan anak-anak juga sakit jadi .. tahu kaan gimana anak-anak kalau lagi sakit? Yups pengen nempel terus sama ibunya.

Saya masih ingat pada saat-saat seperti itu saya menangis, namun bukan menangis sedih tapi menangis dengan ingatan bahwa kelak itu hanya akan menjadi kenangan. Kalau saya mau, saya bisa meminta bantuan tetangga untuk menghandle anak-anak atau mungkin mengabari kekuarga di kampung dan meminta bantuan mereka, tapi itu tidak pernah saya lakukan karena ingatan saya bahwa akan ada hari saya menangisi hari-hari itu dengan tangis kerinduan. 

Tangis itu tidak akan lebih sakit jika saya full ada untuk mereka, itu yang saya pikirkan hari itu, dan memang benar saya kini menangisi hari-hari itu dengan tangis rindu dan bahkan sesal karena merasa tidak maksimal membersamai mereka. Namun, saya bersyukur atas hari-hari dimana anak-anak tetap berada dalam dekapan dalam kondisi riweuh sekalipun. 

Saya bersyukur karena memilih untuk tidak menitipkan mereka meskipun itu bisa dilakukan.. MasyaAllah fabiayyi aalaairobbikumaa tukadzdzibaan? Masa-masa menggendong para balita adalah salah satu episode yang paling berkesan dan membahagiakan, bahkan sampai membuat diri merasakan kehilangan. 

 #catatandefa 
#oktoberdefa

 Balananjeur,Sabtu, 15 Oktober 2022

Kamis, 13 Oktober 2022

Empat Belas

Saya kembali membuka diary-diary lama, diary yang masih diawali muqoddimah, "dear diary.." saat menuliskan kisah. Terasa alay saat membacanya kembali, sampai menertawakan diri, "ya Allah ini bahasanya.." ๐Ÿ˜… tapi bersyukur pernah ada di fase seperti itu, fase nulis yang agak-agak gimanaa gitu, "dear diary, hari ini aku..." Lalu saat melihat coretan tangan anak-anak di hampir semua lembaran itu saya kembali mengingat bahwa saat menulis diary hari itu ada beberapa balita yang menemani dan meminta menulis bersama; menulis dengan gaya masingmasing.

Mereka masih kecil untuk memahami bahwa ibunya sedang melepas rasa dan butuh kesendirian saat menuliskan rasa itu, masih kecil untuk memahami bahwa goresan tangan mereka hari itu ternyata akan membuat ibu menangis di hari ini; tangis rindu. Ah, adakah ibu yang tidak merindukan anak-anak balita mereka? Saya menjadi sangat melankolis saat mengingat kisah para balita.

Ada yang duduk di atas punggung dengan patlot di tangan. Duduk di samping juga didepan saya, masih dengan patlotnya masing-masing sehingga kalimat pembuka , "dear diary.." selalu disertai abjad dan lain yang hanya para balita sendiri yang tahu artinya.

Hari itu menjadi hiburan tersendiri saat gelap mulai menyapa, ya saya menulis diary saat anak-anak hendak tidur agar bisa menulis dan mengajarkan kebiasaan menulis kepada mereka. Meski hanya menulis di buku catatan harian dengan kalimat yang hari ini terasa menggelikan, "dear diary.."

Hari ini, saya menulis tanpa mereka yang biasanya heboh mencari tempat duduk paling nyaman. Tanpa mereka yang berebutan untuk duduk di punggung atau pangkuan atau samping kiri dan kanan.. tanpa mereka yang akan mengambil alih sebagian besar lembaran buku dan memotongkan patlotnya lalu menangis karena ingin menukarnya dengan pulpen yang ku pegang.

Banyak hari yang tlah berlalu dan saya kembali bertanya,"benarkah hari-hari itu pernah ada?"

#catatandefa #oktoberdefa 
Balananjeur, Jum'at 14 Oktober 2022

Tidak Perlu Menjadi Sukses!

Beberapa anak muda sukses di usia muda dan berhasil menjadi CEO di..... perusahaan milik ayahnya.

Lalu, mereka menjadi contoh bagi anak-anak muda yang ayahnya pas-pasan, "kami begini dengan usaha kami sendiri, dari nol. Kalau kami bisa, anda juga pasti bisa!"

๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Untung saja sukses tidak perlu di ukur dari menjadi CEO perusahaan ayah ๐Ÿ˜…

Sukses itu seperti apa sih?

Misal seseorang punya goal agar usia 30 sudah punya rumah sendiri (tanpa memikirkan kondisi rumahnya seperti apa, yang penting rumah sendiri), pekerjaan dengan gaji tetap (nggak penting nominalnya berapa, yang penting ada harapan tiap awal bulan ๐Ÿ˜‚), punya kendaraan yang layak (catat: layak).

Saat itu terwujud, maka dia sudah sukses. 

Contoh lainnya. Hmm.. 

Goalnya masuk universitas negeri ternama trus berprestasi disana. Urusan jurusan atau setelah keluar dari universitas itu mau jadi apa mah urusan nanti, yang penting kuliah di sana aja.

Saat berhasil masuk, maka dia sudah sukses.

Goalnya adalah menjadi seseorang yang berilmu lalu ilmunya dimanfaatkan dengan baik dan memberikan sebanyak-banyaknya manfaat bagi ummat dengan ilmunya itu. Tidak penting kuliah di mana atau jurusan apa, pokoknya apapun yang dia pelajari haruslah membawa kebaikan bagi ummat ini.

Suksesnya adalah saat ia menuntut ilmu dan ilmu yang dipelajari menjadikan dia khoirunnas yang anfa'uhum linnas. 

See, jangan bandingkan sukses versi mu dengan versi orang lain apalagi sampai membuat dirimu tidak bersyukur atau hanyut dalam menyalahkan diri, "kok aku mah gini-gini aja." Atau berangan, "kalau saja aku jadi Putri Tanjung, anaknya Chaerul Tanjung" cukup lihat kembali goal apa yang sudah dibuat, evaluasi langkah yang sudah diambil dan... Jangan lupa luruskan niat! 

Tidak ada artinya segala usaha dan kesuksesan, kalau niatnya tidak karena Allah!
Jangan menjadikan standar orang lain menjadi standar untukmu melihat sukses atau tidaknya dirimu, apalagi sampai mengatakan, "pasti bahagia banget kalau sukses kayak Erick Thohir." 

No, bukan dengan menjadi orang lain agar dirimu bahagia.

Bahagia lah tanpa berpanjang angan atau mengangankan sesuatu yang dimiliki oleh orang lain.

Lihat kembali goal hidupmu dan berbahagialah dengan prosesnya! Lalu, seperti apa sukses versi anda, sahabat?

Mengenali diri adalah langkah mengenal sang pencipta! 


Rabu, 12 Oktober 2022

Tiga Belas

"Ummi, de Olin bacakan buku cerita buat Ummi ya! Biar ummi tidur nyenyak seperti de Olin waktu kecil. De Olin mau bacakan city of Never, kota tidak pernah... Once upon far away, lived..." Begitulah narasinya saat akan membacakan cerita pengantar tidur, hal yang sama seperti yang saya lakukan saat dia kecil. Hanya bedanya adalah dia menambahkan kalimat, "biar ummi tidur nyenyak seperti de Olin waktu kecil." Dan perbedaan yang kedua adalah... Ya, rutinitas yang biasa dilakukan kini tidak lagi sama.

Dulu, itu menjadi tugas saya saat mengantar mereka tidur. Aa suka dibacakan ensiklopedia, adik suka yang ada hubungannya dengan perkereta api an, teteh senang Sirah shahabiyah dan de Olin senang dengan buku cerita berbahasa Inggris. Kadang mereka memilih sendiri buku untuk saya baca, dan tidak jarang saya memilih untuk membaca sirah Nabawiyah tanpa bertanya pada mereka, keempatnya menyukai Sirah Nabawiyah jadi mereka mah senang-senang saja saat dibacakan Sirah teh.

Aa dan adik seringkali memilih untuk membaca bukunya sendiri karena dua adik perempuannya juga sedang membutuhkan perhatian; minta dibacakan. MasyaAllah dua kakak yang menyayangi adik perempuan mereka sejak kecil itu meminta saya untuk membacakan buku untuk teteh dan de Olin dulu untuk kemudian giliran mereka untuk dibacakan. Namun saat saya kembali, mereka ternyata sudah tertidur.

Tidak mudah saat harus membacakan 4 cerita yang berbeda untuk 4 anak dalam satu waktu; menjelang tidur. Karenanya ada perbedaan waktu tidur jika setiap anak mendapat kesempatan dibacakan cerita pengantar tidur yang berbeda. Teteh menjadi yang pertama dengan Sirah Shahabiyahnya, hmm dia sangat menyukai Hafsa bint Umar bin Khattab, kemudian de Olin dengan cerita-cerita berbahasa Inggris seperti city of Never, akhirnya Aa dan adik hanya diajak ngobrol; ngobrolin apa saja. 

Tiba-tiba rindu mereka..

Kini, saya tidak lagi membacakan cerita pengantar tidur. De Olin memilih membacakannya untuk saya. Narasi yang pernah saya bangun dahulu, "mari berkisah, bunda" kini benar-benar kisah nyata, bukan lagi kisah dari buku. 

Jika dulu diawali kalimat, "once upon a time atau once upon far away. Lived.." atau, "adalah Asma binti Abu Bakar..",Atau, "kereta Thomas ..." Atau, "pulau itu kemudian kita kenal.." bukan lagi itu yang menjadi muqoddimah kisah yang ibu tuturkan, namun, "saat kalian kecil, Nak.." atau kisah ibu yang diceritakan kembali, "ummi masih kelas 4 waktu belajar pembagian.." dan lain sebagainya. 

Namun setiap isi kisah ternyata akan lebih banyak bertemakan kerinduan, rindu yang bukan untuk dan harus di ulangi. Karena saat ibu berkisah, larik rindunya terlerai disetiap dentingnya. Ia kemudian hanya butuh berkisah, berkisah tentang rutinitasnya yang hilang dibalik ingatan.  

Ibu kini berkisah tentang dirinya disaat itu dengan anak-anaknya yang tlah mulai saling berjauhan, bukan lagi kisah yang pernah dinantikan anak menjelang tidurnya 

 #catatandefa 
#oktoberdefa  
Balananjeur, Kamis, 13 Oktober 2022

Dua Belas

"Enak Yaa teteh mah hanya perlu mengurus diri sendiri. Pantas saja jika bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat, anak-anaknya kan sudah besar." Jujur saja saya tidak menyukai kalimat seperti ini, kalimat yang saya jawab, "kamu hanya melihat yang terjadi hari ini. Apakah kamu pikir ceritamu hari ini tidak pernah kami alami? Hanya saja kami tidak memelas meminta bantuan atau membandingkan diri dengan kisah orang lain." 

Well, saya sedang berada dalam fase yang sensitif dengan komentar seperti yang saya dengar hari itu. PMS seringnya membuat hati tidak menentu, jadi ada baiknya menepi dari berjumpa siapapun yang berpotensi membuat hati tidak nyaman di saat seperti itu.

Dan inilah juga yang saya lakukan saat mendampingi para bocah yang nggak bisa diam dan senang mencari cara untuk melakukan aksi yang membuat ibunya mengurut dada saat berada dalam suatu pertemuan. Saya memilih untuk tidak banyak berjumpa orang, bukan karena khawatir anak bersikap heboh yang memang ciri khasnya anak-anak namun karena khawatir mereka tidak nyaman dan menjaga agar hati saya sendiri juga tetap kondusif, menghindar dari siapapun yang berpotensi memberikan cerita berisi perbandingan, "anak ini begini, anakmu kok gitu." Dan semacamnya, atau mengomentari cara saya membersamai anak bahkan mengomentari fisik yang bertambah kecil.

Bukan karena tidak percaya pada lingkungan dimana saya bergaul namun saya tidak yakin pada hati saya sendiri yang bisa tiba-tiba saja merasa tidak nyaman dan rasa seperti itu akan tidak baik terutama saat kita sedang membersamai anak. Saya meyakini bahwa saya harus menjadi ibu yang tenang dan senang saat mendampingi tumbuh kembang anak..

Saya memilih menjauh dari riuh, tidak mengikuti komunitas apapun, tidak banyak bertemu teman dan saudara. Hmm tidak banyak bukan berarti tidak sama sekali.. bukan karena saya tidak menginginkannya, namun karena anak-anak di masa kecilnya tidak merasa nyaman saat berada dalam suatu pertemuan dengan orang-orang yang tidak biasa mereka jumpai.

Hari itu.. saya kembali menerawang mengingat hari yang telah berlalu.

#catatandefa
#oktoberdefa 

Balananjeur, Rabu, 12 Oktober 2022

Day 287

Sesampainya di rumah Emak, qodarullah Emak masih dalam kondisi sakit karena batuk dan sakit persendian. Biasanya emak hanya butuh seminggu atau dua Minggu an untuk pulih, tapi kali ini sudah hampir sebulan atau lebih.

Sebelum pulang, saya buatkan godogan air jahe yang dicampur serai dan kunyit juga gula merah. Emak meminumnya selagi hangat dan saya memintanya untuk istirahat kembali.

Ibu tidak boleh sakit, kalimat ini tidak hanya berlaku bagi ibu dengan para balita atau yang masih memiliki anak dalam usia butuh perhatian ibu, karena ternyata di usia senja pun kalimat ibu tidak boleh sakit masih tetap berlaku. Tapi, saya kini sudah dalam fase bisa istirahat dengan banyak saat sakit menyapa. Sesuatu yang tidak dilakukan di masa lalu..

Balananjeur, Rabu, 12 Oktober 2022


Selasa, 11 Oktober 2022

Sebelas

Seperti biasa setiap hari Selasa saya pergi ke rumah Emak, ibu mertua saya, sendirian. Hanya ingin menemani beliau selama beberapa jam sampai de Olin pulang. Setengah jam sebelum de Olin pulang saya akan segera kembali ke rumah agar bisa menyambutnya saat ia pulang nanti.

Sambutan yang berbeda, bukan dengan tangan siap memeluk dan wajah sumringah serta kalimat penuh sukacita, "MasyaaAllah, putri Ummi sudah pulang. Pasti capek ya? Sini ummi peluk biar capek nya hilang." Tidak lagi dengan kalimat seperti ini karena dia akan protes dengan perlakuan yang pernah disukainya di masa kecil.

Ya, masa kecil. Tentang masa kecil mereka, cara menyambut mereka di masa kecil menjadi salah satu dari sekian rutinitas yang hilang.

Alasan tidak lagi mengajar di suatu lembaga salah satunya adalah karena ingin ada saat mereka pulang dari sekolah. Baik saat pulang karena istirahat sekolah ataupun karena waktunya pulang, anak-anak menyukai sambutan hangat dan tersedianya cemilan ataupun makan siang jika mereka pulang.

Hanya cemilan yang mudah dibuat semisal otak-otak, cimol, cilok, puding, brownies, pisang goreng, dll. Atau menu makan siang sayur bayam atau kangkung atau daun katuk dengan tempe goreng, sambal dan asin goreng. Pelepas lelah setelah belajar dan bermain di sekolah.

Mereka senang saat saya berdiri di teras sambil membentangkan 2 tangan dan memeluk mereka dengan wajah cerah, bahwa saya merindukan mereka. Kini, saat yang paling kecil pulang sekolah pun saya hanya perlu ada di rumah tanpa perlu menyambut seperti saat itu, "Ade mau makan?","ada cerita apa hari ini Nak?" Hanya itu, kecuali jika nanti diizinkan untuk menyambut dengan cara seperti yang biasa dilakukan semasa kecilnya.

Apakah mereka mengingatnya? Suatu hari nanti, saya mereka mungkin mengingat itu.. mungkin tidak hari ini, karena dengan mengingatnya saja larik kerinduan kembali terpampang dibalik ingatan. Biarkan seperti hari ini saja ..

#catatandefa
#oktoberdefa
Balananjeur, Selasa, 11 Oktober 2022

Minggu, 09 Oktober 2022

Sepuluh

Saya tidak meninggalkan rumah sebelum membereskan semua pekerjaan didalamnya, ini prinsip yang dipegang setelah anak-anak beranjak besar karena sewaktu mereka masih jadi bocah cilik yang senangnya membuat rumah bak rumah peradabanmah tidak memiliki prinsip seperti itu ๐Ÿ˜ฌ.

Hmm tahu kaaan gimana rupa rumah peradaban khas anak-anak kicil?! Hee, dzahirnya sih berantakan. Baju disana sini, remahan nasi di seluruh ruangan, mainan di semua ruang, lantai yang tak pernah kinclong.. ya, dzahirnya memang seperti itu, namun hakikatnya ada banyak pembelajaran kehidupan disana; pembelajaran bagi orang tua juga anak-anak.

Well, ini tema Minggu ini, "Rutinitas yang Hilang". 

Saat anak-anak masih kecil, pagi hari adalah saat menikmati pemandangan dimana rumah peradaban tercipta. Teriakan, tangisan, semua itu bak nada indah di pagi hari. Adik kakak yang rebutan kamar mandi lalu saling berteriak kegirangan saat yang satu berhasil masuk duluan, yang lain menggedor pintu kamar mandi tidak terima mendapat giliran terakhir, yang satu hanya melihat dua kakaknya yang bertengkar dengan cara yang didalam kamar mandi melamakan waktu disana dan yang diluar terus menerus menggedor pintu kamar mandi.

Mereka berebutan tempat duduk agar bisa duduk didekat ummi, saling berebutan tempat air minum padahal masing-masing sudah memiliki tempat air minum yang sama. Melihat bagian makanan yang lainnya lalu merengek minta bagian yang sama padahal sudah mendapat bagian yang sama.

Berlarian dari dalam hingga keluar rumah lalu masuk lagi kedalam hingga lantai penuh debu dan... Cap kaki yang tidak beraturan.

Semuanya riuh, tak ada jeda kecuali saat mereka tertidur lelap. 

Semua itu di masa mereka kecil, saat itu saya membiarkan saja semua kehebohan itu, membiarkan rumah tetap berantakan saat kami keluar rumah karena waktu beberes adalah saat mereka tertidur di malam hari. Tidak seperti hari ini saat saya akan segera membereskan yang dirasa harus dibereskan, terutama saat kami harus beraktivitas di luar rumah. Karena membereskan pekerjaan rumah sebelum berangkat dapat membantu menjaga kewarasan saat pulang nanti.

#oktoberdefa 
#catatandefa 
#rutinitasyanghilang_defa

Balananjeur, Senin, 10 Oktober 2022

Day 284

Me, "teteh vit D3 nya masih rutin di minum?"

Teteh, "lupa terus Mi, sejak PTS kelupaan minum vit D3."

Waktu dapat kabar terkini kondisi teteh, yang pertama terpikirteh, "kayaknya dia nggak minum vitamin nya." Vit D3 sangat dibutuhkan untuk kondisi teteh sekarang, meski tidak 100 persen membantu tapi insyaAllah bisa meminimalkan resiko munculnya gejala sakit.

vitamin D3 berperan pada respon imun dan pengaturan sistem imun untuk mengatasi reaksi inflamasi yang hebat.

 Salah satu Pendiri dan Ketua Dewan Pengawas Marisza Cardoba Foundation, mengatakan autoimun memang penyakit yang bisa mematikan namun bisa dikendalikan. Saya sendiri memasukkan vit D3 dan vit C sebagai salah satu ikhtiar pengendaliannya (sesuai rekomendasi).

Orang dengan autoimun itu produktivitasnya menurun, tidak bisa disamakan dengan orang tanpa autoimun. ODAI (orang dengan Autoimun) hanya mampu beraktivitas 5-6 jam sehari dengan keluhan seperti nyeri sendi, mudah lelah, rambut rontok, sering sariawan, sakit kepala yang hebat, demam yang tidak beraturan, dan sebagainya, sementara penyakit ini belum dapat disembuhkan.

Ini memang sudah umum dirasakan oleh ODAI. Anda bisa cek itu pada orang dengan autoimun di sekitar anda!

Terus, apa hubungannya dengan vit D3? Yaaa kan vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang berfungsi sebagai hormon yang mengatur metabolisme kalsium dan pertumbuhan tulang. Perannya juga sangat penting dalam pengaturan sistem imun.

Beberapa jenis Autoimun itu ada yang nggak boleh terpapar sinar matahari yang notabene dikenal sebagai sumber vit D paling baik, solusinya adalah minum suplemen vit. Trus, kita juga agak pemalas buat berjemur atau karena sibuk jadi nggak sempat berjemur, suplemen bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan vit D harian tubuh 

Balananjeur, Ahad, 9 Oktober 2022

Sabtu, 08 Oktober 2022

Sembilan

Saya selalu meyakini bahwa kita adalah bagaimana kita memperlakukan orang-orang terdekat kita, orang lain mungkin hanya akan memberi penilaian berdasarkan apa yang _sekilas_ dia terima atau lihat dari kita dan nyatanya sikap yang diperlihatkan hanya yang positif-positifnya saja. Namun keluarga; suami dan anak-anak, atau ibu dan saudara akan memiliki penilaian yang jauh lebih menyeluruh tentang kita.

"Ah, nggak penting juga penilaian manusia, yang penting bagaimana penilaian Allah atas kita!" Ya, jangan bandingkan penilaian Allah dengan pandangan manusia atuh! 
Gini ya, makhluk Allah yang bernama manusia ini memberikan testimoni soal buruknya akhlak kita baik pada keluarga (suami/istri, anak, ibu dan ayah, saudara) juga pada tetangga dan siapapun yang berinteraksi dengan kita. Testimoni yang berdasarkan penilaian jujur dari mereka itu bisa menjadi pecut untuk perbaikan akhlak kita. Tanpa itu mungkin kita akan PeDe aja menganggap kita baik-baik saja, tidak ada yang harus diperbaiki dari diri kita, padahal banyak sikap yang menjerumuskan kita sendiri dalam kebinasaan yang perlu kita perbaiki. So, masih menganggap penilaian orang lain enggak penting?

Yang tidak boleh itu menyibukkan diri dan larut untuk senantiasa membuat orang bikin testimoni positif tentang kita, dan lupa bahwa berbuat baik itu bukan untuk menyenangkan manusia tapi karena Allah yang menyuruh.

By the way, saat orang-orang di luar sana menganggap kita sebagai orang baik, apakah suami/isteri dan anak-anak kita merasakan kebaikan kita itu? 

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Ahad, 9 Oktober 2022

*Hanya terlintas saja

Day 283


Awalnya pengen berbagi cerita tentang proses buka new account di buku laku, tapi untuk sekarang cukup nyimpan jejak dulu saja. insyaAllah step by step anything about proses berkenalan dengan bukulaku.com akan saya posting setelah selesai masa adaptasi. Hee


Balananjeur, Sabtu, 8 Oktober 2022

Jumat, 07 Oktober 2022

Delapan

Setelah Ayah wafat, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari cara agar menjadi anak shaleh yang doanya sampai kepada beliau. Usia saya masih 14 tahun saat itu dan yang diketahui hanyalah tumpukan buku dan pena, saya tidak senang dengan hal-hal lainnya kecuali interaksi dengan buku dan pena. Tapi, ada yang harus dilakukan; merawat tali silaturahim dengan keluarga, kerabat dan sahabat-sahabat beliau.

Saya harus mulai dari mana? Untuk seorang pendiam yang tidak senang ngobrol, agak sulit menjalin silaturahim. Saat ikut Ayah pun saya lebih banyak diam, bagaimana cara saya berkomunikasi dengan orang lain? Banyak bicara akan membuat saya tidak nyaman, Trus bagaimana silaturahim tanpa perlu berkata-kata? Saya bahkan tidak bisa berbasa-basi.. 

Namun saya tidak ingin bergumul dalam prinsip, "aku nyaman dengan diriku saat ini." Atau, "aku mah emang gini." Karena meyakini bahwa harus selalu ada perubahan sikap setiap harinya. Harus selalu siap memperbaiki diri, jadi tidak boleh memasung diri dengan kalimat, "aku adalah diriku saat ini." Bahkan meski merasa nyaman dengan zona saat ini, nyaman saat tidak banyak interaksi dengan orang lain, saat menjadi diri dengan gambaran saat ini, tetap harus ada peningkatan kualitas setiap waktunya.

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Bukan be your self, tapi be the best of your self. Tidak boleh stagnan di satu titik Trus karena merasa nyaman disana jadi tidak mau bergerak ke titik lainnya, meski jalannya tidak secepat yang lain, tetap saja harus ada pergerakan ke arah yang lebih baik.

Akhirnya saya membuat list perubahan, perbaikan diri yang diharapkan bisa menjadi langkah keshalihan agar menjadi pahala kebaikan untuk orang tua yang tlah tiada. Bukan dengan berhaji atas namanya karena memang tidak ada tuntunannya beribadah atas nama mereka yang tlah tiada, namun salah satunya adalah menjalin silaturahim dengan orang-orang yang beliau cintai semasa hidupnya 

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, wa/mang/bi/ki/nek, Abi Dede Fatimah Shalihah putrana mang Yaya." Ini kalimat yang biasa saya ucapkan dikali pertama mengunjungi beberapa saudara dan kerabat juga saudara Ayah. Belum banyak karena keterbatasan yang ada.

Balananjeur, 8 Oktober 2022

Kamis, 06 Oktober 2022

Day 281

ALUR
Oleh : Dede Fatimah Shalihah

6 tahun yang lalu.

Aku tidak tahu kalau akan berakhir ditempat ini, mendapatkan nilai utbk tinggi serta lolos masuk ke universitas impianku dan fakultas impian serta semua yang sudah direncanakan sejak lama, namun justru akhirnya terjebak di universitas di pinggiran kota. Tempat yang sama sekali tidak ada dalam list impian dengan fakultas yang tidak pernah ada dalam benak; fakultas pendidikan. Aku berdebat dengan hatiku saat memutuskan mengubah jalur, toh ini hanya masalah hati yang bisa dibolak-balik, dan aku hanya perlu mengatur langkah juga rencana agar perjalanannya tetap sesuai alur.

Apakah aku kecewa? Aku merasa rendah diri dihadapan teman-temanku yang masuk universitas negeri incaran mereka masing-masing, sedangkan aku terdampar disini. Kalimat ini terasa dramatis saat ku ceritakan, aku bahkan ingat dengan jelas saat menangis menceritakan pada Ibu tentang bagaimana sesaknya dadaku saat teman-teman mengirimi pesan WA bertanya kuliah dimana.

“aku malu pada teman-temanku jika kukatakan aku hanya akan kuliah disini, di universitas kecil yang tidak pernah ada dalam list impian kami.” Entah seperti apa rupa sesakku, namun yang pasti rasanya membuat dada terasa menyempit dan kehilangan cara bernafas.

“kakak juga lolos fakultas hukum impianmu, universitas negeri favoritmu. Lalu apa yang membuat kakak harus merasa rendah diri? Insecure dari orang-orang diluar sana? Lihat, passinggrade kakak sangat tinggi! Apa karena akhirnya masuk universitas swasta dengan jalur undangan lantas layak membuat kakak minder?” seringkali aku harus diingatkan untuk kembali menata sikap dan terutama menata hati. 
Ya, kali ini yang kuinginkan bukan sekedar ibu yang membasuh gelisah di hati, namun ibu yang membantuku membuka mata. Dan ibu melakukannya.

“semangatmu, Nak, adalah hal paling berharga dalam dirimu. Kakak tidak membuat satu rencana dalam pendidikan namun banyak rencana dengan satu visi, yaitu semua yang membuat kakak menjadi orang yang bermanfaat karena Allah. Ini juga satu dari sekian list planning kakak. Masih ingat saat kakak ditanya mau dilanjutkan kemana?”ibu mengusap kepalaku lembut.

“hukum, universitas paling bergengsi di Indonesia.” Jawabku pelan.

“dan kakak mendapatkannya.”

“tapi kakak akhirnya terjebak disini.” 

“apa kakak merasa terjebak?” aku mengangguk pasti.
“coba diingat lagi apa yang kakak katakan di hari itu! Hari saat kakak menyampaikan rencana pendidikan kakak!” ibu kembali bertanya.

“apakah aku mengatakan hal lainnya selain itu?”aku mencoba mengingat-ingat keseluruhan kalimat yang kuucapkan, namun ternyata sesulit itu mengorek memori yang berhubungan dengan kalimat.

“ibu akan menunjukanmu catatan yang ibu simpan di dalam jurnal harianmu.” Lalu ibu menyerahkan sebuah buku dengan tebal 200 halaman dan menunjukkanku ke halaman 39 yang berisi tekadku untuk hari esok. “aku tidak akan memasung diri hanya dengan sebuah gedung yang harus kumasuki. Aku akan menjadi manusia merdeka yang mengepakkan sayap dengan bebas. Menjadi apapun aku di hari esok, aku hanya ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain lalu kelak kembali ke sisi Rabbku dengan Ridha Rabbku. Ibu, ini aku yang mencatatnya. Ya, aku ingat hari itu kutuliskan ini dengan penuh keyakinan dan kesadaran.” Ah, aku ingat bahwa kami memiliki diary bersama. Aku juga mulai mengingat yang kuucapkan di hari itu, “kalau aku masuk fakultas hukum, maka impianku adalah memanfaatkan ilmu itu untuk kemuliaan dienku, untuk kemanfaatan ummat ini. Begitupun kalau aku masuk kedokteran, keguruan, Teknik atau bidang keilmuan yang lainnya. Aku tidak akan menargetkan diriku hanya dengan harus masuk satu jurusan tertentu hingga terjebak di dalam kerisauan saat tidak bisa meraihnya karena suatu sebab, aku hanya akan berjuang dan belajar dengan baik lalu mari kita lihat bagaimana taqdir menyampaikan pesannya untukku.” Kata demi kata yang tertuang disana terlihat penuh semangat dan optimis.

“Ibu, rupanya masuk keguruan pun ada dalam list rencanaku. Allah menyampaikan pesan melalui untaian taqdir yang awalnya membuatku merasa hancur. Sebab ini dan itu hanyalah dzahirnya saja, ketiadaan biaya bukanlah kesalahan namun pesan cintaNya agar aku melihat kembali kesungguhan niat dan tekadku. Ibu, Allah mengajak langkah kakiku untuk menjadi guru dan bukan menjadi hakim, pengacara ataupun jaksa pasti ada hikmah besar dibalik semua itu. Aku akan membaca kembali surat cintaNya dengan penuh kelapangan. Terima kasih untuk selalu menyimpan kisahku.” Lihatlah, bukankah bukan hal yang sulit merubah haluan saat kita membiarkannya untuk berubah. Tidak ada yang berat meski hati kita pernah -seolah- terlihat sangat menginginkannya.

6 tahun kemudian

Sudah enam tahun sejak aku galau-galauan karena merasa berada di tempat yang salah, nangis hingga berdebat dengan taqdir yang membuatku menarik nafas cukup lama hingga akhirnya berdamai dengan alur yang ada. Kini aku diterima menjadi dosen di perguruan tinggi yang pernah kutangisi, di fakultas yang membuatku memerah airmata karena tidak jadi ku tempuh.

Cukup lama aku terpekur menafakkuri waktu, hari demi hari yang belum selesai ku jelajahi arti dan maknanya, sungguh luar biasa pesan cintaNYA menyapa, bahasanya terasa sulit dicerna di awal, hingga pasrah menjadi pengiring langkah yang kemudian menjelma menjadi keyakinan bahwa semua itu tidak akan sia-sia, jika kita menyandarkan diri pada sang pencipta dengan penuh keyakinan dan prasangka baik bahwa akan ada kabar baik setelah penyerahan diri secara total kepadaNya.

masyaAllah, Alhamdulillahilladzii bini’matihii tatimmushshoolihat, bukankah dulu telah kuazzamkan untuk menjadi manusia yang bermanfaat tanpa mengikat diri dalam satu cita di kehidupan? Menjadi apapun, apakah menjadi hakim ataupun jaksa, menjadi dokter ataukah perawat, menjadi guru ataupun staf TU, menjadi apapun aku hanya perlu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri agar bisa memaksimalkan potensi untuk memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi ummat. Nikmat mana yang pantas ku keluhkan? Bahkan meski aku tidak jadi dosen di universitas yang tidak jadi kutempati di masa S1 itupun aku tidak akan kecewa ataupun mengeluh, aku hanya perlu berdamai dengan alur yang tercipta untukku dengan usaha terbaik yang bisa ku lakukan.

“ibu, hidup ini aneh.” Aku duduk dibangku pekarangan tempat dulu kukeluhkan sesak, kali ini terasa sunyi meski aku tak lagi bercerita tentang sesak.

“ini aku, Bu. Dulu menangis karena tidak jadi kuliah di sana namun kini justru menjadi dosen disana.” Netraku basah, bait kerinduan mulai menyapa

“terima kasih untuk memeluk dan membersamaiku saat aku lemah, terima kasih untuk menguatkan dan mendukungku menjadi sebaik-baik diriku. Untuk melihat hari esok tidak dari sudut yang kaku, bukan menjadikan aku sebagi apa namun seperti apa menjalani hidup. Ibu, terima kasih untuk mengingatkanku bukan hanya sekedar menyeka sudut netraku yang basah. Ini aku, bu, anakmu. Izinkan aku untuk berbakti kepadamu dengan berusaha menjadi anak yang sennatiasa meriuhkan do’a dengan dzikir dan amal shaleh. Ibu, aku mencintaimu karena Allah.”

Lirih angin menyapa lembut, tasbih kehidupan mendekap dengan alurNya yang tidak bisa di tebak. Kita hanya perlu berusaha yang terbaik, menyiapkan yang terbaik, namun janganlah menggenggam dunia terlalu erat karena genggaman yang terlalu erat hanya akan melukai saat harus terlepas. Begitupun dengan cita-cita dalam kehidupan, ukurannya bukan karena kita ingin atau terhubung dengan konsep ideal kita, namun pada kebermanfaatan yang akan kita haturkan. Menjadi apapun kita, semoga menjadi orang yang sennatiasa menebarkan manfaat dan banyak kebaikan, karena ilmu kita akan dihisab sesuai manfaat dari ilmu tersebut. Maka semakin tinggi ilmu haruslah menjadikan kita pribadi yang lebih bermanfaat.

“ibu, seperti katamu dulu, kita hanya perlu melapangkan hati dan memaksimalkan usaha agar alur hidup kita selaras dengan kebenaran yang diyakini. Besok aku akan mulai dengan hari yang baru, Bu. Semoga Allah Ridhai dan kebaikannya sampai kepadamu.” 

Balananjeur, 6 Oktober 2022

Tujuh

Pernah nggak ketemu orang yang langsung memalingkan wajah saat bertatap muka dengan kita? Atau menghindari kontak mata dan membalas senyum dengan muka masam?

Kali pertama mendapati hal itu saya memilih untuk berprasangka baik padanya, "oh mungkin sedang ada yang dia pikirkan," atau, "oh mungkin dia sedang sariawan." Dan alasan lain untuknya agar saya tidak mempengaruhi hati saya. Yaa meski tetap saja merasa aneh, "kok tiba-tiba saja." Tapi langsung ingat, "eh diamah kan emang sering bersikap gitu. Sering tiba-tiba jadi seperti itu." 

Dan akhirnya setelah kali ketiga dia bersikap hal yang sama, ya udah saya bantu dia untuk menikmati masa nya. Dengan cara? 

Dulu saya pikir, cukuplah bagi saya untuk menyapa dan tersenyum sebagai bagian dari kebaikan yang diajarkan dalam Dien ini tanpa perlu mikir bagaimana sikap orang lain. Namun ternyata, penting bagi kita untuk menjaga kondisi-kondisi tertentu semisal saat ada yang nggak mau disapa, ya udah jangan di sapa. Kalau menyapanya hanya akan mempengaruhi kondisi hati kita, misal dicuekin atau dianya menghindar, Yaa udah tinggalkan saja! Fokuslah pada orang-orang yang senang saling mengingatkan dan bersabar dalam kebaikan, saling senang menjaga adab saat bertemu saudara.

Hey tapi kan sesama saudara itu tidak boleh saling mendiamkan selama lebih dari tiga hari! 

Kita tidak mendiamkannya namun sebaliknya, dan hal-hal diluar diri kita tentu tidak dapat kita kontrol serta bukan hal yang bisa kita luruskan semau kita. Masih banyak hal lain yang perlu perhatian dibandingkan memperhatikan cemberutnya orang lain atau muka masam yang ditunjukan orang lain pada kita. 

#catatandefa
#oktoberdefa 

Balananjeur, Jum'at,7 Oktober 2022

Rabu, 05 Oktober 2022

Enam

Dimasa kecil saya menyaksikan Ayah yang senang silaturahim, beliau juga beberapa kali mengajak saya berkeliling kota Tasik untuk silaturahim. Berjalan kaki ke daerah Pagerageung dan beberapa daerah sekitar kami untuk mengetuk pintu rumah saudara, kerabat atau teman dan bahkan mereka yang tidak saya ketahui siapanya Ayah atau ada hubungan kekeluargaan dengan kami ataukah tidak, yang saya tahu hanyalah bahwa mereka saudara seaqidah, itulah dikatakan Ayah saat saya bertanya, "ini rumah siapa?"

Cukup letih kaki berjalan, bersalaman dan menyapa orang-orang yang ditemui. Saya melihat juga bagaimana cara beliau menyapa dan bertanya kabar hingga hal-hal yang menurut saya terasa menggelikan untuk ditanyakan kepada orang yang tidak dikenal dan baru ditemui, "nek damang?" Ok, ini masih biasa dan bentuk perhatian yang baik bagi orang yang ditemui, apalagi saya melihat kesungguhan dalam nada kalimat beliau. Itu bukan tanya kalimat tanya yang sekedar basa-basi.

"Nek/Aki tos tuang?" Ini rumah kesekian dimana Ayah bertanya hal yang sama, pertanyaan yang tidak biasa untuk seseorang yang bertamu. Ini bukan rumah saudara atau kerabat ataupun teman, ini hanya rumah yang beliau singgahi karena melihat sosok Nenek atau kakek lanjut usia dengan kondisi rumah jauh berbeda diantara rumah-rumah disekitarnya, rumah yang sangat biasa dibandingkan rumah lain disekelilingnya.

Lalu, saya mengikuti Ayah membeli nasi dengan lauk pauk serta makanan lain untuk diberikan kepada Nenek/Kakek penghuni rumah tersebut. Ada amplop yang sudah beliau siapkan dan diberikannya dengan senyum diwajah, saya mengingat senyum itu, senyum terbaik setelah senyum beliau pada ibunda dan nenek kakek yang tlah tiada. 

Itu uang dari saku pribadinya sendiri, saya mengetahuinya bertahun setelah beliau tiada, dari Ibunda yang senantiasa berkisah akan Ayah yang senang silaturahim dan berbagi dalam kondisi apapun.

"Kelak kita akan hidup dengan amal kita hari ini." Narasi ini kemudian menjadi gambaran setelah kepergian beliau yang tetap hidup dalam ingatan dan jariyah kebaikan yang senantiasa mengalir dan diikuti.

MasyaAllah, Allohummaghfirlahuu warhamhuu wa 'aafihi wa'fu 'anhu. Wa Akrim nuzulahuu wawassi' mdkholahuu..

Balananjeur, Kamis, 6 Oktober 2022

Day 280

Ba'da Maghrib kang Wawan mengajak ke Pagerageung untuk membeli pulsa sekaligus jalan-jalan, besok akang shalih ini akan berangkat ke Garut untuk menunaikan tugas jadi sebelum berangkat mengajak saya menikmati me time sejenak.

Kami duduk berdua di teras masjid agung, kembali mengulas kisah yang tlah usai, "nanti kita bikin jadwal buat shalat shubuh di masjid ini ya kang." Saya mulai melepas sesak yang muncul setiap kali bahasan masa membersamai anak mengiring langkah. Membuat rencana untuk hari esok menjadi obat yang lapang..

Lalu dia, seperti biasanya, menyiapkan waktu untuk mendengar setiap abjad yang terucap, caranya melerai setiap rasa di hati isterinya.

MasyaAllah hatur nuhun untuk selalu menjadi teman perjalanan terbaik, kang.

Balananjeur, Rabu, 5 Oktober 2022

Lima

"salah satunya, jangan sungkan buka lemari es!" Ini pelajaran yang saya pegang dalam prinsip persaudaraan, maksud saya dengan saudara saya alias kakak atau adik. Namun ternyata hal ini kemudian hanya berlaku di rumah saudara perempuan yang notabene memang selalu lebih dekat dibandingkan saudara laki-laki.

Why lemari es? Hahaha .. ini sebenarnya pelajaran dari keponakan saya untuk menggambarkan tidak adanya rasa sungkan atau kagok-kagokan sama saudara. Tapi tentu saja tidak berarti kita harus buka-buka lemari es saat main ke rumah saudara. Ini hanya perumpamaan saja, sekali lagi gambaran bahwa sekatnya tidak sampai membuat kita seolah tamu di rumah saudara. Tamu kan nggak mungkin buka kulkas tuan rumah, kan? Nah, saudara kandung mah bukan tamu meskipun hakikatnya sedang bertamu.

Memposisikan diri sebagai tamu di rumah saudara bikin kita nggak nyaman Lo. Maksudnya nggak nyaman sebagai saudara; sebagai adik atau kakak. Jadi ke rumah saudaramah santey aja, biar tetap ada ikatan dan kedekatan. 

But, tetap ada batasannya Yaa.. jangan karena alasan biar lebih deket sampai lupa adab. Ada adab yang harus diutamakan.

Hmm oh ya, saya kalau ke rumah eteh biasanya langsung makan kalau lagi pengen makan, nyari makanan di kulkas. Cuek banget ya! But not allways sih, karena niat ke rumah etehnya bukan buat makan hahaha.. itumah kalau pas lagi disana trus tetiba lapar, auto buka tudung saji dan ngambil piring Weh ๐Ÿ˜…

Cat : hanya berusaha untuk tetap menulis ๐Ÿคญ

Balananjeur, Rabu, 5 Oktober 2022

#catatandefa
#oktoberdefa

Senin, 03 Oktober 2022

Empat

Pertengahan bulan Juli kemarin saya bertemu saudara yang lama tak jumpa, hmm sepertinya perjumpaan terakhir teh waktu dia masih usia 6 tahun an atau kurang lebih dan sekarang usianya sudah 36 tahun, MasyaaAllah sudah sangat lama sampai-sampai saya harus mengorek dalam-dalam memori sampai mulai ingat, "oh iya, pernah silaturahim ke rumah waktu masih kecil ya? Waktu itu ke rumah sama Uwa, aku ingat wajah ini." 

Sudah sangat lama tapi langsung akrab saja, ini prinsip saya, saya akan langsung mengakrabkan diri alias sok kenal sok dekat dengan saudara dekat ataupun saudara jauh. Tentu dengan melihat tipe kepribadian mereka dulu, kalau tipe nya bisa di akrabin mah Yaa langsung diakrabin. Kalau tipe nya nggak nyamanan deket sama orang baru (meski baru nya karena lama tidak jumpa) tetap saja harus bertahap mengakrabkan dirinya. Dan kali itu saya tahu bahwa saudara saya ini memiliki tipe yang sama dengan saya; mudah akrab dan punya tema obrolan yang sama ๐Ÿ˜€.

30 tahun, kok bisa selama itu tidak bertemu? Inilah yang akan menjadi bahan evaluasi saya lalu mulai menentukan sikap untuk kembali menjalin silaturahim dengan siapapun yang terikat hubungan darah dengan ayah dan ibu kami. Akan ada banyak alasan untuk tidak menjalin silaturahim tapi kita cukup memiliki satu alasan untuk menjalin tali silaturahim, that is karena Allah, cukuplah Allah menjadi alasan. 

Kami sekarang kembali berkirim WA saling bertanya kabar dan menyapa, meski tidak banyak bertutur melalui media wa ataupun media sosial, tapi saya senang saat Allah memberikan kesempatan untuk bertemu orang-orang yang ayahanda kami sayangi meski hanya berbilang jari waktu bertemunya.

Balananjeur, Selasa, 4 Oktober 2022

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Day 279

Sewaktu izin pulang karena sakit, teteh hendak mencari tahu tentang kondisi yang dialaminya melalui internet tapi saya melarangnya. Alhamdulillah teteh tipikal yang senang nurut dan husnudzon dengan larangan ataupun perintah, "pasti itu yang terbaik buat teteh. Itu karena ummi sayang sama teteh." MasyaAllah prasangka baiknya sering membuat kami terharu..

Hmm kenapa saya melarangnya mencari tahu? Ada beberapa alasan yang membuat saya memilih agar dia membiarkan saya yang mempelajari kondisinya, dan kami belajar bersama..

1. Berita yang keluar dari mesin pencari tidak selalu sesuai dengan kondisi kita, kadang yang keluar teh justru yang bikin kita down. Kondisi hati itu kadang naik kadang turun, tak jarang mendapati kabar negatif membuat bawah sadar kita meyakini hal itu dan menjadikan gambaran disana sebagai gambaran kita. Saya tidak mau teteh melihat kondisinya dengan kacamata seperti yang dilihatnya di media, apalagi tidak semua kondisi yang sama perlu penanganan yang sama, meski gejalanya sama tapi belum tentu penanganannya atau cara menanggulanginya akan sama. 

Intinya, cukuplah kami mempelajarinya bersama. Caranya? Nanti deh saya ceritakan bagaimana kami mempelajari kondisi kami secara bertahap. Autoimun itu kondisi dimana kami akan terus mempelajari kondisi agar tercapai harapan hidup dengan kualitas yang lebih baik 

Eits bukan berarti tidak buka internet sama sekali Yaa, karena saya hanya melarang teteh bukan melarang diri saya sendiri.

Why? Alasannya ada di poin kedua

 2. No filter alias Sagala ngaburudul, hmm nggak jauh dari poin pertama sih. But bukan berarti saya tidak percaya teteh tidak bisa memfilter berita, hanya saja saya melihat banyak kejadian dimana pasien akan lebih shocked saat mencari kondisinya melalui internet. Ya, kita kan awwam jadi waktu nyari all about kondisi kesehatan kita melalui internet berdasarkan hasil diagnosa dokter, trus yang keluar ngaburudul dan kondisi kesehatan membuat kita kesulitan mencernanya dengan tenang. Yang ada malah langsung ditelan bulat-bulat, "oh ternyata saya teh begini, harus begini, tidak boleh begini, dan akan seperti ini." Oh wait, hanya karena kita membaca dari media trus kita langsung memvonis diri kita? Saya tidak mau teteh seperti itu. Sekali lagi, bukan karena saya tidak percaya.. tapi, saya tidak ingin otaknya terkontaminasi dengan banyak berita yang belum tentu akurat sesuai dengan dirinya. Hanya akan menyakiti diri sendiri dan membuang waktu saja..

Nahl, kenapa saya bisa mencari tahu? Ini tentang kondisinya dan saya berusaja mencari tahu untuk mempelajarinya langsung dari dirinya, bukan merujuk pada hasil pencarian. Hanya saja ada beberapa hal yang dijadikan acuan..acuan pembelajaran. Misal gini nih, kalau pencernaan saya kan tidak bisa menoleransi susu dan olahannya, trus kabar di internet juga katanya yang autoimun itu emang nggak boleh minum susu, tapi saya kan tidak tahu bagaimana pencernaan teteh. Apa yang terjadi dengan saya ataupun orang lain dengan autoimun belum tentu sama penanganannya dengan teteh, tingkat toleransi terhadap makanan pun pastilah berbeda. Jadi tidak bisa disamaratakan.

Well, intinya saya tidak mau teteh kebanyakan mikirin kondisinya dari berita yang kebanyakan negatif dari luar sana..

Sambil memberikan edukasi cara filtering dan mencari bahan berita ,karena pada akhirnya dia pun harus mempelajari kondisinya sendiri 

Balananjeur, Selasa,4 Oktober 2022

Day 278

Awalnya saya pikir kalau saya hanya perlu menikmati kondisi sakit, namun ternyata saya keliru. Sakit itu bukan dinikmati, tapi dikelola dan diatasi.

Why? Agar hidup lebih berkualitas, Yaa meskipun sakit tapi.. hmmm, ok saya mengalami sakit kronis, sebagian sel tubuh saya mengalami masalah, tapi tidak dengan hidup saya.

Yang berhenti adalah beberapa kegiatan tapi tidak dengan hidup saya. Sakit bukanlah gambaran keseluruhan hidup saya.

"ya udah, sakit autoimun kan gak bisa sembuh, jadi nikmati saja!" No, it isn't.. meski nggak bisa sembuh, bukan berarti hanya perlu dinikmati tanpa ada progress untuk menjalani hari dengan bermakna.. termasuk progress untuk tetap beramal shalih dan tidak sampai allways ngdrop ๐Ÿ˜

Well, bukan untuk dinikmati Yaa.. tapi untuk dikelola dan diatasi penyebab munculnya gejala sakit.Dalam buku manage your pain-practical and positive ways of adapting to chronic pain dijelaskan secara rinci tentang bagaimana mengelola sakit kronis yang kita alami.

1. Bekerjasama dengan dokter.
Berkomunikasi secara aktif terkait keluhan dan perkembangan kondisi kita, trus lakukan tugas kita sebagai pasien sesuai arahan dokter. Misal disuruh jaga makanan, jangan ngeyel makan apa aja. Di suruh istirahat, Yaa istirahat saja dulu!. Di suruh manage stress, please deh jangan ngeyel semuanya dijadikan stressor! ๐Ÿ˜

2. Tetap aktif!
Aktif seperti apa? Orang dengan Autoimun itu kan punya limitasi energi, trus gimana bisa aktif?

Yah, energi tubuh kami memang seperti batu hp, tidak bisa terus menerus on, kalau dipaksakan bisa nghang, nglag atau Yaa itu dia low baterei jadi harus di charger lagi. Hmm masih mending low baterei, masih bisa di charger.. nah kalau sudah nglag atau nghang, biasanya butuh di reset ulang. Percaya deh, ngreset ulang nya tidak semudah ngreset hp. 

Trus, gimana donk mau aktif kalau energinya terbatasmah?

Hmm, gini Yaa. Aktif yang saya maksud adalah tidak membuang waktu hanya untuk meratapi nasib. Hey, seorang muslim itu tidak meratapi nasib dan keseluruhan waktu kita jika digunakan dalam kebaikan maka insyaAllah menjadi amal ibadah kita.

Lakukan kegiatan apapun sesuai batasan energi kita. Masih bisa tilawah kan? Silaturahim? Membaca dan menulis? Alhamdulillah biidznillah saya masih bisa nyabut jukut sama lari .. tapi bukan lari dari kenyataan ๐Ÿ˜…
Tetaplah aktif sesuai limitasi energi harian kita. Tapi, hindari sibuk berlebihan namun tidak produktif /menghasilkan sesuatu (saya akan tuliskan ini dalam bab tersendiri). 

Why? Karena ujung-ujungnya hanya akan menimbulkan lelah yang sangat atau lelah kronis tapi tidak ada yang berarti.3. Ada beberapa hal yang perlu dihindari. Apa saja?
- negatif thinking untuk hal-hal yang belum jelas kepastiannya.
- toxic positivity. Seolah sedang berpikir positif padahal aslinya sedang meracuni diri sendiri 
- fokus pada rasa sakit yang dialami, bukan pada solusi
- membicarakan terus menerus rasa sakitnya pada siapapun yang ditemui tanpa nilai edukasi sedikitpun dalam situasi apapun 
- terlalu banyak istirahat diluar batas
4. Berdamai dengan fluktuasi kondisi.

Dalam perjalanan perbaikan kondisi, tidak jarang yang ditemui justru kondisi ngdrop yang terus menerus. Hmm dikit-dikit sakit, dikit-dikit can't get up, dikit-dikit headache, lemas dan kondisi yang mengalami kemunduran dari hari-hari sebelumnya. So, berdamailah dan belajarlah dari kondisi tersebut karena bisa jadi ada hal-hal yang harus diperbaiki agar tidak terulang lagi kondisi yang sama. Jadi,jangan hanya berdamai dengan kondisi, tetapi juga harus diamati, pelajari and do something for it!

5. Hargailah dan banggalah untuk setiap kemajuan yang dialami. It's mean, bersyukurlah atas segala kemajuan kita!

Misal, bisa berjalan selama 5 menit setelah sebelumnya mengalami kelumpuhan sementara, MasyaAllah itu nikmat yang luar biasa, syukuri lah!

Bisa melihat setelah merasakan gelapnya penglihatan, syukuri lah!
So, hargailah dan syukurilah sekecil apapun kemajuannya tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain.

Kita tahu dan sangat memahami bagaimana sulitnya menjalani hari-hari dengan sakit kronis dan berjuang untuk hidup lebih baik.

Jadi, jangan habiskan hari hanya untuk menangisi kondisi! Allah maha tahu batas kemampuan kita, kenapa kita dalam kondisi ini? Pasti ada alasannya, salah duanya semoga menjadi hujjah kita dihadapan Allah kelak serta mendidik jiwa kita yang lemah

6. Carilah support system yang tepat, bisa personal ataupun komunitas.

Tepat itu kayak gimana sih?
- yang membuat kita tidak hanya berhenti di mendapati teman senasib, melainkan membantu kita bertumbuh mulai dari menerima/berdamai-mengenali diri- dan mencari solusi untuk kondisi kita.
- memberi apresiasi atas setiap kemajuan kecil yang kita alami
- tidak memaksa kita untuk mengikuti arahan misalnya wajib makan apa atau menghindari makanan apa
- tidak menganggap kita lemah dan mengasihani kita karena kondisi sakit yang kita alami.

And tambahan dari saya, dia atau mereka yang tidak membuat kita jadi pengeluh yang baik dan senantiasa membuat kita ingat akan Allah, membuat kita semakin dekat kepada Allah.

Balananjeur, Senin, 3 Oktober 2022






Tiga

Persaudaraan atau ukhuwah karena ikatan iman merupakan nikmat terbesar sesudah nikmat iman. Kalimat ini saya baca dalam buku fiqh ikhtilaf karya Syaikh DR Yusuf Qordhowi, hari ini saya kembali mengingatnya kemudian membacanya dalam buku yang saya maksud.

Dalam ukhuwah itu harus ada kesamaan, dan kesamaannya adalah islam, that is ukhuwah Islamiyyah. Bukan ras nya, namun agamanya. Bukan letak geografisnya, namun diennya. Bukan warna kulitnya, namun aqidahnya. 

Masalah furuiyah seringkali menjebak kita untuk tidak akur dengan saudara kita, padahal perbedaan furuiyah bukanlah masalah selama ia seaqidah dengan kita. Sesama mukmin adalah bersaudara. Meski senasab, belum tentu seaqidah dan konsep iman itulah yang menyatukan kita. Why? Kita telah memberikan kesaksian saat kita mengatakan, balaa syahidna.

Muslim dengan muslim itu bersaudara, janganlah dia berbuat dzalim dan menyerahkannya kepada musuh (Al Hadits)

Barangsiapa membantu/menyelesaikan masalah saudaranya maka pasti Allah akan membantu menyelesaikan urusannya. Dan barangsiapa yang membantu memudahkan urusan seorang muslim maka pasti Allah akan bantu memudahkan urusannya (Al Hadits)

#catatandefa 
#oktoberdefa 

Balananjeur, Senin, 3 Oktober 2022

Sabtu, 01 Oktober 2022

Dua

"toh mereka pun tidak memberikan perhatian seperti engkau mencintai mereka! Sudahlah, itu namanya tidak adil! "

Saya berpikir tentang konsep adil dalam persaudaraan, apakah kalimat yang pernah di ucapkan seseorang seperti yang saya tuliskan di awal catatan ini berlaku dalam ukhuwah?Saat kita mencintai saudara kita,lalu ternyata mereka bahkan tidak menganggap kita bagian dari yang mereka anggap saudara, haruskah kita berhenti dengan cinta itu?Memilih tidak peduli dan abai pada apapun tentang mereka? 

Lalu saya teringat hadits

ุงู„ู…ุณู„ู… ุฃุฎูˆุงุงู„ู…ุณู„ู…، ูˆู…ู† ูƒุงู† ูู‰ ุญุงุฌุฉ ุงุฎูŠู‡ ูƒุงู† ุงู„ู„ู‡ ูู‰ ุญุงุฌุชู‡

"Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya. Barangsiapa membantu keperluan saudaranya maka Allah akan membantu keperluannya." (Muttafaq 'alaih)

ู„ุง ูŠุคู…ู† ุงุญุฏูƒู… ุญุชู‰ ูŠุญุจ ู„ุงุฎูŠู‡ ู…ุง ูŠุญุจ ู„ู†ูุณู‡

"Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya." (Muttafaq 'alaih)

Dalam persaudaraan itu tidak ada perhitungan, "aku mencintai kalian sebesar ini, karena itu kalian pun harus mencintaiku sebesar aku mencintai kalian." Atau, "aku berkorban sebesar ini untuk ukhuwah diantara kita, karena itu kalian pun harus melakukan hal yang sama." 

Ukhuwah itu ikhlas karena Allah, tidak menghitung amal apalagi merasa yang dilakukan adalah suatu beban hingga menyebutnya pengorbanan yang besar dalam ukhuwah. 

Tidak ada cinta sepihak dalam ukhuwah, "Aku menganggapnya saudara tapi ternyata dia tidak menganggap ku seperti itu." Karena ukhuwah itu adalah, "engkau adalah saudaraku karena Allah, aku mencintaimu karena Allah." Jadi, biarin aja we kalau mereka tidak menganggap kita saudaramah da itu mah di luar kendali kita, yang perlu kita kendalikan dan luruskan adalah diri kita sendiri.

Tidak adil? Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai aturan Allah. Aturan dalam persaudaraan adalah, bersaudaralah karena Allah. Saling mencintailah karena Allah. Saling memberilah karena Allah. Saling tolong menolong dan saling mengingatkan karena Allah. Nah, jika Allah sudah menjadi alasan dan tujuan, tidak akan ada kalimat, "dia tidak pernah berwajah cerah padaku, kenapa aku harus berwajah cerah kepadanya?"

#ceritaibu_defa
#oktoberdefa 
Balananjeur, Ahad, 2 Oktober 2022

Day 276

Pertama kali belajar nyabut jukut teh waktu kami tinggal di Ujung Berung karena tugas kang Wawan sebagai takmir Masjid di sebuah masjid di daerah Nagrog, Ujung Berung.

Well, here it is cerita hari ini, that is nyabut jukut. 

Bagi saya, sampai detik ini, kegiatan mencabut jukut adalah salah satu kegiatan yang senantiasa membuat diri berucap, "MasyaAllah... Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat. MasyaAllah Alhamdulillah hadza min Fadhli Rabbi." Yeah, ini anugerah yang luar biasa.

Seringkali saya bertanya-tanya setiap kali menyelesaikan misi mencabut jukut, "kok bisa?" Heee..  ini aneh kah? Yaah, karena meski sudah mulai belajar dari tahun 2006 an alias sudah agak lama tapi tetap excited saja setiap kali sedang mencabut jukut apalagi sampai menyelesaikan misi itu. Ini seperti..hmm, apa ya ๐Ÿค” pokoknya sesuatu yang membuat lisan dipenuhi tahmid hingga jauh ke lubuk hati.

Dan inilah kegiatan saya selama beberapa hari hingga hari ini. Pagi ini setelah menyelesaikan cucian, ngpel, opsih seisi rumah, menjemur pakaian dan semua yang terkait isi rumah, list agenda selanjutnya adalah membawa cangkul kecil, parang dan sapu untuk membersihkan pekarangan yang belum selesai dibersihkan.

See, butuh waktu lama bagi saya untuk menyelesaikan satu area ini. Karena energi yang terbatas jadi harus menjaga agar tidak sampai mencapai titik batas, karena bila itu dilakukan maka bisa dipastikan akan banyak tugas yang tidak bisa diselesaikan di hari berikutnya karena tubuh yang drop.

"Mun geus anteul nyabutan jukut teh sok resep nya!" Bi Inar yang lewat di depan rumah menyapa dengan ramah, dan iya,saya setuju dengan statement itu; pekerjaan ini memang menyenangkan. Saat sudah di mulai maka akan terus dilakukan sampai selesai.

Well, seperti itulah dalam hidup. Mulai lah melakukan suatu pekerjaan bahkan saat engkau merasa tidak bisa melakukannya, karena setelah itu engkau akan belajar dan berusaha menuntaskannya dengan baik!
Ya, mulailah kerjakan!

Mulailah lakukan kebaikan dan jangan menundanya, karena kita tidak tahu apakah sedetik kemudian kita masih bernafas atau tidak!

Pada akhirnya, saya yang dulu enggan memegang parang untuk mencabuti jukut kini malah sebaliknya. Oh wait, ini bukan terjebak atau terpaksa karena keadaan, tapi sesuatu yang menjadi pilihan. Saya memilih hidup dengan cara seperti ini. Menikmati apapun yang dilakukan, sekecil apapun.

Hari ini sebelum memulai aktivitas mencabut jukut, saya siapkan karpet plastik di depan rumah, buku tulis dan pulpen, buku fiqh ikhtilaf yang masih di hanca dan juga air gula merah, persiapan kalau-kalau tiba-tiba limbung karena Hb yang masih rendah. Dimanapun, akan nyaman rasanya kalau ada buku.. saya bisa membaca saat jeda, saat pandangan memudar karena lelah atau saat ada sesak maka saya akan mengambil jeda untuk membaca.

Alhamdulillahilladzii bini'matihii tatimmushshoolihaat, hari ini pekarangan depan rumah sudah selesai dibersihkan dari rumput liar, setelah 4 atau 5 hari Alhamdulillah akhirnya selesai juga. insyaAllah saat nanti Allah berikan kesempatan untuk kembali mencabut rumput, semoga saat itu Allah kuatkan fisik dan tambahkan syukur di hati. Semoga Allah karuniakan RidhaNya, karena tanpanya maka akan sia-sia lah segala amal..

Balananjeur, Sabtu, 1 Oktober 2022

Hhhh